Anda di halaman 1dari 67

Yegi Rizki Pratama 1

KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Oleh: Yegi Rizki Pratama
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRACT

Filsafat pendidikan Islam secara umum mengkaji berbagai masalah yang terdapat
dalam dunia pendidikan. Misalnya berkaitan dengan masalah kurikulum pendidikan, tujuan
pendidikan, metode pendidikan, evaluasi pendidikan, hakikat pendidik, hakikat peserta didik
dan lain sebagainya. Maka dari itu perlu untuk kita ketahui apa saja yang termasuk pokok-
pokok bahasan yang terdapat dalam cakupan filsafat pendidikan Islam.

Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai macam konsep yang


tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan.
Bagaimana pun baik dan sempurnanya suatu konsep dalam pendidikan, ia tidak akan berarti
apa-apa jika tidak didukung dengan konsep-konsep yang lainnya. Artinya, antara satu sama
lain harus adanya kesinambungan. Ketidaktepatan dalam penerapan suatu konsep secara
praktis akan menghambat proses belajar mengajar, karenanya semua konsep-konsep yang
terdapat dalam filsafat pendidikan Islam adalah syarat untuk efisiennya aktivitas
kependidikan Islam.

Keywords: Konsep, Filsafat, Pendidikan, Islam.

INTRODUCTION

Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat pendidikan Islam pada khususnya,
adalah merupakan bagian dari ilmu filsafat maka oleh karena itu, dalam mempelajari filsafat
ini perlu memahami terlebih dahulu tentang pengertian filsafat terutama dalam hubungannya
dengan masalah pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Secara harfiah (bahasa), filsafat
berarti “cinta kepada ilmu”. Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Sophos
artinya ilmu/hikmah. Hikmah adalah istilah dalam bahasa Arab. Secara historis, filsafat
menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno sampai
Yegi Rizki Pratama 2
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

zaman sekarang.1 Filsafat dapat diartikan sebagai pola berpikir dengan ciri-ciri tertentu, yakni
kritis, sistematis, logis, kontemplatif, radikal, dan spekulatif.2

Adapun gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika
manusia dan masyarakat. Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran aliran
pendidikan berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran
terdahulu yang selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, karena
dialog tersebut akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru.3

Sedangkan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan, ada tiga disiplin ilmu


yang membantu filsafat pendidikan, yaitu: 1) etika atau teori tentang nilai, 2) teori ilmu
pengetahuan atau epistimologi, dan 3) teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada
dibalik kenyataan, yang disebut metafisika.4

Adapun dalam tulisan ini, secara sistematis akan membahas mengenai: 1) Pengertian Filsafat,
2) Aliran Filsafat Pendidikan Ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, 3) Teori Kebenaran
Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, 4) Pengertian
Pendidikan Islam, 5) Dasar Pendidikan Islam, 6) Tujuan Pendidikan Islam, 7) Kurikulum
Pendidikan Islam, 8) Metode Pendidikan Islam, 9) Evaluasi Pendidikan Islam, 10) Pendidik
Dalam Pendidikan Islam, 11) Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, 12) Manfaat dan Fungsi
Pendidikan Islam, dan 13) Manfaat Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam.

METHOD

Data bersumber dari kajian pustaka.

ANALYSIS

A. Deskripsi Pustaka
1. Konsep Filsafat Pendidikan Islam
a. Pengertian Filsafat

1
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 3
2
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, (Bandung: Pustaka Sentia, 2009), hal. 9.
3
Afidburhanuddin.wordpress.com/2013.
4
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan..., hal. 5.
Yegi Rizki Pratama 3
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy dan semuanya berasal dari bahasa
yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata philain yang berarti cinta (love)
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (love of wisdom)dalam arti sedalam-dalamnya.
Mengartikan Sophia dengan pengetahuan (wisdom atau hikmah). Orang yang cinta
pengetahuan disebut philosophia atau failasuf dalam ucapan arabnya. Sementara itu
secara terminologi ada banyak pendapat tentang filsafat. Pengertian filsafat dari segi
istilah ini mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.5

Ketika ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa menjawab singkat: Filsafat
itu mencari kebenaran, dengan cara berpikir dan bertanya terus-menerus tentang
segala hal dari persoalan gajah sampai persoalan semut, dari soal hukum dan politik
hingga soal moral dan metafisika, dari soal galaksi hingga bakteri.6 Pendapat yang
lebih jelas lagi tentang filsafat antara lain dikemukakan oleh Sidi Gazalba,
Menurutnya, filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan
universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu
yang ada.7

Selanjutnya, secara analitis operasional, pengertian filsafat dapat diuraikan


sebagai berikut:

1) Filsafat sebagai metode berpikir.


Sebagai metode berpikir, filsafat merupakan hasil dan perenungan terhadap
permasalahan hidup manusia. Dengan berpikir manusia menemukan tingkat dan
jenis berpikir, antara lain: berpikir religious, berpikir sosiologis, berpikir empiris,
berpikir filosofis, dan berpikir synopsis.
2) Filsafat adalah berpikir mendalam atau berpikir radikal
3) Filsafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup
4) Filsafat sebagai suatu rumpun problema
5) Filsafat adalah mempertanyakan permasalahan yang ada didunia ini
6) Filsafat sebagai sistem pemikiran. Sebagai sistem pemikiran filsafat terbagi
kedalam tiga aspek, yaitu: logika, etika, dan metafisika.

5
Adri Efferi, Filsafat Pendidikan islam, kudus, Nora Media Enterprise Hal 4
6
Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perspektif barat dan Islam, Gema Insani, 2013 Hlm 13
7
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, Hlm 3
Yegi Rizki Pratama 4
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

7) Filsafat sebagai aliran atau teori, sebagai aliran idealisme, realisme, dan
sebagainya.

Filsafat merupakan sikap. Sebuah sikap hidup dan sikap terhadap kehidupan.
Dengan melakukan penyikapan terhadap hidup maka manusia perlu mengetahui
hakikat hidup ini. Pengetahuan tentang hidup ini menjadi penerang jalan kehidupan.
Setelah manusia memilki jalan kehidupan maka manusia dapat mencapai tujuan
hidupnya. Pengertian filsafat dari segi istilah sangat beragam. Keragaman tersebut
disebabkan oleh keragaman pemikiran dan perbedaan sudut pandang ketika melihat
suatu objek filsafat. Berkenaan dengan pengertian filsafat tersebut, bisa menggunakan
dan mencarikannya dengan pendekatan filosofis. Tentunya, jika hal itu yang
digunakan, maka sangat wajar pendefinisian tentang filsafat sangat beragam dan
bervariasi, baik dari segi makna maupun ruang lingkupnya.8

Berfilsafat berarti berpikir secara radikal, atau merenung secara mendalam


terhadap segala sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh atau universal untuk
mencari hakikat sesuatu, "the most general science….philosophy has been both the
seeking of wisdom and the wisdom tought…" (Dagobert D. Runner Dictionary of
Philosophy). "Filsafat, berarti ilmu yang paling umum…..yang mengandung usaha
mencari kebijaksanaan dan cinta kebijaksanaan". Para filosof Islam berusaha untuk
mendapatkan suatu sandaran bagi pengertian tersebut dari sumber-sumber agamanya.
Dan untuk itu mereka antara lain mengemukakan ayat Al-Qur'an surah Al-Baqarah
ayat 269:

Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam


tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi

8
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
DEPARTEMAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA, 2009, Hlm 4-5
Yegi Rizki Pratama 5
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S. Al-Baqarah ayat 269).9

Para filosof Islam mengemukakan perkataan "hikmah" untuk "kebijaksanaan"


atau "Sophia" diatas. Hikmah mengandung kematangan wawasan, cakrawala
pemikiran yang jauh, pemahaman yang mendalam, yang tidak dapat dicapai
pengamatan sepintas saja. Masih ada yang menambahkan persyaratan lain dari
hikmah, yaitu mengetahui pelaksanaan pengetahuan dan dapat melaksanakannya.10

Berfilsafat adalah berpikir, namun tidak semua berpikir adalah berfilsafat.


Berpikir dalam arti berfilsafat adalah berpikir yang konsepsional sehingga menyentuh
esensi obyek yang dipikirkan. Ada beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan yakni
sebagai berikut.

1. Radikal. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya. Berpikir


sampai ke hakikatnya, esensi atau sampai substansi yang dipikirkan. Manusia yang
berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk menangkap pengetahuan hakiki, yaitu
pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indra.

2. Universal (umum), berpikir sacara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta
proses-proses yang bersifat umum. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum
dari umat manusia (common experience of mankind) dengan jalan penjajagan, filsafat
berusaha untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

3. Konseptual. Yang dimaksud dengan konsep disini adalah hasil generalisasi dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.

4. Koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir


(logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Baik koheren maupun
konsisten, keduanya dapat diartikan sebagai bagan konseptual yang memuat
pendapat-pendapat yang tidak saling bertentangan di dalamnya.

5. Sistematik. Dalam mengemukakan jawaban terdapat suatu masalah para filsuf atau
ahli filsafat memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses berpikir yang

9
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1
10
Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, Mitra Pustaka, April 2011 hlm 1
Yegi Rizki Pratama 6
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

disebut berfilsafat. Pendapat-pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus


saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

6. Komprehensif. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan alam


semesta secara keseluruhan. Kalau suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif,
berarti sistem filsafat itu mencakup secara menyeluruh, tidak ada sesuatu pun yang
berada diluarnya.

7. Bebas. Sampai batas-batas yang luas sehingga setiap filsafat boleh dikatakan
merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka sosial,
historis maupun kultural. Kebebasan berpikir itu adalah kebebasan yang berdisiplin.

8. Bertanggung jawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang berpikir sambil


bertanggung jawab.

Demikian uraian ciri berpikir filsafat yang menjadi parameter dalam


menentukan proses berpikir seperti apa yang harus dilakukan sistem filsafat dalam
pengertian sebagai suatu cara berpikir. Filsafat tidak semata-mata hanya proses
berpikir saja, tetapi lebih dari itu, berpikir dengan menggambarkan ciri-ciri tersebut.
Manakala persoalan-persoalan yang mendasar di gambarkan secara radikal, universal,
konseptual, koheren dan konsisten, serta sistematik, disitulah formulasi filsafat
menepati posisinya. Dalam tahap ini, filsafat diartikan sebagai suatu proses
menggunakan suatu cara dan metode berpikir tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi merupakan suatu kumpulan dogma yang hanya
diyakini, ditekuni, dan dipahami sebagai suatu aktifitas berfilsafat, tetapi merupakan
suatu proses dinamis dengan menggunakan cara berpikir yang khas dan tersendiri.11

Dalam pengertian tradisional, filsafat dipandang sebagai suatu bentuk ilmu


pengetahuan, sebagai sebuah metode mencari kebenaran atau mencari pengetahuan.12
Menurut Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep
berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran
agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan

11
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, Cet 1, 2011 hlm 31-32
12
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an, Jakarta, PT.RINEKA CIPTA,
Februari 1994, Hlm 29
Yegi Rizki Pratama 7
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya


dijiwai oleh ajaran Islam.13

Istilah filsafat pendidikan Islam mengacu pada pengertian pendidikan Islam


secara filosofis, yang sampai ini istilah kejelasan pendidikan Islam masih menjadi
perdebatan dalam kosep dan realitanya. Secara kelembagaan, khususnya negara
Indonesia, realitas pendidikan Islam kurang mempunyai tempat yang layak dimata
pemerintah. Secara sosial, lembaga pendidikan Islam juga kurang mendapat apresiasi
yang menggembirakan dikalangan masyarakat, yang secara kualitatif justru mayoritas
beragama Islam. Fenomena ini tentu mengundang keprihatinan, apa yang menjadikan
lembaga pendidikan Islam kurang menjadi pendidikan yang utama dikalangan
masyarakat Indonesia? Jawaban dari pertanyaan ini mengundang wacana
epistemologis yang tiada henti.14

Tema filsafat pendidikan Islam menjadi wacana yang belum juga ada
jawabannya, belum ada kata sepakat tentang pengertian konsep pendidikan Islam,
pada satu sisi. Sedangkan disisi lain masih ada pandangan bahwa pendidikan agama,
khususnya Islam, merupakan wilayah individu yang tidak dapat masuk wilayah
publik. Sehingga pendidikan yang diartikan secara universal mengalami keterasingan
untuk dikaitkan dengan agama. Kesimpulannya, ada dua wilayah yang terpisah antara
keduanya, yakni wilayah individu dan wilayah umum, antar wilayah teologi dan
wilayah sekuler, antara wilayah duniawi dan akhirat.15

Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang pendidikan yang


tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan
dan pengalaman keIslaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan
pengalaman yang luas, seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar
yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoretis dan praktis dalam
segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah kependidikan yang ada dan
yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami

13
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, Hlm 13
14
Ahmad Ali Riyadi, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta, TERAS Juli 2010, Hlm 1
15
Ibid, Hlm 3-4
Yegi Rizki Pratama 8
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

kemandekan. Inilah salah satu ciri masyarakat modern sekarang, dinamika (geraknya)
terus melaju sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidupnya yang semakin meningkat.16

Salah satu tugas pokok dari Filsafat Pendidikan Islam adalah memberikan arah
dalam pencapaian tujuan pendidikan islam. Suatu tujuan pendidikan yang hendak
dicapai, harus direncanakan (diprogram) melalui kurikulum pendidikan. Oleh karena
itu kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan
maupun lembaga pendidikan Islam. segla hal yang harus diketahui, diresapi atau
dihayati oleh anak didik harus diterapkan dalam kurikulum. Begitu juga segala hal
yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak didiknya. Dengan demikian,
kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus
terjadi dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan anak didik.17

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam adalah filsafat pendidikan yang


prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk merumuskan berbagai konsep dan
teori pendidikan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam, filsafat
pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada umumnya yang tidak
memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk
yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan
tentang alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan bertasbih
kepada-Nya, pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan
tradisi yang berlaku dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari
Allah, serta berbagai pandangan ajaran Islam lainnya.18

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah
yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari keterangan secara radikal
mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan
biasa. Sebagaimana filsafat, filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini
berdasarkan ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara mikro
objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau
komponen dalam proses pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan

16
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2010, Hlm 28
17
Abdul Ghofur, Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal At-Tarbawi, Kajian Pendidikan
Islam, STAIN Surakarta. Vol.3. No.1. Mei-Oktober 2005 hlm 1
18
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, Hlm 38
Yegi Rizki Pratama 9
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan
(kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan. Untuk
lebih memfokuskan pembahasan filsafat pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus
penelitian ini, maka cukup disajikan ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan
Islam secara makro.19

b. Aliran Filsafat Pendidikan Ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, Aksiologi

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana
keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat dibalik alam nyata ini. Ontologi
menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas dari
panca indera kita. Bagaimana realita yang ada ini, apakah materi saja, apakah wujud
sesuatu ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur
(monoisme), dua unsur (dualisme), ataukah terdiri dari unsur yang banyak
(pluralisme).

Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan seperti


apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan
jenis-jenis pengetahuan. Memuat epistemologi, setiap pengetahuan manusia
merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui
manusia. Epistemologi mebahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas dan hakikat
pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia
memberikan kebenaran kepada murid-muridnya.

Sedangkan aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah


yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi merupakan suatu pendidikan
yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia.
Untuk selanjutnya, nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.20

c. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi,


Epistemologi, dan Aksiologi
a) Ontologi

19
http://eprints.walisongo.ac.id/811/3/083111098_BAB2.pdf
20
Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada, Cet 1, Juli 2011, hlm 77-78
Yegi Rizki Pratama 10
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut sebagai


proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya
adalah hakikat sesuatu , keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima
atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi atau segala sesuatu yang ada
dibumi dengan tenaga-tenaga yang ada dilangit, wahyu, akhirat, dosa, neraka,
pahala, dan surga.

Persoalan tentang ontologi ini menjadi pembahasan utama dibidang


filsafat, baik filsafat kuno maupun filsafat modern. Ontologi adalah teori dari
cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang
selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya, realitas dalam ontologi ini
melahirkan pertanyaan-pertanyaan: Apakah sesungguhnya hakikat realitas yang
ada ini? Apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita materi saja? Adakah
sesuatu dibalik realita itu? Apakah realita ini terdiri dari satu unsur (monoisme),
dua unsur (dualisme), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme)?

Di dalam pendidikan, Pandangan ontologi secara praktis akan menjadi


masalah yang utama. Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai
dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di masyarakat
maupun disekolah, selalu dihadapkan pada realita, objek pengalaman, benda mati,
benda hidup, dan sebagainya. Disini kewajiban pendidik ialah membina daya pikir
yang tinggi dan kritis.

b) Epistemologi

Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh L.F. Ferier pada abad ke-19
di Institut of Metafisics (1854). Dalam Encyclopedia of Philosophy, epistemologi
di definisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dari
ruang lingkup pengetahuan pra-anggapan dan dasar-dasarnya serta realitas umum
dari tuntutan pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari
logika materiil atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yakni
pengetahuan. Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita
mengetahui benda-benda. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa contoh pertanyaan
yang menggunakan kata "tahu" dan mengandung pengertian yang berbeda-beda,
baik sumbernya maupun validitasnya.
Yegi Rizki Pratama 11
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

c) Aksiologi

Akhlak adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Menurut


Brameld, ada tiga bagian yang membedakan didalam aksiologi. Pertama, moral
conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga,
socio-political life, kehidupan sosio-politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat
sosio-politik.

Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan ialah pendidikan


menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia
dan membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu
bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi menilai secara mendalam
dalam arti untuk membina kepribadian ideal.21

d. Pengertian Pendidikan Islam

Rangkaian kata "pendidikan Islam" bisa dipahami dalam arti berbeda-beda,


antara lain: istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam, berdasarkan sudut pandang
bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang ideal,
yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam)
islam, berdasar atas perspektif bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan
peradaban yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam
"proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat islam". Sedangkan
istilah ketiga, pendidikan (dalam) Islam, pendidikan agama Islam dalam hal ini bisa
dipahami sebagai "proses dan upaya serta cara dan transformasi ajaran-ajaran islam
tersebut, agar menjadi rujukan dan pandangan hidup bagi umat Islam". dengan
demikian, pendidikan (agama) Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam.22

Pendidikan Islam adalah pendidikan Islami, pendidikan yang mempunyai


karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang didirikan dan dikembangkan
diatas dasar ajaran Islam. Hal ini member arti yang signifikan, bahwa seluruh
pemikiran dan aktifitas pendidikan Islam tidak mungkin lepas dari ketentuan bahwa

21
Ibid, hlm 123-126
22
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, Mei
2008 Hal 7-8
Yegi Rizki Pratama 12
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

semua pengembangan dan aktifitas kependidikan Islam haruslah benar-benar


merupakan realisasi atau pengembangan dari ajaran Islam itu sendiri.23

Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem


kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba
Allah, sebagaiman Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.24 Pendidikan Islam adalah usaha orang
dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran
Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.25 Di dalam
khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa arab,
terdapat berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dan tokoh-tokoh pendidikan
islam dalam memberikan pengertian tentang pendidikan islam dan sekaligus
diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Tanpa mengurangi penghormatan
terhadap orang yang berpendapat lain, kiranya kata at-tarbiyah itu lebih tepat untuk
diterapkan dalam pengertian "pendidikan". Karena dalam istilah at-tarbiyah tercakup
didalamnya segala kegiatan yang berupa menumbuhkan, mengembangkan,
memperbaiki, mengurus, memimpin, mengawasi serta menjaga anak didik, yang
semua kegiatan itu memang tercakup dalam pengertian "pendidikan" dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian maka istilah "pendidikan islam" dalam bahasa arabnya
bisa dipakai istilah at-tarbiyah alislamiyah.26

Sementara itu pendapat lain dari Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas


mengemukakan bahwa al-ta‟dib adalah yang paling tepat untuk diidentikkan dengan
pendidikan. Addaba berarti mendidik. al-Ta‟dib berarti pendidikan. al-Ta‟dib,
menurutnya adalah penyemaian adab dalam diri seseorang. Argumentasi Sayyid
Muhammad Al-Naquib Al-Attas dalam hal ini adalah bahwa al-Qur‟an menegaskan
bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad, yang oleh
mayoritas kalangan akademik muslim disebut sebagai manusia sempurna atau

23
Muhammad As Said, Op.Cit. hlm 10
24
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,
Bumi Aksara 1994 Hlm 8
25
Ibid, Hlm 22
26
Ahmad Falah, Aspek-Aspek Pendiddikan Islam, Yogyakarta, Idea Press 2010
Yegi Rizki Pratama 13
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

manusia universal. Oleh karena itu,pendidikan Islam harus merefleksikan manusia


sempurna dan manusia universal.27

Dan menurut Zakiyah Darajat, pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu


usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.28

Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses


kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-
Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan redaksi yang agak singkat, ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam berisi
seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan
dan besumber pada Al-Qur'an dan Hadits serta akal. Kata "Islam" dalam "pendidikan
Islam" menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna
Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. pembahasan
ini tentulah agak berbau filsafat suatu hal yang sulit dihindari.29

Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah, maka ia
akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang bernafaskan Islam
yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui dan mengakui bahwa sejak Islam
diartikulasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat yang beraneka ragam kultur
dan struktur. Selama itu pula jasa-jasanya telah tampak mewarnai sikap dan
kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses
keberlangsungannya. Pendidikan Islam seperti yang dikehendaki umat Islam, harus
mengubah strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi
menuntut perombakan model-model sampai dengan institut-institutnya sehingga lebih
efektif dan efisien. Dalam artian pedagogis, sosiologis, dan kultural.30

Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh lebih
berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam. tantangan

27
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/34/36/pdf
28
Dakir dan Sardimi, Op.Cit, 34
29
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, cet.II. hlm 12
30
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2003, Hlm 4-5
Yegi Rizki Pratama 14
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres
yang berdimensi nilai ganda dengan tuntunan hidup yang multikompleks pula.31

Pendidikan Islam itu merupakan satu proses yang tidak hanya menyangkut
transfer ilmu, akan tetapi bagaimana menjadikan manusia makhluk berakhlak dengan
akhlak yang baik serta dari hasil pendidikan itu dapat membantu kehidupan diri dan
kemasyarakatannya dengan berlandasan ajaran Islam.32

Istilah pendidikan Islam dalam pandangan Hasan Langgulung digunakan


sekurang-kurangnya untuk depalan pengertian dan dalam konteks yang berbeda yaitu:

1) Pendidikan Keagamaan (al-Tarbiyah al-Diny)


2) Pengajaran Agama (al-Ta'lim al-din)
3) Pengajaran Keagamaan (al-Ta'lim al-Diny)
4) Pendidikan Keislaman (al-Ta'lim al-Islami)
5) Pendidikan dalam Islam (al-Tarbiyah fi al-Islam)
6) Pendidikan dikalangan orang Islam (al-Tarbiyah Inda al-Muslimin)
7) Pendidikan orang-orang Islam (Tarbiyah al-Muslimin)
8) Pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah).33

Diantara kata-kata yang sering didengar dan diulang-ulangi oleh orang-orang


pendidikan, kadang-kadang karena kejahilan, kadang-kadang karena meniru orang
barat, dan kadang-kadang karena maksud jahat untuk memburuk-burukan Islam,
adalah bahwa tidak ada teori pendidikan Islamdan tidak ada pemikiran pendidikan
Islam. tidak mungkin dibayangkan ada pendidikan Islam, sistem pendidikan yang
mempunyai ciri-ciri, filsafat dan tujuan-tujuannya, yang mencerminkan ideologi
kehidupan dalam masyarakat Islam tanpa adanya teori pendidikan Islam, atau
pemikiran pendidikan Islam. kejahilan terhadap pendidikan Islam, pemikiran
pendidikan Islam, dan filosof-filosof pendidikan Islam tidaklah mengurangi derajat
Islam dan pendidikan Islam, hanyalah menurunkan derajat orang-orang yang tidak
mengetahuinya. Seharusnya mereka mengetahuinya dengan sempurna sebagai orang-
31
Ibid, hlm 7
32
Zulkarnain Yani, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan Modern (Naquib Al-
Attas dan Hasan Langgulung) Jurnal Penelitian Agam dan Masyrakat, Pendidikan Agama di Era Reformasi.
Jakarta, Penamas 2008, Hlm 248
33
Zulkarnain Yani, Op.Cit, hlm 257-258
Yegi Rizki Pratama 15
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

orang Islam.34 Nilai pemikiran pendidikan Islam terdapat dalam sebuah Hadits
Rasulullah SAW yang bermakna:

“Aku telah meninggalkan bagimu sesuatu yang jika kamu perpegangi dengan
teguh niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan
Sunnahku.”

Ini sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad SAW di berbagai keadaan.

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-
Ahzab:21)35

Artinya: “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah


mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka
Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Q.S. An-
Nisaa' :80)36

Jadi berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah itulah yang memelihara
masyarakat Islam pada zaman kuatnya dari diresapi oleh faktor-faktor yang
melemahkan.37

34
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Pustaka Al-Husna Baru 2003, Hlm 115
35
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 418
36
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 77
37
Hasan Langgulung, Op.Cit, Hlm 126
Yegi Rizki Pratama 16
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh


Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan
perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan. Firman Allah dalam
Surat Al-„Alaq ayat 1-5:

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada apa yang tidak ketahui.” (QS. Al-„Alaq : 1-5)38

Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar
menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan. Islam disamping menekankan kepada umatnya
untuk belajar juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain,
jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Melakukan proses belajar dan
mengajar adalah bersifat manusiawi, yaitu sesuai dengan harkat kemanusiaannya,
sebagai makhluk homo educandus, dalam arti manusia itu sebagai makhluk yang
dapat dididik dan dapat mendidik. Banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits yang
menjelaskan hal tersebut antara lain.39

Surah Al-Taubah ayat 122

38
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 597
39
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991, Hlm 98-99
Yegi Rizki Pratama 17
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. Al-Taubah
122)40

Surah Al-Maidah ayat 67

Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari


Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al-Maidah ayat 67)

Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

Surah Az-Zumar ayat 9

Artinya : “(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-

40
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 187
Yegi Rizki Pratama 18
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang


dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar ayat 9)41

Sabda Nabi:

Artinya: “Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap


muslim pria dan wanita.” (H.R. Ibnu Abdil Bar)

Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya mengandung berbagai


dimensi. Seperti dimensi manusia sebagai subyek atau pelaku pendidikan (baik
berstatus sebagai pendidik atau peserta didik), maupun dimensi landasan, tujuan,
materi atau kurikulum, metodologi, dan dimensi institusi dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dimensi dimensi tersebut merupakan faktor penting yang mendukung
keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan pendidikan, dan masing-masing dimensi ini
memiliki paradigma fungsional sendiri-sendiri dan saling terkait untuk bersinergi
dalam sebuah sistem pendidikan.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. John Dewey dalam Jalaludin menyatakan, bahwa: Pendidikan
sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan
yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin ilmu. Pernyataan ini
setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas
manusia, memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan
dari komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan didalamnya. Sebab
pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia. Pendidikan
merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, karena pendidikan Islam
berorientasi dalam memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan
di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan menjadi perhatian utama
dalam rangka memajukan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat. Semestinya
pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka
merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar manusia
tidak hanya menginginkan kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis), namun
kebahagiaan di duniapun bisa diraihnya. Pada kehidupan masyarakat yang semakin
berbudaya dengan tuntutan hidup yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan

41
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 458
Yegi Rizki Pratama 19
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

hanya pada pembinaan keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-


kemampuan teoretis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Dalam
perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola pemikiran yang
kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik pada aspek materi,
sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari
respon dari sejarah pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan
akan pendidikan. Dua model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang
bercorak tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan
Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih menekankan pada
aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusifliteralis, apologetis. Sementara
pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh
mendasarnya.42

Secara teori, pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu merupakan konsep


pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat dikembangkan dari hipotesa-
hipotesa yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits baik dari segi sistem, proses, dan
produk yang diharapkan mampu membudayakan umat manusia agar bahagia dan
sejahtera dalam hidupnya. Dari segi teori, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
studi tentang proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan
optimal anak didik yang berlangsung diatas landasan nilai-nilai ajaran Islam.43

Para ahli pendidikan Islam biasanya telah menyoroti istilah-istilah tersebut


yaitu istilah At-Ta'diib, At-Ta'liim dan At-Tarbiyah dari aspek perbedaan antara
pendidikan dan pengajaran. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi dan Muhammad Yunus
menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan Ta'lim dari segi makna istilah maupun
aplikasinya memiliki perbedaan mendasar, mengingat dari segi makna istilah
Tarbiyah berarti mendidik, sementara Ta'lim berarti mengajar, dua istilah tersebut
secara subtansial tidak bisa disamakan. Imam Baidawi mengatakan bahwa istilah
pendidik (Tarbiyah) lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan Islam.
Sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil kajiannya berkesimpulan bahwa istilah
pengajaran (Ta'lim) lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya dari pada
pendidikan. Kajian lainnya berusaha membandingkan dua istilah diatas dengan istilah

42
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24620/1/IZZAH%20FAUZIAH-FITK.pdf
43
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers, Juli 2002, Hlm 9-10
Yegi Rizki Pratama 20
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Ta'dib, sebagaiman dikatakan oleh Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas bahwa


dari hasil kajiannya ditemukan bahwa istilah Ta'dib lebih tepat untuk digunakan
dalam konteks pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah
Tarbiyah dan Ta'lim.44

Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung


secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi
yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi
pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan
berkembang secara dinamis mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.45

e. Dasar Pendidikan Islam

Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan nilai-nilai


dasar agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya proses kependidikan
Islam dalam rangka mencapai tujuan. Untuk tujuan itu, harus memahami falsafah
pendidikan Islam, karena ia menjadi dasarnya dan sekaligus mengarahkan tujuan.
Oleh karena menyangkut permasalahan falsafah maka dalam pola dasar pendidikan
Islam itu mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan alam raya,
prinsip-prinsip kehidupan manusia sebagai pribadi, dan prinsipprinsip kehidupannya
sebgai makhluk sosial. Ketiga prinsip tersebut akan melibatkan pembahasan secara
mendalam menurut istilah teknis filosofis berturut-turut sebagai berikut:

Ontologi : yang membahas tentang asal-usul kejadian alam nyata dan dibalik alam
nyata.

Epistemologi : yang membahas tentang kemungkinan manusia mengetahui gejala


alam.

Aksiologi : yang membahas tentang sistem nilai-nilai dan teori nilai atau yang disebut
etika.46

44
Dakir dan Sardimi, Op.Cit, Hlm 35-36
45
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers Juli
2002 hlm 32
46
M. Arifin, Op.Cit. Hlm 37
Yegi Rizki Pratama 21
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of culture dan


bermanfaat bagi amnesia, maka perlu acuan pokok yang mendasarinya. Karena
pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia, yang secara kodrati
adalah insan pedagogik, maka acuan yang menjadi dasar pendidikan adalah nilai yang
tertinggi dari pandangan hidup suatu masyarakat dimana pendidikan itu
dilaksanakan.47

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim,


maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.
Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah
deprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam
hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat
menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar
yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah
(Hadits).

Menetapkan al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya
dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru
karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar
manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai
pedoman, al-Qur'an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara kesucian dan
kebenarannya. Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial
budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran Hadits sebagai dasar kedua
bagi pendidikan Islam. Secara umum, Hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang
didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.
Keperibadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik. Oleh
karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT. Dalam
pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu: (1) Menjelaskan sistem
pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Qur'an dan menjelaskan hal-hal yang tidak
terdapat didalamnya. (2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan
Rasulullah bersama sahabat, pelakunya terdapat anak-anak, dan pendidikan keimanan
yang pernah dilakukannya.48

47
Ahmad Tantowi, Op.Cit. hlm 14
48
Samsul Nizar, Op.Cit. hlm 34-35
Yegi Rizki Pratama 22
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

f. Tujuan Pendidikan Islam

Melihat posisi sentral manusia dalam proses pendidikan yang melibatkan


potensi fitrah, cita rasa ketuhanan dan hakikat serta wujud manusia menurut
pandangan Islam, maka tujuan pendidikan Islam adalah untuk aktualisasi dari potensi-
potensi kemanusiaan tersebut. Karena potensi yang ada merupakan nilai-nilai ideal
yang dalam wujud implementasinya akan membentuk pribadi manusia secara utuh,
sempurna dan mandiri. Bahkan tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah untuk
perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat
dan kemanusiaan pada umumnya.49

Secara etimologi, "tujuan" adalah arah, maksud atau haluan. Dalam bahasa
Arab "tujuan" diistilahkan dengan "Ghayat, Ahdaf, atau Maqashid". Sementara dalam
bahasa Inggris diistilahkan dengan "goal, purpose, objectives, atau aim". Secara
termonologi, "tujuan" berarti "Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha
atau kegiatan selesai".50

Adapun tujuan pendidikan adalah untuk membentuk pribadi muslim yang


berakhlak mulia (al-khuluq al-syarif), yaitu pribadi yang mulia secara subtansial dan
esensial, bukan kemuliaan yang temporal dan eksidental serta mewujudkan pribadi
yang baik, sempurna dan bahagia.51

Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya tujuan pendidikan Islam


adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul dengan sesama manusia dengan
baik dan benar serta mengamalkan amar ma'ruf nahi mungkar kepada sesama
manusia. Anak didik yang telah dibina dan digembleng oleh pola pendidikan Islam
adalah anak didik yang sukses dalm kehidupan karena ia memilki kemampuan dan
kemauan yang kuat untuk menjalani kehidupan berbekal ilmu-ilmu keislaman yang di
ridhai Allah dan Rasul-Nya. Pendidikan Islam bertujuan membangun karakter anak
didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar,

49
Dakir dan Sardimi, Op.Cit, 54
50
Armai Arief, Op.Cit. Hlm 15
51
Muhammad Zaini, Wacana Pendidikan Islam Jurnal Ilmiah Tarbiyah Refleksi Pemikiran Pendidikan Islam,
STAIN Tulungagung, November 2001, Hlm 145
Yegi Rizki Pratama 23
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Allah SWT berfirman dalam
Surah Al-Mujadalah: 11

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-
Mujadalah: 11)52

Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada umat
Islam untuk membangun atau memiliki lembaga pendidikan agar generasi mendatang
kaum muslimin memilki kecerdasan yang mumpuni, mentalitas yang kuat dan
keshalehan individual dan sosial yang fundamental.53

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan


keperibadian manusia (peserta didik), secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional:
perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan
seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah
dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek
tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan

52
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 542
53
Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009, Hlm 147-148
Yegi Rizki Pratama 24
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik
secara pribadi, komunitas, maupun seluruh manusia.54

Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip Dakir dan Sardimi memberikan


merumuskan mengenai fungsi tujuan pendidikan Islam yang harus mengenai empat
macam yaitu:

1) Mengakhiri usaha
2) Mengarahkan usaha
3) Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan-tujuan
baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan utama
4) Memberikan nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.55

Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada : tujuan umum, tujuan
sementara, tujuan akhir, tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan
dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara
lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalamsebuah kurikulum. Tujuan
akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia
sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara, Tujuan
operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
56
pendidikan tertentu.

Secara normatif tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam meliputi tiga
dimensi. Pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia. (yang
tercermin dalam ibadah dan mu'amalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu
kata yaitu akhlak mulia, yang menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi sebagai
tujuan utama pendidikan Islam. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan bahwa
ulama-ulama dan sarjana-sarjana Muslim (terdahulu) dengan penuh perhatian telah
berusaha menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik, membiasakan mereka
berpegang kepada moral yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. Berpikir

54
Samsul Nizar. Op.Cit. Hlm 37-38
55
Dakir dan Sardimi, Op.Cit, Hlm 55
56
Armai Arief, Op.Cit, Hlm 18-19
Yegi Rizki Pratama 25
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

secara rohaniah dan insaniah, serta menggunakan waktu untuk belajar ilmu-ilmu
duniawi dan ilmu-ilmu keagamaan, tanpa melirik pada keuntungan materiil.57

Pendidikan merupakan usaha dan kegiatan yang sarat dengan tujuan.


Kedudukan tujuan dalam pendidikan cukup strategis, karena selain memberikan
panduan tentang karakteristik manusia yang ingin dihasilkan oleh pendidikan tersebut,
sekaligus pula menentukan arah dan langkah-langkah dalam melakukan seluruh
kegiatan dan proses penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itulah berbagai
pembahasan dan penelusuran terhadap suatu sistem pendidikan seringkali mengalami
kegagalan disebabkan mengabaikan kajian terhadap konsep-konsep tujuan pendidikan
yang dicanangkannya, hal itu berarti bahwa untuk memahami konsep-konsep
pendidikan Islam, tentulah diperlukan pemahaman yang memadai tentang tujuan
pendidikan Islam.58

Tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah suatu upaya untuk dapat
merealisasikan identitas Islam, yaitu menyangkut nilai perilaku manusia yang didasari
oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber kekuasaan mutlak yang
harus ditaati. Kongres Pendidikan Islam sedunia di Islamamad Tahun 1980
merumuskan tujuan pendidikan Islam adalah: Merealisasikan cita-cita (idealisme)
Islami yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh
secara harmonis, berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis (jasmaniah) manusia
yang mengacu pada keimanan dan sekaligus ilmu pengetahuan secara
berkeseimbangan, sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna yang berjiwa
tawakal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah SWT.59

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al- An‟am: 162)60

57
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm 10-11
58
Ahmad Falah. Op.Cit bab 3
59
http://www.lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110112.pdf
60
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128
Yegi Rizki Pratama 26
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tujuan pendidikan Islam dapat diklarifikasikan kepada tiga yaitu:

1) Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu


sendiri sebagai wujud ibadah kepada Allah
2) Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan Akhlaq alkarimah
3) Tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan peserta didik mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan ketiga tujuan ini diharapkan pendidikan yang diprogramkan akan


mampu mengantarkan peserta didik pada kedekatan diri kepada Allah.61

Ada dua sarana pokok untuk mencapai tujuan pendidikan: Pertama, bidang
pengetahuan yang harus menjadi bekal para murid. Dengan kata lain materi
pendidikan yang harus dipelajari murid. Kedua, cara terbaik untuk menyajikan
pengetahuan dan bahasan pengajaran dari suatu materi pendidikan, hingga
terpenuhilah apa yang di inginkan dan bisa mengambil manfaat dari materi itu.
Dengan demikian murid dapat mencapai tujuan yang di inginkan dari pendidikan dan
pengajarannya. Al-Ghazali merumuskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan
hidup dan nilai-nilai yang mendasarinya. Atau singkatnya sesuai dengan filsafatnya.62

Menurut Ibn Khaldun ada tiga tingkat tujuan pendidikan Islam yaitu:

1) Pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu, orang awam bisa memiliki


pemahaman yang sama tentang suatu persoalan dengan seorang ilmuwan, akan
tetapi, potensi al-makalah atau Skill tidak bisa dimiiki oleh setiap orang, kecuali
setelah ia benar-benar memahami dan mendalami satu disiplin tertentu,
semenatara itu sampai pada tahap ini, diperlukan pendidikan yang sistematis dan
mendalam.
2) Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman, dalam hal
ini pendidikan hendaknya ditujukan untuk memperoleh keterampilan yang tinggi
pada profesi tertentu. Pembinaan pemikiran yang baik. Kemampuan berpikir
merupakan garis pembeda antara manusia dan binatang. Oleh karena itu
pendidikan hendaknya diformat dan dilaksanakan dengan terlebih dahulu

61
Samsul Nizar. Op.Cit. hlm 87
62
Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta P3M, April 1986, hlm 16
Yegi Rizki Pratama 27
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi psikologis peserta


didik.63

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa
kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.
(Lihat Q.S. Al-Dzariyat: 56 dan Q.S. Ali Imran: 102)

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat: 56)64

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-


benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam.” (Q.S. Ali-Imran: 102)65

Adapun tujuan akhir pendidikan Islam apada hakikatnya adalah realisasi dari
cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat
manusia di dunia dan akhirat. Rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam telah
disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan Islam dari semua golongan dan madzab
dalam Islam, misalnya sebagai berikut:

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan


yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk
individual dan sebagai makhluk sosial yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya.
Oleh karena itu, pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan,
dan indra. Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya,

63
Samsul Nizar. Op.Cit. hlm hlm 93-94
64
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599
65
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 50
Yegi Rizki Pratama 28
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya


(secara perorangan maupun secara kelompok). Pendidikan tersebut harus mendorong
semua aspek ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup. Tujuan akhir
dari pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia
secara keseluruhan.66

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa
kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat: 56).67

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-


benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam.” (Q.S. S. ali Imran: 102)68

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil„alamin,


baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang
dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih
spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih
praktis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-
ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan
harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan,
sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai. Islam menghendaki agar
manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang
66
M. Arifin, Op.Cit, Hlm 28
67
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599
68
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 50
Yegi Rizki Pratama 29
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah
kepada Allah. Seperti dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56

Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)69

Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar


ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang
mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa
perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.70

Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam adalah


tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu
hidupnya, yaitu terbentuknya moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan
jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan jasmani, akal, dan
ilmu praktis. Dengan berpijak pada firman Allah SWT,71 sebagai berikut:

Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash: 77)72

69
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 599
70
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh1367246107.pdf
71
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, AMZAH, Agustus 2010, Hlm 61
72
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 385
Yegi Rizki Pratama 30
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Mengutip pendapat Sayyid Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Hasan


Langgulung menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim sama artinya
dengan do'a yang selalu dibaca dalam shalat, yaitu :

Artinya: “Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian Itulah yang diperintahkan


kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).” (Q.S. Al-An'am: 163)73

Tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan Islam
sepanjang sejarah, semenjak zaman Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman.74

g. Kurikulum Pendidikan Islam

Salah satu tugas pokok Filsafat Pendidikan Islam adalah memberikan kompas
atau arah dan tujuan pendidikan Islam. suatu tujuan kependidikan yang hendak
dicapai harus direncanakan (diprogramkan) dalam apa yang disebut "kurikulum".

Antara tujuan dan program harus ada kesesuaian atau kesinambungan. Tujuan
yang hendak dicapai harus tergambar didalam program yang tertuang didalam
kurikulum, bahkan program itulah yangmencerminkan arah dan tujuan yang
diinginkan dalam proses kependidikan.

Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses kependidikan dalam suatu lembaga kependidikan Islam. Segala hal yang harus
diketahui atau diresapi juga dihayati oleh anak didik harus ditetapkan dalam
kurikulum itu. Juga segala hal yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak
didiknya, harus dijabarkan didalam kurikulum.75

Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai suatu sistem


adalah materi. Materi pendidikan Islam ialah semua bahan pelajaran yang
disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem instruksional pendidikan.

73
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 128
74
Armai Arief, Op.Cit. Hlm 25
75
Muzayyin Arifin, Op.Cit. 77
Yegi Rizki Pratama 31
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum. Sedangkan kurikulum
menunjuk kepada materi yang sebelumnya telah disusun secara sistematis guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.76

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
arinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini
pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga yang berarti " a little racecourse"
(suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olah raga). Berdasarkan
pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian
sebagai "circle of instruction" yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan
murid terlibat didalamnya. Sementara pendapat yang lain dikemukakan bahwa
kurikulum adalah arena pertandingan, tempat pelajar bertanding untuk menguasai
pelajaran guna mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah
merupakan landasan yang digunkan pendidik untuk membimbing peserta didiknya
kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental.77

Sedangakan secara terminologi, berarti rancangan program pendidikan yang


berisi serangkaian pengalaman yang diberikan kepada peserta didik untuk mencapai
suatu tujuan yang ingin dicapai melalui serangkaian pengalaman belajar. Kedua aspek
tersebut, tujuan dan pengalaman belajar dalam sebuah kurikulum ditentukan oleh
keinginan, keyakinan atau pengetahuan serta kemampuan anggota masyarakat yang
menyelenggarakan program pendidikan tersebut.78

Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1) Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan diamalkan
harus berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama'.
2) Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi
siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.

76
Nur Uhbiyati, Op.Cit, Hlm 133
77
Samsul Nizar, OP.Cit, Hlm 55-56
78
Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam, Bandung, Alfabeta Juli 2013, Hlm 68
Yegi Rizki Pratama 32
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

3) Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta


kegiatan pengajaran.

Sebelum membuat dan menentukan suatu kurikulum, ada beberapa prinsip


yang patut dipertimbangkan yaitu:

1) Mata pelajaran dapat berpengaruh terhadap pendidikan jiwa serta kesempurnaan


jiwa anak didik.
2) Mata pelajaran yang diberikan dapat memberikan petunjuk serta tuntunan untuk
menjalani hidup dengan mulia.
3) Mata pelajaran sebaiknya secara langsung dapat memberikan manfaat bagi anak
didik didalam hidupnya.
4) Mata pelajaran hendaknya mencerminkan pendidikan kejiwaan yang sesuai
dengan bakat dan keinginan anak.
5) Mata pelajaran hendaknya dapat menjadi alat pembuka jalan untuk mempelajari
ilmu-ilmu lain.

Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum
pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi anak didik untuk
berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri dan terhadap
lingkungan sekitar.79

Pada umumnya kurikulum adalah nama-nama mata pelajaran beserta silabinya


atau pokok bahasan. Esensi kurikulum adalah program dalam mencapai tujuan
pendidikan.80 Kurikulum adalah konsep yang sering terdengar dalam dunia
pendidikan, tetapi banyak yang mengartikan kurikulum identik dengan mata pelajaran
atau mata kuliah. Sesungguhnya istilah kurikulum berasal dari bahasa latin curriculum
yang arti asalnya a ranning course, or race course dan dalam bahasa Prancis berasal
dari bahasa courier yang artinya berlari. Istilah kurikulum digunakan sebagai makna
majazi dari mengejar mata pelajaran demi mencapai ijazah dan gelar. Kurikulum
bukan sekedar mata pelajaran atau mata kuliah. Kurikulum adalah semua rencana
yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai

79
Armai Arief, Op.Cit, Hlm 33-34
80
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu, Memanusiakan Manusia,
Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2008 hlm 99
Yegi Rizki Pratama 33
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
disepakati.81

Kurikulum pendidikan Islam di waktu dulu tidak tertentu atau terikat dengan
sekian jam untuk suatu mata pelajaran dalam seminggu seperti halnya sekarang ini,
tetapi pelajaran dulu itu adalah umum sifatnya dimana guru bebas memilih buku dan
bahan-bahan pelajaran yang akan di ajarkannya. Bahan-bahan pokok yang diberikan
kepada anak-anak dalam tingkat pertama atau permulaan secara umumnya adalah
sebgai berikut: Al-Qur'an dan sendi-sendi agama.82

Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan
dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang
disepakati. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan memiliki kurikulum masing-
masing. Ada perbedaan antara kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan
kejuruan. Jika kurikulumnya berbeda, cara yang ditempuh dalam
mengimplementasikan kurikulumnya pun akan berbeda. Kurikulum dengan
pengertian diatas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak
bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan
aplikatif. Sebagaiman tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan. Misalnya
pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengetahuan siswa, pengembangan
pribadi siswa, kemampuan sosial, dan atau kemampuan keterampilan kerja. Dengan
tujuan tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk kerja. Dengan tujuan
tersebut, sudah tentu kurikulum harus diarahkan untuk mencapainya. Penguasaan
pengetahuan akan berkaitan dengan penyajian materi ilmu pengetahuan teoretis,
pengembangan pribadi akan berkaitan dengan kurikulum yang diarahkan pada
pengetahuan tingkah laku, moralitas, dan agama, kemampuan keterampilan
kurikulumnya diarahkan pada pengetahuan terapan yang memperkuat profesionalitas
anak didik dalam memperdalam keahlian tertentu supaya siap pakai dan siap kerja
sekaligus siap memperoleh penghasilan.83

Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam menurut Abdurrahman An-Nahlawi yaitu:

81
Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam, Pengantar Ahmad Tafsir, Pustaka Setia, Bandung, 2009 hlm 127
82
M.Athiyah Al-Abrasyi, Op.Cit. hlm 160
83
Hasan Basri. Op.cit. hlm 128-129
Yegi Rizki Pratama 34
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Sistem pendidikan menuntut pengkajian kurikulum yang Islami, tercermin dari


sifat dan karakteristiknya. Kurikulum seperti itu hanya mungkin, apabila bertopang
dan mengacu pada pemikiran yang Islami pula, serta bertolak dari pandangan hidup
serta pandangan tentang manusia (pandangan antropologis) serta diarahkan kepada
tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islami. Agar kriterium kurikulum
pendidikan Islam tersebut diatas dapat terpenuhi maka dalam penyusunannya supaya
selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Sistem dan perkembangan kurikulum tersebut selaras dengan fitrah insan sehingga
memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dan penyimpangan dan
menyelamatkannya.
2) Kurikulum dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir
pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah. Disamping untuk
merealisasikan berbagai aspek tujuan tak lengkap seperti: aspek psikis, fisik,
sosial, budaya maupun intelektual. Berbagai aspek tujuan pendidikan tak lengkap
ini, berfungsi dalam rangka meluruskan dan melarangkan pola hidup, yang
selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan akhir pendidikan.
3) Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodisasi
perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) nya seperti karakteristik
keanakan (dalam berbagai tahapan perkembangannya), kewanitaan dan kepriaan.
Demikian pula fungsi serta peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan
sosial.
4) Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum
memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat, sambil tetap bertopang
pada jiwa dan cita ideal Islaminya.
5) Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak
bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya. Terarah
kepada pola hidup Islam.
6) Antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya hendaknya jelas pertautannya,
saling mengacu, serta terikat "benang merahnya" yang memadukannya serta
membentang menuju tujuan akhir pendidikan.
7) Hendanya kurikilim itu realistic, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai
dengan situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat dinegara yang
akan melaksanakannya.
Yegi Rizki Pratama 35
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

8) Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum itu bersifat


luwes, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi setempat,
dengan mengingat pula faktor perbedaan individual yang menyangkut bakat minat
serta kemampuan siswa untuk menangkap, mencerna dan mengolah bahan
pelajaran yang bersangkutan.
9) Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan menggugah
perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkah laku yang positif serta
meninggalkan dampak efektif (sikap) yang positif pula dalam jiwa generasi jiwa.
Untuk itu diperlukan pemanfaatan metode pendidikan yang memadai sehingga
melahirkan dampak mendalam, berupa berbagai kegiatan Islami yang efisien.
10) Kurikulum itu hendaknya memperhatikan pula tingkat perkembangan siswa yang
bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu diseleraskan
dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan perasaan keagamaan dan
pertumbuhan bahasa bagi fase tersebut.
11) Hendaknya kurikulum memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami,
seperti pendidikan untuk berjihad dan menyebarkan dakwah Islamiyah, serta
membangun masalah muslim dilingkungan sekolah.84

Dalam pandangan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, penyusunan kurikulum itu


hendaknya berpegang pada beberapa prinsip yaitu:

Pertama, pertimbangan pada adanya pengaruh mata pelajaran itu dalam pendidikan
jiwa serta kesempurnaan jiwa.

Kedua, adanya suatu pengaruh pelajaran dalam menjalani cara hidup yang mulia,
sempurna, seperti pengaruh ilmu akhlak, hadits, fiqh, atau lainnya.

Ketiga, perlunya menuntut ilmu karena ilmu itu sendiri.

Keempat, mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu itu dianggap yang terlezat bagi
manusia.

Kelima, prinsip pendidikan kejuruan, teknik, dan industrialisasi buat mencari


penghidupan.

84
Nur Uhbiyati, Op.Cit. Hlm 146-149
Yegi Rizki Pratama 36
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Keenam, mempelajari beberapa mata pelajaran adalah alat dan pembuka jalan untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain. Dengan demikian kurikulum pendidikan (Islam) meliputi
kepentingan duniawi dan ukhrawi.85

h. Metode Pendidikan Islam

Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasaYunani metodos. Kata ini
terdiri dari dua suku kata : yaitu "metha" yang berarti melalui atau melewati, dan
"hodos" yang bermakna jalan atau cara. Jadi, metode berarti suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, metode pendidikan Islam bisa diartikan
sebagai suatu cara yang harus dilalui dalam menyajikan bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam. Selain itu, Ibn Khaldun mengungkapkan secara
subtansial ada perbedaan metode pendidikan yang digunakan dalam mendidik anak-
anak dan remaja. Banyak guru-guru yang kita liahat dewasa ini yang kurang paham
tentang cara mengajar yang efektif. Pada permulaan saja, mereka telah memberikan
masalah-masalah yang sulit-sulit dan meminta para peserta didik untuk memecahkan
masalah-maslah tersebut. Senada dengan ibnu Khaldun, Al-Ghazali menyarankan
agar membedakan metode pengajaran yang dipakai untuk anak-anak, remaja, dan
orang dewasa. Menurutnya tujuan utama dari guru adalah mengajarkan peserta didik
pelajaran yang mudah dipahami. Sebab masalah-maslah yang sulit bisa menyebabkan
merusak pikiran peserta didik. Dan akibat terburuknya adalah mereka justru malas
belajar. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menyatakan, anak-anak membutuhkan hal-
hal yang dapat dirasa yang ada hubungannya dengan lingkungan dan dunia mereka,
sementara nalar dan logika para remaja dan orang dewasa bisa menjangkau sesuatu
yang abstrak sekalipun.86 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mengartikan metode ialah
jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-muridnya segala macam
pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Ia adalah rencana yang kita buat untuk diri
kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu sesudah kita
memasukinya. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, metode memegang
peranan penting. Penggunaan metode yang sesuai dengan bahan pelajaran yang
diajarkan, anak murid yang diajar, lingkuangan tempat mengajar, akan membawa

85
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-
Interkonektif, Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada, Januari 2011, Hlm 109-110
86
Ahmad Tantowi, Op.Cit. hlm 28-30
Yegi Rizki Pratama 37
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

suasana proses belajar-mengajar berjalan mulus dan efektif. Muhammad Athiyah Al-
Abrasyi menyimpulkan bahwa metode pendidikan Islam telah modern sejak semula.
Hal ini terlihat dalam beberapa prinsip yang mendasar seperti adanya unsur
demokrasi, kebebasan, kemerdekaan, persamaan dalam pendidikan, unsur
pengamatan kepada bakat anak, kecenderungan, fitrah, kecakapan, kemampuan,
berkomunikasi dengan anak dengan penuh kasih sayang dan pendidikan seumur
hidup. Dia sependapat dengan dengan al-Ghazali, Ibnu Sina, al-Zarnuji dan Ibnu
Khaldun mengenai kaidah-kaidah dasar dalam pendidikan Islam diantaranya:

1) Tidak ada pembatasan usia anak mulai belajar.


2) Memberi kebebasan pada peserta didik dua disiplin ilmu yang disukai sesuai
bakatnya.
3) Cara mengajar anak yang belum baligh berbeda dengan mengajar anak yang sudah
baligh, pelajaran dimulai dari yang paling mudah.
4) Supaya pendidik tidak mengajarkankepada anak didik dua displin ilmu yang
berbeda dalam satu waktu atau pada waktu yang sama,sebaiknya masing-masing
ilmu diajarkan secara khusus dalam waktu tertentu, diberikan oleh pendidik yang
menguasai ilmu tiu sehingga peserta didik benar-benar mamahaminya.
5) Ketika memperhatikan dan mengindahkan pada waktu menunujukkan contoh dan
alat peraga kepada aanak sebaiknya dengan sesuatu yang mudah ditangkap oleh
panca indra dan perasaan mereka dan berangsur-angsur dapat dicerna akal mereka.
Al-Abrasyi berpendapat bahwa masing-masing mata pelajaran mempunyai metode
tersendiri dalam penyampaiannya. Ia berpendapat dalam memberikan pelajaran
kepada anak-anak sebaiknya digunakan metode induktif, sedangkan untuk remaja
digunakan metode deduktif. Diapun menyetujui lima langkah yang diterapkan
para pendidik dalam memberikan pelajara dimulai dengan pendahuluan, berikut
materi pelajaran, kemudian hubungan pelajaran baru dengan pelajaran yang sudah
diketahui, lalu hasil yang didapat dan akhirnya latihan atau praktik.

Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

1) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2) Abd. Al-Rahmah Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara
yang praktis dalam mencapai tujuan pendidikan.
Yegi Rizki Pratama 38
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

3) Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mendefinisikan pula bahwa metode adalah


jalan yang kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada murid-murid tentang
segala macam metode dalam berbagai pelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode


adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh
pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan danpengajaran
kepada peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam
kurikulum yang telah ditetapkan. Dari definisi metode di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Metode Pendidikan Islam adalah cara yang efektif dan efisien
yang harus dimiliki oleh pendidik dalam Pendidikan Islam.87

Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat


konsisten dan sistematis, mengingat sasaran metode itu adalah manusia yang
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jadi, penggunaan metode
dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati
dalam pekerjaan mendidik atau mengajar.88

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang


sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam
menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode,
suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam
kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang
tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar
sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang
diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu
dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam
proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna apabila mengandung nilai-nilai
yang intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran sejalan dengan materi
pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal
yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. antara metode, kurikulum, dan
tujuan pendidikan mengandung relevansi dan operasional dalam proses
kependidikan. Oleh karena proses kependidikan mengandung makna internalisasi
87
http://digilib.uinsby.ac.id/7700/5/bab2.pdf
88
Muzayyin Arifin, Op.Cit. Hlm 90
Yegi Rizki Pratama 39
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

dan transformasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi manusia didik dalam upaya
membentuk pribadi muslim yang beriman, bertaqwa, dan berilmu pengetahuan.89

1. Dasar-Dasar Metode Pendidikan Islam

Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut


persoalan individual atau sifat sosial dari peserta didik dan pendidik itu
sendiri, sehingga dalam menggunakan metode, seorang pendidik harus
memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan. Sebab metode
pendidikan hanyalah sarana menuju tujuan pendidikan, sehingga segala cara
yang ditempuh oleh seorang pendidik harus mengacu pada dasar-dasar metode
pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak lepas dari dasar agama, biologis,
psikologis dan sosiologis.

1) Dasar Agama

Agama merupakan salah satu dasar-dasar metode Pendidikan Islam,


karena dari agama para pendidik dapat memberikan pendidikan moral yang
baik bagi peserta didik. Dan ketika peserta didik mempraktekkan dalam
kehidupan bermasyarakat akan memberikan dampak yang positf, sehingga
terbentuklah kepribadian yang baik di masyarakat bagi peserta didik.

Al-Qur‟an dan Hadist tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode


Pendidikan Islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar agama Islam, maka
dengan sendirinya metode Pendidikan Islam harus merujuk pada kedua sumber
ajaran tersebut. Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode
Pendidikan Islam tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri. Nilai-
nilai Al-Qur‟an yang diserap oleh Rasulullah terpancar dalam gerak-geriknya
yang direkam oleh para sahabat sehingga hampir tidak ada ayat yang tidak
dihafal dan diamalkan oleh sahabat. Disamping itu kehadiran Al-Qur‟an di
tengah masyarakat Arab, memberikan pengaruh yang besar terhadap jiwa
mereka. Akhirnya, mereka berpaling secara total, dan semua keputusan selalu
melihat isyarat Al-Qur‟an sebagai petunjuk kehidupan. Sementara pendidikan
salah satu wahana untuk merumuskan dan mencapai tujuan hidup. Dengan

89
M. Arifin, Op.Cit. Hlm 144
Yegi Rizki Pratama 40
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

demikian petunjuk hidup seluruhnya harus ditujukan kepada isyarat Al-


Qur‟an, karena Al-Qur‟an mulai ayat pertama hingga terakhir tidak terlepas
dari isyarat pendidikan. Sedangkan Sunnah dalam konteks pendidikan
mempunyai dua fungsi, yaitu: (a) Menjelaskan metode Pendidikan Islam yang
bersumber dari Al-Qur‟an secara konkret dan penjelasan lain yang belum
dijelaskan Al-Qur‟an; (b) Menjelaskan metode pendidikan yang telah
dilakukan oleh Rasul dalam kehidupan kesehariannya serta cara beliau
menanamkan keimanan. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode
Pendidikan Islam berdasarkan pada agama, dan karena Al-Qur‟an dan Al-
Hadist merupakan sumber pokok ajaran agama Islam, maka dalam
pelaksanaan metode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul
secara efektif dan efisien yang dilandasi nilai-nilai keduanya (Al-Qur‟an dan
Al-Hadist).

2) Dasar Biologis

Perkembangan biologis manusia, mempunyai pengaruh dalam


perkembangan intelektualnya, sehingga semakin lama perkembangan biologis
seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.
Dalam memberikan pendidikan terutama dalam Pendidikan Islam, seorang
pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
Perkembangan kondisi jasmani (biologis) seseorang juga mempunyai
pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya. Seseorang yang menderita cacat
jasmani akan mempunyai kelemahan dan kelebihan yang mungkin tidak
dimiliki oleh orang yang normal, misalnya seseorang yang mempunyai
kelainan pada matanya (rabun jauh), maka cenderung untuk duduk di bangku
barisan depan, karena berada di depan, maka tidak dapat bermain-main pada
waktu guru memberikan pelajarannya, sehingga memperhatikan seluruh uraian
guru. Karena hal ini berlangsung terusmenerus, maka dia akan mempunyai
pengetahuan lebih dibanding dengan lainnya, apalagi termotivasi dengan
kelainan mata tersebut. Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa
perkembangan jasmani itu sendiri memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pendidikan. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan
seorang pendidik harus memperhatikan kondisi biologis peserta didik. Seorang
Yegi Rizki Pratama 41
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

peserta didik yang cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik, baik
pengaruh positif maupun negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan
Tuhan, maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian
secukupnya pada siswanya untuk menerima penciptaan Allah yang sedemikian
rupa.

3) Dasar Psikologis

Metode Pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif, bila


didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis siswa. Sebab
perkembangan dan kondisi psikologis siswa memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap internalisasi nilai dan transformasi ilmu. Dalam kondisi
jiwa yang labil (jiwa yang tidak normal), menyebabkan transformasi ilmu
pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Perkembangan psikologis seseorang berjalan sesuai dengan
perkembangan biologisnya, sehingga seorang pendidik dalam menggunakan
metode pendidikan bukan saja memperhatikan psikologisnya tetapi juga
biologisnya. Karena seseorang yang secara biologisnya cacat, maka secara
psikologisnya dia akan merasa tersiksa karena ternyata dia merasakan bahwa
teman-temannya tidak mengalami seperti apa yang dideritanya. Dengan
memperhatikan yang demikian itu, seorang pendidik harus jeli dan dapat
membedakan kondisi jiwa peserta didik, karena pada dasarnya manusia tidak
ada yang sama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan
metode pendidikan, seorang pendidik di samping memperhatikan kondisi
jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya.
Sebab manusia pada hakekatnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan
rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan. Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam metode Pendidikan
Islam berupa sejumlah kekuatan psikologis peserta didik termasuk motivasi,
emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal
(intelektualnya), sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan
potensi psikologis yang ada pada peserta didik. Dalam situasi sekolah, setiap
anak memiliki sejumlah motif atau dorongan yang berhubungan dengan
Yegi Rizki Pratama 42
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

kebutuhan biologis dan psikologis. Di samping itu anak memiliki pula sikap-
sikap, minat, penghargaan dan cita-cita tertentu.

4) Dasar Sosiologis

Interaksi yang terjadi antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan
siswa, merupakan interaksi timbale balik yang kedua belah pihak akan saling
memberikan dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologi
seorang individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sosial
masyarakatnya dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu guru sebagai
pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya hendaklah memberikan teladan
dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti dikala berinteraksi
dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah dan karyawan. Interaksi
pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan peserta didik dikala berada di lingkungan
masyarakatnya. Kadang-kadang interaksi dari masyarakat tersebut,
berpengaruh pula terhadap lingkungan kelas dan sekolah. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa dasar sosiologis adalah salah satu dasar dalam metode
Pendidikan Islam. Dari dasar sosiologis inilah pendidik diharapkan dapat
menggunakan metode Pendidikan Islam yang sesuai dengan tujuan pendidikan
itu sendiri. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode
Pendidikan Islam harus dijalankan atas dasar agama, biologis, psikologis dan
sosiologis, sehingga dari keempat dasar tersebut metode Pendidikan Islam
akan berjalan dengan baik dan tercapailah tujuan pendidikan tersebut.

2. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam

Kata prinsip berasal dari bahasa Inggris principle yang berarti asas,
dasar dan prinsip. Sedangkan kata “asas” dalam kamus bahasa Indonesia diarti
dasar, alas dan tumpuan berpikir (berpendapat). Adapun kata “dasar”
mempunyai arti bagian yang terbawah, lantai, bakat, pembawaan dan
sebagainya. Berdasarkan makna kebahasaan ini, maka prinsip dapat diartikan
sesuatu yang bersifat asasi dan mendasar yang harus ada pada bangunan
mengenai sesuatu, termasuk bangunan metodologi pendidikan. Dalam
menggunakan metode Pendidikan Islam harus memperhatikan prinsip-prinsip
Yegi Rizki Pratama 43
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

dari metode Pendidikan Islam, karena dari prinsip-prinsip tersebut mampu


memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan metode pendidikan
tersebut, sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip metode Pendidikan Islam,
antara lain:

1) Mempermudah

Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya


adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta
didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan,
keterampilan,dan sekaligus mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai
yang terdapat dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut. Sehingga
metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa
mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu. Inilah barangkali
yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik tidak harus
menggunakan metode yang muluk-muluk, cukup dengan metode yang
sederhana saja yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan
pendidik mampu menyampaikan dengan baik, sehingga mudah diserap,
dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.

2) Berkesinambungan

Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode Pendidikan


Islam, karena dengan asumsi bahwa Pendidikan Islam sebuah proses yang
akan berlangsung terus-menerus. Sehingga dalam menggunakan metode
pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan
pelaksanaan pemberian materi. Jangan hanya karena mengejar target
kurikulum, seorang pendidik menggunakan metode yang tidak efektif yang
pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik,
karena peserta didik merasa dibohongi oleh pendidik. Metode pendidikan yang
digunakan pendidik pada waktu yang lalu merupakan landasan dan pijakan
metode sekarang yang sedang digunakan, sementara metode yang sekarang
dipakai menjadi dasar perencanaan metode berikutnya, demikian seterusnya.
Sehingga dengan beraneka macam metode yang saling berkesinambungan
Yegi Rizki Pratama 44
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

tersebut materi pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan sistematis


dan gambling.

3) Fleksibel dan Dinamis

Metode Pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel


dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut,
pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam
metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dan berbagai
alternative yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan tepat
dengan materi, berbagai macam kondisi peserta didik, sarana dan prasarana,
situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip
kedinamisan ini berkaitan erat dengan prinsip berkesinambungan, karena
dalam kesinambungan tersebut metode Pendidikan Islam akan selalu dinamis
dengan situasi dan kondisi yang ada. Dengan prinsip ini diharapkan akan
muncul metode-metode yang relative baru dari para pendidik Islam. Sebab
dengan prinsip kelenturan dan kedinamisan ini memberikan peluang yang
sangat luas bagi para pendidik untuk mengembangkan metode yang sudah ada,
khususnya dalam menerapkan metode ilmu pengetahuan modern dan
teknologi, sehingga pendidikan Islam mampu berbicara banyak dalam
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang benarbenar utuh (manusia
yang menguasai Iptek dan berhati Imtaq) Dari uraian di atas penulis dapat
katakan bahwa Pendidikan Islam memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi
para pendidik untuk mengembangkan metode yang sudah dikenal oleh
mereka, yang jelas dalam metode ini pendidik berusaha menggunakan metode
yang efektif dan efisien. Akan tetapi perlu diingat bahwa kebebasan yang
diberikan oleh prinsip-prinsip tersebut dibatasi oleh dasar-dasar metode
Pendidikan Islam itu sendiri.90

i. Evaluasi Pendidikan Islam

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan


memegang peranan penting. Keberhasilan proses pendidikan secara langsung akan
berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut. Salah satu

90
http://digilib.uinsby.ac.id/7700/5/bab2.pdf
Yegi Rizki Pratama 45
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

indikator kualitas pendidikan yang baik adalah lulusannya yang berkompeten.


Kompetensi merupakan fungsi dari banyak variabel antara lain kemampuan peserta
didik, kemampuan pendidik, fasilitas, manajemen dan perkembangan pengetahuan
ilmiah dan teknologi serta seni. Ruang lingkup pendidikan sangat luas mulai dari
input atau masukan, proses sampai hasilnya atau output. Untuk mengetahui bahwa
proses yang kita lakukan sesuai dengan tujuannya maka harus dilakukan umpan balik.
Salah satu bentuk umpan balik yang dilakukan adalaah evaluasi. Sistem evaluasi yang
dipergunakan memegang peranan penting dalam laporan lembaga pendidikan karena
lewat laporan itulah dapat diketahui perkembangan anak didik setelah mengikuti
proses pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.

Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-


keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum, baik mengenai
perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut
perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Karenanya yang dimaksud dengan
evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan
pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam
itu sendiri. Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan
Islam.91

Evaluasi merupakan suatu tahapan akhir dari suatu proses pembelajaran, yang
dengannya dapat diketahui keberhasilan proses pembelajaran tersebut sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Oleh karenanya, evaluasi merupakan kegiatan yang tak kalah
pentingnya dari proses pembelajaran. Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang
sangat strategis, dikarenakan hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai
input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh
perhatiannya terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT dalam suatu firmannya yang
memberitahukan bahwa pekerjaan evaluasi terhadap peserta didik merupakan suatu
tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh
pendidik. Firman Allah dalam QS. Al Baqarah: 31- 32.

91
Ahmad Tantowi, Op.Cit. Hlm 31
Yegi Rizki Pratama 46
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar!" mereka menjawab: "Maha suci
Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah: 31-32)92

Evaluasi adalah penilaian tentang suatu adpek yang dihubungkan dengan


situasi aspek lainnya sehingga diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh yang
ditinjau dari berbagai aspek. Evaluasi diartikan sebagai proses penilaian tentang
keberhasilan tujuan- tujuan pendidikan yang tercapai. Penilaian tersebut dapat
berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara


berkesinambungan.
2) Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai
seluruh aspek kepribadian.
3) Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar subyektif mungkin.
4) Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.

Prinsip diatas sejalan dengan system ajaran Islam, karena prinsip tersebut
dalam ajaran Islam termasuk kedalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia
seseorang harus bersifat obyektif, jujur, dan mengatakan sesuatu sesuai apa adanya.93
Al-Quran menjelaskan sebagaimana QS. At-Taubah 9 ayat 119

92
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1
93
http://digilib.uinsby.ac.id/1297/5/Bab%202.pdf
Yegi Rizki Pratama 47
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan


hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At- Taubah: 119)94

j. Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab member bimbingan


atau bantuan kepada peserta didik atau anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah Swt. Khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang
sanggup berdiri sendiri. Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah
guru. Dari segi bahasa, pendidik sebagaimana dijelaskan oleh poerwadarminta adalah
orang yang mendidik. Dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang berdekatan
artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher dan tutor. Sedangkan dalam
bahasa Arab adalah ustadz, mudarris, mu'alim dan mu'addib. Pendidik dalam konteks
ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas disekolah tetapi semua
orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan
hingga ia dewasa, bahkan sampai meninggal dunia. Jika kita mengikuti petunjuk al-
Qur'an, akan ditemukan informasi bahwa yang menjadi pendidik itu secara garis
besarnya ada 4 yaitu, Allah, Para Nabi, Kedua Orang Tua dan Orang lain. Islam
mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling bertanggung jawab
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik adalah kedua orang tua.
Islam memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik diri dan keluarganya, terutama
anak-anaknya, agar mereka terhindar dari adzab yang pedih. Istilah tersebut hamper
sama pengertiannya. Meskipun demikian, pada keduanya juga terdapat perbedaan
dalam praktiknya. Istilah guru seringkali digunakan dalam lingkungan pendidikan
formal, informal dan non formal. Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik atau anak didik dengan
mengupayakan seluruh potensi peserta didik atau anak didik, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorikagar menjadi lebih baik. Yang pertama kali menjadi

94
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 187
Yegi Rizki Pratama 48
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

pendidik anak adalah orang tua. Karena itu, dia disebut sebagai pendidik kodrati.
Disisi lain, oleh karena orang tua tidak mempunyai kemampuan, waktu dan
sebagainya. Maka mereka menyerahkan sebagai tanggung jawabnya kepada orang
lain yang berkompeten untuk melaksanakan tugas pendidik. Dalam hal ini, tugas
orang tua adalah sebagai pendidik anak-anaknya yang dibantu oleh lembaga
pendidikan dimana lembaga ini banyak memberikan bantuan pendidikan melalui
guru-guru yang ada.95

Pendidik disinyalir sebagai manusia pilihan yang memiliki kualitas pemikiran


handal, sehingga mampu mendidik, membimbing dan mengarahkan peserta didik
menjadi manusia yang baik dan berguna, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan
sekitarnya. Sehingga demikian dapat dipahami bahwa pendidik adalah sebagai orang
sangat menentukan pembentukan jati diri seorang manusia. Dalm konteks ini adalah
peserta didik, sebagai pengganti peran yang seharusnya diemban oleh orang tua.96

Tugas pendidik adalah Pertama, membimbing si terdidik atau peserta didik,


mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat,
dan lain sebagainya. Kedua, menciptakan situasi untuk pendidikan. Yang dimaksud
dengan situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan
dapat berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.

Tugas lain ialah harus pula memiliki pengetahuan-pengetahuan yang


diperlukan, pengetahuan-pengetahuan keagamaan dan lain-lainnya. Pengetahuan ini
hanya sekedar diketahui tetapi juga diamalkan dan diyakini sendiri. Ingatlah bahwa
kedudukan pendidik adalah pihak yang "lebih" dalam situasi pendidikan. Harus pula
diingat bahwa pendidik adalah manusia dengan sifat-sifatnya yang tidak sempurna.
Oleh karena itu, maka menjadi tugas pula bagi pendidik untuk selalu meninjau diri
sendiri. Dari reaksi peserta didik, dari hasil-hasil usaha pendidikan, pendidik dapat
memperoleh bahan-bahan kecaman dari pihak peserta didik. Kecaman yang
membangunpun besar sekali nilainya.

Menjadi pendidik hendaklah memiliki sifat-sifat sebagi berikut:

95
Abd. Aziz. Op.Cit. hlm 179-181
96
Dakir dan Sardimi, Op.Cit, Hlm 64
Yegi Rizki Pratama 49
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

1) Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari keridhaan Allah


SWT semata.
2) Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa
besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain
sifat yang tercela.
3) Ikhlas dalam pekerjaan
4) Suka pemaaf
5) Guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru
6) Guru harus mengetahui tabiat murid, dan guru harus menguasai mata pelajaran.

Itu sebabnya, pendidik menurut Islam bukanlah sekedar pembimbing


melainkan juga sebagai figur teladan yang memiliki karakteristik baik, sedang hal itu
belum tentu terdapat dalam diri pembimbing. Dengan begitu, pendidik muslim
mestilah aktif dari dua arah: secara eksternal dengan jalan mengarahkan atau
membimbing peserta didik, secara internal dengan jalan merealisasikan karakteristik
akhlak mulia.97

Pendidik terbagi dua, yaitu:

1) Pendidik kodrat adalah orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama
terhadap anak adalah orangtuanya. Orangtua disebut pendidik kodrat karena
mereka mempunyai hubungan darah dengan anak. Namun, karena orangtua
kurang memiliki kemampuan, dan sebagainya untuk memberikan pendidikan yang
diperlukan anaknya. Maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya
kepada orang dewasa lain untuk membimbingnya seperti guru disekolah, guru
agama di masjid, pemimpin pramuka dan tokoh-tokoh masyarakat. Berdasarkan
hal diatas, orangtua menjadi pendidik yang pertama dan terutama bagi anak-
anaknya. Ia harus menerima, mencintai, mendorong, dan membantu anak aktif
dalam kehidupan bersama (kekerabatan) agar anak memiliki nilai hidup, jasmani,
nilai keindahan, nilai kebenaran, nilai moral, nilai keagamaan, dan bertindak
sesuai dengan nilai-nilai tersebut sebagai perwujudan dan peran mereka sebagai
pendidik. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam Surah At-Tahrim
ayat 6

97
Abd. Rachman Assegaf, , Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, Hlm 111-112
Yegi Rizki Pratama 50
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6)98

Berdasarkan penafsiran ayat diatas dapat dikatakan bahwa setiap orangtua


mukmin menjadi pendidik. Tanpa megikuti pendidikan profesi pendidik, tanpa
memiliki ijazah tertentu, dan tanpa menerima honor dari siapapun. Ia harus
melaksanakan tugas mendidik dengan baik.

2) Pendidik jabatan yaitu pendidik disekolah, seperti guru, konselor, dan


administrator disebut pendidik karena jabatan. Sebutan ini disebabkan mereka
ditugaskan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran disekolah, yaitu
mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi semi perkembangan peserta
didik, khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidik jabatan
adalah orang lain (tidak termasuk anggota keluarga) yang karena keahliannya
ditugaskan mendidik guna melanjutkan pendidikan yang telah dilaksanakan oleh
orang tua dalam keluarga. Pada hakikatnya, pendidik jabatan membantu orangtua
dalam mendidik anak karena orang tua memiliki berbagai keterbatasan. Berbeda
dengan pendidik kodrat, pendidik jabatan dituntut memiliki berbagai kompetensi
sesuai dengan tugasnya.99

Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik perlu memahami dan mengikuti


norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara
pendidik dan peserta didik, orangtua peserta didik, kolega, dan atasannya. Itulah
yang disebut kode etik pendidik. Suatu jabatan yang melayani orang lain selalu
memerlukan kode etik. Demikian pula jabatan pendidik. Bentuk kode etik suatu

98
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 560
99
Bukhari Umar, Op.Cit, Hlm 83-86
Yegi Rizki Pratama 51
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

lembaga pendidikan tidak harus sama, tetapi secara intrinsik mempunyai


kesamaan konten yang berlaku umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan
mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik. Dalam merumuskan kode
etik, Al-Ghazali lebih menekankan betapa berat kode etik yang diperankan
seorang pendidik daripada peserta didiknya. Kode etik pendidik terumuskan
sebanyak 17 bagian, sementara kode etik peserta didik hanya 11 bagian. Hal itu
terjadi karena guru dalam konteks ini memegang banyak peran, yang tidak saja
menyangkut keberhasilannya dalam menjalankan profesi keguruan, tetapi juga
tanggung jawabnya dihadapan Allah kelak. Adapaun kode etik pendidik yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang
terbuka dan tabah.
b. Bersikap penyantun dan penyayang.

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 159)100

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya,


seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lainlainnya.

100
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 50
Yegi Rizki Pratama 52
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

c. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.


d. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama.

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan


perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang
keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu
masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa.” (Q.S. Al-Najm: 32)101

e. Bersifat rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.

Artinya: “janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada


kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di
antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati
terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman.” (Q.S. Al-Hijr: 88)102

f. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.


g. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ-
nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.

101
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 526
102
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 262
Yegi Rizki Pratama 53
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

h. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik.


i. Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut terhadap peserta didik
yang kurang lancar bicara.
j. Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didik, terutama pada
peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui.
k. Berusaha memperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun
pertanyaannya terkesan tidak bermutu atau tidak sesuai dengan masalah
yang diajarkan.
l. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.
m. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan, walaupun
kebenaran itu datangnya dari peserta didik.
n. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu yang
membahayakan.

Artinya: “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan


janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang
berbuat baik.” (Q.S. Al-Baqarah: 195)

o. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus menerus mencari
informasi guna disampaikan pada peserta didik yang pada akhirnya
mencapai tingkat taqarrub kepada Allah.

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
Yegi Rizki Pratama 54
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan


menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh
dari kesesatan.

p. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban


kolektif, seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi, dan sebagainya)
sebelum mempelajari ilmu fardhu'ain (kewajiban individual, seperti
akidah, syari'ah dan akhlak).
q. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan kepada peserta didik.

Artinya: “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,


sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu
membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Q.S. Al-
Baqarah: 44)103

Artinya: “2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu


mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. 3. Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff: 2-3)104

Dalam ungkapan yang berbeda, Muhammad Athiyah Al-Abrasyi


menentukan kode etik pendidik dalam pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:

103
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 1
104
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 551
Yegi Rizki Pratama 55
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

1) Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik,


sehingga ia menyayangi peserta didik seperti menyayangi anaknya sendiri.
2) Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik. Pola
komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan ketika terjadi proses belajar
mengajar. Pola komunikasi dalam pendidikan dapat dilakukan dengan tiga
macam yaitu: komunikasi sebagai aksi (interaksi searah), komunikasi
sebagai interaksi (interaksi dua arah), dan komunikasi sebagai transaksi
(interaksi multi arah). Tentunya untuk mewujudkan pendidikan Islam yang
maksimal harus digunakan komunikasi yang transaksi, sehingga suasana
belajar menjadi lebih aktif antara pendidik dan peserta didik, antara peserta
didik dan pendidik, dan antara peserta didik dengan peserta didik.
3) Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik, pemberian materi
pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya. Sabda Nabi
Muhammad SAW: "Kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan
pada posisinya, berbicara dengan seseorang sesuai dengan kemampuan
akalnya". (HR. Abu Bakr bin Asy-Syakhir).
4) Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta
didik, misalnya hanya memprioritaskan anak yang memiliki IQ tinggi.
5) Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.
6) Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal yang
diluar kewajibannya.
7) Mengaitkan mater satu denagn materi yang lainnya (menggunakan pola
integrated curriculum) dalam pengajarannya.
8) Memberi bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa depan,
karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami oleh pendidiknya.
Ali bin Abi Thalib berkata: "didiklah anak kalian dengan pendidikan yang
berbeda dengan yang diajarkan padamu, karena mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zaman kalian"
9) Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat,
bertanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta
mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.105

105
Bukhari Umar, Op.Cit, Hlm 97-102
Yegi Rizki Pratama 56
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

k. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Komponen selanjutnya dalam pendidikan adalah peserta didik atau anak didik.
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik mauoun
psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui proses pendidikan. Peserta didik
dalam arti umum adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok. Definisi tersebut member arti bahwa peserta didik atau anak didik adalah
anak yang belum dewasa yang memerlukan orang lain untuk menjadi dewasa. Kendati
demikian, peserta didik mempunyai tugas atau kewajiban yang harus dilaksanakan
sebagaiman dikatakan oleh An-Namiri Al-Qurtubi, yang dikutip oleh Asma Hasan
Fahmi yaitu antara lain:

1) Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia


menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah dan tidak sah ibadah
kecuali dengan hati bersih. Bersih hati artinya menjauhkan diri dari sifat-
sifat tercela, seperti dengki, benci, menghasud, takabur, menipu,
berbangga-bangga dan memuji diri dengan akhlak mulia seperti benar,
taqwa, ikhlas, zuhud, merendahkan diri dan ridho.
2) Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat
keutamaan, mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk bermegah-
megahan dan mencari kedudukan.
3) dinasehatkan agar peserta didik tabah dalam memperoleh ilmu
pengetahuan, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu.
4) Wajib menghoramti guru dan bekerja untuk memperoleh kerelaan guru,
dengan mempergunakan bermacam-macam cara. Bermanis mulut bukanlah
satu sikap yang terpuji, kecuali untuk memperoleh kerelaan guru.106

Selebihnya Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menambahkan tugastugas yang


harus dilaksanakan oleh peserta didik dalam melaksanakan proses belajarnya:

1) Sebelum belajar, ia hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya dari


segala sifat buruk
2) Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai
fadhilah

106
Abd. Aziz. Op.Cit. hlm 197-198
Yegi Rizki Pratama 57
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

3) Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk mencari


ilmu ketempat yang jauh sekalipun
4) Peserta didik wajib menghormati gurunya
5) Jangan melakukan aktifitas ketika belajar kecuali atas petunjuk dan ijin
pendidik
6) Memaafkan guru apabila dia bersalah, terutama dalam menggunakan
lidahnya
7) Wajib besungguh-sungguh dalam mencariilmu dan tekun dalam belajar
8) Jangan suka terlalu sering menukar guru, kecuali dengan pertimbangan
yang matang
9) Peserta didik wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara sesamanya,
sebagai wujud untuk memperkuat rasa persaudaraan
10) Bergaul dengan baik terhadap guru-gurunya
11) Peserta didik hendaknya mengulang setiap pelajaran dan menyusun jadwal
belajar yang baik guna meningkatkan kedisiplinan belajarnya
12) Menghargai ilmu dan bertekat untuk terus menuntut ilmu sampai akhir
hayat.107

Peserta didik dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya
menanti pendidik atau guru untuk memenuhi otaknya dengan berbagai informasi.
Seimbang dengan kewajiban pendidik untuk menyampaikan ajaran Islam, peserta
didik harus menuntut ilmu, membaca dengan nama Allah SWT, pada Surah (Q.S. Al-
Alaq: 1)

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.”

Dan secara bertahap pada Surah (Q.S.Al-Insyiqaaq: 19)108

107
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Op.Cit. hlm 146-148
108
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 589
Yegi Rizki Pratama 58
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam


kehidupan).”

(Yang dimaksud dengan tingkat demi tingkat ialah dari setetes air mani
sampai dilahirkan, kemudian melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai
dewasa. dari hidup menjadi mati kemudian dibangkitkan kembali).

Karena orang yang berilmu pengetahuan melalui proses belajar itu berbeda
dengan orang yang tidak mengetahui terdapat pada Surah (Q.S Al-Hujuraat: 9)109

Artinya: “dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau
Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orangorang
yang Berlaku adil.

Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya


oleh Allah SWT terdapat pada Surah (Q.S. Al-Mujaadalah: 11)110

109
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 515
110
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 542
Yegi Rizki Pratama 59
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sedangkan orang yang tidak memanfaatkan karunia Allah berupa panca indera
dan kalbu atau otak untuk berfikir , ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi,
terdapat pada Surah (Q.S. Al-A'raaf (7) : 179)111

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.”

111
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 151
Yegi Rizki Pratama 60
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep Islami haruslah
aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, merenungkan, meneliti, mencoba,
menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya.112

l. Manfaat dan Fungsi Pendidikan Islam

Manfaat dan fungsinya adalah sebagai berikut: Pertama, membantu


menemukan maslah-maslah pendidikan dan sekaligus memberikan cara untuk
mengatasinya berdasarkan cara kerjanya yang sistematik, radikal, universal,
mendalam, spekulatif, dan rasional. Kedua, memberikan informasi yang
komprehensif, mendala, dan sistematik tentang hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam merumuskan dan mendesain konsep pendidikan, seperti informasi tentang
manusia dengan berbagai potensi, bakat dan minat yang dimilikinya, tentang alam
jagat raya dengan berbagai macam ragam, sifat dan karakternya, tentang ilmu
pengetahuan, tentang sumber (ontologi), metodologi (epistemologi), dan
penggunaannya (aksiologi)nya, tentang akhlak (etika) dengan berbagai macam dan
proses mananamkannyadalam diri manusia, tentang masyarakat dengan berbagai
stratifikasinya, tentang nilai-nilai budaya dan lain sebagainya. Ketiga, memberikan
dorongan bagi dilakukannya aktivitas pendidikan yang disebabkan karena memiliki
pengetahuan tentang sesuatu yang sistematik, mendalam dan komprehensif tentang
masalah-maslah yang berkaitan dengan pendidikan. Keempat, memberikan informasi
tentang pendidikan, termasuk pendidikan Islam, tentang bermutu atau tidaknya
pendidikan tersebut, atau tercapai tidaknya tujuan pendidikan yang ditetapkan, serta
berbagai kelemahan lainnya. Dengan bantuan filsafat pendidikan akan dapat diketahui
letak kelemahan pendidikan tersebut, dan sekaligus memberikan alternatif-alternatif
perbaikan dan pengembangannya.

Ada beberapa fungsi pendidikan Islam yaitu sebagai berikut: Pertama, fungsi
spekulatif, yaitu berusaha untuk mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan
mencoba merumuskannyadalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-
data yang telah ada dari segi ilmiah. Kedua, fungsi normative, yaitu menentukan arah
dan maksud pendidikan. Hal yang demikian terlihat dari adanya rumusan visi, misi
dan tujuan pendidikan. Yakni keadaan manusia atau masyarakat yang diinginkan oleh

112
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam , Op.Cit, Hlm 113-114
Yegi Rizki Pratama 61
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

pendidikan. Yang semua itu dapat digambarkan dengan bantuan filsafat pendidikan.
Ketiga, fungsi kritik, yaitu memberikan dasar bagi pengertian kritis dan rasional
dalam mempertimbangkan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data
pengukuran analisis evaluasi kepribadian maupun prestasi, cara menetapkan
klasifikasi prestasi secara tepat dengan data-data objektif, dan menetapkan asumsi-
asumsi berikut hipotesisnya yang lebih masuk akal. Keempat, fungsi teoretis, yakni
memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu kegiatan praktik dalam dunia
pendidikan.113

m. Manfaat Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam

Sudah dapat diduga bahwa setiap ilmu sudah pasti memiliki kegunaan,
termasuk juga ilmu filsafat pendidikan Islam ini, para ahli dibidang ini telah banyak
meneliti secata teoretis mengenai kegunaan filsafat pendidikan Islam. Omar
Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany misalnya mengemukakan tiga manfaat dari
mempelajari filsafat pendidikan Islam tersebut sebagai berikut:

1) Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan


orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk
pemikiran sehat terhadap proses pendidikan. Disamping itu ia dapat
menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan
mutu penyelesaian masalh pendidikan dan peningkatan tindakan dan
keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu ia
juga berguna untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan
serta kaidah dan cara mereka mengajar yang mencakup penilaian,
bimbingan dan penyuluhan.
2) Filsafat pendidikan Islam dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian
pendidikan dalam arti yang menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap
persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertian
yang terbaru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan
yang dilakukan oleh sekolah, institusi-institusi pendidikan secara umum
untuk mendidik angkatan baru dan warga Negara dan segala yang
berkaitan dengan itu.

113
Abuddin Nata, Op.Cit, hlm 38-40
Yegi Rizki Pratama 62
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

3) Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman


pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi dan
politik dinegara kita.

Berdasarkan pada kutipan diatas timbul kesan bahwa kegunaan dan fungsi
filsafat pendidikan Islam ternyata amat strategis. Ia seolah-olah menjadi acuan dalam
memecahkan berbagai persoalan dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang
diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu adalah bidang filosofinya yang menjadi akar
bagi setiap permasalahan kependidikan.114

Selanjutnya manfaat mempelajari filsafat dan filsafat pendidikan yaitu sebagai


berikut:

Pertama, hidup dan kehidupan selalu bergerak, baik kearah positif maupun
negatif, dan selalu menyeret manusia. Apalagi bagi individu yang hidup dalam
masyarakat yang mengalami transisi dan pergeseran nilai-nilai kehidupan. Hal-hal
demikian kadang-kadang dihadapi dengan kesiapan atau mekanisme diri yang labil
sehingga tidak jarang mengalami krisis batin, dengan tingkat yang berbeda-beda.
Dalam hal seperti ini, individu yang sudah memiliki filsafat hidup (philosophy of life),
akan dapat mengantisipasinya dengan damai, sehingga terhindar dari berbagai hal
yang negative dalam hidup dan kehidupannya. Al-Qur'an menjelaskan betapa
pentingnya adanya pegangan yang mantab dalam hidup dan kehidupan ini. Seperti
yang dapat dipelajari misalnya dalam surat Al-Ra'd ayat 28115

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tenteram.”

Selanjutnya, dapat juga dipelajari dalam surat Al-Fajr ayat 27-30116

114
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Op.Cit, 17-18
115
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 249
116
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 593
Yegi Rizki Pratama 63
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Artinya: “27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku.”

Kedua, tiap pribadi punya pandangan hidup atau filsafat hidup sendiri-sendiri
yang menentukan perilakunya. Hal ini member indikasi bahwa setiap orang
seyogyanya mempunyai pasangan hidup yang benarbenar diyakini kebenaran dan
kebaikannya sehingga menghasilkan perilaku yang bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya. Dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 84 dikemukakan:

Artinya: “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-


masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalanNya.”117

Ketiga, setiap individu mempunyai hak kebebasan untuk menentukan


pandangan hidup yang dia pilih. Hal ini memberi arti, bahwa setiap perilaku yang
dilakukan, merupakan keputusan batin sendiri dan demikian juga member arti bahwa
manusia telah punya kebebasan dan kepribadian sendiri. Dalam Islam hal ini
ditegaskan antara lain dalam Al-Qur'an surat Al-Balad 8-10:

Artinya: “8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, 9.
Lidah dan dua buah bibir. 10. dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua

117
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 282
Yegi Rizki Pratama 64
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

jalan (Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan
kejahatan).118

Keempat, perlu memahami tentang filsafat, bagaimanapun tingkat kemampuan


yang ada. Walaupun seseorang tahu tentang ilmu filsafat dalam kadar yang sedikit,
itupun dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai
individu, maupun sebagai anggota masyarakat.119

CONCLUSION

Berdasarkan uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa filsafat pendidikan


Islam adalah filsafat pendidikan yang prinsip-prinsip dan dasarnya yang digunakan untuk
merumuskan berbagai konsep dan teori pendidikan Islam didasarkan pada prinsip-prinsip
ajaran Islam, filsafat pendidikan Islam berbeda dengan filsafat pendidikan pada umumnya
yang tidak memasukkan prinsip ajaran tauhid, akhlak mulia, fitrah manusia sebagai makhluk
yang bukan hanya terdiri dari jasmani dan akal, melainkan juga spiritual, pandangan tentang
alam jagat raya sebagai tanda atau ayat Allah yang juga berjiwa dan bertasbih kepada-Nya,
pandangan tentang akhlak yang bukan hanya didasarkan pada rasio dan tradisi yang berlaku
dimasyarakat, melainkan juga nilai-nilai yang mutlak benar dari Allah, serta berbagai
pandangan ajaran Islam lainnya.

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan Islam adalah yang
tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari keterangan secara radikal mengenai
Tuhan, manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana
filsafat, filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan ketiga
cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara mikro objek kajian filsafat
pendidikan Islam adalah hal-hal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses
pelaksanaan pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan
pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi
pendidikan), dan lingkungan pendidikan. Untuk lebih memfokuskan pembahasan filsafat
pendidikan Islam yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka cukup disajikan ruang
lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam secara makro.

118
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, Hlm 594
119
Muhammad As Said, Op.Cit. hlm 25-26
Yegi Rizki Pratama 65
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Sementara itu, pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.
Pada hakikatnya pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan
berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh
pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat.
Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik
yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan sampai akhir
hayatnya.

Meletakkan pola dasar pendidikan Islam berarti harus meletakkan nilai-nilai dasar
agama yang memberikan ruang lingkup berkembangnya proses kependidikan Islam dalam
rangka mencapai tujuan. Melihat posisi sentral manusia dalam proses pendidikan yang
melibatkan potensi fitrah, cita rasa ketuhanan dan hakikat serta wujud manusia menurut
pandangan Islam, maka tujuan pendidikan Islam adalah untuk aktualisasi dari potensi-potensi
kemanusiaan tersebut.

ACKNOWLEDGMENT

Penelitian ini didukung oleh Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,


Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Digital Library UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, Portal Garuda, juga Perpustakaan Nasional, dan saya haturkan kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, Dr. H. Hasan Basri, M.Ag. dan Zaenal
Muftie, M.Ag. yang telah membimbing dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

BIBLIOGRAPHY

A. Heris Hermawan, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, DIREKTORAT JENDERAL


PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA.

Abd. Rachman Assegaf, 2011, Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

_____________________, 2011, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Abdul Ghofur, 2005, Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Jurnal At-
Tarbawi, Kajian Pendidikan Islam, STAIN Surakarta. Vol.3. No.1. Mei-Oktober.

Abdurrahman Saleh Abdullah, 1994, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur'an,


Jakarta: RINEKA CIPTA.
Yegi Rizki Pratama 66
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Abuddin Nata, 1997, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

____________, 2013, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers.

Adian Husaini, 2013, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam, Gema Insani.

Adri Efferi, Filsafat Pendidikan Islam, Kudus: Nora Media Enterprise.

Agus Zaenul Fitri, 2013, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam, Bandung: Alfabeta.

Ahmad Ali Riyadi, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: TERAS.

Ahmad Falah, 2010, Aspek-Aspek Pendiddikan Islam, Yogyakarta: Idea Press.

Ahmad Tafsir, 1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

_____________, 2008, Filsafat Pendidikan Islami, Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu,
Memanusiakan Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya..

Ahmad Tantowi, 2008, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka
Rizki Putra.

Al-Qur'an Terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus.

Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.

Beni Ahmad Saebani, Hendra Akhdiyat, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka
Setia.

Bukhari Umar, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: AMZAH.

Fathiyah Hasan Sulaiman, 1986, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta: P3M.

Hasan Basri, 2009, Filsafat Pendidikan Islam Pengantar Ahmad Tafsir, Bandung: Pustaka
Setia.

Hasan Langgulung, 2003, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.

Jalaludin, Abdullah Idi, 2011, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

M. Arifin, 1994, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara.

M. Athiyah Al-Abrasyi, 1993, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan


Bintang.

Mahmud, 2011, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia.

Muhammad As Said, 2011, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka.


Yegi Rizki Pratama 67
KONSEP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Muhammad Zaini, 2001, Wacana Pendidikan Islam Jurnal Ilmiah Tarbiyah Refleksi
Pemikiran Pendidikan Islam, STAIN Tulungagung.

Muzayyin Arifin, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

______________, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
Jakarta: Ciputat Pers.

Zuhairini, 1991, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Zulkarnain Yani, 2008, Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan
Modern (Naquib Al-Attas dan Hasan Langgulung) Jurnal Penelitian Agama dan
Masyarakat, Pendidikan Agama di Era Reformasi. Jakarta: Penamas.

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013.

http://digilib.uinsby.ac.id/1297/5/Bab%202.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/7700/5/bab2.pdf

http://eprints.walisongo.ac.id/811/3/083111098_BAB2.pdf

http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/34/36/pdf

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24620/1/IZZAH%20FAUZIAH-
FITK.pdf

http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh1367246107.pdf

http://www.lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110112.pdf

Anda mungkin juga menyukai