Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan kesehatan mental sering dijumpai pada masa anak-anak, namun


tidak menutup kemungkinan gangguan tersebut dapat muncul bahkan sejak lahir
dan diderita sepanjang hidup. Salah satunya pada film yang kami observasi, yaitu
film "Front of the Class". Film tersebut merupakan adaptasi dari kisah nyata yang
dialami oleh Bradley Cohen, film ini mengisahkan tentang seorang penderita
Sindrom Tourette sejak kecil. Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang
membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan tanpa bisa
mengontrolnya seperti bersin, dan cegukan yang tidak tertahankan. Gejala-gejala
aneh lainnya yang muncul pada Brad termasuk motor tik yang berulang-ulang.

Dalam film tersebut Brad bercita-cita menjadi soerang guru. Meskipun dia
menderita Sindrom Tourette, dia tetap berjuang dan berhasil mendapatkan
penghargaan. Ia tak pernah mengeluh dengan penyakitnya, bahkan ia menganggap
panyakitnya adalah teman yang mampu membawanya hingga mendapatkan gelar
guru terbaik. Dia belajar untuk terus maju, dia juga tidak pernah menganggap
penyakitnya adalah sebuah halangan baginya dalam mencapai tujuan yang dia
inginkan.

B. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang kami uraikan diatas, maka dapat


diidentifikasi bahwa maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini untuk
mendeskripsikan hasil observasi mengenai gangguan Sindrom Tourette yang
diderita oleh Bradley Cohen dari film "Front of the Class". Diantaranya yaitu
mendeskripsikan hasil observasi berupa riwayat keluhan yang dialami Brad, aspek
kecerdasan, aspek emosi, aspek motivasi, dan aspek relasi sosial. Serta
mendeskripsikan ciri-ciri dari Sindrom Tourette beserta dengan dampak dan cara
mengatasi gangguan tersebut berdasarkan teori.
BAB II

HASIL OBSERVASI

I. Identitas

Nama : Brad Cohen


Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Bradley Cohen yang memiliki nama panggilan “bobo” adalah anak pertama
dari dua bersaudara, orang tuanya bercerai ketika dia berusia enam tahun. Brad
adalah seorang anak laki-laki yang bersemangat dan ceria. Setelah Brad sering
menunjukkan gerakan dan suara yang aneh, ibunya berusaha untuk mencari tahu
apa yang terjadi pada anaknya tersebut. Kemudian ibunya menemukan bahwa Brad
menderita Sindrom Tourette. Ternyata dia sudah menderita gangguan tersebut sejak
usia enam tahun. Ketika di sekolah dia sering dimarahi oleh gurunya karena sering
mengeluarkan suara dan gerakan yang aneh, seperti anjing yang menggonggong,
sehingga hal tersebut membuat murid-murid dikelas menjadi terganggu. Akibatnya
dia harus dikeluarkan dari sekolahnya dengan alasan Brad mengganggu konsentrasi
siswa yang lain di kelas. Dia dan ibunya berusaha menemukan sekolah yang dapat
menerimanya dan menganggap dirinya seperti orang normal lainnya.

Sampai pada akhirnya dia diterima di sekolah baru dan bertemu kepala
sekolah yang membantu dia agar orang-orang bisa menerima kekurangannya
tersebut. Karena kejadian itu, dia akhirnya terinspirasi untuk menjadi seorang guru,
dan bertekad untuk membuat siswanya kelak dapat percaya diri dan bisa menjadi
dirinya sendiri. Ketika dewasa, Brad menemukan pasangan hidupnya yang bernama
Nancy dan Brad menjadi orang yang pantang menyerah, pekerja keras, berambisi,
dan optimis. Lalu pada akhirnya Brad berhasil menjadi seorang guru di Mountain
View Elementary School dengan menggunakan metode pembelajaran yang
menarik dan tidak biasa, sehingga hal itu mengantarkan Brad memenangkan Sallie
Mae First Class Teacher of the Year dan menjadikan dirinya sebagai teladan bagi
guru-guru lainnya.

II. Kesan Awal


Pertama kali yang dimunculkan dimenit-menit awal film tersebut adalah
Brad kecil yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah dengan menaiki sepeda.
Hal tersebut memberi kesan awal mengenai fisik Brad yaitu Brad terlihat seperti
anak-anak lain pada umumnya. Brad memberi kesan pertama yang baik pada menit
pertama, dia seperti anak yang pintar dan aktif. Namun ketika melihat scene dimana
Brad menerima perlakuan buruk dari teman-temannya ketika di sekolah dan terlihat
Brad tidak melawannya sama sekali, hal itu mulai membuat kami merasa bahwa
ada sesuatu pada Brad. Kemudian pada menit selanjutnya film tersebut
memperlihatkan Brad yang sedang belajar di ruang kelas, lalu tiba-tiba Brad
berperilaku aneh seperti mengeluarkan suara anjing yang menggonggong dan
gerakan-gerakan kepalanya yang berulang membuat suasana kelas menjadi tidak
nyaman sehingga gurunya menegur Brad untuk diam.

Kesan Brad tersebut membuat kami merasa yakin bahwa Brad memiliki
gangguan tertentu dan perilaku tersebut adalah salah satu gejala dari penyakit yang
diderita oleh Brad. Lalu kesan awal kami selanjutnya terhadap Brad adalah merasa
iba, alasannya bukan hanya karena Sindrom Tourette yang dia derita, tetapi juga
ketika mengetahui bahwa orang tua Brad telah berpisah dan tidak tinggal dalam
satu rumah. Ayahnya memutuskan untuk bercerai dengan Ibu Brad dikarenakan
tidak bisa menerima gangguan yang diderita oleh Brad. Ayahnya adalah sosok yang
egois dan otoriter, berbeda dengan sosok Ibunya yang terlihat sabar dan penyayang
kepada Brad dan juga adiknya, sehingga Brad memutuskan untuk tinggal bersama
Ibu dan adiknya. Kedua hal tersebut cukup memberikan kami kesan awal yang luar
biasa bersimpati terhadap Brad karena kondisi tersebut.

III. Riwayat Keluhan

Keluhan utama dari Brad adalah kebiasaannya mengeluarkan suara seperti


menggonggong sambil menggerakan kepalanya berulang-ulang secara spontan
karena Sindrom Tourettenya tersebut. Pada saat-saat tertentu seperti dalam keadaan
tertekan atau dalam keadaan tidak nyaman, Brad tiba-tiba sering menggerakan salah
satu kakinya, hal ini terjadi tanpa bisa dikontrol olehnya. Brad juga tidak suka
membaca, tidak bisa berkonsentrasi, dan suka membasahi telunjuk. Keluhan ini
dialaminya sejak berumur 6 tahun, perkembangan intelektual dan bahasanya
normal, pertumbuhannya juga normal. Ayah Brad sama sekali tidak menerima
keadaan anaknya yang tidak bisa diam tersebut. Ayahnya menganggap Brad selalu
mencari perhatian orang lain dan tidak bisa mengontrol dirinya, sehingga hal
tersebut membuat Ayahnya merasa tidak nyaman jika bersama dengan Brad.

Suatu hari, ibunya membawa Brad ke seorang dokter, isana Brad


berkonsultasi dan dokter tersebut menyimpulkan bahwa gejala-gejala yang
ditunjukkan oleh Brad merupakan cerminan penolakan terhadap perceraian kedua
orang tuanya. Dokter tersebut mengatakan perilaku Brad sama sekali tidak bisa
diterima. Dokter pun memberinya obat, namun obat tersebut tidak memberikan efek
apapun. Hal ini mendorong ibu Brad terus mencari informasi dan akhirnya ibunya
menemukan jawaban dari permasalahan anaknya dari salah satu buku yang
memberitahunya bahwa gejala-gejala yang dialami Brad merupakan gejala dari
gangguan Sindrom Tourette yang dimana gangguan ini tidak ada obat untuk
menyembuhkannya.

IV. Aspek Kecerdasan

Meskipun memiliki keterbatasan, Brad memiliki kecerdasan yang baik


dalam bidang akademik. Gangguannya tersebut tidak menjadi penghalang baginya
untuk bisa berprestasi sama dengan anak normal lainnya. Namun Brad mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi, hal itu disebabkan karena gejala-gejalanya yang
sering muncul sangat mengganggunya ketika belajar. Setelah lulus dari SMA, Brad
memutuskan untuk berkuliah di Bradley University, Illinois dan lulus dengan
predikat cumlaude. Pada lamaran pekerjaan yang ke 25, Brad diterima sebagai guru
disalah satu sekolah dasar. Tempat itu bernama Mountain View Elementary School,
Atlanta.

Karena metodenya yang cerdas dalam mengajar, Brad bisa menciptakan


suasana belajar yang menyenangkan dan hal itu mengantarkan Brad memenangkan
Sallie Mae First Class Teacher of the Year dan menjadikan dirinya sebagai teladan
bagi guru-guru lainnya. Aspek kecerdasannya tidak perlu diragukan lagi, bahkan
gangguannya tidak menjadi hambatan baginya untuk berkarya.
V. Aspek Emosi

Berdasarkan film tersebut, penyakit yang diderita oleh Brad Cohen yaitu
Sindrom Tourette, dimana dia selalu mengucapkan kata-kata atau gerakan motorik
yang tidak dapat dikontrol. Tourettenya akan muncul secara berlebihan apabila
Brad berada dalam keadaan penuh tekanan, seperti stress, khawatir atau cemas,
gugup, takut, marah, kesal, atau bahkan ketika merasa kecewa. Salah satunya ketika
Brad kecil mengikuti ujian sekolah, dia mengetahui dan paham jika dirinya akan
mengeluarkan suara-suara aneh dan bisa mengganggu teman-temannya, dia merasa
cemas dengan hal itu, sampai akhirnya dia mengikuti ujian, dan Sindrom
Tourettenya muncul secara berlebihan baik itu gerakan maupun suaranya.

Kemudian ketika dia merasa sedih dan kecewa pada saat mengikuti
beberapa wawancara menjadi seorang guru, namun ia tidak lolos karena
gangguannya tersebut. Mereka tidak percaya bahwa Brad mampu menjadi seorang
guru yang baik, saat itu dia benar-benar merasa kecewa karena suara aneh dan
gerakannya itu tidak dapat di kontrol. Namun ketika dia merasa bahagia dan
nyaman, Brad menjadi lebih tenang dan tidak banyak mengeluarkan suara aneh
ataupun gerakan-gerakan lainnya.

Terlihat ketika Brad merasa bahagia karena akhirnya diterima untuk


menjadi seorang guru di salah satu sekolah, dan juga ketika dia diterima dengan
baik oleh wanita yang disukainya, meskipun Brad mengatakan dengan jujur
mengenai Sindrom Tourettenya, dia merasa sangat bahagia karena Nancy
menerima Brad apa adanya. Jadi Brad akan lebih tenang jika dia sedang dalam
kondisi emosi yang baik nyaman, ketika sebaliknya maka suara maupun gerakan-
gerakan pada tubuhnya tidak dapat dia kendalikan dan pada akhirnya dia akan
memperburuk suasana.

VI. Aspek Motivasi

Kenyataan bahwa Brad menderita Sindrom Tourette tidak membuatnya


merasa bahwa dia akan gagal dalam mencapai apa yang dia inginkan. Dia tetap
bekerja keras dan pantang menyerah meski sering dikucilkan, ditolak dan
diremehkan. Berdasarkan hasil observasi, kami menemukan salah satu faktor besar
yang membuat Brad sangat termotivasi untuk berjuang menjadi seorang guru, yaitu
sosok Ayahnya. Sejak awal, Ayah Brad terlihat bersikap egois kepadanya dengan
alasan Ayahnya merasa terganggu dengan penyakit yang diderita oleh Brad,
sehingga Ayahnya selalu memarahinya ketika Brad mulai memunculkan gejala-
gejala aneh dari penyakitnya tersebut karena jengkel.

Sikap Ayahnya tersebut bukan membuatnya menjadi terpuruk, namun Brad


menjadi sangat bertekad untuk mewujudkan cita-citanya. Dia ingin menunjukkan
kepada Ayahnya bahwa penyakit yang selama ini dibenci oleh Ayahnya tidak
menjadi penghalang baginya. Brad juga ingin menunjukkan bahwa bukan berarti
seseorang yang menderita penyakit Sindrom Tourette tidak memiliki harapan dalam
hidup. Brad membuktikannya dengan seluruh kemampuan yang dia miliki tanpa
menutup-nutupi penyakitnya tersebut, bahkan saking besarnya motivasi yang Brad
miliki untuk mencapai tujuannya, Brad sama sekali tidak terganggu dengan segala
tantangan yang dia hadapi selama perjuangannya untuk menjadi seorang guru.

VII. Aspek Relasi Sosial

Brad memiliki relasi yang kurang baik dengan ayahnya , hal itu disebabkan
karena Ayahnya tidak bisa menerima keadaan Brad yang memiliki gangguan
sehingga hal itu membuatnya merasa jengkel kepada Brad. Ketika di sekolah dasar
pun Brad memiliki relasi yang buruk dengan teman-temannya. Brad kerap
menerima perlakuan buruk dari mereka, bahkan gurunya sendiri pun merasa jengkel
kepada Brad karena perilakunya yang membuat orang lain terganggu, sehingga
Brad pun terpaksa dikeluarkan dari sekolahnya karena dinilai mengganggu kegiatan
belajar di kelas. Sampai pada akhirnya Brad pun pindah kesekolah yang baru,
namun keadaannya tetap sama, Brad sama sekali tidak memiliki relasi sosial yang
baik dengan teman-temannya akibat gangguan Sindrom Tourettenya.

Ketika sudah dewasa dan mulai melamar pekerjaan kesana-kemari akhirnya


relasi sosial Brad perlahan-lahan membaik. Brad mulai terbiasa untuk mengontrol
emosinya untuk mengantisipasi gejala-gejala yang akan muncul dari gangguannya
tersebut dan dia menjadi lebih terbuka terhadap orang lain mengenai gangguannya.
Sehingga orang-orang disekitarnya dapat memahami keadaan Brad. Kemudian
Brad pun memiliki relasi sosial yang baik dengan pasangannya yang bernama
Nancy yang dia temui dimedia sosial, dan pada akhirnya mereka bertemu dan
Nancy bisa mencintai Brad dan menerima Brad apa adanya.

Karena pada dasarnya Brad memiliki kepribadian yang baik, gangguannya


tersebut tidak menjadi masalah bagi pasangannya termasuk orang-orang
disekitarnya ketika telah dewasa, karena dirinya yang telah terbiasa untuk tetap
menjaga emosinya dalam keadaan yang stabil sehingga hal itu tidak memicu gejala-
gejala yang biasanya sering muncul. Pada akhirnya relasi Brad pun membaik
dengan Ayahnya berkat keberhasilannya dalam mencapai cita-citanya untuk
menjadi seorang guru. Ayahnya menjadi sadar bahwa seharusnya dia mendukung
dan menemani anaknya, bukan menghindar dan menolak keberadaan Brad
disekitarnya.
BAB III

TEORI
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

Ganggan ini menggangg ada asek relasi

II. Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/712/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_%20Daf
tar%20Pustaka.pdf (diakses pada tanggal 26 Oktober 2019)

https://www.academia.edu/37888651/Tugas_Asesmen_Klinis_Analisa_Kasus_Co
mpulsions_ (diakses pada tanggal 26 Oktober 2019)

https://www.academia.edu/19702463/Analisis_Film_Fornt_of_The_Class_Denga
n_Teori_Psikologi_Pendidikan (diakses pada tanggal 26 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai