PEMBAHASAN
b. Ciri-ciri
Ciri-ciri utama tafsir ada 3 yaitu :
1) Dilihat dari segi objek pembahasannya adalah kitabullah (al-
Qur’an), yang didalamnya terkadung firman Allah Swt. Yang diturunkan
oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril.
c.Objek Pembahasan
Objek pembahasan tafsir, yaitu al-Qur’an yang merupakan sumber
ajaran Islam. Kitab suci ini menempati posisi sentral, bukan saja dalam
1
perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu kesucian, tetapi juga
merupakan inspirator, pemandu gerakan-gerakan umat Islam di sepanjang
abad.
2
b. Metode Penalaran
Metode penafsiran yang bertitik tolak pada penalaran ini dibagi
menjadi empat:
1) Metode Tahlili atau metode deskriptif analisis, yakni penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan secara terurai dengan tertib
susunan ayat demi ayat, dan surat demi surat al-Qur’an itu sendiri.
2) Metode Ijmali atau metode global yakni metode penafsiran
yang ringkas dan bersifat garis besar.
3) Metode Muqaran atau perbandingan/komparatif, yaitu
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan cara membanding-bandingkan
antara yang satu dengan ayat yang lain, atau antara ayat dengan hadis
yang selintas terkesan berlawanan, antara aliran tafsir yang satu
dengan yang lainnya.
4) Metode Mawadhu’i atau Metode Tematik, yaitu menafsirkan
al-Qur’an dengan langkah-langkah tertentu yang dimulai dengan
penentuan topik sampai memberikan kesimpulan/jawaban akhir bagi
permasalahan yang dibahas.5
3
pengertian hadis menurut para Ahli Ushul akan berbeda dengan pengertian
yang diberikan oleh Ahli Hadis.
Menurut para Ahli Hadis, pengertian hadis adalah ”segala perkataan
Nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya.”
Sementara Ulama Ushul memberikan pengertian hadis adalah
”segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan Taqrirnya yang berkaitan
dengan hukum syara’ dan ketetapannya.”
Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu hadis, menurut Ulama
Mutaqaddimin adalah ilmu pengetauan yang membicarakan tentang cara-
cara persambungan hadis sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal
para perawinya, kebaditan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad,
dan sebagainya.8
Istilah lain yang semakin dengan hadis yaitu : sunnah, khabar,dan
atsar.
2. Kedudukan hadis
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis Rasul merupakan
sumber dan atsar hukum Islam setelah al-Qur’an, dan diwajibkan bagi kita
mengikuti hadsi sebagaimana diwajibkan mengikuti al-Qur’an. Al-Qur’an
dan hadis merupakan dua sumber hukum syari’at Islam yang tetap, yang
orang Islam tidak mungkin memahami syari’at Islam secara mendalam
dan lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut.
Dalil al-Qur’an
Banyak ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban
mempercayai dan menerima segala yangdisampaikan oleh Rasul
kepada umatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Diantaranya yaitu
dalam al-Qur’an : (QS. Ali Imran : 32 dan179), (QS. An-Nisa : 59
dan 136), (QS. Al-Maidah : 92), (QS. An-Nur : 54).
Dalil al-hadis
4
Dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan dengan keharusan
menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping al-Qur’an
sebagai pedoman utamanya, Beliau bersabda yang artinya :
”Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak
tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa
kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.” (HR. Malik)
Dalam hadis lain Rasul bersabda, yang artinya :
”Wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
khulafa ar-Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang
teguhlah kamu sekalian dengannya.” (HR. Abu daud dan Ibn Majah)
5
ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan
(taksish) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum.
3. bayan at-tasyri’, yaitu mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an, atau dalam al-
Qur’an hanya terdapat pokok-pokoknya saja.
4. bayan al-Nasakh, menurut Ulama Mutaqaddimin terjadinya
Nasakh ini karena adanya dalil syara’ yang mengubah suatu hukum
(ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa berlakunya
serta tidak bisa diamalkan lagi, dan syar’i (pembuat syari’at)
menurunkan ayat tersebut tidak diberlakukan untuk selama-lamanya
(temporal).10
6
macam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun
bersama lahirnya agama Islam.11
b. Penelitian Filsafat
Berbagai metode penelitian Filsafat Islam yang dilakukan oleh para
ahli dengan tujuan untuk dijadikan bahan perbandingan bagi
pengembangan Filsafat Islam selanjutnya. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. H. Amin Abdullah : metode deskriptif, pendekatan studi tokoh
dengan cara melakukan studi komparatif
2. Otto Horrossowitz : penelitian kategori kualitatif, corak
penelitiannya deskriptif analisis, pendekatan historis dan tokoh.
7
3. Masjid Fakhry : pendekatan campuran yakni pendekatan historis ,
kawasan, san substansi.
4. Harun Nasution : pendekatan tokoh dan historis, penelitian
deskriptif dan kategori kualitatif.
5. Ahmad Fuad al-Ahwani : metode kepustakaan, corak penelitian
deskriptif kualitatif, dan pendekatan campuran.13
2. Teologi
a. Pengertian Teologi (Kalam)
Menurut Ibnu Khladun, sebagaimana dikutip oleh hasillun nasir,
ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman, dengan menggunakan dalil-dalil pikiran
dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan salaf dan Ahli Sunnah.14
Selain itu adapula yqng mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu
yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan
keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan.
Menurut Muhammad Abduh, ilmu kalam adalah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada
padanya, sifat-sifat yang mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang
mungkin ada padanya, dan membicarakan pula tentang Rasul-Rasul Allah
untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada
padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.
Dari beberapa pertanyaan diatas berarti Teologi adalah ilmu yang
mungkin pada intinya berhubungan dengan masalah ketuhanan.15
8
Teologi mempunyai beberapa nama lain yang sering kita dengar,
diantaranya yaitu ilmu Tauhid, ilmu Ushuluddin, dan ilmu ‘Aqaid.
9
D. Metodologi Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah
yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun nasution misalnya
menyebbutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-
suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan Nabi dari
mekkah ke madinah, saf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan
shalat berjamaah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos (bahasa yunani :
hikmah) dan suf (kain wol kasar).
Jika diperhatikan secara seksama, tampak kelima istilah tersebut
bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang terpuji, kesederhanaan,
dan kedekatan dengan tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya menggambarkan
keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan yang
lainnya hanya untuk Allah.18
Sedangkan menurut Zakaria Al-Anshari, secara istilah tasawuf
adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa,
perbaikan budi pekerti serta pembangunan lahir dan batin, untuk
memperoleh kebahagiaan yang abadi.
Menurut Ahmad Zaruq, tasawuf adalah ilmu yang bertujuan untuk
memperbaiki hati dan memfokuskan hanya untuk Allah semata. Dan
menurut Ma’ruf Al-Karakhy tasawuf adalah mencari kebenaran yang
hakiki dengan cara meninggalkan kesengangan duniawi.19
10
dengan sesama makhluk. Tasawuf ingin membersihkan hati dari sifat-sifat
yang tercela. Bila hati sudah suci bersih dari noda kotoran dan sifat tercela,
akan baiklah kehidupan manusia.
Sabda Rasulullah SAW bersabda :
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, bila ia
baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan bila ia buruk, maka akan buruk
pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal darah itu ialah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
11
ibadah, baik yang wajib maupun sunnah yang dikerjakan dengan penuh
kekhusyukan dan keikhlasan serta senantiasa meliputinya dengan
perangai-perangai terpuji dan menjauhi akhlak tercela, maka pastilah ia
menerima ridha Ilahi.22
b. Ruang Lingkup Pembahasan Tasawuf
Ruang lingkup pembahasan tasawuf dapat dilihat dari dua segi, yaitu
segi materi dan dari segi ilmiah. Dari segi materi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Sebagai jalan atau cara yang ditempuh dalam membersihkan batin dari
segala macam akhlak mazmumah dan mengisinya dengan akhlak
mahmudah menjauhkan diri dari segala macam penyakit Qalbu dan
mengobatinya dengan rumus iman dan taqwa.
2) Barisan dorongan-dorongan agar berlomba-lomba dalam kebaikan
semaksimal mungkin serta menjauhi larangan Allah, sehingga dapat naik
ke maqam terpuji serta diridhai oleh Allah SWT, akhirnya dapat
menikmati kebahagiaan yang sejati dan abadi.
Ruang lingkup Tasawuf dari segi ilmiah berakar pada ilmu yang
berisikan empat macam ilmu, yaitu :
Metafisika adalah pengetahuan tentang alam ghaib.
Etika adalah ilmu tentang tingkah laku, kesopanan,
budi pekerti, dan sebagainya.
Psikologi adalah ilmu tentang jiwa yang berbeda
dengan ilmu umum.
Estetika adalah tentang keindahan yang melahirkan
seni.23
12
PENUTUP
KESIMPULAN
6. Fungsi hadis
o Bayan at-Taqrir
o Bayan at-Tafsir
o Bayan at-Tasyri’
o Bayan al-Nasakh
13
Filsafat Islam yaitu kegiatan pemikiran yang ebrcorak Islam dan bersumber
dari ajaran al-qur’an dan hadis
14
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.
Muhaimin, dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana. 2005.
Suma, Moh. Amin. Pengantar Tafsir Akhkam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2002.
Catatan kaki
1. Muhaimin, dkk, kawasan dan wawasan studi Islam (Jakarta: kencana, 2005), hal.
106
2. Muhammad Mufakhir, Tafsir ‘Ilmi (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2004), hal. 2
3. Moh. Amin Suma, pengantar tafsir Akhkam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), hal. 170
4. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hal. 217-218
5. Moh. Amin Suma, op.cit., hal. 171
Hadis
15
1. T.M. Hasbi Al-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar Hadis (Semarang: Pusaka Rizki Putra,
1997), cet. Ke-1, hal 1
2. Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal 3
3. Munzier Suparta, op.cit., hal. 23
4. ibid, hal. 49
5. ibid, hal. 57
filsafat
1. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 254
2. ibid, hal. 257
3. ibid, hal. 258-263
teologi islam
1. Hasilun Nasir, Ilmu Kalam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 3
2. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 268
3. ibid, hal. 269
4. ibid, hal. 270-277
tasawuf
1. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 286
2. Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf (Jakarta: Qisthi Press, 2005), hal. 4
3. Damanhuri Basyir, Ilmu Tasawuf (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005) cet.ke-1, hal. 50
4. Samsul Munir Amin, dkk, Kamus Ilmu Tasawuf (Amzah, cet. ke-1, 2005), hal. 183
5. Damanhuri Basyir, op.cit., hal. 53
6. Damanhuri Basyir, op.cit., hal. 54
16