Anda di halaman 1dari 17

SILVIKULTUR HUTAN TROPIS

(PERLINDUNGAN HUTAN)

HARMONIS
LAB. BUDIDAYA HUTAN (PERLINDUNGAN HUTAN)
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BUDIDAYA HUTAN

SILVIKULTUR ILMU TANAH PERLINDUNGAN


PERLINDUNGAN HUTAN

PP No. 45 Tahun 2004


Usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam,
hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan,
kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.
PERLINDUNGAN HUTAN

Komponen Hutan Degradasi Fungsi

Gangguan Ekonomis
Ekologis
Fisiologis
Biotik Abiotik

Hewan Hama Kebakaran Hutan

Mikroorganisme Patogen TINDAKAN


PERLINDUNGAN
Bencana Alam
HUTAN
Tumbuhan Gulma
TAHAPAN KEGIATAN DALAM
PERLINDUNGAN HUTAN

Deteksi:

 Kerusakan fisik

Identifikasi:

 • Taksa penyebab
• Intensitas/populasi
• Kerusakan ekonomis
Analisa

Manajer
Perlindungan
Investigasi lanjutan:
• Biologi hama Tindakan Perlindungan
• Kondisi biotik & abiotik
- Pengendalian
• Teknik penanganan
- Pemberantasan
- Pencegahan
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI
DETEKSI
IDENTIFIKASI
AWAL
Gejala
Taksa Penyebab
Monitoring Perubahan Tanda
Secara Umum
Intensitas
Kerusakan
Intensitas
Fenomena Alam: Populasi:
• Anomali iklim (absolut, relatif)
• Trend populasi
Dihitung dari nilai
• Bencana alam
ekonomis normal
• Trend anthropogenik Kerusakan Ekonomis
dikurangi dengan nilai
ekonomis aktual
DINAMIKA POPULASI

Kulminasi

Populasi

Progradasi Retrogradasi

Laten Laten

Waktu/Generasi
PERLINTAN DI KAWASAN TROPIS

• Iklim yang spesifik


• Keaktifan dan daya resistensi
• Komposisi biodiversitas yang heterogen
• Jenis-jenis pathogen/hama yang belum rampung
teridentifikasi
• Adaptasi dan pelaksanaan kebijakan/peraturan
perlindungan
• Pola keseriusan dalam menjalankan perlindungan
hutan
PERTIMBANGAN tindakan perlindungan

• Pengendalian hama/penyakit haruslah selalu didasarkan pada


pertimbangan biaya, biologis dari agen penyebab dan
pertimbangan teknis cara pengendaliannya
• Pertimbangan habitat, biologi dan karakteristik agen untuk
menentukan teknik penanganan
• Perhitungan ekonomis: kerugian serangan dan biaya teknik
penanganan
• Pemilihan teknik penanganan melalui pertimbangan
keefektifan, keefesienan, ekonomis dan ramah lingkungan
PENGENDALIAN SECARA FISIK-MEKANIK

Pengendalian secara fisik-mekanik adalah • Memerlukan tenaga dan dana


pengendalian dengan memanfaatkan faktor-faktor yang banyak, harus dilakukan
fisik untuk mematikan atau menekan perkembangan secara terus menerus dan
populasi, yang diantaranya dapat dilakukan dengan: efisiensi serta efikasinya rendah.
• Mengubah suhu
• Perlu pendalaman tentang biologi
• Mengubah kadar air serangganya untuk dapat
• Mengubah cahaya ditetapkan waktu pengendalian
• Merusak habitat mekanik yang tepat sesuai dengan
fase hidup hama yang menjadi
• Memasang perangkap
sasaran.
• Mematikan dengan tangan/alat
• Pengusiran secara langsung dan tidak langsung
• Memagari tanaman
PENGENDALIAN SECARA KIMIAWI
(CHEMICAL CONTROL)
Pengendalian hama/penyakit dengan cara menggunakan bahan
kimia untuk meracuni
• 1200 SM: Garam dan abu sebagai herbisida non selektif.
• 1000 SM: Sulfur digunakan sebagai fumigant.
• 900: Arsenic digunakan melindungi tanaman di China.
• 1939: DDT (dichloro diphenyl trichloroethane) ditemukan sebagai insektisida oleh Paul Hermann
Müller di Swiss.
• 1948: Penemu DDT mendapatkan penghargaan nobel karena DDT yang ampuh melawan serangga.
• 1950: Ilmuan telah mempelajari bahwa DDT akan tetap bertahan dalam lingkungan dan
ditransportasi oleh air menuju area yang lebih jauh dari tempat pemakaiannya. Beberapa serangga
mengembangkan sifat resistensi terhadap DDT dan dapat diwariskan pada keturunannya
• 1973: Larangan penggunaan DDT di Amerika serikat.
SIFAT
RACUN
KIMIA
• Atraktan: zat kimia yang menarik
serangga, contoh: pheromone.
• Kemosterilan: zat yang berfungsi
untuk mensterilkan serangga atau
hewan bertulang belakang, cth:
Ornitrol untuk burung dara, Afolate
untuk lalat rumah.
• Repellent: zat penolak serangga atau
hama lainnya, cth: kamper untuk kutu,
minyak sereh untuk nyamuk.
• Pengawet kayu (dari faktor abiotik),
cth: Pentachlorophenol (PCP).
Dampak Penggunaan Pestisida:
KEBERHASILAN
• Keracunan terhadap pengguna. PENGENDALIAN
• Pencemaran terhadap lingkungan dan DENGAN
keracunan terhadap organisme lainnya. MENGGUNAKAN
• Kematian musuh alami; khususnya pestisida PESTISIDA TERGANTUNG
yang berspektrum luas, secara kontak DARI PEMILIHAN JENIS
langsung maupun tidak langsung karena
memakan hama yang mengandung pestisida. PESTISIDA, FORMULASI,
• Kenaikan populasi hama; karena kematian ALAT DAN WAKTU
predator dan dosis sub-letal terkadang APLIKASI (TIMING).
memacu perkembangbiakan.
INSEKTISIDA YANG BAIK
• Munculnya hama sekunder; kematian predator
dan kompetitor, pengaruh fisiologis pestisida UNTUK LINGKUNGAN
yang memacu peningkatan keperidian. ADALAH: SPESIFIK,
• Resistensi hama; oleh karena dosis yang tidak AMPUH, TIDAK
tepat serta daya adaptif secara genetif. MENINGGALKAN RESIDU
• Meninggalkan residu yang akan DAN CEPAT TERURAI.
membahayakan konsumen, paling banyak
dirasakan pada produk pertanian.
PENGENDALIAN SECARA HAYATI (BIOLOGICAL CONTROL)

• Pengendalian hayati ialah pengaturan kepadatan populasi organisme oleh


musuh-musuh alaminya, hingga tingkat kepadatan organisme tersebut menjadi
rendah.
• Musuh alami ialah organisme hidup yang memangsa atau menumpang dalam
atau pada hama dan dianggap sebagai musuh dari hama yang terdapat di alam
• Musuh-musuh alami hama dapat digolongkan dalam kelompok predator,
parasitoid, patogen (jamur, bakteri, virus, nematoda).
• Musuh alami merupakan organisme asli setempat atau organisme yang
didatangkan dari daerah lain.
• Pengendalian hayati tidak dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa jenis
hama sekaligus karena faktor spesifik baik jenis dan dan terkadang stadium
sangat menentukan.
Pengendalian Secara Silvikultur
Pengendalian secara silvikultur adalah usaha menciptakan
tegakan hutan dan lingkungannya yang tidak disukai
hama/patogen. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan
jalan:
a. Mengatur komposisi tegakan (hutan campuran), sumber
pakan hama pada hutan campuran akan menjadi lebih
terbatas dibandingkan dengan hutan sejenis. Selain itu
diharapkan hutan campuran mampu memberikan
kestabilan keanekaragaman hayati yang lebih besar
dibandingkan dengan hutan sejenis, sehingga
keseimbangan alami lebih terjamin.
b. Mengatur kerapatan tegakan, teknik ini bertujuan untuk
mengganggu atau mengurangi ketersediaan makanan
antar ruang serta memberikan ruang penyinaran yang
akan mengurangi kelembapan serta peningkatan
temperatur.
PENGENDALIAN SECARA SILVIKULTUR
c. Mengatur kesehatan pohon, yang dimaksud dengan pohon sehat
adalah pohon yang tumbuh normal menurut kriteria
pertumbuhan yang telah diketahui. Pohon yang sehat akan
lebih mampu menahan serangan berbagai jenis hama. Dengan
kata lain pohon sehat pada umumnya menjadi lebih tahan
terhadap serangan hama.
d. Mengatur umur tegakan, prinsipnya adalah menciptakan kondisi
yang tidak sesuai bagi kesinambungan tersedianya pakan bagi
hama pada suatu tempat.
e. Menanam jenis pohon yang tahan, jenis pohon tahan hama
didapatkan melalui pemuliaan tanaman. Kelemahan teknik ini
adalah memerlukan waktu yang lama (sehingga tidak dapat
memenuhi keperluan yang mendesak).

Keuntungan cara ini antara lain adalah tidak mencemari


lingkungan dan lebih mengutamakan tindakan pencegahan
PENGELOLAAN HAMA TERPADU

• Konsep pengelolaan hama terpadu/PHT (Integrated Pest Management/IPM)


mengkobinasikan pemberantasan hayati, kimiawi, secara fisik-mekanik, pengendalian
cara silvikultur, pengendalian secara genetik, pengendalian bahan kimia dan cara
pengendalian hama lainnya.
• Berbeda dengan pendekatan pengendalian hama yang konvensional, PHT lebih
mengutamakan pengendalian hayati khususnya pengendalian hama dilakukan oleh
berbagai musuh alaminya.
• Pengendalian hayati (biological control) merupakan taktik pengelolaan hama yang kita
lakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk
menurunkan atau mengendalikan populasi hama.
• Pengendalian alami (natural control) merupakan proses pengendalian yang berjalan
dengan sendirinya tanpa ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai