Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDI FIQIH

INSEMINASI BUATAN (BAYI TABUNG)

Dosen Pengampuh:

Ruma Mubarok M.pd.I

Disusun Oleh kelompok 5

1. Anni yulia Pratiwi ( 10620102 )

2. Lailatus syafi’ah ( 10620089)

3. Izzatul Muhimmah ( 10620111 )

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2012

Kata Pengantar

AssalamualaikumWr. Wb
Alhamdulillah…

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas anugerah, petunjuk serta
Hidahayah-NYA lah sehingga Makalah ini dapat terselesaikan meskipun memiliki banyak sekali
kekurangan.

Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada dosen Bpk.Ruma Mubarok M.pd.I pembimbing mata
kuliah Study Fiqih yang tiada henti-hentinya memberikan suport, dukungan dan telah membantu
memberikan arahan demi terselesaikannya pembuatan makalah ini. Diharapkan dengan adannya
makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang BAYI TABUNG dan Konsep bayi tabung
menurut pandangan Hukum, medis maupun Moral (Etika).

Tentunya masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan di dalam pembuatan makalah ini, Oleh
karena keterbatasan ilmu dan referensi yang kami jadikan sebagai acuan untuk menyusun makalah
ini ataupun karena hal-hal lain. Namun, karena adanya niat untuk belajar, maka dengan antusias
dan semangat yang tinggi, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan kita semua umumnya. AMIN……!!!

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan
makalah ini, serta kepada teman-teman yang telah memberikan dukunganya yang sangat berharga
bagi penulis untuk dapat menyelesaiakan makalah ini….

Malang, September 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………. 2

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………. 5


1.2 Tujuan………………………………………………………………………………………………………….. 7

1.3 Rumusan masalah ………………………………………………………………………………………… 8

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi tabung………………………………………………………………………………. 9

2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Bayi Tabung………………………………………….. 18

2.3 Macam-macam Proses Bayi Tabung……………………………………………………………. 30

2.4 Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung……………………………………………………… 23

2.5 Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung…………………………………………….… 22

2.6 Prosedur Melakukan Bayi Tabung………………………………………………. 23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………….. 33

3.2 Saran……………………………………………………………………………………………………… 34

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia subur yang ada di indonesia ialah
sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta pasangan infertil. Pada masa sekarang pola kehidupan
keluarga cenderung bergeser, dari jumlah anggota yng besar menjadi jumlah anggota yang kecil
dalam 1 unit keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar memperoleh keturunan berhak
mendapat pertolongan. Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu kedokteran ini sebagian
besar dari penyebab infertilitas atau ketidak suburan telah dapat diatasi dengan pemberian obat
atau operasi.
Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala-
kendala kehidupan..Salah satunya adalah kesulitan mempunyai anak dengan berbagai faktor.Tetapi
terkadang kecanggihan teknologi mempengaruhi etika-etika terhadap islam. Kemungkinan
kehamilan dipengaruhi oleh usia anda dan kadar FSH basal. Secara umum, makin muda usia makin
baik hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah embrio yang
dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang dipindahkan akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi kemungkinan terjadinya kehamilan multipel dengan
masalah yang berhubungan dengan kelahiran prematur juga lebih besar. Pengertian mandul bagi
wanita ialah tidak mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak mampu
memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak mampu menghasilkan kehamilan
karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel spermatozoa sama sekali.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi-in-vitro
yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel
sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya program pelayanan
ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara
alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang permanen.. Pihak yang pro
dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang kontra berasal
dari kalangan alim ulama.

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Bayi tabung

2. Untuk Mempelajari hal-hal yang ada dalam islam dan mengetahuan tentang hukum-hukum
nya.

3. Untuk Mengetahui faktot di adakanya Bayi Tabung

4. Untuk Mengetahui proses terbentuknya bayi tabung

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Bayi Tabung ?

2. Apakah ada perbedaan pandangan tentang bayi tabung dari segi medis dan dari segi agama?

3. Apa saja faktor yang mendorong diadakannya bayi tabung?

4. Bagaimanakah proses terbentuknya bayi tabung ?


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik
pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu
metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri
dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan
pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. (Teknologi ini dirintis oleh P.C Steptoe dan
R.G Edwards pada tahun 1977).

Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF) adalah suatu upaya
memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah
khusus. Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba. Pembuahan sel
telur (ovum) yang dilakukan di luar tubuh calon ibu. Awalnya tekhnik reproduksi ini ditunjukkan
untuk pasangan infertile, yang mengalami kerusakan saluran telur. Namun saat ini indikasinya telah
diperluas, antara lain jika calon ibu mempunyai lender mulut rahim yang abnormal, mutu calon ayah
kurang baik, adanya antibody pada atau terhadap sperma, tidah kunjung hamil walaupun
endometriosis telah diobati, serta pada gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya
maka program bayi tabung ini bias dilakukan.

Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu ibu yang memiliki gangguan
pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung
telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang
akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan berlangsung
sebagaimana mestinya. Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai
menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini juga dapat disimpan
dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan.

Cacat bawaan adalah cacat yang kelihatan maupun yang tidak, seperti kelainan pada jantung, ginjal
dan organ tubuh lainnya. Kekhawatiran lainnya adalah, sel sperma dan sel telur mengalami
kerusakan akibat panas atau manipulasi. Karena itu ditakutkan semakin banyak kasus cacat bawaan
dari metode pembuahan menggunakan pipet yang disuntikan ke sel telur, ketimbang pembuahan
dalam tabung reaksi.“ Berlandaskan dugaan semacam itu, Prof. Bertelsmann mengimbau komisi
kedokteran federal di Jerman, yang merupakan lembaga tertinggi administrasi kedokteran dengan
anggota para dokter, rumah sakit dan asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian terpadu serta
penelitian data secara sistematis. Tujuannya untuk meneliti risiko munculnya cacat bawaan pada
berbagai metode pembuahan buatan. Sejauh ini memang belum diketahui secara pasti apa
penyebab meningkatnya kasus cacat bawaan pada bayi tabung itu. Dalam 10 kasus yang diamati,
menyangkut perbedaan metode in-vitro dan intra-cytoplasma, sejauh ini tidak ditemukan hasil yang
signifikan. Artinya, kemungkinan besar metode intra-cytoplasma juga tidak meningkatkan risiko
munculnya cacat bawaan.

Prof.Hilke Bertelsmann lebih lanjut mengatakan, “Walaupun begitu kami harus mengatakan, kami
tidak tahu, apakah hal itu disebabkan metode kedokteran dari pembuahan buatan, atau dari
meningkatnya risiko pada orang tua. Karena pada dasarnya akibat risiko itulah mengapa mereka
tidak bisa mendapatkan anak dengan cara alami.“ Yang sudah pasti, kasus cacat bawaan lebih
banyak terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan cara pembuahan buatan, baik itu dengan
metode in-vitro maupun intra-cytoplasma, ketimbang pada anak-anak yang dilahirkan dari
pembuahan secara alami.

Selain itu, tingkat keberhasilan pembuahan buatan juga relatif rendah. Hanya 40 persen pembuahan
buatan yang sukses menimbulkan kehamilan. Sementara jumlah sukses kehamilan hingga
melahirkan anak jauh lebih rendah lagi, yakni hanya 15 persen dari seluruh kehamilan melalui
metode pembuahan buatan. Karena itulah, cukup banyak pasangan suami istri yang memutuskan,
melakukan pembuahan buatan beberapa sel telur sekaligus dan mencangkokan sel embryo tersebut
dalam rahim. Dengan begitu diharapkan salah satu embryo akan berhasil berkembang menjadi janin
di dalam rahim. Akan tetapi, juga muncul masalah lainnya. Kadang-kadang beberapa sel telur yang
sudah dibuahi secara buatan, berkembang bersamaan di dalam rahim. Terjadi kehamilan kembar
lebih dari dua bayi. Dampaknya adalah berkurangnya peluang janin untuk terus berkembang dalam
rahim.

Masalah lainnya yang dihadapi di Jerman adalah kendala hukum. Aturan yang berlaku untuk
pembuahan buatan, tidak mengizinkan orang tua menggugurkan salah satu bayi kembar lebih dari
dua, hasil dari pembuahan buatan. Atau secara bahasa kedokterannya, memberikan peluang kepada
janin yang memiliki kemungkinan paling baik untuk terus berkembang dalam rahim, dengan
menyingkirkan saingannya yang kemungkinan cacat. Terlepas dari aturan yang berlaku, teknologi
pembuahan buatan atau program bayi tabung, walaupun sudah berumur 30 tahun, tetap
mengandung banyak misteri dan pertanyaan yang belum terjawab tuntas secara ilmu kedokteran,
menyangkut kemungkinan risiko cacat bawaan.

Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di dalam
tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami
kesulitan di bidang” pembuahan “ sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter
mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut “laparoscop” ( temuan dr.
Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari
kaca dan dipertemukan dengan sperma dari suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam
mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu
untuk kemudian mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa. Bayi tabung
pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas
pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung
berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu pasangan subur
yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak pada wanita.

2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi mengapa bayi tabung diadakan


Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas sehingga pasangan suami istri tidak
mempunyai anak, antara lain:

 Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu sering atau
terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini yang berat,
ejakulasi terhambat, ejakulasi retrograde (ejakulasi ke arah kandung kencing), dan gangguan
fungsi seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat hubungan seksual) dan vaginismus.

 Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun wanita,
misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.

 Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita sehingga
pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.

 Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir sehingga
proses produksi spermatozoa terganggu.

 Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan set
spermatozoa dan sel telur.

Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka faktor-faktor
penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan kesuburan telah terjadi,
diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan langkah pengobatannya.

Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi gangguan kesuburan, tetapi tidak
selalu memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, infertilitas yang disebabkan karena
penyumbatan saluran telur. Cara yang ada untuk membuka kembali saluran telur yang tersumbat
ternyata tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain, pengobatan gangguan sperma, mungkin
memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak. Pengobatan gangguan sperma yang disebabkan
karena infeksi pada buah pelir, pada umumnya tidak memuaskan.Itu berarti tidak semua pasangan
infertil dapat mengatasi masalahnya dan dapat mempunyai anak. Karena itu, pada keadaan di mana
gangguan kesuburan tidak dapat diatasi, dilakukan cara lain yang merupakan cara pintas. Cara pintas
ini tidak lagi bertujuan memperbaiki gangguan kesuburan, melainkan langsung ke tujuan akhir, yaitu
menghasilkan kehamilan.Cara pintas yang tersedia ialah inseminasi buatan dengan menggunakan
sperma suami dan tehnik “bayi tabung”. Inseminasi buatan dengan sperma suami dilakukan bila
terjadi gangguan kualitas dan kuantitas sperma, gangguan dalam melakukan hubungan seksual
sehingga sperma tidak dapat masuk ke vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel spermatozoa
gagal masuk ke dalam rahim.

Di masyarakat muncul anggapan salah, seolah-olah tehnik “bayi tabung” adalah segalanya. Seolah-
olah dengan cara ini pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai anak. Padahal
ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik “bayi tabung” dengan cara yang paling mutakhir dan di
negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara biaya yang diperlukan sangat tinggi.

2.3 Macam-macam Proses Bayi Tabung

a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.


Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami – istri dari pembuahan bakal anak. Dengan
teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada
kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik
kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria
dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak
kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang istri,
oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan – alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan
seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa
rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.
Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami – istri bisa
memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik.
praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa
wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit
dipecahkan.

c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur istri
atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang
mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain.
Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya,
mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria
pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi
yang bisa muncul.

d. Munculnya Bank Sperma

Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank sperma. Pasangan yang
mandul bisa mencari benih yang subur dari bank – bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual –
belikan benih – benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang
pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah
akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah – olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.

Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non – komersial. Sementara itu bank – bank
sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial
bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu
intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan
kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

2.4 Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung


Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji dengan memakai metode
ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip
dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasanagan umat. Untuk mengkaji masalah bayi tabung ini
digunakan metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar ijtihadnya sesuai dengan
prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang menjadi pegangan umat Islam. Selain itu, ulama
yang akan melaksanakan pengkajian ijtihad tentang bayi tabung ini memerlukan informasi yang
cukup tentang teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam
bidang studi yang bersangkutan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi.

Adapun pandangan islam tentang hukum bayi tabung diantaranya :

1. 1. Islam membenarkan bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel
sperma dan ovum suami istri yang sah dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim
wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), baik dengan
cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri,
maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized
ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan
benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan
cara pembuahan alami suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
hukum Fiqih Islam :“Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam
keadaan terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan
melakukan hal-hal terlarang”.

2. Islam mengharamkan kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma
dan atau ovum, maka hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Sebagai akibat hukumnya,
anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya. Oleh karena itu pemerintah harus melarang adanya bank sperma atau donor
spema karena itu melanggar hukum islam.

Menurut sumber yang saya dapatkan, dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk
mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut Menurut Al-Qur’an Surat Al-
Isra ayat 70 Yaitu :

ô‰s)s9ur $oYøB§•x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur ’ Îû ÎhŽy9ø9$# Ì•óst7ø9$#ur


Nßg»oYø%y—u‘ ur š ÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=ž Òsùur 4’ n?tã 9Ž•ÏVŸ 2ô`£JÏiB $oYø)n=yz
WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ

Artinya: “ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut mereka didaratan
dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di


lautan untuk memperoleh penghidupan. Inseminasi buatan endahngan donor itu pada hakikatnya
merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang di inseminasi.

Surat Al-Tin ayat 4 :


s)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þ’ Îû Ç`|¡ômr5 &Oƒ Èqø)s? ÇÍÈ
ô‰

Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

1. Jika inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah tetapi
embrionya ditransfer ke rahim wanita lain (ibu titipan), diperbolehkan islam dengan catatan
keadaan / kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya (ada hajat,
jadi bukan untuk kelinci percobaan atau main-main). Status anak hasil inseminasi seperti ini
sah menurut Islam.

v Pendapat Para Ulama

 Menurut MUI

Menurut Fatwa MUI (hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979), Dewan Pimpinan Majelis Ulama
Indonesia memfatwakan sebagai berikut :

1. Bayi tabung dengan sperma clan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidahkaidah agama.

2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari
isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-
zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan
masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum
dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).

3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah , sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal
kewarisan.

4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangna suami isteri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di
luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah , yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

 Menurut Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim
Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait
masalah bayi tabung yaitu :

1. apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata bukan
mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada
sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa
yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan
seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak
halal baginya.”
2. apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak
muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’,” papar ulama NU dalam
fatwa itu. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar
hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan
spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan,
karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”

3. apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara mengeluarkannya termasuk
muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi
mubah (boleh).

 Majelis Mujamma’ Fiqih Islami

Majelis Mujamma’ Fiqih Islami ini menetapkan Lima perkara berikut ini diharamkan dan terlarang
sama sekali, karena dapat mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta
perkara-perkara lain yang dikecam oleh syariat yaitu :

1. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak wanita yang
bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.

2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.

3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung persemaian
benih mereka tersebut.

4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.

5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan istrinya,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.

 Syaikh Nashiruddin Al-Albani

Syaikh Nashiruddin Al-Albani sebagai tokoh ahli sunnah wal jamaah berpendapat lain, beliau
berpendapat sebagai berikut : “Tidak boleh, karena proses pengambilan mani (sel telur wanita)
tersebut berkonsekuensi minimalnya sang dokter (laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan
melihat aurat wanita lain (bukan istri sendiri) hukumnya adalah haram menurut pandangan syariat,
sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.

Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki
memindahkan maninya ke istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi
sang dokter melihat aurat suami wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh. Lebih dari itu, menempuh
cara ini merupakan sikap taklid terhadap peradaban orang-orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara
yang mereka minati atau (sebaliknya) mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk
mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami
(yang dianjurkan syariat), berarti dia tidak ridha dengan takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing
kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih
lagi tentunya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan dan membimbing mereka untuk
menempuh cara yang sesuai dengan syariat (halal) dalam mendapatkan anak.” (Fatawa Al-Mar`ah
Al-Muslimah hal. 288).

Hadist Nabi:

Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan airnya (sperma)
pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).Hadist Riwayat Abu Daud,Al-Tirmizi dan hadist ini
dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.

Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang mengawini/melakukan hubungan
seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Pada
zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul,sehingga kita tidak memperoleh
fatwa hukumnya dari mereka.Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan / bayi tabung dengan
donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.
2.5 Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung

Maslahahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang keduanya
atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya
sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu
lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:

 Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan


kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram
dikawini) dan kewarisan.

 Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

 Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran
sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.

 Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah tangga
terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik yang bisa
berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.

 Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan
sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya
diketahui asal dan nasabnya.

 Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung lewat ibu
titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang punya
benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan
ibunya secara alami.

Dalam Surat Al-Lugman ayat 14 Telah di jelaskan bahwa :


$uZøŠ ¹¢urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒ y‰
Ï9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé·$ &Z÷dur 4’ n?tã 9`÷dur
¼çmè=»|ÁÏùur ’ Îû Èû÷ütB%tæ Èbr &ö•à6ô©$# ’ Í <y7÷ƒ y‰
Ï9ºuqÎ9ur ¥’ n<Î) 玕ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ

Artinya : dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.

Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam
adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42
No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang
sah”maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah
karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum
donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1.

Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bias
menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias
menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang bertentangan dengan agama.

Contohnya : Sterilisasi, Abortus.Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan praktek bayi
tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

2.6 PROSEDUR MELAKUKAN BAYI TABUNG


Sebelum mengikuti program bayi tabung, pasangan diminta untuk memenuhi beberapa syarat,
Persyaratan umum meliputi:

1. pasangan memiliki bukti perkawinan yang sah

2. usia istri kurang dari 42 tahun. Hal ini untuk meminimalisir kegagalan dan gangguan pada ibu
dan anak

3. konseling khusus dan informed consent

4. kesiapan biaya

5. kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi

Persyaratan khususnya, terdiri:

1. tidak ada kontra indikasi kehamilan

2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV

3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)

4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap


5. indikasi jelas

6. upaya lain sudah maksimal

7. analisa sperma

Ø Langkah-langkah proses Bayi Tabung

1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin menjalani satu siklus program
BayiTabung.

2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis akan merujuk ke pusat
layanan bayi tabung. Setelah diketahui penyulit kehamilan, pasangan suami isteri disiapkan
menjalani proses bayi tabung.

3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program Bayi Tabung dan prosedur pelaksanaan
dalam sebuah kelas/kelompok.

4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia bila dokter melakukan
tindakan yang dianggap perlu semisal operasi, bersedia menghadapi kemungkinan mengalami
kehamilan kembar dan risiko lain yang dapat ditimbulkan.

5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan diberi obat-obatan
hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan banyak sel telur. Perangsangan dilakukan 5-6
minggu, sampai sel telur matang dan cukup tuk dibuahi. Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu
(pengambilan sel telur) yang dilakukan tanpa oprasi, melainkan dengan cara ultrasonografi
transvaginal. Kemudian semua sel telur diangkat dan disimpan dalam incubator. Sedangkan calon
ayah akan diambil spermanya melalui cara masturbasi. Beberapa jam kemudian, terhadap masing-
masing sel telur akan ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang sebelumnya telah
diolah dan dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses
pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan
dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat perkembangannya menjadiembrio.
Dari embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan
kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah maksimal mengingat risiko yang akan
ditanggung oleh calon ibu dan juga janin. Embrio-embrio yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam
sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke dalam rahim. Terjadinya kehamilan dapat diketahui
melalui pemeriksaan air seni 14 hari setelah pemindahan embrio. Bila saat masturbasi tak ada
sperma yang keluar, berarti ada sumbatan. Untuk itu akan dilakukan cara lain, yaitu dengan MESA
(Microsurgical Epydidimis Sperm Aspiration);sperma diambil dari salurannya. Bisa juga dengan TESA
(Testical Sperm Extraction); sperma diambil langsung dari buah zakar.

7. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon kehamilan (hCG) di darah dan
pemeriksaan USG.

 TINGKAT KEBERHASILAN

Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia < 30 tahun, 30-35% (usia 30-
38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia >42 tahun). Sementara kemungkinan keguguran
10-15%, kemungkinan kembar dua 25% dan kemungkinan kembar tiga 5%. Menurut Indra, kasus
kembar dalam program bayi tabung sebenarnya adalah kasus komplikasi (tidak wajar). Saat ini
teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan diharapkan dapat memenuhi harapan banyak
pasangan menikah yang ingin memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi
tabung menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bayi tabung merupakan salah satu metode untuk mendapatkan keturunan bagi pasanganyang
kesulitan untuk mendapatkannya (memiliki masalah kesuburan). Metode bayi tabungmenjadi pro-
kontra dalam masyarakat jika dipandang dari segi hukum,agama,dan sosial.Keabsahan metode ini
berbeda-beda menurut sudut pandang berbagai agama di Indonesia.Menurut agama Islam, bayi
tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yangsah hukumnya mubah (boleh)
sebab hal ini termasuk ikhiar berdasarkan kaidah agama.

Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan yang normal. Oleh karena itu,
secara naluri pula setiap insan normal akan mencari pasangan yang sesuai bagi dirinya. Sebagai satu
pasangan suami istri yang normal, manakala keturunan yang idamkan belum juga diperoleh, maka
keadaan ini memunculkan keraguan akan kesuburannya. Pada masa kini keraguan tersebut dapat
dihilangkan setelah setelah semua pemeriksaan yang diperlukan selesai dilakukan. Tekhnik rekayasa
reproduksi yang meliputi pembiakan gamet dan embrio invitro telah begitu maju dan sangat jauh
berkembang. Namun dibutuhkan tanggung jawab etik berkadar tinggi dari setiap ilmuwan dan
seoptimal mungkin baik bagi pasutri maupun embrio hasil pembuahan.

3.2 Saran

Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa namun manusia tidaklah ada
yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Guwandi. J S.H. 2007. HUKUM dan DOKTER. Jakarta : diterbitkan oleh CV. Sagung Seto.

Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta: EGC

Soimin, Soedharyo S.H. 1995. Kitab undang-undang hukum perdata. Jakarta : Diterbitkan
oleh sinar grafika.

http://fachri-kencana.blogspot.com/2010/11/bayi-tabung.html

http://www.scribd.com/doc/28605655/Bayi-Tabung

http://www.kesuburanwanita.com/artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Prakonsepsi/alasan.mengikuti.progr
am.bayi.tabung/001/001/1539/1

http://keperawatanreligionsrikandipuspaamandaty.wordpress.com/2010/12/17/bayi-tabung-dalam-
pandangan-islam/

http://tauvhk.wordpress.com/2008/11/17/bayi-tabung-dalam-persepsi-islam/

http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13/bayi-tabung/

http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-
tabung-menurut-islam-

http://shohwatulislam.multiply.com/journal/item/16

Anda mungkin juga menyukai