Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325313428

Analisis Koalisi Perlawanan Masyarakat Terhadap Pembangunan Pabrik Semen


di Kawasan Pegunungan Kendeng Utara Jawa Tengah

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 165

7 authors, including:

Faiz Yudha
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Koalisi Perlawanan Masyarakat Terhadap Pembangunan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Utara Jawa Tengah View project

All content following this page was uploaded by Faiz Yudha on 23 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Koalisi Perlawanan Masyarakat Terhadap Pembangunan
Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Utara Jawa Tengah
Faiz Yudha Dewanga
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

faiz.yudha.2015@fisipol.umy.ac.id / faizyudha.fy@gmail.com

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setiap daerah pasti berusaha untuk mengembangkan potensi alam yang


dimilikinya demi kesejahteraan ekonomi masyarakatnya. Saat ini, masyarakat
Pegunungan Kendeng bertumpu pada kegiatan pertanian dan perkebunanya. Namun,
berlangsungnya kegiatan pertanian dan perkebunan mendapat ancaman yang serius
karena mulai banyaknya usaha yang memanfaatkan Kawasan karst yang ada di daerah
Pati. Adapun Ford dan Wiliams dikutip oleh Wuspada (2011) mendefinisikan karst sebagai
medaan dengan kondisi hidrlogi khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan
mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst dicirikan oleh: (i)
terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan
bentuk, (ii) langka atau tidak terdapatnya drainase atau sungai permukaan, dan (iii)
terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah (Utomo, 2013). Industri yang mulai
berdatangan dan menginginkan Kawasan kendang menjadi sumber bahan baku industry
mereka mengancam ekosistem dan keberlangsungan lingkungan wilayah pegunungan
Kendeng Utara. Salah satu daerah yang memiliki potensi tambang kars adalah kawasan
Watuputih yang berada di Kecamatan Gunem. Kawasan Watuputih merupakan kawasan
kars yang masuk dalam jajaran pegunungan Kendeng Utara.

Melimpahnya kekayaan alam yang dimiliki, ditambah lagi dengan permintaan


pasar berupa material semen yang semakin meningkat membuat PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk ingin mencukupi kebutuhan pasar akan permintaan semen, dengan
melakukan ekspansi kawasan pabrik dan penambangan bahan baku semen di kawasan
pegunungan Kendeng. Semen merupakan komuditas utama dalam pembangunan
manusia modernn, sehingga menjadi sesuatu yang muntlak yang dibutuhkan dalam
pembangunan (Utomo, 2013). Penambangan sumber daya alam harus diatur dalam
undang-undang demi terjaganya lingkungan dan menghindari terjadinya eksploitasi
besar-besaran. Perubahan paradigma pembangunan di Indonesia diawali dengan
berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1882 tentang Pokok-pokok Lingkungan
Hidup, yang memberikan pedoman sehingga muncul pemahaman yang jelas dan
seragam antar para pemangku kepentingan mengenai lingkungan hidup. Undang-undang
ini kemudian berkembang menjadi UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang memberikan arahan untuk kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia (Purnaweni, 2014). Dengan ancaman rusaknya lingkungan
pertanian yang dtimbulkan, membuat sebagian masyarakat Kendeng berinisiatif untuk
melakukan penolakan terhadap adanya pabrik semen di wilayah mereka, dengan alasan
akan merusak ekosistem dan sumber mata pencaharian mereka.

Konflik yang terus menerus terjadi pastinya akan mempengaruhi kegiatan


ekonomi dan social masyarakat sekitar. Untuk itu, Pemerintah harus dengan sigap
menyelesaikan dan menjadi penengah dalam konflik yang terjadi saat ini. Pentingya
langkah mediasi dan komunikasi sangat di perlukan supaya konflik yang terjadi tidak terus
menerus berlanjut dan semakin berdampak pada kehidupan social ekonomi masyarakat,
selain itu Pemerintah juga akan semakin kehilangan rasa kepercayaan dari
masyarakatnya sendiri. Langkah yang diambil harus bersifat bijaksana dan tidak
merugikan pihak manapun, agar dapat di terrima dan menemukan solusi dari
permasalahan yang terjadi.

1.2 Tujuan Penulisan


Paper ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai koalisi perlawanan
masyarakat peduli lingkungan dan dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat lainya,
dengan harapan artikel ini bisa memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada
pembaca mengenai gerakan koalisi masyarakat peduli lingkungan dalam menolak
pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
1.3 Kriteria

Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) merupakan


kelompok masyarakat yang melakukan perlawanan atas pembangungan pabrik semen
yang berlokasi di Pegunungan Kendeng. Kelompok masyarakat ini muncul bersamaan
dengan perlawanan masyarakat Samin yang sama-sama menolak adanya
pembangunan pabrik semen. Dua kelompok masyarakat ini menyatakan melawan
karena disinyalir dengan adanya pembangunan pabrik semen ini pegunungan Kendeng
yang menjadi tempat mata pencaharian sekaligus sumber mata air akan mengalami
kerusakan.

Menurut Mulkhan ada dua jenis konflik yang tejadi yaitu, pertama konflik vertikal
adalah pertentangan antara kelompok elit dan kelompok masyarakat. Bagian dari
kelompok elit disini adalah pemerintah, swasta (pemegang saham) dan pihak represif
(militer). Konflik vertikal sangat rentan terjadi intimidasi dan represifitas dari militer
sebagai instrumennya. Hal ini yang membuat konflik-konflik agraria sering terjadi
intimidasi yang kuat untuk pembebasan lahan dalam suatu wilayah. Sementara konflik
horizontal adalah konflik yang terjadi antar masyarakat sendiri. Ada dua jenis dalam
konflik horizontal yang besar yaitu: 1) konflik antar agama; 2) konflik antar suku. Konflik
ini sangat besar pengaruhnya dalam tatananan kemasyarakatan karena bisa
menimbulkan disintegrasi sosial yang menimbulkan perang saudara sendiri (Qodir &
Lesang, 2014).

Ada beberapa cara untuk menyelesaikan sebuah konflik, yaitu :

1. Konsultasi Publik
Konsultasi publik bertujuan untuk saling berbagi informasi, memberikan pandangan
dari masing-masing pihak untuk membuka proses manajemen untuk menciptakan
efisien dan keadilan. Semuanya dilakukan agar masing-masing pihak sama-sama
puas dan tidak ada yang dirugikan
2. Negosiasi
Proses negosiasi melibatkan kedua pihak yang bertentangan atau lebih untuk
membicarakan penyebab terjadinya konflik. Kedua pihak harus sukarela untuk
bertemu dan menemukan solusi yang tepat yang dapat disepakati oleh kedua pihak
termasuk pihak luar sebagai pemberi bantuan.
3. Mediasi
Mediasi mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan negosiasi. Disini
melibatkan pihak ketiga sebagai fasilitator. Tetapi pihak ketiga tidak mempunyai
kekuatan untuk memberikan keputusan. Pihak ketiga harus netral, karena fungsinya
sebagai fasilitator dan merumuskan persoalkan tidak boleh pilih kasih dalam proses
mediasi.
4. Arbitrasi
Proses ini melibatkan tiga pihak. Dimana pihak ketiga sebagai arbitrator yang artinya
mempunyai kewenangan untuk mengambil sebuah keputusan yang mengikat
maupun tidak mengikat. Apabila keputusan bersifat mengikat, maka kedua pihak
yang saling bersengketa harus menyelesaikan sesuai keputusan pihak ketiga (Qodir
& Lesang, 2014)

2. Penjelasan

Pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng menimbulkan berbagai


macam perlawanan dari masyarakat adat dan masayrakat sekitar pegunungan Kendeng.
Perkembangan gerakan sosial di Indonesia semakin luas dan kompleks. Hal tersebut
disebabkan karena kebutuhan manusia yang semakin kompleks pula (Pemerintahan &
Diponegoro, 2017). Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng terbentuk karena
adanya rasa ketakutan dari masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan dari
pembangunan pabrik semen. Mereka berasumsi, bahwa adanya pabrik semen nanti akan
merusak ekosistem alam Pegunungan Kendeng, karena kawasan Pegunungan Kendeng
merupakan wilayah batu kapur dan dapat menampung air atau sebagai sumber mata air
warga sekitar. Selain itu, kawasan Pegunungan Kendeng juga sebagai kawasan
pertanian, dimana sebagian besar penduduk Pegunungan Kendeng berprofesi sebagai
petani. Mereka takut pabrik semen akan mengalihfungsikan lahan pertanian mereka
sebagai kawasan industri, dan mereka kehilangan mata pencaharianya. Selain Jaringan
Masyarakat Peduli Kendeng (JMPPK), terdapat koalisi masyarakat lainya yang membantu
dalam menolak pembangunan pabrik semen, diantaranya Yayasan Wahana Lingkungan
Hidup (WALHI) dan masyarakat Samin. Gerakan Samin pada esensinya adalah gerakan
perlawanan petani terhadap kebijakan yang meniindas rakyat kecil (Wicaksono, n.d.).
Pemerintah daerah memberikan ijin pembangunan pabrik semen dengan
mengeluarkan Keputusan Bupati Nomor 545/68/2010 mengenai Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Surat keputusan ini diikuti dengan adanya Pemberian Izin Lokasi
Eksplorasi untuk pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan sarana
pendukung lainnya dengan nomor 591/40/2011 (Kandi, 2016). Namun rencana PT Semen
Indonesia untuk mengubah wilayah ekspansinya juga mengalami penolakan dari
Masyarakat Kendeng dengan alasan kawasan pabrik berada di wilayah cekungan air
Watuputih yang akan berimbas pada mengeringnya sumber mata air dan akan merusak
ekosisten lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka. Ini juga melanggar Peraturan
Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 pasal 63 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung imbuhan air dan Perda
RTRW Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 pasal 19 yang menetapkan area ini
sebagai kawasan lindung geologi.

Berbagai perlawanan terus di lakukan oleh masyarakat Kendeng demi terjaganya


lingkungan mereka dan hengkangya pabrik semen dari wilayah mereka. Merka
menamakan dirinya sebagai Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK). Mereka melakukan perlawanan mulai dari demontrasi hingga membawa kasis
tersebut kepada Mahkamah Agung. Kasus ini berawal dari gugatan petani Kendeng
bersama Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) Semarang. Namun gugatan tersebut ditolak dengan alasan kedaluwarsa. Lalu
mereka kembali mengajukan banding ke PT TUN Surabaya. Tetapi banding juga ditolak.
Setelah kedua pernolakan tersebut, petani Kendeng dan Walhi mengajukan kasasi ke MA
dan kembali ditolak. Akhirnya pada tanggal 2 Agustus 2016, petani Kendeng dan Walhi
menemukan bukti baru yang dibawa untuk memberatkan Gubernur Jawa Tengah dan PT
Semen Indonesia (Persero) dan MA mengabulkan permohonan yang mereka ajukan
(Ihsanuddin, 2016).

Pada puncaknya, 50 petani Kendeng berdemonstrasi di depan kantor Isntana


Negara Jakarta pada hari Jumat 17 Maret 2017. Mereka melakukan aksi mengecor
kakinya dengan semen sebagai wujud protes terhadap pembangunan pabrik semen di
wilayah mereka dan menggugat keputusan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atas
kebijakan meneken ulang ijin pembangunan pabrik semen. Hasilnya, Presiden Joko
Widodo meminta agar melakukan pembuatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
oleh Kantor Staf Kepresidenan RI mengenai pembangunan pabrik semen.

3. Anlysis dan Evaluation

Pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara harus benar-benar


memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan, dimana suatu pembangunan harus
memperhatikan 3 aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sekitarnya. Analisis
AMDAL harus dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi hal yang dapat merusak
ekosistem di wilayah sekitarnya. Pembangunan pabrik semen sebenarnya bukan
merupakan suatu yang haram untuk dilakukan, karena itu juga akan menunjang aspek
ekonomi masyarakat sekitarnya dan mencukupi permintaan pasar. Namun yang menjadi
permasalahan disini adalah kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada para
masyarakat Kendeng terutama para petani yang selama ini mengolah daerah
Pegunungan Kendeng dan menjadikan lokasi tersebut sebagai mata pencaharian
mereka, sehingga menyebabkan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK) dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) melakukan perlawanan
pembangunan pabrik semen di wilayah mereka. Koalisi perlawanan masyarakat bukanlah
sesuatu yang pantas untuk dianggap remeh, karena koalisi masyarakat berangkat dari
latar belakang dan tujuan yang sama. Koalisi masyarakat juga terkoordinir dengan baik,
sehingga gerakan dari koalisi masyarakat mampu mempengaruhi pihak eksekutif dalam
pengambilan keputusan. Koalisi akan kuat dan solid apabila ada kepercayaan (trust) antar
elemen kelompok kepentingan di dalam koalisi (Ramdani Rijal,2014).

Mereka berasumsi bahwa adanya pabrik semen otomatis akan mengeksploitasi


daerah pegunungan Kendeng dan merusak sumber mata pencaharian mereka. Para
petani Kendeng masih memikirkan kehidupan berikutnya dan ingin mewariskan kekayaan
alam yang selama ini dinikmatinya untuk anak cucu dan generasi generasi mereka
berikutnya. Memang tidak dipungkiri bahwa adanya pengaruh-pengaruh dari LSM dan
oknum tidak bertanggung jawab untuk memprovokasi para petani Kendeng agar semakin
getol untuk melakukan penolakan pabrik semen. Namun di luar itu, peran dari Pemerintah
sangat di perlukan untuk melakukan pendekatan dan sosialisasi yang cukup kepada
masyarakat Kendeng agar bias menerima pabrik semen di wilayah mereka yang bertujuan
untuk memberikan kehidupan yang lebih baik dalam aspek ekonomi mereka dan tetap
menjaga ekosistem sekitar. Dalam hal ini, manajemen yang efektif harus memenuhi
kepentingan jangka pendek individu dan tujuan jangka panjang untuk sumber daya yang
berkelanjutan (Purnomo, E. P., Nurmandi, A., Sulaksono, T., Hidayati, M., Ramdani, R.,
2016).

4. Kesimpulan

Pembangunan pabrik semen menimbulkan konflik vertikal yang berkelanjutan.


Perlawanan masyarakat Kendeng belum menemui titik yang bisa diterima oleh kedua
pihak sampai saat ini. Pentingnya peran Pemerintah sebagai penengah sangat di
perlukan dalam penyelesaian konflik ini Pembuatan AMDAL yang tepat, sosialisasi yang
menyeluruh, dan pembuatan regulasi mengenai larangan eksploitasi berlebihan menjadi
solusi dalam permasalahan ini.

Konflik merupakan sesuatu yang seharusnya dihindari, karena akan berdampak


kerugian materi, tenaga maupun waktu. Proses perjuangan masyarakat kendang tidak
hanya menguras tenaga dan materi mereka, bahkan nyawa pun menjadi taruhannya.
Pembangunan bukan merupakan suatu hal yang haram dan tidak boleh di lakukan,
namun pembangunan harus memperhatikan beberapa aspek yang penting untuk
kelangsungan hidup berikutnya, tidak diskriminasi dan tidak ada pihak manapun yang
merasa dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintahan, J. I., & Diponegoro, U. (2017). Gerakan Perlawanan Masyarakat Pegunungan


Rembang Terhadap Pembangunan Pabrik Semen Indonesia Pada Tahun 2014-2017,
(14010113140127).

Purnaweni, H. (2014). Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Kendeng. Jurnal Ilmu


Lingkungan, 12(1), 53–65. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14710/jil.12.1.53-65

Purnomo, E. P., Nurmandi, A., Sulaksono, T., Hidayati, M., Ramdani, R., & A. (2016). Ekologi
Pemerintahan: Tata Kelola Dan Kelembaman Birokrasi Dalam Menangani Kebakaran
Hutan, Pengelolaan Sawit, Serta Peranan Elit Lokal.

Qodir, Z., & Lesang, I. (2014). Konflik Agraria Di ( Studi Peran Pemerintah. Jurnal Ilmu
Pemerintahan Dan Kebijakan Publik, 1 No.3(Konflik Agraria di Kabupaten Morotai), 604–
646.

Utomo, N. S. (2013). Manajemen Komunikasi Eksternal ( Manajemen Komunikasi Pt . Semen


Indonesia ( Persero ) Tbk Dalam Proses Pembangunan Pabrik Semen Di Desa Tegaldowo
Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang ), 63–67.

Wicaksono, A. (n.d.). Perlawanan Masyarakat Samin ( Sedulur Sikep ) Atas Kebijakan


Pembangunan Semen Gresik Di Sukolilo Pati ( Studi Kebijakan Berbasis Lingkungan Dan
Kearifan Lokal ) Dasar melindungi dengan berdasar kepada Ketuhanan indonesia dengan
ciri yang bersifat horison, 171–194.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai