Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR DAN PROSES

KONTUR TOPOGRAFI DAN BLOK DIAGRAM


ACARA II

Dosen Pengampu :
Ferryati Masitoh, S.Si ,M.Si.

Oleh:

Nama Mahasiswa : Sastia Putri Yunita


NIM : 170722637063
Off : H / 2017

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI
ACARA II
KONTUR TOPOGRAFI DAN BLOK DIAGRAM

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu membuat kontur dengan titik elevasi dari DAS
Bogowonto.
2. Mahasiswa mampu membuat blok diagram berdasarkan garis
kontur.
3. Mahasiswa mampu menganalisis kontur serta blok diagram yang
telah dibuat
II. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Alat tulis kantor (ATK)
2. Milimeter blok
Bahan :
1. Peta sebaran titik elevasi sebagian DAS Bogowonto
III. DASAR TEORI

Peta topografi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk
permukaan bumi melalui garis‐garis ketinggian. Gambaran ini,
disamping tinggi‐rendahnya permukaan dari pandangan datar (relief),
juga meliputi pola saluran, parit, sungai, lembah, danau, rawa, tepi‐laut
dan adakalanya pada beberapa jenis peta, ditunjukkan juga, vegetasi
dan obyek hasil aktifitas manusia. Pada peta topografi standard,
umumnya dicantumkan juga tanda‐tanda yang menunjukkan geografi
setempat (Dedy, 2012)
Menurut M. Suparno dan Marlina Endy (2005), keadaan topografi
adalah keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur
lahan, semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki
kemiringan lereng yang semakin besar. Lahan yang baik untuk
dikembangkan sebagai area perumahan adalah lahan yang relatif
landai, memiliki kemiringan lereng yang kecil, sehingga mempunyai
potensi pengembangan yang besar.
Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang
dapat diidentifikasi, berupa obyek alami maupun buatan. Peta
topografi menyajikan obyek-obyek dipermukaan bumi dengan
ketinggian yang dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan
dalam bentuk garis-garis kontur, dengan setiap satu garis kontur
mewakili satu ketinggian.
Peta topografi memiliki dua unsur utama yaitu ukuran planimetrik
(ukuran permukaan bidang datar) dan ukuran relief (berdasarkan
variasi elevasi). Ukuran planimetrik pada peta topografi digambarkan
dengan koordinat X dan Y, sedangkan ukuran relief digambarkan
dalam koordinat Z (Subagio, 2003)
Elevasi pada peta topografi ditampilkan dalam bentuk garis-garis
kontur yang menghubungkan titiktitik di permukaan bumi yang
memiliki ketinggian yang sama. Peta kontur adalah peta yang
menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi yang
bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Garis kontur
pada peta topografi diperoleh dengan melakukan pengolahan
interpolasi linier antara titik-titik ketinggian yang berdekatan (Gunadi,
2014).
Garis kontur
Garis kontur didefinisikan sebagai garis khayal yang
menghubungkan setiap titik pada ketinggian yang sama. Pada
pengertian garis kontur di atas dapat dijelaskan bahwa sifat dari salah
satu garis kontur tersebut memiliki nilai ketinggian yang tunggal.
Untuk merepresentasikan seluruh bentuk relief dalam bentuk
gambaran garis kontur dalam suatu peta, perlu dilakukan
penggambaran beberapa garis kontur yang memiliki ketinggian yang
berbeda dengan garis kontur disebelahnya berdasarkan nilai tinggi
yang berurutan (Dedy, 2012).
Pembentukan garis kontur menggunakan data dari pemetaan
terestris memiliki akurasi yang tinggi tetapi pengukuran terestris
memiliki beberapa kelemahan diantaranya membutuhkan biaya, waktu
dan tenaga yang besar karena semakin luas area yang dipetakan
semakin banyak pula titik yang harus diukur. Semakin rapat titik yang
diambil, maka semakin akurat pula kontur yang dihasilkan, begitu pula
sebaliknya (Suyono, 1997)
Titik ketinggian (spotheight) yang diambil dalam pengukuran
terestris harus memiliki kerapatan dan persebaran yang baik untuk
mengurangi kesalahan pada interpolasi kontur. Peta topografi
merupakan model 2D dari permukaan bumi yang memberikan
informasi dunia 3D bumi. Peta Topografi juga dikenal sebagai Peta
Kontur. Peta Topografi memperlihatkan bentuk, penyebaran roman
muka bumi dan dimensinya. Roman muka bumi antara lain:
 Relief, yang meliputi gunung, bukit, lembah, daratan, tebing,
dan lain sebagainya.
 Hidrografi, yang meliputi drainase (pola aliran sungai), danau,
terusan, dan lain sebagainya.
 Budaya (hasil rekayasa manusia), yang meliputi: kota, jalan,
rel, lapangan terbang, batas daerah, nama tempat, dan lain
sebagainya.
(Dedy, 2012)
Relief
Relief merupakan bentuk kekasaran permukaan bumi baik berupa
gunung pegunungan, bukit, lembah, dataran, atau cekungan yang
terjadi karena adanya pengaruh tenaga-tenaga pembentuk muka bumi,
baik tenaga endogen atau tenaga eksogen. Bentukan relief di daratan
akan mempengaruhi sistem drainase. (Suprapto, 1997)
Blok diagram
Blok diagram merupakan penggambaran secara 3D dari suatu
wilayah yang ada di bumi. Hal ini berbeda dari peta kontur yang
tergambar secara 2D. Blok diagram dapat dibentuk dari peta kontur
dan digambar secara orthografis (Ferryati Masitoh, 2016).

IV. LANGKAH KERJA


a. Cara membuat garis kontur ketinggian :
1. Buatlah garis yang menghubungkan 2 titik ketinggian!
2. Hitunglah ketinggian antara 2 titik ketinggian tersebut sesuai
dengan kontur interval yangsudah ditetapkan!
3. Hubungkan dengan garis titik-titik yang mempunyai nilai
ketinggian sama!
b. Cara membuat blok diagram :
1. Beri grid dengan ukuran tertentu (misal: 1x1 cm) pada peta
kntur yang telah dibuat. Beri kode pada setiap garis grid
sebagai kode bantu dalam penggambaran blok diagram.
2. Buatlah bidang orthografis dengan sumbu x, y dan z pada
kertas milimeter dengan posisi sumbu z pada sudut 45o dari
sumbux atau y!
3. Salin peta kontur yangg telah diberi grid bantu pada bidang
orthografis x, y dan z!
4. Perbesar elevasi pada sumbu z dengan vertikal exaggeration
sesuai kebutuhan.
5. Hubungkan titik-titik yang mempunyai nilai z yang sama!

V. DIAGRAM ALIR

Mempersiapkan Buat garis kontur


Buat blok diagram
alat dan bahan topografi

Analisis gambaran
dari hasil garis
Menyusun laporan
kontur dan blok
diagram
VI. HASIL PRAKTIKUM
1) Gambar kontur topografi (terlampir)
2) Gambar blok diagram (terlampir)

VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini yang dilakukan antara lain membuatan garis kontur
berdasarkan titik tinggi dan pembuatan diagram block. Dalam
pembuatan garis kontur sangat tergantung terhadap ketelitian pembuat
peta kontur. Terutama dalam menentukan titik yang terdapat interval
didalamnya.
Data elevasi pada bahan praktikum berjumlah cukup banyak
namun tidak semua titik dapat kita hubungkan karena terdapat titik
yang tidak terdapat interval diantara keduanya sehingga titik-titik
tersebut tidak perlu kita lakukan perhitungan jarak interval.
Berdasarkan titik tinggi pada pembuatan garis kontur, ditentukan
interval kontur atau jarak antar garis kontur sebesar 100. Setelah
dilakukan perhitungan mencari persebaran titik elevasi untuk menarik
garis kontur, ditemukan bahwa kontur paling rendah yaitu 400
sedangkan paling tinggi sebesar 1200.
Berdasarkan kenampakan peta sebaran titik elevasi, besar kontur
400 sampai 500 menunjukkan kontur-kontur yang renggang, hal ini
memberikan gambaran bahwa kemiringan di daerah tersebut landai.
Sedangkan untuk persebaran garis kontur 600 hingga 1200
menunjukkan kontur-kontur yang rapat, memberikan gambaran bahwa
kemiringan di daerah tersebut curam.
Dilihat dari kontur yang sudah dibuat terlihat kenampakan di
daerah tersebut yaitu, pegunungan, lembah, dan alur sungai.
Pegunungan dapat kita ketahui dengan adanya lingkaran pada suatu
wilayah yang semakin memusat dan jarak antar garis konturnya
semakin merapat itu menandakan bahwa kontur tersebut menunjukkan
adanya gunung atau bukit.
Kenampakan lembah dapat kita ketahui dengan adanya garis
kontur yang lebih rendah diantara dua garis kontur disampingnya maka
dalam penampang melintangnya berbentuk seperti cekungan atau
lembah. Dan untuk kenampakan sungai dan alur sungai dapat kita
ketahui dengan adanya garis kontur yang berbentuk V.
Pembuatan block diagram secara manual berdasarkan persebaran
titik ketinggian juga dilakukan. Block diagram berguna untuk
memvisualisasikan perbedaan garis kontur secara 3 dimensi sehingga
bentuk kenampakan di permukaan bumi dapat terlihat jelas. Praktikan
membuat blok diagram dengan cara membuat grid pada peta kontur
untuk membantu dalam menentukan titik potongnya. sehingga dapat
dengan mudah menarik garis dan menentukan titiknya.
Block diagram yang dibuat secara manual belum tentu sama
dengan kenampakan permukaan bumi secara aslinya. Hal tersebut
dapat terjadi akibat kesalahan-kesalahan dalam penggambaran atau
ketika melakukan perhitungan penentuan garis kontur sehingga
mempengaruhi hasil penggambaran block diagram.
Hasil yang didapatkan dari penggambaran kontur dapat
diidentifikasi bahwa bentuklahan dari sebagian DAS Bogowonto
tersebut adalah bentuklahan vulkan. Daerah yang merupakan kawasan
lembah berada pada bagian timur daya dengan elevasi antara 500-300
m dpl. Sedangkan pada kawasan barat merupakan kawasan
pegunungan dengan elevasi antara 1200-600 m dpl.
Hasil dari kemiringan tersebut juga dapat menggambarkan pola
pemukiman penduduk yang semakin ke atas pola pemukimannya
menyebar, karena pada daerah yang lebih tinggi sumur air lebih susah
di cari, pada saat hujan daerah yang memiliki kemiringan yang curam
air cenderung mengalir kebawah dan tidak tersimpan, beda dengan di
daerah tekuk lereng.
VIII. KESIMPULAN
1) Data elevasi pada bahan praktikum berjumlah cukup banyak
namun tidak semua titik dapat kita hubungkan karena terdapat
titik yang tidak terdapat interval
2) Berdasarkan titik tinggi pada pembuatan garis kontur,
ditentukan interval kontur atau jarak antar garis kontur sebesar
100.
3) Pembuat blok diagram dilakukan dengan cara membuat grid
pada peta kontur untuk membantu dalam menentukan titik
potongnya. sehingga dapat dengan mudah menarik garis dan
menentukan titiknya.
4) Bentuklahan dari sebagian DAS Bogowonto tersebut adalah
bentuklahan vulkan.
5) Bentuklahan vulkan cocok untuk ditanami tomat, jeruk, apel,
kentang.
6) Pola pemukiman penduduk yang semakin ke atas pola
pemukimannya menyebar, karena pada daerah yang lebih tinggi
sumur air lebih susah di cari

IX. DAFTAR PUSTAKA


Dedy Miswar. 2012. Kartografi Tematik. Aura. Bandar Lampung
Gunadi, Rostianingsih. 2014. Pemodelan Peta Topografi ke Objek
Tiga Dimensia. Universitas Kristen Petra. Surabaya
Masitoh, Ferryati. 2016. Modul panduan Praktikum Geologi Struktur
dan Proses. Universita Negeri Malang.
Sastra M., Suparno dan Marlina, Endy. 2005. Perencanaan Dan
Pengembangan Perumahan, C.V Andi Offset, Jogjakarta.
Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Bandung: ITB
Suprapto, 1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta
Suyono dan Sudarmadil, 1997. Hidrologi Dasar. Yogyakarta: Diktat
Kuliah, Fakultas Geografi, UGM
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai