Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 12 No.1, Juli 2011: 56-71


ISSN 1411-5212

Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat terhadap Perilaku Fiskal Pemerintah


Daerah di Provinsi Kalimantan Timur
The Impact of Central Government Transfers on Local Expenditure
Behaviour in East Kalimantan Province

Erny Murniasiha,∗, M. Syarif Mulyadib


a
Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan
b
Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan

Abstract
Over the last decade of Indonesia’s fiscal decentralization era, the amount of intergovernmental fiscal transfers
has increased substantially. The increase of intergovernmental fiscal transfers is expected to reduce the burden
of local economy without sacrificing the quality of public service. This study aims to investigate whether the
block grant transfer affect the spending behavior of local government. Using Pool Least Square method and
taking East Kalimantan Province as case study, this study found the existance of flypaper effect. This finding
emphasize the view of any increase in block grant of transfer will only induce higher spending. Therefore,
in order to achieve the independency of local government as the objective of decentralization, some efforts
should be taken to minimize the impact of flypaper effect.
Keywords: central government transfers, local government own revenues, flypaper effect

Abstrak
Selama sepuluh tahun pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia, jumlah transfer ke daerah meningkat
signifikan. Kenaikan tersebut diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat tanpa mengorbankan
kualitas pelayanan di daerah. Studi ini ingin mengetahui apakah transfer pemerintah pusat yang bersifat
block grant memberikan dampak terhadap perilaku belanja pemerintah daerah. Dengan mengambil studi
kasus di Provinsi Kalimantan Timur dan menggunakan metodePool Least Square ditemukan adanya
fenomena flypaper effect. Hasil ini memperkuat pandangan bahwa peningkatan transfer yang bersifat block
grant akan mendorong peningkatan belanja daerah dibandingkan dengan upaya meningkatkan penerimaan
daerah. Dengan demikian agar tujuan desentralisasi fiskal menuju kemandirian pendanaan pemerintah
daerah tercapai, maka perlu diambil langkah untuk meminimalkan pengaruh flypaper effect.
Kata kunci: transfer pemerintah pusat, pendapatan asli daerah, flypaper effect

JEL classifications: H72, H77, H83

Pendahuluan urusan pemerintah daerah sebagaimana dia-


manatkan dalam Undang-Undang No. 32 Ta-
Sejak digulirkannya otonomi daerah pada ta- hun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pem-
hun 2001, pemberian kewenangan dalam pe- berian kewenangan tersebut tidak terlepas da-
ngelolaan fiskal daerah mengikuti pembagian ri pemberian kewenangan pengelolaan fiskal di
daerah, yang diwujudkan melalui pemungutan

Alamat korespondensi: Jalan Dr. Wahidin No. 1, pajak daerah dan retribusi daerah dan pembe-
Gedung A, Lantai 10, Jakarta Pusat, Indonesia 10710.
rian transfer dana dari pusat ke daerah.
Email: n3nny@yahoo.com
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 57

Pemberian kewenangan kepada daerah un- penerimaan transfer (DAU, DBH) adalah
tuk memungut pajak dan retribusi daerah meningkatnya biaya overhead atau biaya
(taxing power ) ditujukan agar daerah dapat administrasi sebagai salah satu akibat dari
menggali potensi sumber daya yang ada se- perilaku elite di daerah (Gorodnichenko,
hingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli 2001).
Daerah (PAD). Lebih jauh, pelaksanaan pemu- Anomali tersebut dicetuskan oleh Arthur
ngutan pajak dan retribusi di daerah diharap- Okun sebagai flypaper effect yang menunjuk-
kan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kan perilaku fiskal pemerintah daerah yang le-
publik dan akuntabilitas pemerintah daerah. bih responsif terhadap transfer dibandingkan
Sementara itu, transfer dana antarpemerin- dengan pendapatannya sendiri (money sticks
tahan merupakan hal yang wajar dan umum where it hits). Fenomena flypaper effect cende-
terjadi di semua negara di dunia, terlepas dari rung menunjukkan adanya peningkatan pajak
sistem pemerintahannya (Fisher, 1996). Trans- dan peningkatan belanja daerah sebagai respon
fer tersebut diberikan dengan tujuan untuk adanya transfer dari pemerintah pusat (Gorod-
menginternalisasikan eksternalitas fiskal yang nichenko, 2001).
muncul lintas daerah, memperbaiki sistem per- Fenomena flypaper effect juga telah menja-
pajakan, mengoreksi ketidakseimbangan fiskal, di bahan diskusi yang cukup hangat di da-
dan mengakomodasi pemerataan fiskal antar- lam negeri. Beberapa peneliti telah menemu-
daerah (Oates, 1999). Dalam konteks pelaksa- kan terjadinya flypaper effect dalam respon pe-
naan desentralisasi fiskal di Indonesia, bentuk merintah daerah terhadap transfer dan PAD.
transfer ke daerah tersebut diberikan dalam Syukriy dan Halim (2004) menemukan adanya
bentuk Dana Perimbangan (terdiri dari Dana flypaper effect pada belanja daerah pemerintah
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali pada
(DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH)), Dana tahun 2001. Studi Kusumadewi dan Rahman
Otonomi Khusus dan Penyesuaian. (2007) dengan menggunakan data tahun 2001–
Menurut Wilde dalam Gorodnichenko 2004 dan menggunakan metode regresi ber-
(2001), ditinjau dari teori perilaku konsumen, ganda menemukan adanya flypaper effect da-
transfer antarpemerintahan seharusnya dapat lam respon pemerintah daerah seluruh kabupa-
mengurangi beban pajak bagi masyarakat ten/kota terhadap DAU dan PAD. Studi terse-
daerah karena pemerintah daerah tidak harus but menggunakan belanja daerah sebagai vari-
menaikkan pajaknya untuk meningkatkan abel terikat, sedangkan variabel bebasnya ada-
kualitas pelayanan publiknya. Oleh karena itu, lah DAU dan PAD. Sementara itu, Widarjono
berdasarkan analisis tersebut, pengeluaran (2006) menemukan transfer pemerintah pusat
pemerintah daerah dalam penyediaan barang mengakibatkan terjadinya flypaper effect, baik
publik tidak akan berbeda sebagai akibat di Kawasan Timur maupun Kawasan Barat In-
dari penurunan pajak dan kenaikan transfer donesia. Adapun model yang digunakan adalah
(Kuncoro, 2004). Namun demikian, para eko- model dengan variabel belanja daerah sebagai
nom menemukan sebuah anomali dimana di variabel terikat dan sebagai variabel bebasnya
satu sisi penerimaan transfer mengakibatkan adalah pendapatan daerah, transfer pemerin-
adanya peningkatan pengeluaran konsumsi tah pusat, dan penduduk.
barang publik, tetapi di lain sisi ternyata Fenomena flypaper effect terjadi pada sa-
kenaikan transfer juga diiringi dengan pe- at pemerintah daerah menerima dana transfer
ningkatan penerimaan pajak daerah. Salah yang bersifat block grant. Pertanyaan mengenai
satu faktor yang menyebabkan pemungutan apakah flypaper effect hanya terjadi pada dae-
pajak meningkat sejalan dengan peningkatan rah dengan kapasitas fiskal rendah atau PAD
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 58

juga telah dicoba dijawab, salah satunya oleh sumber penerimaan yang akan diperoleh pe-
Maimunah dan Akbar (2008). Studi ini mene- merintah daerah. Metode yang paling mudah
mukan bahwa flypaper effect tidak hanya ter- dalam menentukan besaran anggaran belan-
jadi pada daerah dengan PAD rendah, namun ja adalah dengan mempertimbangkan sumber-
juga pada daerah dengan PAD tinggi di kabu- sumber penerimaan pada periode sebelumnya.
paten/kota se-Sumatera. Kesimpulan yang sa- Untuk itu dalam studi ini juga ingin diketahui
ma juga diperoleh pada saat dilakukan pengu- pengaruh penerimaan pada periode sebelum-
jian atas belanja daerah sektor kesehatan dan nya juga ingin diketahui, baik dari transfer pe-
pekerjaan umum. merintah pusat yang bersifat block grant (yai-
Hal yang lebih menarik lagi adalah peneliti- tu DAU dan DBH) maupun dari PAD terhadap
an yang dilakukan oleh Kuncoro (2004) dimana penentuan besaran belanja pemerintah daerah.
ditemukan bahwa peningkatan alokasi trans-
fer diikuti dengan penggalian PAD yang lebih
tinggi. Untuk itu, Kuncoro (2004) mengang-
Tinjauan Referensi
gap pemerintah daerah bersikap sangat reaktif
Transfer antarpemerintahan merupakan bagi-
terhadap arti pentingnya transfer. Selain itu,
an yang tidak terpisahkan dari sebuah sistem
studi tersebut juga membuktikan bahwa pe-
perimbangan keuangan antara pusat dan dae-
ningkatan alokasi transfer juga diikuti dengan
rah. Kebijakan pemberian transfer dalam kon-
pertumbuhan belanja yang lebih tinggi. Gejala
teks desentralisasi fiskal di Indonesia dilakukan
ini memperlihatkan bahwa birokrat pemerin-
untuk mengurangi adanya ketidakseimbangan
tah daerah bertindak sangat reaktif terhadap
fiskal (fiscal imbalance) yang terjadi, baik anta-
transfer yang diterima dari pusat. Lebih lanjut,
ra pemerintah pusat dan daerah (vertical fiscal
simpulan Kuncoro mengindikasikan adanya pe-
imbalance) maupun antarpemerintahan daerah
ningkatan belanja tersebut disebabkan karena
(horizontal fiscal imbalance). Tujuan akhir dari
inefisiensi belanja pemerintah daerah terutama
pemberian transfer tersebut adalah agar terja-
dari jenis belanja operasional.
di pemerataan akses terhadap pelayanan pu-
Berdasarkan uraian tersebut, studi ini blik.
ingin menjawab permasalahan apakah terda- Kebijakan transfer ke daerah dilakukan me-
pat dampak transfer pemerintah pusat yang lalui kebijakan Dana Perimbangan, Dana Oto-
bersifat block grant(DAU dan DBH) terhadap nomi Khusus, dan Dana Penyesuaian. Alokasi
perilaku belanja pemerintah daerah. Selain itu, Dana Perimbangan terdiri dari alokasi DAU,
permasalahan flypaper effect menjadi penting DBH, dan DAK. DBH ditujukan untuk meng-
untuk diamati mengingat fenomena tersebut atasi ketidakseimbangan vertikal, sedangkan
akan berpengaruh dalam desain transfer an- DAU ditujukan untuk mengatasi ketidakseim-
tarpemerintahan. Studi ini mengamati terjadi- bangan horizontal yang antara lain juga dise-
nya flypaper effect pada pemerintahan kabupa- babkan karena adanya alokasi DBH. Sementa-
ten/kota di Provinsi Kalimantan Timur dalam ra itu, DAK lebih ditekankan pada pemenuh-
kurun waktu 2005–2011. an prioritas nasional untuk membantu daerah-
Pemerintah daerah dalam menyusun anggar- daerah tertentu. Ditinjau dari sisi pengguna-
an belanja berpedoman pada target atau sasar- annya, maka DBH dan DAU adalah termasuk
an pembangunan yang ingin dicapai. Selain itu, block grant atau transfer tanpa syarat (uncon-
banyak faktor lainnya yang juga berpengaruh ditional grant), sedangkan DAK adalah trans-
terhadap penyusunan belanja pemerintah dae- fer dengan syarat (conditional grant).
rah. Salah satu yang juga penting dalam pro- Sebagai alokasi dana yang bersifat transfer
ses penyusunan belanja daerah adalah sumber- tanpa syarat (unconditional ), penggunaan alo-
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 59

kasi DAU dan DBH tidak diarahkan oleh pe- publik OD atau pajak yang dibayar masyara-
merintah sehingga kewenangan penggunaan- kat dengan tingkat pajak sebesar CA/OA. De-
nya diserahkan kepada daerah. Berdasarkan te- ngan adanya block grant sebesar AF, garis ang-
ori perilaku konsumen oleh Wilde (1971), jenis garan bergeser menjadi FG dan kondisi opti-
transfer tanpa syarat tersebut akan mening- mum di E 0 dengan penyediaan barang publik
katkan konsumsi barang publik dan barang pri- sebanyak OK dan barang privat sebanyak OH.
vat. Dengan sifatnya yang tidak bersyarat, te- Dengan adanya block grant, konsumsi barang
kanan fiskal pada basis pajak lokal akan menu- publik dan barang privat meningkat. Dengan
run sehingga menyebabkan penurunan peneri- demikian, block grant tidak hanya meningkat-
maan pajak, sedangkan pengeluaran konsum- kan barang publik, namun juga ada sebagian
si barang publik tetap meningkat. Dengan de- yang mengalir untuk meningkatkan barang pri-
mikian, transfer akan mengurangi beban pajak vat. Dengan kata lain, block grant mengaki-
masyarakat sehingga pemerintah daerah tidak batkan adanya income effect.
perlu menaikan pajak guna membiayai penye-
Dalam kaitannya dengan pemerintahan da-
diaan barang publik.
erah, maka konsumsi barang privat yang me-
ningkat tersebut diwujudkan dalam bentuk pe-
Gambar 1: Respons atas Block Grant
ngurangan pajak. Adanya block grant konsum-
si barang privat meningkat dari OC menjadi
OH dan maka pajak yang dibayarkan turun
dari CA menjadi HA. Oleh karena itu, tingkat
pajak menurun dari CA/OA menjadi HA/OA
dan penurunannya sebesar HC. Dengan adanya
block grant sebesar AF (diukur dalam barang
privat), maka LF = HC merupakan penurun-
an pajak dan hanya sebesar AL yang diguna-
kan untuk menambah pengeluaran barang pu-
blik.
Sementara itu, alokasi DAK bersifat transfer
bersyarat (conditional ) ditujukan untuk mem-
bantu daerah yang kapasitasnya rendah dalam
penyediaan pelayanan publik. Wilde (1971)
Sumber: Musgrave dan Musgrave (1989) berargumen bahwa transfer bersyarat berpe-
ngaruh pada konsumsi barang privat melalui
efek harga. Pemerintah dalam hal ini membe-
Gambar 1 menunjukkan respon atas block rikan subsidi untuk setiap unit barang pub-
grant dengan sumbu x menunjukkan jumlah lik, sehingga pengaruh transfer bersyarat pada
barang publik dan sumbu y menunjukkan jum- konsumsi barang privat bergantung pada sensi-
lah barang privat yang dikonsumsi masyarakat, tivitas silangnya. Hal ini berarti harga barang
sedangkan garis AB menunjukkan garis ang- publik yang lebih rendah akan meningkatkan
garan. Pada saat block grant belum diberikan, konsumsi barang privat apabila pemerintah da-
garis anggaran AB digunakan untuk menyedi- erah telah menurunkan tarif pajak. Dengan
akan barang publik sebanyak OD dan barang demikian, adanya kenaikan transfer bersyarat
privat sebanyak OC. Dalam hal ini, CA dapat tersebut akan berakibat pada sebagian kenaik-
diinterpretasikan sebagai jumlah barang privat an konsumsi barang publik dan sebagian lagi
yang dikorbankan untuk menyediakan barang kenaikan konsumsi barang privat yang secara
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 60

tidak langsung melalui penurunan pajak (Kun- kan perilaku memaksimalkan anggaran (budget
coro, 2004). maximising behaviour ) dari politiskus dan bi-
Dalam hal transfer yang tanpa syarat (DAU) rokrat yang mengejar keuntungan/manfaat in-
telah diamati terjadinya anomali yang menun- dividu dan politik melalui peningkatan belanja
jukkan adanya kenaikan penerimaan pajak dan yang ekspansif. Di sisi lain, pada saat transfer
juga kenaikan konsumsi barang publik setelah itu menciptakan insentif yang rendah, perilaku
adanya transfer (Kuncoro, 2004). Anomali se- fiskal di daerah mengikuti model median vo-
perti ini yang dinamakan flypaper effect. Ha- ter. Dalam model tersebut, politikus dan biro-
milton dalam Gorodnichenko (2001) mendefi- krat mempunyai instrumen yang rendah untuk
nisikan flypaper effect sebagai observasi empiris mencapai tujuan individu dengan mengguna-
bahwa transfer tanpa syarat untuk pemerintah kan prasarana/fasilitas publik (Bae dan Feiock,
daerah dari pemerintah pusat dikenal dengan 2004).
ungkapan money stick where they land. De- Berdasarkan hal-hal tersebut, maka studi ini
ngan demikian, fenomena flypaper effect terjadi akan mencoba melakukan pengujian terjadi-
apabila transfer ke daerah memicu adanya pe- nya flypaper effect dengan menggunakan defi-
ngeluaran pemerintah daerah yang berlebihan. nisi operasional dana transfer ke daerah adalah
Galmarini et al. (2007) mengidentifikasi bebe- DAU dan DBH. Pemilihan indikator DBH da-
rapa kemungkinan penyebab terjadinya flypa- lam kajian ini didasarkan pertimbangan bahwa
per effect. Kemungkinan pertama adalah ada- daerah-daerah di Provinisi Kalimantan Timur
nya fiscal illusion, pembayar pajak mengarti- memiliki penerimaan DBH SDA yang besar.
kan transfer sebagai suatu penurunan dalam Dengan demikian, kajian atas perilaku fiskal
biaya rata-rata penyediaan barang publik ka- pemerintah daerah dalam merespons kenaikan
rena adanya penurunan dalam biaya marginal- transfer DBH sangat krusial untuk dilakukan.
nya.
Terkait fenomena flypaper effect studi ini
Kemungkinan kedua adalah adanya infor-
mengajukan beberapa pengujian hipotesis. Hi-
masi asimetris yang diperoleh pemilik suara
potesis pertama hendak melihat pengaruh da-
mengenai transfer. Kondisi ini menjadi peluang
na transfer dan PAD terhadap belanja daerah.
birokrat untuk memaksimalkan anggaran dan
Hipotesis ini dibangun dari beberapa peneliti-
menggunakan informasi tersebut untuk mem-
an yang mengkaji permasalahan pengaruh da-
perbesar anggaran belanjanya. Kemungkinan
na transfer ke daerah terhadap belanja dae-
ketiga adalah adanya kesalahan spesifikasi pa-
rah dan pengaruh PAD terhadap belanja da-
da model ekonometrika yang digunakan.
erah. Penelitian yang mengkaji permasalahan
Pemberian dana transfer kepada peme- pengaruh dana transfer ke daerah terhadap be-
rintahan daerah memberikan sumber-sumber lanja dapat didasarkan pada pandangan bahwa
tambahan bagi pemerintah daerah. Perbedaan kebijakan pemerintah daerah dalam mengang-
bentuk struktur pemerintahan di daerah mem- garkan belanja daerah lebih bergantung pada
berikan insentif berbeda. Dalam politik, insen- transfer yang diterima dari pemerintah pusat.
tif yang tinggi mengarah kepada kesempatan Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Legrenzi
politik dan pencarian rente. Hal ini disebabkan dan Milas; dan Maimunah (dalam Kusumade-
pelaku (dapat berupa birokrat atau politikus) wi dan Rahman, 2007). Sementara itu, peneli-
mencari keuntungan individu melalui penggu- tian yang mengkaji pengaruh pendapatan ter-
naan barang publik. hadap belanja daerah menggunakan hipotesis
Pada saat institusi mempunyai insentif yang yang dikenal sebagai tax-spend hypothesis (Ku-
tinggi, perilaku fiskal daerah cenderung ke arah sumadewi dan Rahman, 2007). Hipotesis terse-
model Leviathan. Model Leviathan menjelas- but berupaya mengungkapkan bahwa kebijak-
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 61

an pemerintah daerah dalam menganggarkan Strategi Estimasi


belanja daerah disesuaikan dengan pendapat-
Analisis Korelasi
an daerah yang diterima.
Hipotesis kedua hendak melihat ada atau ti- Keterkaitan antara DAU, DBH, dan PAD de-
daknya secara teknis fenomena flypaper effe- ngan belanja daerah dapat ditunjukkan oleh
ct. Terkait hipotesis tersebut, studi ini meng- Persamaan (4) yang dihasilkan dari memani-
acu pada Maimunah dan Akbar (2008); serta pulasi Persamaan (1) yang merupakan formula
Kusumadewi dan Rahman (2007). Dalam stu- dasar alokasi DAU.
di tersebut, untuk melihat ada atau tidaknya
DAU = AD + CF (1)
fenomena flypaper effect diuji mana yang le-
bih signifikan pengaruhnya diantara DAU dan dengan:
PAD terhadap belanja daerah, baik secara in- AD=alokasi dasar
dividual maupun serempak. CF=Celah Fiskal
Apabila terbukti terdapat fenomena flypaper
effect, hal penting berikutnya adalah melihat Dalam hal ini,
pengaruh fenomena flypaper effect terhadap
CF = KebF − KapF (2)
kebijakan belanja daerah. Ini menjadi hipote-
sis ketiga yang merujuk pada Holtz-Eakin et al. dengan:
(1985). Studi ini menyatakan bahwa terdapat KebF =Kebutuhan Fiskal
kaitan yang sangat erat antara transfer dari pe- KapF =Kapasitas Fiskal
merintah pusat dengan belanja daerah, dima-
na variabel-variabel kebijakan pemerintah dae- Komponen KapF dapat terdiri DBH dan
rah jangka pendek disesuaikan dengan transfer PAD. Dengan tahapan di atas, maka Persama-
yang diterima. Hasil penelitian sebelumnya di an (1) dapat ditulis:
Indonesia telah mengonfirmasikan pernyataan
tersebut (Syukriy dan Halim, 2004; Maimunah DAU = AD + KebF − P AD (3)
dan Akbar, 2008; Kusumadewi dan Rahman, − DBH
2007). Dalam studi tersebut disarankan meng-
gunakan model regresi dengan lag satu periode Untuk mengetahui faktor-faktor yang meme-
sebelumnya pada variabel dana transfer untuk ngaruhi kebutuhan fiskal, maka Persamaan (3)
mendapatkan daya prediksi DAU yang lebih dimodifikasi menjadi:
kuat terhadap belanja daerah.
KebF = P AD + DBH + DAU (4)
− AD

Persamaan (4) menjelaskan bahwa hubung-


Metode an antara DAU, DBH, dan PAD dengan be-
lanja daerah adalah positif yang berarti sema-
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui kin tinggi DAU, DBH, dan PAD maka belanja
hubungan dan pengaruh antarvariabel dalam daerah juga meningkat, ceteris paribus. Seba-
membuktikan fenomena flypaper effect. Dalam liknya, alokasi dasar (belanja pegawai) mem-
rangka melihat hubungan antarvariabel, studi punyai hubungan negatif dengan belanja dae-
ini menggunakan statistik deskriptif dan anali- rah. Semakin tinggi belanja pegawai, maka be-
sis korelasi. Sementara itu, untuk melihat pe- lanja daerah (lainnya) semakin rendah. Hal ini
ngaruh antarvariabel, studi menggunakan mo- menunjukkan adanya substitusi antara belanja
del regresi data panel. pegawai dan belanja daerah (lainnya).
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 62

Analisis Regresi luas wilayah. Namun dalam studi ini, kedua va-
riabel tersebut tidak dimasukkan dengan alas-
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah
an studi ini hanya untuk melihat seberapa be-
model regresi data panel. Untuk mengetahui
sar pengaruh transfer pemerintah pusat dan
elastisitas masing-masing variabel bebas maka
PAD terhadap belanja daerah, seperti terlihat
digunakan model persamaan dalam bentuk lo-
dalam model Kusumadewi dan Rahman (2007)
garitma natural (ln). Perbedaan model dalam
serta Maimunah dan Akbar (2008).
studi ini dengan model Widarjono (2006) dan
Variabel DAU dan DBH dihitung secara
Kusumadewi dan Rahman (2007) adalah peng-
individu untuk mengetahui signifikansi dari
gunaan variabel bebas dan data yang digu-
masing-masing variabel bebas tersebut terha-
nakan. Perbedaan model studi ini dengan mo-
dap variabel terikat (belanja daerah). Studi ini
del Kusumadewi dan Rahman (2007) terletak
berusaha menjawab tiga hipotesis berikut. Hi-
pada variabel bebas dengan menambahkan va-
potesis pertama ingin melihat pengaruh positif
riabel transfer berupa DBH. Sementara itu,
transfer ke daerah (DAU dan DBH) dan PAD
perbedaan model studi ini dengan model Wi-
terhadap belanja daerah. Hipotesis ini dilaku-
darjono (2006) terletak pada penggunaan va-
kan melalui pengujian variabel bebas secara
riabel penduduk. Adapun model persamaan
parsial. Sementara itu, hipotesis kedua ingin
yang akan diestimasi dalam studi ini adalah:
melihat apakah terjadi flypaper effect. Untuk
lnBDit = β0 + β1 lnDAUit (5) mengetahui apakah hipotesis ini terbukti dapat
+ β2 lnDBHit diketahui melalui nilai F hitung dari variabel
transfer ke daerah (DAU dan DBH) lebih be-
+ β3 lnP ADit + εit
sar daripada nilai F hitung variabel PAD. Tera-
dengan: khir, hipotesis ketiga ingin mengetahui apakah
lnBDit = Belanja Daerah untuk Kabupa- perilaku fiskal pemerintah daerah dalam pem-
ten/Kota i pada tahun ke t dalam bentuk lo- belanjaan tahun berikutnya bergantung pada
garitma natural transfer ke daerah yang diterima. Dalam hipo-
tesis ini, variabel transfer ke daerah (DAU dan
lnDAUit = DAU untuk Kabupaten/Kota i
DBH) dan PAD yang digunakan adalah perio-
pada tahun ke t dalam bentuk logaritma na-
de tahun sebelumnya (t − 1).
tural
lnDBHit = DBH untuk Kabupaten/Kota i
pada tahun ke t dalam bentuk logaritma na- Hasil dan Analisis
tural
Perkembangan Alokasi Transfer DAU,
lnP ADit = PAD untuk Kabupaten/Kota i DBH, dan PAD
pada tahun ke t dalam bentuk logaritma na-
tural Sampai dengan tahun 2011, Provinsi Kali-
mantan Timur terdiri dari Pemerintah Pro-
εit = galat i pada tahun ke t
vinsi Kalimantan Timur, 4 Pemerintah Kota,
Data yang digunakan dalam studi ini melipu- dan 10 Pemerintah Kabupaten. Jumlah kabu-
ti 14 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan paten/kota ini mengalami peningkatan diban-
Timur selama kurun waktu 2005–2011. dingkan pada tahun 2005 yang hanya terdiri
Model tersebut dimaksudkan untuk menge- dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur,
tahui pengaruh DAU, DBH, dan PAD terhadap 3 Pemerintah Kota dan 5 Pemerintah Kabupa-
belanja pemerintah daerah. Sebenarnya masih ten. Dengan demikian, dalam waktu enam ta-
banyak faktor yang memengaruhi belanja pe- hun, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
merintah daerah seperti jumlah penduduk dan telah mengalami pemekaran sebanyak 1 kota
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 63

dan 5 kabupaten. Dengan pemekaran ini ten- katkan kapasitas fiskalnya khususnya PAD. Hal
tunya diharapkan terjadi peningkatan layanan ini karena komponen utama kapasitas fiskal
publik yang dapat dinikmati masyarakat se- dalam formula perhitungan DAU terdiri dari
tempat. PAD dan DBH. PAD merupakan komponen
Pertambahan jumlah kabupaten/kota me- kapasitas fiskal yang dapat dikendalikan oleh
nyebabkan jumlah dana yang disalurkan pe- pemerintah daerah sedangkan DBH tidak da-
merintah pusat, baik berupa DAU maupun pat dikendalikan pemerintah daerah. Oleh se-
DBH, meningkat dari tahun ke tahun. Pada ta- bab itu, dampak DAU terhadap peningkatan
hun 2005, jumlah alokasi DAU adalah sebesar kapasitas fiskal terutama dapat dilihat dari si-
Rp1,7 triliun, dan jumlah tersebut meningkat si di mana pemerintah daerah tidak memaksi-
menjadi sebesar Rp3,3 triliun pada tahun 2011. malkan tax effort-nya karena dapat berdampak
Peningkatan jumlah alokasi DAU tidak ha- pada menurunnya penerimaan dari DAU.
nya disebabkan oleh jumlah kabupaten/kota Gambar 3 menunjukkan perkembangan
yang bertambah, tetapi disebabkan pula oleh DAU dan PAD selama periode 2005–2011.
peningkatan pagu alokasi DAU nasional. Dalam periode 2005–2007, peningkatan DAU
Berdasarkan rumusan formula DAU dalam diikuti dengan peningkatan PAD, sedangkan
undang-undang, peningkatan alokasi DAU su- pada periode 2007–2009 justru menunjukkan
atu pemerintah daerah disebabkan oleh sema- kondisi yang berkebalikan dimana terjadi pe-
kin besarnya celah fiskal dan besarnya belan- ningkatan PAD namun terjadi penurunan atas
ja pegawai (komponen alokasi dasar). Semakin DAU. Selanjutnya pada periode 2009–2011,
besar celah fiskal dan belanja pegawai maka se- pergerakan DAU searah dengan pergerakan
makin besar pula jumlah DAU yang dibutuh- PAD dimana peningkatan PAD diikuti dengan
kan. peningkatan DAU.
Dampak DAU terhadap perilaku fiskal pe-
Penurunan DAU selama periode 2007–2010
merintah daerah khususnya pengeluaran belan-
antara lain disebabkan oleh semakin besarnya
ja pemerintah daerah dapat dilihat pada Gam-
penerimaan DBH yang merupakan salah sa-
bar 2. Periode antara tahun 2005–2011 mem-
tu komponen kapasitas fiskal pemerintah da-
perlihatkan bahwa belanja daerah selalu meng-
erah. Selain itu, dengan diberlakukannya for-
alami peningkatan seiring dengan perkembang-
mula DAU secara murni (tidak ada hold harm-
an DAU, kecuali pada tahun 2009. Penurun-
less) menyebabkan adanya beberapa daerah
an DAU tahun 2009 disebabkan karena hold
yang mengalami penurunan DAU, bahkan ti-
harmless 1 tidak diberlakukan lagi dalam DAU.
dak mendapatkan alokasi DAU.
Pada tahun 2009 dan 2010, beberapa daerah
di Kalimantan Timur seperti Pemerintah Pro- Konsistensi pemerintah terhadap perhitung-
vinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai an formula diuji kembali pada tahun 2011 di-
Kertanegara, tidak mendapatkan alokasi DAU. mana daerah-daerah yang pada periode 2009–
Di sisi lain, belum ada mekanisme yang da- 2010 tidak mendapatkan alokasi DAU ternya-
pat menjelaskan mengenai pengaruh DAU ter- ta kini mendapatkan alokasi DAU. Pada tahun
hadap peningkatan kapasitas fiskal. Formula 2011, seluruh pemerintah daerah mendapatkan
DAU saat ini memungkinkan adanya disinsen- alokasi DAU meskipun daerah tersebut meru-
tif kepada pemerintah daerah untuk mening- pakan daerah dengan kapasitas fiskal tinggi.
Pada uraian terdahulu telah disebutkan pe-
1
ngaruh DAU terhadap belanja daerah yang
Hold-harmless adalah sebuah kebijakan bersama
antara pemerintah pusat dan DPR dimana DAU yang
menghasilkan dugaan awal bahwa DAU ber-
diterima oleh daerah adalah setidaknya sama dengan dampak pada pengeluaran belanja daerah yang
penerimaan DAU tahun sebelumnya. makin besar. Kondisi ini juga berlaku untuk
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 64
Gambar 2: Perkembangan DAU dan Belanja Daerah (miliar rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan, diolah

jenis transfer lainnya, yaitu DBH. Pengaruh dan belanja daerah selama periode 2005–2011
DBH terhadap pengeluaran belanja pemerin- yang memiliki pola hampir sama dengan Gam-
tah daerah diduga positif; semakin besar DBH bar 2.
maka pengeluaran belanja daerah juga me-
ningkat. Namun demikian, pengaruh DAU dan
DBH terhadap pengeluaran belanja daerah me- Analisis Statistika Deskriptif
miliki perbedaan mekanisme yang disebabkan Hasil analisis statistika deskriptif dapat dilihat
perbedaan karakteristiknya masing-masing. pada Tabel 1. Jumlah kabupaten/kota yang
Pengaruh DBH terhadap belanja daerah di- menjadi sampel adalah 14 kabupaten/kota ter-
duga lebih responsif dibandingkan dengan pe- masuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
ngaruh DAU. Hal ini disebabkan DBH bersifat dengan periode 2005–2011. Nilai DAU terting-
independen terhadap faktor lain, artinya peme- gi diperoleh Pemerintah Kabupaten Malinau
rintah daerah tidak memperhitungkan aspek pada tahun 2011 sebesar Rp519 miliar dan
lain dalam membelanjakan DBH-nya. Penge- DAU terendah adalah Rp1,36 miliar, yaitu Pe-
luaran DBH untuk belanja daerah yang makin merintah Kabupaten Kutai Kertanegara pa-
besar dalam suatu daerah tidak menyebabkan da tahun 2011. Sesunguhnya, terdapat daerah
daerah tersebut mendapatkan alokasi DBH me- yang tidak mendapatkan DAU pada tahun ter-
nurun pada periode berikutnya, sehingga pe- tentu pada periode 2005–2011 seperti Peme-
merintah daerah lebih bersifat independen da- rintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerin-
lam membelanjakan dana DBH. Hal ini berbe- tah Kabupaten Kutai Kertanegara, Pemerin-
da dengan DAU dimana terdapat faktor lain, tah Kabupaten Tarakan, sehingga hal tersebut
yaitu kapasitas fiskal yang akan memengaruhi tidak muncul dalam analisa statistika deskrip-
jumlah alokasi DAU. Dengan demikian, dam- tif. Rata-rata setiap daerah pada tiap tahun-
pak DAU terhadap belanja daerah tidak se- nya menerima DAU sebesar Rp178 miliar dan
besar dampak DBH terhadap belanja daerah. memiliki deviasi standar sebesar Rp115 miliar.
Gambar 4 menunjukkan perkembangan DBH Sementara itu, untuk DBH selama periode
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 65
Gambar 3: Perkembangan DAU dan PAD (miliar rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan, diolah

2005–2011, seluruh pemerintah daerah di Pro- Kabupaten Malinau pada tahun 2005 sebesar
vinsi Kalimantan Timur menerima DBH total Rp390 miliar sedangkan pemerintah daerah pa-
Rp90,8 triliun dengan rata-rata per daerah se- ling tinggi belanjanya adalah Provinsi Kali-
tiap tahunnya menerima DBH sebesar Rp926 mantan Timur sebesar Rp7,2 triliun pada ta-
miliar. Nilai DBH terendah Rp209 miliar di hun 2011 dengan deviasi standar belanja dae-
Kabupaten Malinau pada tahun 2005 dan DBH rah sebesar Rp1,42 triliun.
tertinggi Rp3,7 triliun di Pemerintah Provin- Tabel 2 menunjukkan hubungan antara be-
si Kalimantan Timur pada tahun 2011 dengan lanja daerah dengan DBH yang kuat (0,831),
deviasi standar DBH sebesar Rp946 miliar. sebaliknya hubungan belanja daerah dengan
PAD yang berhasil dikumpulkan seluruh pe- DAU sangat lemah (0,057). Hal ini mengin-
merintah daerah di Provinsi Kalimantan Ti- dikasikan DAU tidak cukup signifikan meme-
mur sebesar Rp13,6 triliun dengan rata-rata ngaruhi belanja daerah dibandingkan DBH dan
PAD per daerah per tahun sebesar Rp145 mi- PAD.
liar. Nilai PAD terendah sebesar Rp2,3 miliar Berikutnya adalah analisis hubungan antar-
diperoleh Kabupaten Penajam Paser Utara pa- variabel bebas. Hasil perhitungan korelasi an-
da tahun 2005, sedangkan PAD tertinggi diper- tarvariabel bebas dapat dilihat pada Tabel 2.
oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Hubungan antara DBH, PAD dengan DAU
sebesar Rp2,6 triliun pada tahun 2011 dengan adalah negatif; ketika DBH, PAD meningkat
deviasi standar sebesar Rp362 miliar. maka DAU menurun, sesuai dengan rumus per-
Sementara itu, belanja daerah seluruh pe- hitungan DAU. Sementara itu, PAD dan DBH
merintah daerah di Provinsi Kalimantan Ti- bukan merupakan substitusi, tetapi komple-
mur periode 2005–2011 sebesar Rp167,8 trili- menter, yaitu perubahan DBH tidak dipenga-
un dengan rata-rata belanja daerah per dae- ruhi PAD. Hasil perhitungan korelasinya me-
rah per tahun sebesar Rp1,76 triliun. Pemda nunjukkan hubungan positif antara PAD dan
yang paling sedikit belanja daerahnya adalah DBH.
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 66
Gambar 4: Perkembangan DBH dan Belanja Daerah (miliar rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan, diolah

Tabel 1: Statistika Deskriptif (miliar rupiah)

Statistik DAU DBH PAD Belanja Daerah


Jumlah 16.400,53 90.799,43 13.652,86 167.886,39
Rerata 178,27 926,52 145,24 1.767,23
Minimum 1,37 209,76 2,35 390,54
Maksimum 519,08 3.708,68 2.641,23 7.257,64
Deviasi Standar 115,00 946,38 362,58 1.420,26
Sumber: Kementerian Keuangan, diolah

Analisis Regresi Perlu diketahui, bahwa variabel jumlah pen-


duduk dalam model ini ternyata tidak signi-
Metode analisis yang digunakan adalah regresi fikan berpengaruh terhadap belanja daerah.
dengan data panel. Terdapat 3 metode estima- Untuk melihat pengaruh masing-masing DAU,
si yang dapat digunakan, yaitu Random Effe- DBH, dan PAD terhadap belanja daerah, maka
ct (RE), Fixed Effect (FE), dan Pooled Least dilakukan regresi parsial sebagaimana hasilnya
Square (PLS). Dalam menentukan metode es- terlihat pada Tabel 3.
timasi yang digunakan, terdapat 3 pendekatan Hasil analisis regresi secara parsial DAU,
yang digunakan, yaitu secara teori, secara sam- DBH, dan PAD berpengaruh positif dan signi-
pel penelitian, dan secara uji statistik. fikan terhadap perubahan belanja daerah. Ko-
Penulis menggunakan metode estimasi PLS efisien parameter DBH (0,820) lebih besar da-
yang didasarkan pada alasan sampel peneliti- ripada koefisien parameter PAD (0,386). Seti-
an. Penggunaan metode estimasi RE dapat di- ap peningkatan DBH menyebabkan peningkat-
lakukan apabila jumlah sampel yang diambil an belanja daerah yang lebih besar bila diban-
banyak, sedangkan estimasi FE dapat diguna- dingkan peningkatan daerah yang disebabkan
kan bila seluruh populasi diambil dalam penga- DAU dan PAD di daerah-daerah se-Provinsi
matan (Hsiao, 1986). Kalimantan Timur. Hasil regresi tersebut da-
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 67
Tabel 2: Koefisien Korelasi antara Belanja Daerah dan Variabel Bebas dengan DAU, DBH, dan PAD

Variabel lnBD lnPAD lnDAU lnDBH


lnBD 0,654 0,057 0,831
lnPAD
lnDAU -0,071 -0,164
lnDBH 0,596
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 3: Model Regresi Parsial antara DAU, DBH, dan PAD terhadap Belanja Daerah

Variabel Terikat: lnBD


Variabel Bebas Koefisien Adjusted R2 Statistika t Statistika F
lnDAU 0,040 -0,008 0,53 0,28
lnDBH 0,820*** 0,687 14,32 205,14
lnPAD 0,386*** 0,422 8,26 68,19
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%

pat menjawab hipotesis bahwa transfer ke da- diregresikan secara parsial dengan ketika dire-
erah (DAU dan DBH) dan PAD berpengaruh gresikan secara bersama-sama (Prakosa, 2004).
terhadap belanja daerah. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai statis-
Hasil regresi parsial tersebut sejalan dengan tika t DAU mengalami kenaikan 2,72, sedang-
hasil regresi berganda DAU, DBH, dan PAD kan nilai statistika t DBH dan PAD mengala-
terhadap belanja daerah. Secara bersama- mi penurunan masing-masing sebesar 4,75 dan
sama, perubahan belanja daerah yang dise- 4,70. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
babkan perubahan DAU, DBH, dan PAD ada- pengaruh DAU terhadap belanja daerah pada
lah sebesar 72%, selebihnya, yaitu 28% dise- tahun yang sama signifikan.
babkan oleh variabel lain yang tidak dimasuk- Dengan melihat dua indikator tadi, yaitu ni-
kan ke dalam model. Variabel DAU yang seca- lai koefisien parameter dan statistika t (Ta-
ra parsial tidak signifikan memengaruhi belan- bel 4) serta perubahan nilai statistika t (Ta-
ja daerah namun kini dalam regresi berganda, bel 6) mempertegas adanya pengaruh flypa-
DAU berpengaruh positif dan signifikan, sama per effect atas transfer pemerintah pusat beru-
seperti DBH dan PAD. pa DAU dan DBH kepada pemerintah daerah.
Hasil regresi berganda ini memperkuat pe- Selain itu, flypaper effect juga dapat diketa-
ngaruh DBH yang lebih besar terhadap belan- hui dari besaran nilai F hitung persamaan re-
ja daerah dibandingkan DAU dan PAD. Se- gresi DAU dan DBH terhadap belanja daerah
tiap peningkatan 1% DBH menyebabkan pe- (93,26) yang lebih besar daripada nilai F hi-
ningkatan belanja yang lebih besar dibanding- tung persamaan regresi PAD terhadap belan-
kan peningkatan belanja yang disebabkan DAU ja daerah (68,19), sebagaimana Tabel 7. Hasil
dan PAD. analisis ini dapat menjawab hipotesis kedua,
yaitu terjadi flypaper effect pada pemerintah
Untuk melihat variabel yang paling domi-
daerah se-Kalimantan Timur.
nan berpengaruh terhadap belanja daerah, ma-
ka perlu dibandingkan nilai statistika t keti- Analisis berikutnya adalah pengaruh DAU,
ga variabel tersebut (DAU, DBH, PAD) ketika DBH, dan PAD terhadap prediksi belanja da-
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 68
Tabel 4: Model Regresi Berganda

Variabel Terikat: lnBD


Variabel Bebas Koefisien Statistika t
Konstanta 1,899 0,92
InDAU 0,133*** 3,25
InDBH 0,701*** 9,57
InPAD 0,141*** 3,56
Adjusted R2 0,72
Statistika F 74,9
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%

Tabel 5: Proporsi DAU, DBH dan PAD terhadap Belanja Daerah (rerata)

Tahun DAU/ DBH/ PAD/


Belanja Daerah Belanja Daerah Belanja Daerah
2005 19,0 48,4 6,5
2006 14,0 64,3 4,2
2007 15,0 51,6 4,6
2008 12,8 48,9 4,5
2009 10,4 47,4 5,7
2010 10,0 49,7 6,2
2011 16,4 49,0 8,0
Sumber: Kementerian Keuangan, diolah

erah. Untuk menjawab hal ini, penulis meng- dan signifikan terhadap belanja daerah tahun
gunakan data belanja daerah tahun berjalan, ini. Sebesar 76% perubahan belanja daerah ta-
sedangkan untuk data DAU, DBH, dan PAD hun berjalan disebabkan oleh DAU, DBH, dan
menggunakan data tahun lalu. Dengan meng- PAD periode sebelumnya.
gunakan metode yang sama diperoleh hasil re- Salah satu alasan nilai koefisien parameter
gresi secara parsial (Tabel 8) dan regresi ber- DBH lebih besar antara lain disebabkan ada-
ganda (Tabel 9). nya kontribusi DBH terhadap belanja daerah
Hasil regresi parsial menunjukkan hasil yang yang relatif tinggi, yaitu di atas 45% di daerah-
sama dengan regresi parsial belanja daerah ta- daerah se-Provinsi Kalimantan Timur. Peran-
hun berjalan (Tabel 3), yaitu lebih besarnya an DBH bagi pendanaan belanja daerah untuk
pengaruh DBH dibandingkan PAD dan DAU daerah kaya sumber daya alam menjadi sangat
terhadap prediksi belanja. Hal ini terlihat dari penting. Hasil analisis juga menunjukkan bah-
koefisien parameter dan nilai statistika t dima- wa meskipun kontribusi PAD terhadap belanja
na secara parsial DBH, PAD, dan DAU tahun daerah relatif rendah, namun pengaruhnya ter-
lalu berpengaruh positif terhadap belanja ta- hadap belanja daerah lebih besar dibandingkan
hun ini. DAU. Hal ini dapat menjawab hipotesis ketiga,
Sementara itu, hasil regresi berganda me- yaitu komponen transfer DBH memberikan pe-
nunjukkan bahwa prediksi belanja daerah se- ngaruh yang lebih besar dibandingkan PAD.
cara bersama-sama dengan DAU, DBH, dan Sedangkan salah satu alasan elastisitas PAD
PAD periode sebelumnya berpengaruh positif lebih besar dibandingkan DAU adalah kare-
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 69
Tabel 6: Analisis Faktor yang Paling Dominan Berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Variabel Bebas Statistika t Statistika t Selisih


Regresi Parsial Regresi Serempak
InDAU 0,53 3,25 2,72
InDBH 14,32 9,57 -4,75
InPAD 8,26 3,56 -4,7
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 7: Regresi Transfer dan PAD terhadap Belanja Daerah

Variabel Terikat : lnBD


Model Koefisien Adjusted R2 Statistika t Statistika F
1 Konstanta 1,081 0,679 0,49 93,26
lnDAU 0,139 3,18
ln DBH 0,854 13,63
2 Konstanta 18,409 0,422 15,89 68,19
lnPAD 0,386 8,26
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

na kemungkinan dalam membelanjakan dana- hasil outcome kelembagaan politik dan terkait
nya, PAD lebih bersifat independen diban- dengan insentif pejabat terpilih.
dingkan DAU. Independensi disini diartikan
daerah bebas membelanjakan PAD untuk ber-
bagai kepentingan/kebutuhan daerah. Sebalik- Simpulan
nya, penggunaan DAU lebih terbatas dalam
pengertian dana DAU lebih diutamakan untuk Hasil studi ini memberikan beberapa kesimpul-
belanja pegawai sehingga hanya sebagian ke- an sebagai berikut: Pertama, pengaruh dana
cil proporsi DAU dibelanjakan untuk belanja transfer dari pemerintah pusat kepada peme-
daerah lainnya. rintah daerah terhadap belanja pemerintah da-
erah adalah positif dan signifikan. Meskipun
Sebagai perbandingan, studi Prakosa (2004) secara parsial pengaruh DAU terhadap belan-
mengamati pengaruh DAU dan PAD terhadap ja daerah tidak signifikan, namun ketika di-
belanja daerah di Jawa Tengah dan DIY. Pra- tambahkan variabel DBH dan PAD, pengaruh
kosa (2004) menemukan bahwa besarnya belan- DAU menjadi signifikan.
ja daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang Kedua, koefisien parameter dan nilai statis-
diterima dari pemerintah pusat. Selain DAU, tika t variabel DBH lebih besar daripada ko-
belanja daerah juga dipengaruhi PAD. Namun efisien dan nilai statistika t DAU dan PAD.
dalam studi tersebut, transfer yang diamati ha- Selain itu, hasil regresi menunjukkan adanya
nya DAU dan tidak mengamati bentuk transfer flypaper effect dari transfer pemerintah pusat
lainnya seperti DBH. dimana variabel DBH sangat berpengaruh ter-
Inman (2008) mengidentifikasi anomali hadap belanja daerah.
flypaper effect bukan disebabkan oleh adanya Ketiga, flypaper effect juga terjadi ketika me-
permasalahan dengan data, permasalahan lakukan prediksi belanja daerah. Transfer DBH
ekonometrika, dan spesification problem, te- sangat berpengaruh dalam prediksi belanja da-
tapi lebih disebabkan adanya faktor politik. erah, diikuti PAD dan DAU.
Flypaper effect lebih dilihat sebagai nilai Jadi berdasarkan kesimpulan tersebut, stu-
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 70
Tabel 8: Regresi Parsial Prediksi Belanja Daerah

Variabel Terikat: lnBD


Model Koefisien Adjusted R2 Statistika t Statistika F
lnDAU (t-1) 0,135 0,027 1,78 3,16
lnDBH (t-1) 0,688 0,74 15,44 238,25
lnPAD (t-1) 0,33 0,437 7,9 62,44
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 9: Regresi berganda prediksi belanja daerah

Variabel Terikat: lnBD


Variabel Bebas Koefisien Statistika t
Konstanta 6,871 4,31
lnDAU (t-1) 0,128 3,38
lnDBH (t-1) 0,541 9,29
lnPAD (t-1) 0,129 4,4
Adjusted R2 0,761
Statistika F 78,67
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

di ini mengajukan rekomendasi. Pertama, ada- mereformulasi dana transfer. Misalnya, dengan
nya dana transfer dari pemerintah pusat yang mengubah dana transfer dari input sources
bersifat block grant (unconditional ) telah me- menjadi output based transfer. Selain itu, perlu
nyebabkan munculnya flypaper effect. Kenaik- disusun sebuah mekanisme untuk meningkat-
an transfer menyebabkan peningkatan belanja kan akuntabilitas pemerintah daerah melalui
daerah yang lebih besar daripada peningkat- keterlibatan aktif masyarakat dalam pengang-
an belanja yang disebabkan sumber lain seper- garan.
ti PAD. Kondisi ini mengimplikasikan bahwa Keempat, studi ini masih memiliki kelemah-
peningkatan transfer tidak diikuti penurunan an karena belum memasukan variabel kontrol
PAD sehingga beban masyarakat tidak berku- lainnya. Untuk itu, agar hasil studi ini lebih
rang. komprehensif perlu dilakukan studi lanjutan.
Kedua, terkait dengan flypaper effect, agar
kemandirian pendanaan pemerintah daerah se- Daftar Pustaka
bagai tujuan desentralisasi fiskal tercapai, ma-
ka perlu diambil langkah meminimalkan penga- [1] Bae, S. & Feiock, R.C. (2004). The Flypaper Effe-
ct Revisited: Intergovernmental Grants and Local
ruh flypaper effect ketika melakukan predik- Governance. International Journal of Public Admi-
si belanja daerah. Faktor kelembagaan politik nistration, 27 (8), 577–96.
merupakan salah satu yang berpengaruh ter- [2] Fisher, R.C. (1996). State and Local Public Finan-
hadap adanya flypaper effect (Bae dan Feiock, ce. Chicago: Richard D. Irwin.
[3] Galmarini, U., Rizzo, L., & Testa, C. (2007).Lo-
2004). Oleh karena itu, desain kelembagaan sis- cal Finance Responsiveness to Federal Grants: The
tem politik yang baik perlu dilakukan sehingga Role of the Debt. Economia Del Capitale Uma-
dapat meminimalkan dampak. no. Juni. http://www-3.unipv.it/websiep/wp/
200783.pdf. (25 April 2010).
Ketiga, untuk meminimalkan adanya inefi- [4] Gamkhar, S. & Shah, A. (2007). The Impact of
siensi belanja daerah, pemerintah pusat perlu Intergovernmental Fiscal Transfers: A Synthesis of
Erny M. & M. Syarif M./Pengaruh Transfer Pemerintah Pusat... 71

the Conceptual and Empirical Literature. In Ro- Juni, 90–109.


bin Boadway and Anwar Shah (Eds.) Intergover- [16] Widarjono, A. (2006). Does Intergovernmental
nmental Fiscal Transfers: Principles and Practice. Transfer Cause Flypaper Effect on Local Spen-
p. 225–228. Washington, D.C.: World Bank. ding? Jurnal Ekonomi Pembangunan, 11 (2), Agus-
[5] Gorodnichenko, Y. (2001). Effects of Intergo- tus, 115–123.
vernmental Aid on Fiscal Behavior of Local [17] Wilde, J.A. (1971). Grants-in-aid: The Analytics
Governments: The Case of Ukraine. Ukraine: of Design and Response.National Tax Journal, 24,
National University of ”Kyiv-Mohyla Academy”. 143–156.
Economics Education and Research Consorti-
um. http://www.kse.org.ua/uploads/file/
library/2001/Gorodnichenko.pdf. (25 April
2010).
[6] Hsiao, C. (1986). Analysis of Panel Data. Cambri-
dge: Cambridge University Press.
[7] Holtz-Eakin, D., Newey, W., & Rosen, H. (1985).
Implementing causality test with panel data,
with an example from local public finance.
NBER Technical Working Paper, 48. Cambri-
dge, MA: NBER. http://www.nber.org/papers/
t0048.pdf. (25 April 2010).
[8] Inman, R.P. (2008). The Flypaper Effect. Working
Paper, 14579. Cambridge, MA : National Bure-
au of Economic Research. http://www.nber.org/
papers/w14579.pdf. (25 April 2010).
[9] Kuncoro, H. (2004). Fenomena Flypaper Effect pa-
da Kinerja Keuangan Pemda Kab/Kota di Indo-
nesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9 (1), Juni,
47–63.
[10] Kusumadewi, D.A. & Rachman, A. (2007). Flypa-
per Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja
Daerah pada Kabupaten/Kota di Indonesia, Jur-
nal Akuntansi & Auditing Indonesia, 11 (1), Juni,
67–80.
[11] Musgrave, R.A. & Musgrave, P.B. (1989) Public
finance in theory and practice. New York: McGraw-
Hill.
[12] Oates, W.E. (1999). An Essay on Fiscal Federa-
lism. Journal of Economic Literature, 37 (3), 1120–
1149.
[13] Maimunah, M. & Akbar, R. (2008). Flypaper Effect
pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, 11 (1), Januari, 37–51.
[14] Prakosa, K.B. (2004). Analisis Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Pendapatan Asli Dae-
rah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Stu-
di Empirik di wilayah Propinsi Jawa Tengah dan
DIY). Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 8
(2), Desember, 101–118.
[15] Syukriy, A. & Halim, A. (2004). Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Dae-
rah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah
Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
Jurnal Ekonomi STEI No. 2/Th.XIII/25/April-

Anda mungkin juga menyukai