TAEkologi Yudha 2
TAEkologi Yudha 2
net/publication/325313428
CITATIONS READS
0 165
7 authors, including:
Faiz Yudha
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analisis Koalisi Perlawanan Masyarakat Terhadap Pembangunan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Utara Jawa Tengah View project
All content following this page was uploaded by Faiz Yudha on 23 May 2018.
faiz.yudha.2015@fisipol.umy.ac.id / faizyudha.fy@gmail.com
1. Pendahuluan
Menurut Mulkhan ada dua jenis konflik yang tejadi yaitu, pertama konflik vertikal
adalah pertentangan antara kelompok elit dan kelompok masyarakat. Bagian dari
kelompok elit disini adalah pemerintah, swasta (pemegang saham) dan pihak represif
(militer). Konflik vertikal sangat rentan terjadi intimidasi dan represifitas dari militer
sebagai instrumennya. Hal ini yang membuat konflik-konflik agraria sering terjadi
intimidasi yang kuat untuk pembebasan lahan dalam suatu wilayah. Sementara konflik
horizontal adalah konflik yang terjadi antar masyarakat sendiri. Ada dua jenis dalam
konflik horizontal yang besar yaitu: 1) konflik antar agama; 2) konflik antar suku. Konflik
ini sangat besar pengaruhnya dalam tatananan kemasyarakatan karena bisa
menimbulkan disintegrasi sosial yang menimbulkan perang saudara sendiri (Qodir &
Lesang, 2014).
1. Konsultasi Publik
Konsultasi publik bertujuan untuk saling berbagi informasi, memberikan pandangan
dari masing-masing pihak untuk membuka proses manajemen untuk menciptakan
efisien dan keadilan. Semuanya dilakukan agar masing-masing pihak sama-sama
puas dan tidak ada yang dirugikan
2. Negosiasi
Proses negosiasi melibatkan kedua pihak yang bertentangan atau lebih untuk
membicarakan penyebab terjadinya konflik. Kedua pihak harus sukarela untuk
bertemu dan menemukan solusi yang tepat yang dapat disepakati oleh kedua pihak
termasuk pihak luar sebagai pemberi bantuan.
3. Mediasi
Mediasi mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan negosiasi. Disini
melibatkan pihak ketiga sebagai fasilitator. Tetapi pihak ketiga tidak mempunyai
kekuatan untuk memberikan keputusan. Pihak ketiga harus netral, karena fungsinya
sebagai fasilitator dan merumuskan persoalkan tidak boleh pilih kasih dalam proses
mediasi.
4. Arbitrasi
Proses ini melibatkan tiga pihak. Dimana pihak ketiga sebagai arbitrator yang artinya
mempunyai kewenangan untuk mengambil sebuah keputusan yang mengikat
maupun tidak mengikat. Apabila keputusan bersifat mengikat, maka kedua pihak
yang saling bersengketa harus menyelesaikan sesuai keputusan pihak ketiga (Qodir
& Lesang, 2014)
2. Penjelasan
4. Kesimpulan
Purnomo, E. P., Nurmandi, A., Sulaksono, T., Hidayati, M., Ramdani, R., & A. (2016). Ekologi
Pemerintahan: Tata Kelola Dan Kelembaman Birokrasi Dalam Menangani Kebakaran
Hutan, Pengelolaan Sawit, Serta Peranan Elit Lokal.
Qodir, Z., & Lesang, I. (2014). Konflik Agraria Di ( Studi Peran Pemerintah. Jurnal Ilmu
Pemerintahan Dan Kebijakan Publik, 1 No.3(Konflik Agraria di Kabupaten Morotai), 604–
646.