Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

ANEKA METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM

A. Metodologi Ulumul Tafsir


1. Pengertian, Ciri, dan objek Pembahasan
a. Pengertian
Tafsir berasal dari bahasa arab fassar. Muhammad bin al-Dahabi
dalam tafsir wa mufassirun yang dikutip oleh muhaimin, menerangkan arti
etimologi tafsir dengan “al-Idhah” (penjelasan) dan “al-Bayaan”
(keterangan).1
Secara terminologi menurut muhammad bin abdillah mendefinisikan,
tafsir adalah suatu ilmu yang dengannya mampu memahami al-Qur’an,
suatu kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad, mampu
menjelaskan makna-makna al-Qur’an serta mampu mengungkapkan
hukum dan hikmahnya.2
Sedangkan Metodologi Tafsir yaitu sebuah ilmu yang mengajarkan
kepada orang yang mempelajarinya menggunakan metode tertentu dalam
memahami ayat-ayat al-Qur’an.3

b. Ciri-ciri
Ciri-ciri utama tafsir ada 3 yaitu :
1) Dilihat dari segi objek pembahasannya adalah kitabullah (al-
Qur’an), yang didalamnya terkadung firman Allah Swt. Yang diturunkan
oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril.

c.Objek Pembahasan
Objek pembahasan tafsir, yaitu al-Qur’an yang merupakan sumber
ajaran Islam. Kitab suci ini menempati posisi sentral, bukan saja dalam

1
perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu kesucian, tetapi juga
merupakan inspirator, pemandu gerakan-gerakan umat Islam di sepanjang
abad.

2. Macam-macam Metode Penafsiran al-Qur’an


Menurut hasil penelitian Quraish Shihab (lahir thn 1944), bermacam-
macam metodologi tafsir dan coraknya telah diperkenalkan dan diterapkan
oleh para pakar al-Qur’an. Metode penafsiran al-Qur’an tersebut secara
garis besar dapat dibagi dua bagian yaitu corak ma’tsur (riwayat) dan
corak penalaran.
a. Metode Mat’sur (Riwayat)
Metode penafsiran ini digunakan oleh para sahabat setelah gagal
mendapatkan penjelasan dari Nabi, mereka merujuk kepada penggunaan
bahasa dan syair-syair arab. Setelah masa sahabat pun, para Tabi’in masih
mengandalkan metode periwayatan dan kebahasaan seperti sebelumnya.
Metode mat’stur ini memiliki keistimewaan antara lain :
 menekankan pentingnya bahasa dalam memahami al-
Qur’an
 memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan
pesan-pesannya
 mengikat mufassir dalam bingkai teks-teks ayat sehingga
membatasinya terjerumus dalam subjektivitas yang berlebihan.
Sedangkan kelemahannya antara lain :
 terjerumusnya sang mufasir ke dalam uraian kebahasaan
dan kesusastraan yang bertele-tele sehingga pokok al-Qur’an
menjadi kabur dicelah uraian tersebut.
 Seringkali konteks turunnya ayat (uraian asbabul-nuzul)
atau sisi kronologis turunnya terabaikan sama sekali, sehingga ayat-
ayat tersebut bagaikan turun bukan dalam satu masa atau berada di
tengah-tengah masyarakat tanpa budaya.4

2
b. Metode Penalaran
Metode penafsiran yang bertitik tolak pada penalaran ini dibagi
menjadi empat:
1) Metode Tahlili atau metode deskriptif analisis, yakni penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan secara terurai dengan tertib
susunan ayat demi ayat, dan surat demi surat al-Qur’an itu sendiri.
2) Metode Ijmali atau metode global yakni metode penafsiran
yang ringkas dan bersifat garis besar.
3) Metode Muqaran atau perbandingan/komparatif, yaitu
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan cara membanding-bandingkan
antara yang satu dengan ayat yang lain, atau antara ayat dengan hadis
yang selintas terkesan berlawanan, antara aliran tafsir yang satu
dengan yang lainnya.
4) Metode Mawadhu’i atau Metode Tematik, yaitu menafsirkan
al-Qur’an dengan langkah-langkah tertentu yang dimulai dengan
penentuan topik sampai memberikan kesimpulan/jawaban akhir bagi
permasalahan yang dibahas.5

B. Metodologi Ulumul Hadis


1. Pengertian Hadis
Secara bahasa kata Hadis mempunyai tiga arti :
o Berarti baru (jadid) lawan dari kata lama (Qadim), bentuk
jamaknya adalah hadis, husada, dan hudust.
o Kata Hadis yang berarti dekat (Qarib), lawan dari jaih (ba’id) dan
yang belum lama terjadi.
o Kata Hadis berarti berita (khabar), yaitu sesutatu yang dibicarakan
dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.6

Sedangkan menurut istilah, para ahli memberikan definisi (ta’rif)


yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya. Seperti

3
pengertian hadis menurut para Ahli Ushul akan berbeda dengan pengertian
yang diberikan oleh Ahli Hadis.
Menurut para Ahli Hadis, pengertian hadis adalah ”segala perkataan
Nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya.”
Sementara Ulama Ushul memberikan pengertian hadis adalah
”segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan Taqrirnya yang berkaitan
dengan hukum syara’ dan ketetapannya.”
Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu hadis, menurut Ulama
Mutaqaddimin adalah ilmu pengetauan yang membicarakan tentang cara-
cara persambungan hadis sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal
para perawinya, kebaditan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad,
dan sebagainya.8
Istilah lain yang semakin dengan hadis yaitu : sunnah, khabar,dan
atsar.

2. Kedudukan hadis
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis Rasul merupakan
sumber dan atsar hukum Islam setelah al-Qur’an, dan diwajibkan bagi kita
mengikuti hadsi sebagaimana diwajibkan mengikuti al-Qur’an. Al-Qur’an
dan hadis merupakan dua sumber hukum syari’at Islam yang tetap, yang
orang Islam tidak mungkin memahami syari’at Islam secara mendalam
dan lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut.
 Dalil al-Qur’an
Banyak ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban
mempercayai dan menerima segala yangdisampaikan oleh Rasul
kepada umatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Diantaranya yaitu
dalam al-Qur’an : (QS. Ali Imran : 32 dan179), (QS. An-Nisa : 59
dan 136), (QS. Al-Maidah : 92), (QS. An-Nur : 54).
 Dalil al-hadis

4
Dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan dengan keharusan
menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping al-Qur’an
sebagai pedoman utamanya, Beliau bersabda yang artinya :
”Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak
tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa
kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.” (HR. Malik)
Dalam hadis lain Rasul bersabda, yang artinya :
”Wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
khulafa ar-Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang
teguhlah kamu sekalian dengannya.” (HR. Abu daud dan Ibn Majah)

Hadis-hadis di atas, menunjukkan kepada kita bahwa berpegang


teguh kepada hadis/menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman
hidup itu adalah wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada al-
Qur’an.9

3. Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an0


Al-Qur’an dan hadis, keduanya adalah sumber pertama dan utama
yang banyak, memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh
karena itu kehadiran hadis sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk
menjelaskan (bayan) keumuman isi al-Qur’an tersebut.
Fungsi hadis Rasul SAW sebagai penjelas (bayan) al-Qur’an itu
bermacam-macam. Imam Malik bin Anas menyebutkan lima macam
fungsi yaitu :
1. bayan at-taqrir, yaitu menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan di dalam al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal
ini hanya memperkokoh isi kadungan al-Qur’an
2. bayan al-tafsir, yaitu bahwa kehadiran hadis berfungsi
untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an
yang masih ebrsifat global (mujmal), memberikan batasan (taqyid)

5
ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan
(taksish) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum.
3. bayan at-tasyri’, yaitu mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an, atau dalam al-
Qur’an hanya terdapat pokok-pokoknya saja.
4. bayan al-Nasakh, menurut Ulama Mutaqaddimin terjadinya
Nasakh ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum
(ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa berlakunya
serta tidak bisa diamalkan lagi, dan syar’i (pembuat syari’at)
menurunkan ayat tersebut tidak diberlakukan untuk selama-lamanya
(temporal).10

C. Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam)


1. Metodologi Filsafat
a. Pengertian
Dari segi bahasa, filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan
Islam. Kata filsafat berasal dari kata phito yang berarti cinta, dan kata
sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa
filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah, cinta terhadap hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya.
Selanjutnya kata Islam berasal dari bahasa Aslama, ”yuslimu
islaman” yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat
dan sentosa. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti aman dan
damai.
Jadi terminologi Filsafat Islam yaitu kegiatan pemikiran yang
bercorak Islami dan bersumber dari ajaran-ajaran yang mengambil
berbagai aspek yaitu al-Qu’ran dan hadis.
Menurut pendapat Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam ialah
pembahasan yang meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam-

6
macam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun
bersama lahirnya agama Islam.11

Bersadarkan pendapat diatas, Filsafat Islam dapat diketahui melalui


lima cirinya sebagai berikut :
1. dilihat dari segi sifat dan coraknya, Filsafat Islam berdasarkan pada
ajaran Islam yang ebrsumebrkan al-Qur’an dan hadis.
2. dilihat daei segi ruang lingkup pembahasannya, Filsafat Islam
mencakup pembahasan bidang fisika atau alam raya yang
selanjutnya disebut bidang kosmologi, masalah ketuhanan dan hal-
hal lain yang bersifat non materi (bidang metafisika), masalah
kehidupan di dunia dan di akhirat, masalah ilmu pengetahuan,
kebudayaan dan lain sebagainya, kecuali masalah zat Tuhan.
3. dilihat dari segi datangnya, Filsafat islam sejalan dengan
perkembangan ajaran Islam itu sendiri.
4. dilihat dari segi yang mengembangkannya, Filsafat Islam dalam arti
materi pemikian Filsafatnya, bukan kajian sejarahnya, disajikan oleh
orang-orang yang beragama Islam.
5. diliha dari segi kedudukannya, ilsafat Islam sejajar dengan bidang
srudi keislaman lainnya seperti Fiqih, Ilmu Kalam, Tasawuf, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Pendidikan Islam.12

b. Penelitian Filsafat
Berbagai metode penelitian Filsafat Islam yang dilakukan oleh para
ahli dengan tujuan untuk dijadikan bahan perbandingan bagi
pengembangan Filsafat Islam selanjutnya. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. H. Amin Abdullah : metode deskriptif, pendekatan studi tokoh
dengan cara melakukan studi komparatif
2. Otto Horrossowitz : penelitian kategori kualitatif, corak
penelitiannya deskriptif analisis, pendekatan historis dan tokoh.

7
3. Masjid Fakhry : pendekatan campuran yakni pendekatan historis ,
kawasan, san substansi.
4. Harun Nasution : pendekatan tokoh dan historis, penelitian
deskriptif dan kategori kualitatif.
5. Ahmad Fuad al-Ahwani : metode kepustakaan, corak penelitian
deskriptif kualitatif, dan pendekatan campuran.13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya


penelitian yang dilakukan para ahli bersifat penelitian kepustakaan,
metode yang digunakan umumnya bersifat analisis, dan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan historis.

2. Teologi
a. Pengertian Teologi (Kalam)
Menurut Ibnu Khladun, sebagaimana dikutip oleh hasillun nasir,
ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman, dengan menggunakan dalil-dalil pikiran
dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan salaf dan Ahli Sunnah.14
Selain itu adapula yqng mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu
yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan
keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan.
Menurut Muhammad Abduh, ilmu kalam adalah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada
padanya, sifat-sifat yang mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang
mungkin ada padanya, dan membicarakan pula tentang Rasul-Rasul Allah
untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada
padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.
Dari beberapa pertanyaan diatas berarti Teologi adalah ilmu yang
mungkin pada intinya berhubungan dengan masalah ketuhanan.15

8
Teologi mempunyai beberapa nama lain yang sering kita dengar,
diantaranya yaitu ilmu Tauhid, ilmu Ushuluddin, dan ilmu ‘Aqaid.

b. Model Pengertian Teologi (Kalam)


Secara umum penelitian ilmu kalam dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1) Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat dasar (pemula),
dan eksploratif yaitu menggali sejauh mungkin ajaran Teologi Islam
yang diambil dari al-qur’an dan hadis serta berbagai pendapat yang
dijumpai dari para pemikir di bidang Teologi Islam. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan dokriner atau substansi ajaran,
karena yang dicari adalah rumusan dari berbagai golongan yang ada
dalam ilmu kalam.
2) Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang bersifat lanjutan
atau pengembangan dari penelitian model pertama. Ada 4 (empat)
ciri-ciri penelitian lanjutan ini :
 penelitiannya termasuk penelitian kepustakaan yaitu
penelitian yang bersadarkan pada data yang terdapat dalam
berbagai sumber rujukan dibidang Teologi Islam.
 corak penelitiannya deskriptif, yaitu penelitian yang
ditekankan pada kesungguhan dalam mendeskripsikan data
selengkap mungkin.
 pendekatan yang digunakan adlah pendekatan historis,
yaitu mengkaji masalah Teologi tersebut berdasarkan data
sejarah yang ada dan juga melihatnya sesuai dengan konteks
waktu yang bersangkutan.
 dalam analisisnya menggunakan analisis doktrin dan juga
analisis perbandingan yaitu dengan mengemukakan isi doktrin
dan juga ajaran dari masing-masing aliran sedemkian rupa, dan
itu barulah dilakukan perbandingan.17

9
D. Metodologi Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah
yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun nasution misalnya
menyebbutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-
suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari
mekkah ke madinah, saf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan
shalat berjamaah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos (bahasa yunani :
hikmah) dan suf (kain wol kasar).
Jika diperhatikan secara seksama, tampak kelima istilah tersebut
bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang terpuji, kesederhanaan,
dan kedekatan dengan tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya menggambarkan
keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan yang
lainnya hanya untuk Allah.18
Sedangkan menurut Zakaria Al-Anshari, secara istilah tasawuf
adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa,
perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk
memperoleh kebahagiaan yang abadi.
Menurut Ahmad Zaruq, tasawuf adalah ilmu yang bertujuan untuk
memperbaiki hati dan memfokuskan hanya untuk Allah semata. Dan
menurut Ma’ruf Al-Karakhy tasawuf adalah mencari kebenaran yang
hakiki dengan cara meninggalkan kesengangan duniawi.19

2. Objek dan Ruang Lingkup Pembahasan Tasawuf


a. Objek Kajian Tasawuf
Yang menjadi objek pembahasan Tasawuf adalah manusia. Terutama
hati atau jiwanya. Tasawuf membahas tentang sikap mental manusia
dalam berhubungan dengan Allah dan sikapnya dalam berhubungan

10
dengan sesama makhluk. Tasawuf ingin membersihkan hati dari sifat-sifat
yang tercela. Bila hati sudah suci bersih dari noda kotoran dan sifat tercela,
akan baiklah kehidupan manusia.
Sabda Rasulullah SAW bersabda :
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, bila ia
baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan bila ia buruk, maka akan buruk
pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal darah itu ialah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Qalbu (hati) adalah hati immateri yang menjadi objek pembahasan


Tasawuf. Qalbu immateri adalah suatu karuia ilahi yang halus dan indah,
berhubungan dengan hati materi. Qalbu immateri yang halus dan indah
yang menjadi hakikat manusia, mengenal dan mengetahui hakikat sesuatu.
Hati ini pula yang menjadi sasaran perintah, sasaran cela, sasaran
hukuman, dan tuntutan dari Tuhan.20
Dalam kajian Tasawuf, Qalbu mempunyai Fungsi sebagai berikut :
3) Sebagai alat untuk menemukan penghayatan ma’rifat kepada
Allah, karena dengan hati inilah manusia bisa menghayati segala
rahasia yang ada di dalam alam ghaib. Hati itulah yang alim (tahu
terhadap Allah SWT).
4) Hati berfungsi untuk beramal hanya kepada Allah dan menuju
Allah, sedangkan anggota badan lainnya hanyalah pelayan dan
sekaligus alat yang digunakan oleh hati.
5) Hati pula yang taat kepada Allah, adapun gerak ibadah semua
anggota badan adalah pancaran hati.21

Untuk mensucikan hati haruslah dibebani dengan amal-amal ibadah,


seperti zikir, tahmid, tasbih, dan tahlil serta amalan-amalan lainnya sesuai
dengan tuntutan al-qur’an dan hadis Nabi. Hati juga dibebani dengan
akhlak yang terpuji dan kosongkan dari perangai jahat, aktifitas penyucian
hati ini disebut dengan Riyadhah. Bila hati mengamalkan segala bentuk

11
ibadah, baik yang wajib maupun sunnah yang dikerjakan dengan penuh
kekhusyukan dan keikhlasan serta senantiasa meliputinya dengan
perangai-perangai terpuji dan menjauhi akhlak tercela, maka pastilah ia
menerima ridha Ilahi.22
b. Ruang Lingkup Pembahasan Tasawuf
Ruang lingkup pembahasan tasawuf dapat dilihat dari dua segi, yaitu
segi materi dan dari segi ilmiah. Dari segi materi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Sebagai jalan atau cara yang ditempuh dalam membersihkan batin dari
segala macam akhlak mazmumah dan mengisinya dengan akhlak
mahmudah menjauhkan diri dari segala macam penyakit Qalbu dan
mengobatinya dengan rumus iman dan taqwa.
2) Barisan dorongan-dorongan agar berlomba-lomba dalam kebaikan
semaksimal mungkin serta menjauhi larangan Allah, sehingga dapat naik
ke maqam terpuji serta diridhai oleh Allah SWT, akhirnya dapat
menikmati kebahagiaan yang sejati dan abadi.

Ruang lingkup Tasawuf dari segi ilmiah berakar pada ilmu yang
berisikan empat macam ilmu, yaitu :
 Metafisika adalah pengetahuan tentang alam ghaib.
 Etika adalah ilmu tentang tingkah laku, kesopanan,
budi pekerti, dan sebagainya.
 Psikologi adalah ilmu tentang jiwa yang berbeda
dengan ilmu umum.
 Estetika adalah tentang keindahan yang melahirkan
seni.23

12
PENUTUP
KESIMPULAN

3. Tafsir adalah ilmu yang menjelaskan dan menerangkan


serta memahami makna al-Qur’an serta mampu mengungkapkan hukum dan
hikmahnya
Metodologi Tafsir adalah sebuah ilmu yang mengajarkan kepada orang yang
mempelajarinya menggunakan metode tertentu dalam memahami ayat-ayat
Al-Qur’an

4. Metode Penafsiran al-Qur’an


o Metode ma’tsur
o Metode penalaran

5. Hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi


baik ucapan, perbuatan maupun taqrirnya yang berkaitan dengan hukum
syara’ dan ketetapannya.

6. Fungsi hadis
o Bayan at-Taqrir
o Bayan at-Tafsir
o Bayan at-Tasyri’
o Bayan al-Nasakh

7. Filsafat adalah cinta terhadap ilmu atau hikmah


(kebijaksanaan) dan berusaha mendapatkannya

13
Filsafat Islam yaitu kegiatan pemikiran yang ebrcorak Islam dan bersumber
dari ajaran al-qur’an dan hadis

8. Teologi (kalam) adalah ilmu yang pada intinya


berhubungan dengan masalah ketuhanan

9. Nama lain dari Teologi


o Ilmu Tauhid
o Ilmu Usluhuddin
o Ilmu ‘Aqaid

10. Tasawuf adalah mendekatkan diri hanya untuk Allah


semata dan meninggalkan kesenangan duniawi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.

Muhaimin, dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana. 2005.

Suma, Moh. Amin. Pengantar Tafsir Akhkam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2002.

Suparta, Munzier. Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.

Basyir, Damanhuri. Ilmu Tasawuf. Banda Aceh: Yayasan Pena. 2005.

Catatan kaki
1. Muhaimin, dkk, kawasan dan wawasan studi Islam (Jakarta: kencana, 2005), hal.
106
2. Muhammad Mufakhir, Tafsir ‘Ilmi (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2004), hal. 2

3. Moh. Amin Suma, pengantar tafsir Akhkam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), hal. 170
4. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hal. 217-218
5. Moh. Amin Suma, op.cit., hal. 171

Hadis

15
1. T.M. Hasbi Al-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar Hadis (Semarang: Pusaka Rizki Putra,
1997), cet. Ke-1, hal 1
2. Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal 3
3. Munzier Suparta, op.cit., hal. 23
4. ibid, hal. 49
5. ibid, hal. 57

filsafat
1. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 254
2. ibid, hal. 257
3. ibid, hal. 258-263
teologi islam
1. Hasilun Nasir, Ilmu Kalam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 3
2. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 268
3. ibid, hal. 269
4. ibid, hal. 270-277

tasawuf
1. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 286
2. Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf (Jakarta: Qisthi Press, 2005), hal. 4
3. Damanhuri Basyir, Ilmu Tasawuf (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005) cet.ke-1, hal. 50
4. Samsul Munir Amin, dkk, Kamus Ilmu Tasawuf (Amzah, cet. ke-1, 2005), hal. 183
5. Damanhuri Basyir, op.cit., hal. 53
6. Damanhuri Basyir, op.cit., hal. 54

16

Anda mungkin juga menyukai