Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI TENTANG PENDORONG KREATIVITAS DAN PROSES


KREATIF
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak
Dosen Pengampu : Dessy Putri Wahyuningtyas, M.Pd

Disusun oleh :

1. Dallia Hadhirotul Qudsiyyati (16160008)


2. Ellyana Agustin (16160020)
3. Lendy Love Diana Sari (16160034 )

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Rasa syukur Alhamdulillah hanya untuk Allah SWT, berkat curahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul “teori
tentang pendorong kreativitas dan proses kreatif ” dapat selesai dengan baik dan
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tidak lupa penyusun sampaikan
kepada beliau Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan
Bakat dan Kreativitas Anak”. Selain itu bertujuan untuk melatih mahasiswa agar
dapat menyusun suatu makalah dengan baik.
Ucapan terimakasih kepada Ibu Dessy Putri Wahyunintyas.M.Pd selaku
dosen mata kuliah Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak Dan tidak lupa
kami ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung terselesainya makalah
ini.
Sumbangan pikiran, saran, dan kritik yang membangun, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi penyusun dan bagi pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Malang, 01 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori-Teori Pendorong Kreativitas “Press”………………………………3
B. 4
C. Tujuan Alat Permainan Edukatif .................................................................. 5
D. Fungsi Alat Permainan Edukatif .................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan
sesuatu hal yang unik dengan apa yang dilihat dan dipikirkan dan hasil
interaksi individu perasaan, sikap dan prilaku. Kreatifitas seseorang
dimulai dari kemampuan pribadi untuk menciptakan dan menemukan hal
yang baru. Seseorang mampu berpikir kreatif akan muncul dari dalam diri
dengan mandiri. Berpikir kreatif sebagai bagian dari proses mental karena
terciptanya kreativitas dapat didahuli dengan oleh proses berpikir.
Kegiatan berpikir ini dapat menciptkan bentuk kreativitas yang baru.
Melalui proses mental tersebut, manusia kemudian mampu melahirkan ide
baru serta produk baru. Dan melalui adanya proses mental itu pula
manusia dapat memadukan antara ide dengan produk yang sudah ada
sebelumnya sehingga menjadi satu model produk yang benar-benar baru.
Sementara itu, di samping berpikir, ada juga istilah berpikir kreatif.
Pengertian berpikir kreatif adalah suatu kegiatan atau aktivitas mental
yang digunakan untuk menciptakan gagasan baru. Dan juga sebuah
kreativitas seseorang tidak akan pernah ada jika tidak memiliki
kemampuan untuk berpikir kreatif. Karena itu, berpikir kreatif dan
hasilnya berupa kreativitas merupakan hubungan yang saling mengikat
dan menentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman teori-teori pendorong kreativitas tentang motivasi interistik
dan eksternal?
2. Bagaimana pendorong proses kreatif menurut pendapat teori Wallas?
3. Bagaimana pendorong proses kreatif tenatng belaan otak kanan dan
kiri?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori-teori kreativitas tentang motivasi interistik dan
eksternal
2. Untuk mengetahui pendorong proses kreatif menrut pendapat teori
Wallas
3. Untuk mengetahui pendorong proses kreatif tenatng belaan otak kanan
dan kiri

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori-Teori Pendorong Kreativitas “Press”


Kreativitas seoarng anak agar dapat terwujud membutuhkan adanya
dorongan baik dari individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari
orang lain atau lingkungan ( motivasi ekstrinsik).
1. Motivasi Intrinsik (diri sendiri) untuk Kreativitas
Pada setiap manusia memiliki motivasi untuk mewujudkan
potensinya, dimana motivasi tersebut memberikan kecenderungan atau dorongan
untuk individu berkembang menjadi lebih matang1.
Motivasi sendiri artinya dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.
Contohnya ketika ada sesorang yang memiliki potensi dalam
bidang tertentu contohnya dalam bidang musik, jadi dia memiliki motivasi untuk
mewujudkan potensi yang dimiliki, nah dari motivasi membentuk sebuah
dorongan-dorongan untuk menuju ke potensi, jadi proses berfikir dan berperilaku
untuk mewujudkan potensi tersebut dinamakan kreativitas, sehingan menjadi
dirinya sepenuhnya.
Dorogan ada pada setiap orang dan bersifat internal, ada dalam
diri diri individu sendiri, namun menvutuhkan kondisi yang tepat untuk
diekspresikan.
2. Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif
Bagaimana kondisi eksternal (dalam lingkungan) yang memupuk
kreativitas konstuktif? Kondisi lingkungan yang bagaimana menjadi pendrong
bagi anak untuk meningkatkan kreativitasnya? Kreativitas memang tidak dapat
dipaksaka, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Jadi untuk memunculkan
kreativitas itu membutukan stimulus-stimulus tertentu. Bibit unggul memerlukan
kondisiyang memupuk dan memungkinkan bibit-bibit itu mengembangkan sendiri

1
Utami Munandar, Pengembanga Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012),
hal. 37

3
potensinya. Makasudnya disini seorang anak membutuhkan dukungan dan
vasilitas untuk mewujudkan potensinya. Disini pertannyaanya bagaimana cara kita
mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) dapat memupuk dorongan keapada
dalam diri anak untuk mengembangkan kreativitas?
Menurut Rogers dalam psikoterapi, penciptaan keamanan dan
kebebasan psikologi memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif2.
a. Keamanan Psikologi
Ini dapat terbentuk dengan tiga proses yang saling
berhubungan:
1) Menerima individu sebagaimana keadaannya kelebihan
dan keterbatan yang dimiliki.
Jadi ketika orang tua atau guru memberikan
kepercayaan kepada anak bahwa semua anak memiliki
kelebihan masing-masing, pastinya guru atau orang tua
menerima bagaimanapun tingkah laku atau prestasi yang
dimiliki saat ini, guru atau orang tua tetap mendorong
perkembangan kreativitas anak tersebut. Jadi eveknya pada
anak, anak akan merasa aman.
2) Menciptakan suasana yang aman dan tidak mengancam
Disini maksudnya tidak memberikan atau
memunculkan suasana yang mengacam, jadi anak-anak
jangan diberikan patokan-patokan yang tidak sesuai dengan
anak, bukanya untuk mengembangkan kreatifitasnya tapi
malah akan membunuh kreatifitanya. Contohnya ada orang
tua yang memberikan vasilitas yang memadai untuk anak
akan tetapi dia tertekan dengan semua tuntutan yang diminta
orang tua, anak tersbut tidak sanggup untuk memenuhinya itu
dapat membuat anak streas bukan mengmbangkan kreatifitas.
3) Memberikan pengertian yang empatis.
Mengenal dan ikut menghayati perasaan-perasaan
anak-anak pemikiran-pemikirannya, tindak-tindakannya

2
Ibid. hal 38

4
dapat melihat dari sudut pandang anak dan tetap
menerimannya, betul-betul memberi rasa keamanan.

Ketiga poin diatas sudah terpenuh, kemungkinan “real self” (diri


sebenarnya anak) akan muncul. Jadi anak akan berani mengekspresikan
apa yang dirasakanya, efeknya akan baik untk hubungan dengan
lingkungan sekitar. Ini yang dinamakan memupuk kreativitas.
b. Kebebasan Psikologis
Jika orang tau atau guru mengizinkan atau memberikan
kebebasan pada anak untuk bebas mengekspresikan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan, permissiveness ini memberikan
pada anak kebebasan dalam berfikir atau merasa sesuai dengan apa yang
ada dala dirinya
B. Teori Tentang Proses Kreatif
1. Teori Wallas
Banyak kajian yang dilakuakan oleh para tokoh untuk menjadikan masalah
kresatif sebagai bahan pengkajian mereka. Kajian-kajian tesebut kemudian
menjadikan berbagai macam teori salah satunya adalah teori kreativitas. Salah
satu tokoh yang mengangkat diskusi tentang kreavitas adalah Graham Wallas.
Pemikiran Graham Wallas dikenal lewat karya0karyanya diantara karyanya yang
berhubungan dengan masalah kreatvitas manusia. Teori-teori yang sangat populer
adalah proses-proses berpikir kreatif yang terdapat empat tahapan, diantaranya:
a. Tahap Perpisahan
Setiap kretaivitas membutuhkan sebuah persiapan. Tahap persiapan
menurut Wallas merupakan tahap awal dimana manusia akan mengumpulkan
informasi dari dengan cara memepelajari segala hal mengenai kehidupannya. Hal
yang termasuk dalam tahap persiapan adalah segala sesuatu bentuk pengalaman
dan usaha seseorang baik itu mengalami kegagalan ataupun kesalahan seminya
termasuk dalam persiapan untuk menjadi kreatif. Diantara aktivitas-aktivitas yang
tergolong dalam tahap persiapan adalah membaca, berpikir, mencari jawaban dari
pertanyaan, bertanya, mengenal serta memahami apapun yang diamati. Dengan
kata lain, kreativitas itu terbentuk dari proses persiapan berupa pengumpulan data,

5
baik data yang bersumber dari pengamlaman dalam diri seseorang
maupunpneglaman yang didapat dari luar. Semakin banyak seseorang mendapat
pengalaman. Karena semakin banyak pengalaman yang didapat seseorang, hal itu
akan semakin korelatif yang berhubungan berpikir kreatif untuk menghasilkan
kreativitas. Karena banyanya seseorang mendapat pengalaman dan persiapan-
persiapan akan membentuk kematangan untuk berpiir kreatif.3
Pada dasarnya, banyak hal tentang kehidupan seseorang untuk
memperkaya persiapan untuk berpikir kreatif. Salah satunya adalah pengalaman
hidup dengan memperhatikan dan membaca hal-hal yang berada disekelilingnya.
Semua hal yang kita alami atau kita baca akan memjadikan inspirasi yang sangat
penting untuk mempersiapkan proses berpikir kreatif yang nantinya dan akan
menghasilkan pemikiran kreatif juga. Namun masalahnya adalah tidak semuan
orang dapat mampu memahami dan menagkap inspirasi tersebut, sehingga
inspirasi yang muncul kapan saja akan cepat menghilang dan tidak dapat di kelola
dengan baik.
2. Tahap Inkubasi
Pada tahap inkubasi ini adalah fase dimana pengalaman, data dan
informasi yang telah dibaca dipikirkan dengan sadar dan kemudian di endapkan.
Cara ini dilakukan untuk memunculkan inspirasi yang baru yang kemudian akan
membentuk langkah awal dalam menciptakan sebuah kreativitas yang baru.
Dalam fase ini menurut Wallas menyebutnya sebagai kondisi atau keadaan yang
bebas dari proses kesadaran berpikir. Inkubasi ini juga dapat dikatakan sebagai
tahap pematangan dan pengolahan ide yang disebut juga dengan “pengeraman
ide”. Untuk memunculkan ide yang diendapkan ini, tindakan yang diperlukan
adalah merenungkan kembali melalui pemahaman sesuatu tanpa harus menalar
(intuisi) imajinasi semua informasi, data dan pengalaman yang telah diperoleh
sebelumnya pada tahap persiapan.4
Namun dalam fase ini ada beberapa ciri yang dapat ditandai bagi
berlangsungnya masa inkubasi sendiri. Pertama, inkubasi dapat terjadi bergantung

3
Muslim Heritage, “ Implementasi Teori Kreativitas Graham Wallas Dalam Sekolah Kepenulisan
Di Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’ari Cabeyan Yogyakarta” Vol. 2, No. 2, November 2017 –
April 2018, dikutip pada hari kamis 03 Oktober 2019 jam 23.31
4
Ibid, 263

6
pada adanya persiapan yang matang, intensif dan berhati-hati. Kedua,
sebagaimana pendapat Wallas di atas, inkubasi tidak memerlukan kesadaran
berpikir dalam menangani masalah. Ketiga, inkubasi berfungsi dalam kondisi
optimal melalui relaksasi atau membiarkan pikiran beristirahat dari memikirkan
masalah-masalah. Keempat, inkubasi meningkatkan berfungsinya belahan otak
kanan atau imajinasi kreatif dengan munculnya kemampuan mengatasi masalah
secara kreatif.
3. Tahap Perencanaan (Iluminasi)
Iluminasi merupakan fase pengungkapan ide atau pengekspresian.
Fase ini juga disebut sebagai fase timbulnya wawasan. Wawasan itu sendiri
muncul ketika ada inspirasi, gagasan baru beserta proses psikologis yang
mengawali dan sekaligus mengikuti munculnya inspirasi tersebut. Saat ide-ide itu
diekpresikan, di sana akan terlihat muatan-muatan filosofis dan hal-hal yang
spesifik, unik dan memiliki nilai baru.
Menurut M. Suyanto, tahap iluminasi ini merupakan titik terang
dalam hal kemampuan menyikapi, menyelesaikan dan mengungkapkan infomasi
yang diterima dengan cara yang kreatif. Kemampuan untuk mengungkapkan atau
mengekspresikan ide-ide ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa
seseorang. Karena itu, merupakan suatu keniscayaan untuk memperkaya kosakata,
yang salah satunya dapat dilakukan dengan banyak membaca, berdiskusi, bertanya
dan seterusnya.5
4. Tahap Pelaksanaan/ Pembuktian (Verifikasi)
Fase ini pada dasarnya merupakan fase pengujian. Dalam fase
pengujian, semua data dan ide-ide yang sebelumnya sudah dipersiapkan,
diendapkan dan diekspresikan, diuji kebenaran dan kelayakannya dengan
menggunakan alat bantu berupa eksperimen. Pada fase pemeriksaan ini
kemampuan dan keterampilan berpikir memegang peranan yang sangat penting.
Dengan kemampuan dan keterampilan berpikir yang akan diketahui kemampuan
seseorang dalam mengelola dan menghubungkan antara gagasan atau ide yang

5
Ibid, 266

7
terpisah untuk selanjutnya ide atau gagasan itu dikembangkan menjadi sesuatu
yang menarik, inovatif, baru dan unik.6
Eksperimentasi dalam fase ini penting dilakukan karena dapat
menentukan apakah sebuah ide atau gagasan dapat dikategorikan sebagai ide atau
gagasan kreatif atau tidak. Eksperimen itu sendiri menurut Murray memiliki
beberapa kegunaan seperti untuk melihat apakah hasil gagasan tersebut memiliki
kesamaan dengan ekspemen yang lainnya.
C. Dimensi Kreatif Dalam Konsep keberbakatan menurut Clark
Otak manusia dewasa tak lebih dari 1,5 Kilogram, namun otak itu
merupakan pusat berpikir, perilaku dan emosi yang mencerminkan seluruh
dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatan.
Descartes pernah mengutarakan otak sebagai pusat kesadaran orang (ibarat
saisnya), sedangkan badan manusia merupakan kudanya.7
Keberbakatan banyak ditentukan oleh struktur otak. cerebral cortex
dibagi dalam dua belahan yang disambung oleh segumpal serabut corpus
sallosum. Belahan otak menguasai belahan kiri badan, sedangkan belahan
kiri otak menguasai belahan kanan badan. Respons, tugas dan fungsi
belahan otak kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai
pengalaman belajar, sebagaimana seorang mengalami realitas secara
berbeda-beda dan unik. Belahan otak kiri, terutama berfungsi untuk
berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik (seperti untuk belajar
membaca, bahasa, aspek berhitung dari matematika). Belahan otak kanan
berfungsi untuk berpikir holistik, spasial, methaporik dan lebih banyak
menyerap konsep matematika, sintesis, mengetahui sesuatu secara intuitif,
elaborasi, dan variabel serta dimensi humanistik mistik.
Dari penelitian Samples (1975, dalam Clark, 1986), ternyata bila
proses dan fungsi belahan otak kanan tertingkatkan, harga diri seseorang
meningkat, berbagai keterampilan kinerja pun bertambah dan peserta didik
memperlihatkan kecenderungan menjelajahi materi berbagai bidang
dengan lebih mendalam dan lebih tekun.

6
Ibid, 268
7
Conny semiawan, Perspektif pendidikan anak berbakat, (Jakarta: PT Grasindo, 1997) hal. 49-52

8
Atas dasar berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak itu
makan fenomena yang disebut kreativitas itu telah dikaitkan dengan fungsi
dasar manusia, yaitu berpikir, merasa, menginderakan dan intuisi.
Clark muncul dengan suatu konsep kreativitas sebagai ekspresi
tertinggi keberbakatan dan yang bersifat terintegrasikan, yaitu sintesa dari
semua fungsi dasar manusia. Konsep tersebut mencakup kondisi berpikir
rasional yang sifatnya terukurkan dan dapat dikembangkan melalui
berbagai latihan secara sadar dan dirancang. Penginderaan adalah kondisi
talen dalam menciptakan produk baru dan menuntut pengembangan baik
mental maupun fisik, ataupun keterampilan tinggi dalam bidang tertentu.
Rasa adalah kondisi emosional yang dilepaskan dari penciptanya untuk
diteruskan kepada konsumen dan menghasilakn respons emosional.
Kondisi intuisi adalah kesadaran tertinggi yang secara paradoksal digali
dari alam bawah sadar dan bukan dari rasio sadar, serta dikembangkan
untuk mencapai pencerahan.
Menurut teori psikoanalitik, sebagaimana yang dikemukakan oleh
sigmund freud, Carl jung, Ernset Kris dan Lawrence Kubie (Kityano &
Kirby, 1986), manusia memiliki tiga tingkat alam kesadaran, yaitu alam
sadar, alam bawah sadar dan alam ketidaksadaran. Alam bawah sadar
mengandung ide dan harapan yang tadinya tidak ada di dalam sadar, tetapi
siap menjadi kesadaran. Alam tidak sadar tidak dapat dihayati dan
dijelaskan oleh seseorang, tetapi disimpulkan dari pikiran yang ada dalam
kesadaran.
Sejajar dengan itu, isi teori psikoanalitik juga melukiskan struktur
kepribadian yang saling berinteraksi, yaitu id, ego, dan super ego. Id
adalah alam bawah sadar yang bersifat naluri dan mencapai kenikmatan.
Ego bersifat rasional dan realistik serta mengawasi id, menjadikan
seseorang bertanggung jawab menguasai diri dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan superego adalah kata hati kita yang mewakili nilai-nilai dan
cita-cita di dalam kehidupan masyarakat.
Teori psikoanalitik ini melukiskan bahwa proses kreatif yang
digambarkan oleh Clark dan beranjak dari teori Jung, adalah kondisi relaks

9
(relax) dari ego yang menjadikan alam bawah sadar berfungsi bebas
mengembangkan ide, sehingga terjadi integrasi antara kehidupan
imaginasi dengan masalah yang dihadapi. Atas dasar itu, kesadaran yang
digali dari alam bawah sadar menjadi kesadaran tertinggi sementara proses
kreatif itu berlangsung.
A. Koestler: berpikir bisosiatif
Roger Wolcott Sperry dalam penelitiannya tentang peta proses
mental yang dasar-dasarnya dikembangkan tahun 1940, telah menemukan
tentang fungsi khusus belahan otak. penelitiannya ini membuat
iamemperoleh hadiah Nobel.8
Fungsi khusus belahan otak itu sering juga dikaitkan dengan
stereotip laki dan perempuan yang bersumber dari trait theory mindset,
yang mengungkapkan laki-laki berpikir logis, rasional, agresif, strategis,
kompetitif dan pembuat keputusan, sedangkan perempuan lebih berpikir
intuitif, emosional, spontan, submisif dan kooperatif. Lebih banyak pula
perempuan sebagai pengikut. Penelitian ini menunjukkan sifat spesialisasi
itu tidak mutlak, namun tuntutan kemampuan berbagai jenis pekerjaan
dapat ditelusuri melalui fungsi spesialisasi tersebut.
Koestler pada tahun enam puluhan juga meneliti fungsi otak dan
menemukan teori berpikir bisosiatif. Sama seperti Clark ia berpendapat
bahwa belahan otak kanan lebih bersifat lateral (kesamping) dan divergen,
sedangkan belahan otak kiri konvergen dan vertikal (keatas). Berfungsinya
belahan otak kanan ditandai oleh banyak (lebih dari satu) kemungkinan
jawaban (fungsi divergen). Belahan otak kiri memiliki kebermaknaan
tertentu.

8
Ibid, hal. 54

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bakart dak reatifitas siswa akan terwujud jika ada dorongan dan
dukungan dari lingkungannya, ataupun jika da dorongan kuat dalam
dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.
Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mndukung,
tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang. Di
dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di
dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap
dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.
Belahan otak menguasai belahan kiri badan, sedangkan belahan kiri
otak menguasai belahan kanan badan. Respons, tugas dan fungsi belahan
otak kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman
belajar, sebagaimana seorang mengalami realitas secara berbeda-beda dan
unik.
Tahap Perpisahan
Setiap kretaivitas membutuhkan sebuah persiapan. Tahap persiapan
menurut Wallas merupakan tahap awal dimana manusia akan
mengumpulkan informasi dari dengan cara memepelajari segala hal
mengenai kehidupannya. Hal yang termasuk dalam tahap persiapan adalah
segala sesuatu bentuk pengalaman dan usaha seseorang baik itu
mengalami kegagalan ataupun kesalahan seminya termasuk dalam
persiapan untuk menjadi kreatif.

B. Saran
Dengan adanya pengetahuan bagaimana cara mendorong ktrativitas
anak diharapkan para pembaca sedikit menerawang lebih dalam tentang
pendorongan kreativitas yang saat ini sangat dan harus diperhatikan oleh
semua kalangan masyarakat, baik dari guru, orang tua dan orang-orang
sekitar anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Heritage, Muslim. November 2017 – April 2018. Implementasi Teori Kreativitas


Graham Wallas Dalam Sekolah Kepenulisan Di Pesantren Mahasiswa
Hasyim Asy’ari Cabeyan Yogyakarta” Vol. 2, No. 2, , dikutip pada hari
kamis 03 Oktober 2019 jam 23.31

Munandar, Utami. 2012. Pengembanga Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak berbakat. Jakarta: PT


Grasindo

12

Anda mungkin juga menyukai