Anda di halaman 1dari 35

Pengujian Daya Tembus Udara

Maksud dan Tujuan :


 Menguji Daya Tembus Udara yang dilakukan pada kain contoh
 Menghitung Harga Daya Tembus Udara pada kain contoh

Teori Dasar :
Daya Tembus Udara (Air Permeability), yaitu untuk menyatakan berapa
volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan
tertentu, satuan misalnya Cm3/detik/Cm2/I Cm tekanan air.
Tekanan terhadap udara (Air Resistsnt), adalah untuk menyatakan berapa
lama waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu
dengan tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya misalnya
detik/m3/Cm2/I Cm tekanan air.
Rongga udara (Air Porosity)
1. Kadang-kadang ada yang menyamakan dalam pemakaian seperti iar
permeability.
2. Adalah untuk menyatakan berapa prosentase volume udara dalam kain
terhadap volume keseluruhan air tersebut.
Dari beberapa alat yang dipakai untuk mengukur daya tembus udara,
semuanya dilengkapi dengan bagian sebagai berikut :
 Pemegang contoh dengan luas lubang tertentu
 Alat penghisap udara
 Pengatur tegangan udara yang melalui contoh dengan skala
besarnya tekanan.
 Skala untuk mencatat hasilnya
Pada praktikum kali ini alat yang dipergunakan adalah IN. ELLISON
INCLINED CAGE DRAFT buatan United States Testing Company Inch, Hoboken
N.G.

1
Alat ini terdiri dari suatu tabung yang pada salah satu sisinya terdapat klem
pemegang contoh kain dengan luas lubang tertentu. Juga terdapat cincin klem dengan
beberapa ukuran untuk disesuaikan dengan tebal kain yang diuji. Sisi lain dari tabung
tersebut dihubungkan dengan kipas (fan) penghisap udara yang dapat diatur
kecepatannya oleh sebuah Rheostat. Ditengah tengah tabung diberi sekat yang
berlubang, dimana besar lubang dapat diatur dengan menggunakan mulut (Orifice).
Ada 8 buah orifice dari ukuran 2 mm sampai 16 mm diameternya, disesuaikan dengan
besar kecilnya daya tembus udara dari kain yang diuji. Kapasitas alat, dapat mengukur
daya tembus udara 4,0 – 794 ft3/menit/ft2 dengan tekanan udara inch tinggi air.
Dibawah ini adalah tabel yang menyatakan hubungan antara diameter orifice
dengan harga minimal dan harga maksimal daya tembus udara terhadap kain contoh.

Diameter Orifice Daya Tembus Udara (ft3/menit/ft2)


(mm) Harga Minimal Harga Maksimal
2 4,0 11,4
3 9,3 26,6
4 20,0 58,0
5 32,0 92,0
6 40,0 113,0
8 72,0 197,0
11 137,0 375,0
16 292,0 794,0
Alat dan Bahan :
 IN. ELLISON INCLINED CAGE DRAFT buatan USA
 Kain contoh

Langkah Kerja :
 Pasang kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji, kemudian jepit dengan
cincin yang sesuai hingga kain cukup tegang dan kemudian lubang ditutup
 Pasang Orifice terpilih yang cocok untuk kain tersebut sehingga angka pada
manometer air ada diantara 2” sampai 4”
 Jalankan kipas penghisap udara
 Atur rheostat agar tekanan udara sesuai dengan tekanan 12,7 mm (0,5 inch) air
dengan indicator baca pada manometer minyak menunjukkan skala 0,5 dan
konstan

2
 Baca manometer air dan hitung harga daya tembus udaranya

 Harga manometer Air x - 2 


X  h    H - h 
 15 - 2 

X = Harga Daya Tembus Udara


H = Harga Maksimal Orifice
h = Harga Minimal Orifice

Data Percobaan :
 x 1 = 3,55
 x 2 = 4,1
 x = 3,825
 H = 197,0
 h = 72,0

Pehitungan :
 3,825 - 2
X  72,0     197 - 72  
 15 - 2  = 72,0 + 17,54
= 89,548 ft3/menit/ft2

Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian daya tembus udara pada kain
contoh terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :
 Pemilihan orifice harus betul-betul cocok dengan kain contoh yang
kita uji karena jika kita salah memilih orifice akan mengakibatkan adanya
perbedaan harga manometer air yang kita lihat pada skala. Hal ini akan
berakibat adanya kesalahan atau ketidakcocokan harga daya tembus udara
pada suatu kain contoh yang dibandingkan dengan standar (SNI).
 Pengaturan rheostat harus dilakukan dengan perlahan dan hati-hati
karena akan mengakibatkan kelebihan atau kekurangan pada pembacaan
skala manometer minyak 0,5. Ini akan berakibat pada pembacaan skala
manometer air yang akan mempengaruhi harga daya tembus udara pada
kain contoh tersebut.

3
 Pemilihan klem juga sangat berpengaruh terhadap harga daya tembus
udara sebuah kain contoh karena jika klem yang dipilih terlalu kendor atau
tegangannya kurang maka udara yang menembus akan lebih gampang
masuk dan nantinya akan mempengaruhi harga skala manometer air dan
minyak. Dan ini akan berakibat pada perhitungan harga daya tembus udara
terhadap suatu kain contoh.

Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian daya tembus udara pada kain
contoh dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

Daya Tembus Udara (Air Permeability), yaitu untuk menyatakan berapa
volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan
tekanan tertentu, satuan misalnya Cm3/detik/Cm2/I Cm tekanan air.

Ada hubungan antara rapat tidaknya kain dengan udara yang dapat menembus
kain tersebut, makin terbuka struktru suatu kain akan makin besarlah daya
tembus udaranya.

Keteliatian praktikan akan sangat mempengaruhi terhadap hasil yang
diperoleh, dalam hal ini hubungannya adalah dengan harga daya tembus suatu
kain contoh.

Harga Daya Tembus Udara pada kain contoh = 89,548 ft3/menit/ft2

Daftar Pustaka :

Wibowo Moerdoko S.Teks, dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

Pengujian Kekakuan kain


Maksud dan Tujuan :

Menguji kekakuan kain pada kain contoh dengan menggunakan “Shiley”
Stiffness tester.

Menghitung harga Kekakuan pada sebuah kain contoh

4
Teori Dasar :
Telah lama penyelidikan dilakukan untuk menentukan metode yang bisa
mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal
yang utama telah dilakukan. Pertama, pemisahan macam-macam bahan yang
memiliki pegangan dan drape, dan design instrument yang cocok untuk mengukur
sifat-sifat kain secara individu. Kedua, menggunakan teknik-teknik statistic unutk
menemukan kesimpulan mengenai hubungan antara hasil-hasil pengujian yang dinilai
secara individu dan secara grup oleh para penilai.
Kekakuan lentur adalah besarnya momen pada ujung kain dengan lebar kain
tertentu membentuk lengkungan tertentu.
Dibawah ini adalah gambar sebuah alat untuk pengujian kekakuan kain yaitu
“Shiley” Stiffness tester.

Menentukan kekakuan kain dengan “Shirley” stiffness tester prinsipnya


sebagai berikut :
Pita kain contoh yang berukuran 20 cm x 2,5 cm disangga oleh bidang datar
yang bertepi. Pita tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita bergantung /
melengkung karena beratnya sendiri. Kalau pita itu sudah melengkung sedemikian,

5
hingga ujungnya tepat sampai pada bidang yang miring dengan sudut 41,5 0 terhadap
bidang datar tadi (lihat gambar dibawah) , maka dari panjang kain yang menggantung
dan sudut dapat diperhitungkan parameter-parameter berikut.

Prinsip Mengukur Kekakuan

1. Blending Length, C
Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu
pemanjangan tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menentukan mutu
Draping.
2. Flexual rigidity, G
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abbott
menyarankan bahwa nilai flexural rigidity yang ditentukan dengan alat
menunjukkan hubungan baik dengan penentuan kekakuan yang dilakukan oleh
orang.
3. Blending Modulus, Q
Nilai ini tergantung daripada luas pita dan bias dianggap sebagai “kekakuan yang
sebenarnya”. Nilai ini bisa dipakai untuk membandingkan kekakuan bahan pada
kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tetal kain diukur dengan tekanan 1 lb/m2.

Alat dan Bahan :


 Shirley stiffness tester
 Kain contoh ukuran 2,5 cm x 20 cm

Cara Kerja :

6
 Alat diletakkan sedemikian rupa sehingga skala nol terletak di depan penguji
 Contoh uji diletakkan pada bidang datar P dari alat dengan salah satu ujungnya
berimpit dengan tepi depan bidang datar P.
 Letakkan penggeser S pada contoh uji sehingga skala nol satu garis dengan
garis penunjuk D.
 Dorong penggeser S kedepan sehingga contoh uji menjulur keluar dari tepi
depan bidang datar P dan melengkung kebawah karena beratnya sendiri.
 Penggeser terus didorong hingga tepi depan contoh uji sebidang dengan garis
l1 dan l2. Apabila contoh uji terpuntir, titik tengah tepi depan contoh uji harus
sebidang dengan kedua garis lengkung l1 dan l2.
 Setelah 6 sampai 8 detik panjang lengkung dibaca dalam satuan CMS
 Cara pengujian tersebut diatas diulangi untuk permukaan lain, kemudian
diulangi lagi pada ujung lain untuk kedua permukaannya. Sehingga setiap satu
contoh uji dilakukan 4 kali pengujian.

Data Percobaan :

Arah Lusi (x) Arah Pakan (y) (x – x)2 (y – y)2


1,8 1,5 0,0066 0,0014
1,9 1,35 0,0328 0,0126
1,6 1,45 0,0147 0,00156
1,6 1,45 0,0141 0,00156
1,6 1,45 0,0141 0,00156
1,55 1,4 0,0284 0,0039
1,9 1,6 0,0328 0,0189
1,8 1,5 0,08125 0,0014
x = 1,71875 y = 1,4625 Σ = 0,02415 Σ = 0,04288

Perhitungan :

Untuk Lusi Untuk Pakan

( 0,02415 ) ( 0,04288 )
SD   0,0587 SD   0,078
7 7

0,0587 0,078
CV   100 %  3,4 % CV   100 %  5,35 %
1,71875 1,4625

7
Berat Kain/m2 = 98 gram/m2
Kekakuan Lusi = 0,1 x 98 x (1,71875)3
= 49,758 mgcm
Kekakuan Pakan = 0,1 x 98 x (1,4625)3
= 30,6558 mgcm
Kekakuan Total  49,758 x 30,6558

= 39,056 mgcm

Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekakuan kain pada kain
contoh terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :
 Dalam melakukan penentuan titik tengah tepi depan harus sebidang
dengan kedua garis lengkung harus dilakukan dengan teliti karena hal ini
akan mengakibatkan harga kekakuan suatu kain berbeda jika dibandingkan
dengan suatu standar tertentu yaitu dalam hal ini Standar Nasional
Indonesia.
 Menentukan harga CMS setelah 6 sampai 8 detik juga perlu dilakukan
dengan cepat dan teliti karena dengan perbedaan waktu juga akan
mengakibatkan perbedaan harga CMS pada akin tersebut. Hal ini nantinya
juga akan berpengaruh terhadap harga kekakuan itu sendiri.

Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekakuan pada kain contoh
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
 Blending Length (C) adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya
sendiri pada suatu pemanjangan tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan
yang menentukan mutu Draping.

8
 Pengujian Kekakuan kain dengan menggunakan Shirley stifness tester ini
adalah suatu metode dlam menentukan suatu mutu dari sebuah pegangan atau
drape.
 Kekakuan total pada kain contoh = 39,056 mgcm

Daftar Pustaka :

Wibowo Moerdoko S.Teks, dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

Pengujian Kekuatan Sobek Kain


Maksud dan Tujuan :

Menguji Kekuatan Sobek pada kain contoh dengan cara trapesium, cara lidah
dan cara elemendorf

Menghitung harga kekuatan sobek kain contoh

9
Teori Dasar :
Pengujian kekuatan sobek adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan.
Pengujian kekuatan sobek kain sangat penting untuk kain-kain militer seperti kain
untuk kapal terbang dan payung udara. Pengujian cara ini dilakukan dengan alat-alat
yang sama dengan alat yang dipakai untuk menguji kekuatan tarik kain, yang sedikit
dirubah ukuran dan persiapan contoh uji juga berbeda.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
trapesium dan dengan cara lidah. Cara trapesium ini adalah kekuatan tarik kain yang
telah diberi sobekan awal diantara dua penjepit yang membentuk bangun trapezium
terhadap arah tarikan sedemikian rupa sehingga sobekan awal terletak ditengah
diantara dua penjepit. Pengujian dengan cara trapesium ini meniru dari kejadian
berikut. Apabila sepotong kain ditarik dengan gunting pada bagian pinggir kain, dan
contoh dipegang dengan kedua tangan, lalu disobek mulai dari takikan yang telah
dibuat.
Contoh bahan pengujian dipotong dengan ukuran lebar 7,5 cm panjang 15 cm.
Pada setiap contoh bahan pengujian digambar sebuah trapesium sama kaki dengan
tinggi 7,5 cm dan garis yang sejajar dengan panjang 10 cm dan 2,5 cm pada tepi kain
tepat ditengah-tengah garis 2,5 cm tersebut dipotong sepanjang 0,5 sampai 1 cm tegak
lurus pada garis yang sejajar. Gambar garis tersebut diperlihatkan pada gambar
dibawah ini. Garis A dan B adalah tempat dimana penjepit dipasang dan sobekan kecil
C dimana sobeknya dimulai pada saat pengujian. Pada pengujian kali ini jarak jepit
dibuat 2,5 cm, sedang kecepatan penarikan 30 cm setiap menit.

Kekuatan sobek cara lidah


adalah kekuatan kain yang telah digunting terlebih dahulu kearah lusi atau pakan
sehingga berbentuk lidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.
Apabila dari sepotong kain digunting menjadi dua sampai kira-kira
setengahnya, kain lalu disobek dengan memegang kedua lidah dan ditarik.

10
Seperti pula jenis-jenis pengujian yang lain, dimana dipergunakan cara-cara
yang berbeda untuk sifat kain yang berbeda pula dan didapatkan hasil yang berbeda
juga. Kerugian pengujian dengan cara lidah terjadi, apabila kainnya tidak seimbang.
Kain dengan tetal lusi yang besar dan tetal pakan yang kecil apabila disobek pada arah
lusinya, maka pada saat pengujian arah sobekan akan segera berubah, yaitu pada
jurusan yang lemah.
Contoh bahan pengujian ini dipotong dengan lebar 7,5 cm dan panjang paling
sedikit 20 cm. Jumlah contoh bahan pengujian untuk kekuatan sobek lusi dengan
bagian yang panjang sejajar dengan benang pakan, dan 5 buah untuk kekuatan sobek
pakan dengan bagian yang panjang sejajar dengan benang lusi. Pada setiap contoh
bahan pengujian dibuat potongan kearah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari
tengah-tengah salah satu tepi yang pendek. Jarak jepit dibuat 7,5 cm sedang ukuran
penjepit bagian depan dan belakang baik yang diatas maupun yang dibawah paling
sedikit 2,5 sampai 5 cm.
Kekuatan sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi
sobekan awal dengan jarak yang telah ditentukan.Dibawah ini adalah gambar dari alat
untuk menguji kekuatan sobek suatu contoh kain yaitu Elemendorf atau biasa disebut
dengan pendulum.

Cara Trapesium
Alat dan Bahan :
 Mesin instron
 Gunting
 Penggaris

11
Cara Kerja :
 Mempersiapkan contoh uji yang telah digambar seperti bangun trapesium.
 Memasang contoh kain uji pada klep atas dan bawah sesuai gambar tadi.
 Setting mesin dengan kecepatan tarik 200 mm/menit dengan jarak jepit 2,5 cm
dan beban 50 kg.
 Percobaan dilakukan 1 kali, masing-masing utuk arah lusi dan arah pakan.
 Pembacaan data atau hasil terdapat pada kurva.

Data Percobaan :

Arah Lusi Arah Pakan (x – x)2 (x – x)2


6,3 2,75 1,6129 0,0169
4,8 2,85 0,0529 0,0529
8,1 4,4 94249 3,1684
3,3 1,6 2,9929 1,0404
2,65 1,5 5,6644 1,2544
x = 5,03 x = 2,62 Σ = 19,748 Σ = 5,533

Perhitungan :
Untuk Lusi Untuk Pakan

( 19,748 ) ( 5,533 )
SD   2,2219 SD   1,176
4 4

2,2219 1,176
CV   100 %  44 % CV   100 %  44,8 %
5,03 2,62

Cara Lidah
Alat dan Bahan :
 Mesin instron
 Gunting
 Penggaris

Cara Kerja :

12
 Mempersiapkan contoh uji
 Menjepit salah satu ujungnya pada penjepit atas dan lidah yang lain
dijepit pada penjepit bawah,sehingga kedua tepi sobekan kain berada pada
kedudukan vertical.
 Menghidupkan mesin dengan kecepatan tarik 200 mm/menit,beban
50 kg dan jarak jepit 2,5 cm.
 Percobaan 1 kali untuk sobek lusi dan pakan.
 Hasil terdapat pada kurva.

Data Percobaan :

Lusi Pakan Lusi (x - x) Pakan (x - x)


2.8 2.8 0.0016 0.0784
3.6 2.2 0.5776 0.1024
2.7 2.6 0.0196 0.0064
2.2 2.5 0.4096 0.0004
2.9 2.5 0.0036 0.0004
x = 2.84 x = 2.52 Σ = 1.012 Σ = 0.188
Perhitungan :
Untuk Lusi Untuk Pakan
( 1,012 ) ( 0.188 )
SD   0,5029 SD   0.2167
4 4

0,5029 0,2167
CV   100 %  17.7 % CV   100 %  8,6 %
2.84 2,52

Cara Elemendorf
Alat dan Bahan :
 Elemendorf
 Beban 3200 gram
 Kain contoh dengan panjang 10,2 cm dan lebar 7,5 cm (arah lusi dan arah
pakan)

Cara Kerja :

13
 Mengatur alat sedemikian rupa sehingga dasar alat terletak daar
dan garis indeks berhimpitan dengan petunjuk.
 Menaikan pendulum sampai ke kedudukan siap ayun, kemudian
jarum petunjuk diatur sedemikian sehingga berhimpitan dengan garis indejs
yang terdapat pada pendulum.
 Contoh uji dipasang pada sepasang penjepir sedemikian rupa
sehingga terletak ditengah dan tepi bawah contoh uji segaris dengan dasar
penjepit.
 Menjepitkan kedua penjepit dengan memutar sekrup pengencang
sehingga tekanan kedua penjepit sama besar.
 Menekan penahan pendulum sampai berayun mencapai lintasan
penuh sehingga kain sobek sempurna.
 Membaca kekuatan sobek sampai skala terkecil terdekat.

Data Pengamatan :
Arah Lusi : 30 % x 3200 = 960 Arah Pakan : 21 % x 3200 = 672
28 % x 3200 = 896 20 % x 3200 = 640
30 % x 3200 = 960 22 % x 3200 = 704

Arah Lusi (x) Arah Pakan (y) (x–x) (y–y)


960 672 457,96 0
896 640 1814,76 1024
960 704 457,96 1024
x = 938,6 y = 672 Σ = 2730,88 Σ = 2048

Untuk Arah Lusi Untuk Arah Pakan


( 2730,88 ) ( 2048 )
SD   36,951 SD   32
2 2

36,951 32
CV   100 %  3,936 % CV   100 %  4,76 %
938,6 672

Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekuatan sobek kain pada kain
contoh terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :

14
 Pada pengujian kekuatan sobek cara trapesium ataupun cara lidah
didapatkan harga variasi kekuatan yang cukup besar yaitu lebih dari 40
persen, hal ini disebabkan adanya faktor slip antara penjepit atas maupun
bawah dengan contoh uji. Faktor slip ini disebabkan oleh kurang
kencangnya penjepit bagian atas ataupun bawah yang menyebabkan friksi
antara penjepit tersebut dengan contoh uji sedikit.

Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekuatan sobek pada kain
contoh dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
 Pengujian kekuatan sobek adalah menguji daya tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat penting untuk kain-kain
militer seperti kain untuk kapal terbang dan payung udara.
 Pengujian kekuatan sobek dapat dilakuakn dengan tiga cara yaitu
dengan cara trapesium, cara lidah dan cara elemendorf.
 Pengujian kekuatan sobek dengan cara trapesium lebih disukai orang
daripada menguji dengan cara lidah, karena apabila keadaan kainnya tidak
seimbang (tetal lusi dan pakan) maka arah sobekan akan segera berubah
dan itu akan mengakibatkan berubahnya harga kekuatan sobek sebuah
contoh uji tersebut.

Daftar Pustaka :

Wibowo Moerdoko S.Teks, dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

Pengujian Kain Tahan Kusut


Maksud dan Tujuan :

Menguji kemampuan kain kembali dari sudut kusut dengan alat Shirley Crease
Recovery Tester.

Teori Dasar :
Ada dua istilah yang biasa digunakan dalam masalah ini, yaitu ketahanan
terhadap kekusutan (crease resistance) dan kemampuan kembali dari kekusutan

15
(crease recovery). Kalau suatu barang tekstil jelek crease resistancenya, maka jelek
pula rease recoverynya, atau dengan perkataan lain, kain tersebut mudah kusut.
Masalah ini penting karena menyangkut juga masalah kenampakan/keindahan
suatu kain. Ada macam-macam alat yang dapat dpakai untuk menentukan terhadap
kekusutan ini. Dalam praktikum kali ini alat yang digunakan adalah Shirley crease
recovery tester.
Alat Shirley crease recovery tester seperti terlihat pada gambar dibawah ini
terdiri dari sebuah piringan busur derajat yang dapat diputar porosnya. Tepat pada
sudut 00 dipasang penjepit dimana ujung penjepit tersebut berjarak 0,2 cm dari poros
piringan. Tepat dibawah poros piringan, pada kedudukan terdapat lempeng penunjuk.
Disamping itu terdapat pula garis penunjuk untuk menunjukkan sudut yang dibaca
pada skala. Disamping alat tersebut diperlukan beban 800 gram/cm yang
menggunakan alat pemberat seperti capit, stop-watch, dan ruang udara standard.
Contoh dipotong dengan lebar tidak boleh kurang dari 0,4 inch (1 cm) dan
tidak boleh lebih dari 1 inch (2,5 cm). Panjang contoh dua kali dari lebarnya.
Kemudian contoh dikondisikan dalam ruang standard. Siapkan alat pengukur crease
recovery agar setimbang.

Standar Sudut Lipatan


135 Baik Sekali
125 - 135 Baik
115 - 125 Cukup
115 Kurang

Alat dan Bahan :



Kain contoh uji dengan ukuran 1,5 cm  4 cm

Gunting, Stopwatch

Beban seberat 800 gram

Peralatan Shirley crease recovery tester

Cara Kerja :
1. Lipat contoh uji menjadi dua bagian kearah panjang, kemudian
letakkan dibawah beban seberat 800 gram dan diamkan selama 3 menit.

16
2. Setelah 3 menit, ambil salah satu ujung contoh uji kemudian ujung
lainnya masukkan pada penjepit yang ada pada alat. Dengan posisi bagian
lipatan menempel tepat pada ujung penjepit dan ujung lainnya yang menjuntai
segaris dengan garis penunjuk horizontal, diamkan selama 3 menit
3. Setelah 3 menit contoh uji yang menjuntai diatur kembali posisinya
agar segaris dengan garis penunjuk horizontal, baca sudut kembali sampai
derajat terdekat dari busur derajat.
4. Pengujian dilakukan untuk pengujian arah muka dan belakang kain
pada contoh uji yang berbeda

Data Percobaan :

Lusi Pakan Lusi (x - x) Pakan (x - x)


121 130 0.0625 0.0625
120 128 0.5625 3.0625
119 131 3.0625 1.5625
123 130 5.0625 0.0625
x = 120.75 x = 129.75 Σ = 8.75 Σ = 4.75
Perhitungan :
Untuk Lusi Untuk Pakan
( 8.75 ) ( 4.75 )
SD   1,7078 SD   1,2583
3 3

1,7078 1,2583
CV   100 %  1.41 % CV   100 %  0,96 %
120,75 129,75
Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian ketahanan kusut kain contoh
terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :

Dari hasil diskusi praktikum didapat hasil yang sangat tinggi
dan sesuai dengan standar umum yang berlaku, bahwa nilai tersebut
menunjukan ketahanan kusut kain contoh uji baik .Tetapi bila dilihat dari
kenyataan bentuk dan kenampakan kain tersebur,nilai tersebur tidak
sesuai. Tetapi bila nilai yang telah didapat terlalu tinggi, maka hal ini
mungkin disebabkan karena pengukuran skala yang kurang teliti ataupun
waktu tang digunakan tidak konsisten artinya kadang kurang atau lebih
dari 3 menit.

17
Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian ketahanan kusut pada kain
contoh dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

Ketahanan kusut kain contoh termasuk dalam kategori yang
baik karena hasil menunjukkan harga sudut melebihi 125 derajat.

Ketahanan terhadap kekusutan (crease resistance) dan
kemampuan kembali dari kekusutan (crease recovery). Dua istilah ini akan
menentukan baik atau buruknya sebuah barang tekstil. Alat untuk
mengukur ketahanan suatu bahan terhadap kekusutan adalah Shirley crease
recovery tester.

Sudut lipatan untuk arah lusi 120,750 dan sudut lipatan untuk
arah pakan 129,750

Daftar Pustaka :

Wibowo Moerdoko S.Teks, dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

Pengujian Ketahanan Jebol Kain Rajut


Maksud dan Tujuan :

Menguji Ketahanan Jebol Kain Rajut dengan alat Bursting Strength Tester

Menghitung harga ketahanan jebol kain rajut

Teori dasar:
Pengujian ketahanan pecah dilakukan pada kain rajut dan beberapa jenis kain
tertentu, misalnya kain-kain untuk militer dan kain payung terbang.
Selain hal-hal tersebut, pengujian tahan pecah dipakai pula untuk pengujian
kertas. Untuk pengujian kekuatan tahan pecah dikenal dengan dua cara, yaitu :

18
pengujian dengan penarikan tetap dengan bola penekan dan pengujian dengan
diagfragma. Dalam praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu alat uji tahan pecah
dengan cara diagfragma.

Prinsip Uji Tahan Pecah Cara Diagfragma

Pada alat ini kain contoh dijepit penjepit. Sedang sebagai pengganti bola baja
dipergunakan diagfragma yang terbuat dari karet, yang ditekan oleh cairan yang
digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain sampai pecah. Besarnya
tekanan yang terjadi diukur dengan pengukur tekanan tabung bourdon.
Contoh uji dipotong dari bahan yang diperiksa dengan ukuran garis tengah
paling sedikit 12 mm lebih besar daripada diameter luar penjepit. Didalam memotong
kain tidak boleh terdapat benang yang sama pada contoh yang berbeda. Garis tengah
dalam , cincin penjepit 30,5 mm, kecepatan pemompaan cairan harus tetap dengan
kecepatan 100 + 5 cc setiap menit. Kekuatan jebol adalah tekanan maksimum yang
diperlukan untuk menjebol kain rajut dan dinyatakan dengan Kpa atau Kg/cm.Untuk
menghitung ketahanan jebol ini digunakan alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi
dengan diagframa dari karet dan penunjuk tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini
memberikan tekanan pada kain rajut sampai kain rajut tersebut jebol atau berlubang.

Alat dan Bahan :


 Bursting Strength Tester
 Contoh Kain Rajut

19
Cara kerja :
1. Mengatur diagframa pada alat sampai rata dengan menghilangkan
tekanannya.Setiap pengujian skala harus menunjukan angka nol.
2. Menjepit contoh uji dengan kuat.
3. Menaikan terhadap tekanan setelah kain itu jebol,lalu dilihat sakalanya.
4. Mengulanginya 4 kali pada tempat yang berbeda.

Data Percobaan :
x (x – x)2
7 0,0277
7 0,0277
6,5 0,11088
x = 6,833 Σ = 0,166289

Perhitungan :

( 0,166289 )
SD   0,28834
2

0.28834
CV   100 %  4,23 %
6.833

Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekuatan jebol kain rajut
terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :
 Setelah dilakukan percobaan, ternyata hasilnya tidak begiu jauh
yaitu antara 6,5 – 7 untuk sudut-sudut kain yang berbeda,walaupun nilai
yang didapat menunjukan bahwa ketahanan jebol kain contoh uji berkisar
kurang baik sampai sedang.

Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekuatan jebol kain rajut dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
 Ketahanan jebol kain rajut adalah 6,833 kg/cm

20
 SD = 0,28834
 CV = 4,23 %

Daftar Pustaka :

Wibowo Moerdoko S.Teks, dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

Pengujian Ketahanan Gosok Kain


Maksud dan Tujuan :

Menguji Ketahan gosok kain contoh dengan alat penguji gosok B.F.T.

Menghitung harga ketahanan gosok kain contoh

Teori Dasar :
Gosokan, yang dimaksud gosokan disini adalah :
1. Friksi antara kain dan kain. Misalnya gosokan antara lengan dan jas
2. Frikisi antara kain dan benda lain. Barangkali inilah faktor penting
3. Friksi antara serat dan kotoran pada kain, menyebabkan putusnya serat
Untuk keperluan pengujian benda lain tersebut harus kasar agar diperoleh hasil
dengan cepat. Hanya saja pemilihan penggosok yang kasar bisa bertentangan dengan

21
keadaan biasa waktu kain dipakai. Hasil yang diperoleh dari pengujian gosok
hendaknya hanya dipakai untuk membandingkan saja. Pengujian gosokan jangan
dianggap sebagai imitasi pemakaian kain, sebab pemakaian kain yang sebenarnya
mengalami macam-macam proses yang tidak ada alat pengujinya. Gosokan juga
bukan merupakan ukuran keawetan.
Pengujian gosokan hanyalah merupakan pengujian yang sederhana terhadap
mutu kain. Mengenai ketahanan kain terhadap kombinasi antara tekanan dan
pemotongan serat-serat, hasilnya masih harus dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan pengujian lain.
J.E. Booth membagi/menggolongkan gosokan sebagai berikut:
 Gosokan datar (Plane or flat abrasion ), penggosokan pada permukaan
datar dari contoh.
 Gosokan pinggir (Edge abrasion), misalnya gosokan yang terjadi pada
leher dan lipatan kain.
 Gosokan tekuk(Flex abrasion), dimana gosokan disertai dengan
tekukan dan lengkungan.
Diantara faktor-faktor yang amat pentingadalah sebagai berikut :
 Keadaan contoh. Jika tidak ditentukan lain, contoh kain harus
dikondisikan dalam ruang standard atmosfir.
 Pemilihan alat. Tergantung daripada karakter pengujian yang
diperlukan, apakah menggunakan gosokan datar, tekanan dan lain-lain.
 Karakter gerakan. Apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja,
memutar atau macam-macam gerakan.
 Arah gosokan. Dalam banyak hal dibedakan gosokan kearah lusi dan
kearah pakan. Tetapi bisa saja arah gosokan membentuk sudut terhadap
lusi dan pakan.
 Daerah yang harus digosok dan penggosok harus dicegah dari
pengaruh dan pegangan dan harus bersih darikotoran. Karena serat-serat
yang lepas karena gosokan bisa tinggal dipermukaan daerah kerja gosokan.
 Tegangan pada contoh besar pengaruhnya juga terhadap hasil
pengujian. Karena itu tegangan juga harus distandarisasi.
 Pengaruh tekanan sangat besar terhadap ;ama waktu penggosokan.
Karena itu tekanan harus distandarisasi.
Beberapa cara untuk menilai jumlah kerusakan sebagai berikut :

22
 Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok
 Jumlah cycle yang diperlukan untuk menggosok sampai berlobang,
benang putus atau contoh yang putus.
 Kehilangan berat setelah penggosokan. Biasa diplot terhadap jumlah
putaran.
 Perubahan tebal, yaitu karena tinggi bulunya berkurang setelah
penggosokan. Pada awal proses penggosokan mungkin bulu akan naik dan
bertambah tebal.
 Kehilangn kekuatan, yaitu tensilnya, kekuatan pecah atau kekuatan
sobek (tearing strength). Beberapa labolatorium menetapkan sisa kekuatan
yang dimiliki contoh setelah penggosokan.
 Perubahan sifat-sifat lain, misalnya daya tembus udara, kilau dan lain-
lain.
 Pengujian secara mikroskopis mengenai kerusakan-kerusakan benang-
benang dan serat-seratnya.

Alat dan Bahan :


 Alat uji tahan gosok : Martindale wear & abrasian wear
 Thickness tester
 Neraca teknis
 Kain contoh uji

Cara Kerja :
1. Mempersiapkancontoh uji dan alat uji tahan gosok.
2. Membuat sketsa lingkaran pada kain contoh uji dengan diameter 4 cm
sebanyak 2 buah lalu dipotong.
3. Menimbang kedua contoh uji pada neraca teknis
4. Mengukur ketbalan contoh uji
5. menjadikan nol counter penghitung beberapa kali gosokan.kemudian
contoh uji dipasang ke mesin dan siap dijalankan.
6. Sesudah digosok lalu berat dan ketebalan contoh uji dihitung kembali

Data Percobaan :
Ketebalan

23
Sebelum digosok Sesudah digosok
Kain 1 Kain 2 Kain 1 Kain 2
20 20 21 21
21 20 21 21
20 20 21 21.5
x = 20.33333 x = 20 x = 21 x = 21.16667

Berat contoh uji


Sebelum digosok Sesudah digosok
Kain 1 (mg) Kain 2 (mg) Kain 1 (mg) Kain 2 (mg)
165 167 162 164

Bawal - Bakhir
% Pengurangan berat   100 %
Bawal

166 - 163
% Pengurangan berat   100 %  1,8 %
166

t awal - t akhir
% Penambahan tebal   100 %
t awal
21,083 - 20,165
% Penambahan tebal   100 %  45,52 %
20,165

Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian ketahanan gosok kain
terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :
 Ketebalan kain yang digosok akan menjadi bertambah besar, ini
disebabkan oleh adanya faktor gesekan antara kain dengan penggosok
yang menimbulkan bulu pada permukaan bagian yang digosok
 Pengurangan berat juga terjadi karena adanya bagian yang digosok
tersebut terlepas dari kainnya dan berhamburan atau jatuh yang
mengakibatkan pengurangan berat setelah melalui proses penggosokkan.

Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian ketahanan gosok kain dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
 Pengurangan berat dan penambahan tebal akan didapatkan setelah
proses penggosokkan.

24
 Dalam pengujian kali ini friksi yang terjadi adalah antara kain dengan
benda lain.
 % pengurangan berat = 1,8 %
 % penambahan tebal = 45,52 %

Daftar Pustaka :

Wibowo Moerdoko S.Teks, dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, 1973.

Pengujian Kekuatan Tarik dan Mulur Kain Tenun

Maksud dan Tujuan :



Untuk mengetahui kekuatan tarik dan mulur kain tenun dengan memakai alat
dinamometer.

Menghitung kekuatan tarik dan mulur kain tenun dengan beberapa cara yaitu
cara pita potong dan pita tiras.

Menghitung kekuatan tarik jahitan

Teori Dasar :
Kekuatan tarik kain merupakan daya tahan kain terhadap tarikan pada arah
lusi maupun pakan. Kekuatan tarik ialah beban maksimal yang dapat di tahan oleh
suatu conoh uji kain hingga kain contoh uji tersebut putus. Pada saat putus kain
tersebut mendapat pertambahan panjang yang disebut mulur.

25
Untuk menentukan kekuatan dan mulur kain dipakai tiga cara pengujian yaitu
cara cekau, cara pita tiras dan cara pita potong. Pada pengujian ini dilakukan
pengujian cara pita tiras dan cara pita potong, kedua cara pengujian tersebut
sebenarnya kurang sesuai dengan kenyataan sehari-hari.
Kekurang sesuaian tersebut karena kekuatan hasil pngujian akan menghasilkan
kekuatan yang lebih kecil. Pada urai ketika tarikan dilakukan. Kedua sisi kain
benang-benanngnya mengalami tarikan yang kecil, sedangkan bagian yang tengah
mengalami tarikan yang maksimal, bahkan kekuatan cara pita urai lebih rendah dari
kekuatan pita potong.

Kekuatan tarik jahitan adalah kekuatan yang menunjukan berapa beban


maksimal sampai jahitan itu putus. Kekuatan tarik jahitan besar kekuatannya
tergantung kepada banyaknya jahitan per inchi dan kekuatan kainnya sendiri. Dengan
demikian banyaknya jahitan per inchi disesuaikan dengan kekuatan kainnya.
Kalalulah tidak demikian bisa jadi saat diuji ketika mendapat tarikan kainnya sendiri
yang putus bukan jahitannya.
Prinsip dari pada pengujiannya adalah kain dilipat dan dijahit didekat lipatan
dan sejajar lipatan. Contoh ditarik dengan arah tegak lurus jahitan. Ketahanan slip
jahitan benang adalah gaya yang dipeerlukan untuk memisahkan benang-benang
pakan disekitar jahitan selebar 6 mm.

Cara Pita potong

Alat dan Bahan :

 Kain Contoh uji ukuran 2,5 x 20 cm


 Dinamometer
 Beban 50 Kg
 Jarak jepit 7,5 cm

Langkah Kerja :
 Contoh Uji di potong dengan ukuran 2,5 x 20 cm masing-masing 3
potong untuk arah lusi dan arah pakan
 Kain di pasang pada alat penguji dan dijepit ke arah panjang kain
 Letakkan posisi jarum penunjuk skala pada posisi nol
 Jalankan mesin dengan menarik handle

26
 Apabila kain sudah putus maka jarum penunjuk skala akan berhenti
tetapi mesin akan terus berjalan sehinga kitaharus mematikannya
 Membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penujuk skala untuk
kekuatan tarik dan mulurnya
 Mengulangi langkah-langkah diatas untuk arah lusi dan pakan sebanyak
masing-masing 2 kali.

Data Percobaan :
Arah Lusi

Kekuatan Mulur Kekuatan ( x - x ) Mulur ( x - x )


17 3.5 0.25 0.01
18 3.3 0.25 0.01
x = 17.5 x = 3.4 Σ = 0.5 Σ = 0.02

Kekuatan Mulur

( 0,5 ) ( 0,02 )
SD   0.7071 SD   0,1414
1 1

0.7071 0,1414
CV   100 %  4,04 % CV   100 %  4,15 %
17.5 3,4

Arah Pakan
Kekuatan Mulur (x-x) (x-x)
16 3.3 0.25 0.0025
17 3.2 0.25 0.0025
x = 16.5 x = 3.25 Σ = 0.5 Σ = 0.005

Kekuatan Mulur

( 0,5 ) ( 0,005 )
SD   0.7071 SD   0,000025
1 1

0.7071 0,000025
CV   100 %  4,28 % CV   100 %  0,00076 %
16,5 3,25

Cara pita tiras

27
Alat dan bahan

 Kain Contoh uji ukuran 2,5 x 20 cm


 Dinamometer
 Beban 50 Kg
 Jarak jepit 7,5 cm

Langkah Kerja :
 Contoh Uji di potong dengan ukuran 3 x 20 cm masing-masing 3 potong
untuk arah lusi dan arah pakan
 Kain ditiras sampai ukuran kain menjadi 2,5 x 20 cm
 Kain di pasang pada alat penguji dan dijepit ke arah panjang kain
 Letakkan posisi jarum penunjuk skala pada posisi nol
 Jalankan mesin dengan menarik handle
 Apabila kain sudah putus maka jarum penunjuk skala akan berhenti
tetapi mesin akan terus berjalan sehinga kita harus mematikannya
 Membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penujuk skala untuk
kekuatan tarik dan mulurnya
 Mengulangi langkah-langkah diatas untuk arah lusi dan pakan sebanyak
masing-masing 3 kali
Data Percobaan :
Arah Lusi
Kekuatan Mulur (%) (x-x) (x-x)
29 36 0.11 0.75
28 37.3 0.44 0.19
29 37.3 0.11 0.19
x = 28.67 x = 36.87 Σ = 0.67 Σ = 1.13

Kekuatan Mulur
( 0,67 ) ( 1,13 )
SD   0,5787 SD   1,4142
2 2

0,5787 1,4142
CV   100 %  2,02 % CV   100 %  3,83 %
28,67 36,87

Arah Pakan

28
Kekuatan Mulur (%) (x-x) (x-x)
21 37.3 1.78 4.99
23 34.6 0.44 0.22
23 33.3 0.44 3.12
x = 22.33 x = 35.07 Σ = 2.67 Σ = 8.33

Kekuatan Mulur

( 2,67 ) ( 8,33 )
SD   1,1554 SD   2,0408
2 2

1,1554 2,0408
CV   100 %  5,17 % CV   100 %  5,81 %
22,33 35,07

Pengujian Kekuatan jahitan


Alat dan Bahan :
 Mesin jahit
 Gunting dan
 Kain contoh uji
 Dinamometer

Langkah Kerja :
 Menyiapkan contoh uji dengan menggunting kain yang disediakan menjadi
bentuk T

29
 Setelah contoh uji siap maka kain di pasang pada alat penguji dan dijepit ke
arah panjang kain
 Letakkan posisi jarum penunjuk skala pada posisi nol
 Jalankan mesin dengan menarik handle
 Apabila kain sudah putus maka jarum penunjuk skala akan berhenti tetapi
mesin akan terus berjalan sehinga kita harus mematikannya
 Membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penujuk skala untuk kekuatan
tarik dan mulurnya
 Mengulangi langkah-langkah diatas untuk arah lusi dan pakan sebanyak
masing-masing 3 kali.

Data Percobaan :
Arah Lusi
Kekuatan Mulur (%) (x-x) (x-x)
11 29 0.44 0.28
10 29 0.11 0.28
10 30.6 0.11 1.14
x = 10.33 x = 29.53 Σ = 0.67 Σ = 1.71
Kekuatan Mulur

( 0,67 ) ( 1,71 )
SD   0,5787 SD   0,9246
2 2

0,5787 0,9426
CV   100 %  5,6 % CV   100 %  3,13 %
10,33 29,53

Arah Pakan
Kekuatan Mulur (%) (x-x) (x-x)
9 42.6 0.44 0.36
8 44 0.11 0.64
8 43 0.11 0.04
x = 8.33 x = 43.20 Σ = 0.67 Σ = 1.04

Kekuatan Mulur
( 0,67 ) ( 1,04 )
SD   0,5787 SD   0,7211
2 2

30
0,5787 0,7211
CV   100 %  6,94 % CV   100 %  1,66 %
8,33 43,20

Diskusi :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekuatan tarik dan mulur kain
tenun terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan, antara lain yaitu :
 Adanya faktor slip menyebabkan harga yang didapatkan tidak yang
sebenarnya. Slip yang terjadi adalah antara penjepit atas maupun bawah
dengan contoh uji.

Kesimpulan :
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengujian kekuatan sobek pada kain
contoh dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
 Kekuatan tarik kain merupakan daya tahan kain terhadap tarikan pada
arah lusi maupun pakan. Kekuatan tarik ialah beban maksimal yang dapat
di tahan oleh suatu conoh uji kain hingga kain contoh uji tersebut putus.
Pada saat putus kain

31
 Kekuatan tarik dengan cara pita potong berkisar antara 16 – 17,5 dan
mulur yang terjadi sekitar 44 % – 46 %
 Kekuatan tarik dengan cara pita tiras berkisar antara 23 – 29 dan mulur
yang terjadi sekitar 33 % – 37 %
 Kekuatan tarik jahitan berkisar antara 8 – 11 dan mulur yang terjadi
sekitar 30 % – 40 %

Lampiran 1

32
Kurva kekuatan sobek cara trapesium

Kurva kekuatan sobek cara lidah

Lampiran 2

Kain Contoh

33
Contoh Uji Kekuatan Jebol Kain Rajut

Contoh Uji Ketahanan Gosok

Contoh Uji Kekuatan Tarik dan Mulur Cara Pita Potong

Contoh Uji Kekuatan Sobek Cara Trapesium

34
Contoh Uji Kekuatan Sobek Cara Lidah

Contoh Uji Ketahanan Kusut

35

Anda mungkin juga menyukai