Anda di halaman 1dari 45

BUPATI KUANTANSINGINGI

PROVINSI RIAU

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI


NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KUANTAN SINGINGI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kelola


pemerintahan yang baik dan meningkatkan pelayanan
publik maka perlu pengaturan tentang Badan
Permusyawaratan Desa;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 152
Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 4
Tahun 2017 Tentang Penataan dan Pemerintahan Desa
perlu disusun pedoman teknis Badan Permusyawaratan
Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Kabupaten Pelalawan,Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten
Kuantan Singingi dan Kota Batam (lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 181, tambahan Lembaran Negara
Nomor 3902), sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Pelalawan,Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten

1
Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880) ;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
157);

2
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016
tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 89);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 4
Tahun 2017 tentang Penataan dan Pemerintahan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun
2017 Nomor: 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kuantan Singingi Nomor 47);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI TENTANG BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

1. Daerah adalah Kabupaten Kuantan Singingi.


2. Bupati adalah Bupati Kuantan Singingi.
3. Camat adalah Camat di Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan
pemimpin dan koordinator penyelenggaraan Pemerintahan di wilayah kerja
Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan Pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan
otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum Pemerintahan.
4. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

3
7. Kepala Desa adalah Kepala Desa di Kabupaten Kuantan Singingi yang
mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan
rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan desa yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
9. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
10. Pengisian keanggotaan BPD adalah proses, tata cara dan tahapan dalam
mengisi keanggotaan BPD secara demokratismelalui proses pemilihan
langsung atau musyawarah perwakilan.
11. Pemilihan secara musyawarah perwakilan adalah pengisian Anggota BPD
secara musyawarah untuk mendapatkan kata mufakat yang dipimpin oleh
Ketua Panitia Pengisian BPD dengan dihadiri oleh minimal 2 (dua) orang
dari masing-masing Dusun dari unsur Ketua RW, Pemangku Adat, Pemuka
Agama, Perempuan, Pemuda, Tokoh Masyarakat dan unsur Profesi serta
unsur lainnya yang dipandang perlu.
12. Pemilihan langsung adalah pengisian Anggota BPD dengan pemungutan
suara oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih.
13. Panitia pengisian anggota BPD adalah panitia yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa untuk
menyelenggarakan proses pengisian Anggota BPD.
14. Pengawasan kinerja Kepala Desa adalah proses monitoring dan evaluasi
BPD terhadap pelaksanaan tugas Kepala Desa.
15. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang selanjutnya
disingkat LKPPD atau yang disebut dengan nama lain adalah laporan
Kepala Desa kepada BPD atas capaian pelaksanaan tugas Kepala Desa
dalam satu tahun anggaran.
16. Dusun adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan
kerja Pemerintah Desa.
17. Calon anggota BPD adalah bakal calon BPD yang telah ditetapkan oleh
Panitia pengisian anggota BPD sebagai calon yang berhak dipilih menjadi
anggota BPD.

4
18. Calon anggota BPD terpilih adalah calon anggota BPD hasil musyawarah
berdasarkan mufakat dan atau yang memperoleh suara terbanyak
berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.
19. Pemilih adalah unsur masyarakat yang merupakan penduduk desa yang
bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak
pilih dalam pemilihan BPD.
20. Daftar Pemilih Sementara adalah unsur mayarakat dari daftar pemilih yang
disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir
yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta
ditambah dengan pemilih baru.
21. Daftar Pemilih Tambahan adalah unsur masyarakat dari daftar pemilih
yang disusun berdasarkan usulan dari unsur masyarakat melalui
musyawarah karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar
Pemilih Sementara.
22. Daftar Pemilih Tetap adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pengisian BPD sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pengisian anggota BPD.
23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
24. Hari adalah hari kerja.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2

Maksud disusunnya Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan kepastian


hukum terhadap BPD sebagai lembaga di Desa yang melaksanakan fungsi
Pemerintahan Desa.
Pasal 3

Tujuan Pengaturan BPD dalam Peraturan Bupati ini untuk :


a. mempertegas peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. mendorong BPD agar mampu menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat Desa;
c. mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di
Desa; dan

5
d. mewujudkan terciptanya proses pengisian keanggotaan BPD yang
Sistematis, Prosedural, terbuka dan dapat dipertangungjawabkan.

Pasal 4

Ruang Lingkup Peraturan Bupati ini meliputi:


a. keanggotaan dan kelembagaan BPD;
b. fungsi dan tugas BPD
c. hak, kewajiban, kewenangan dan larangan BPD;
d. peraturan tata tertib BPD;
e. pembinaan dan pengawasan; dan
f. pendanaan.

BAB III
KEANGGOTAAN DAN KELEMBAGAAN BPD
Bagian Kesatu
Pengisian Keanggotaan BPD
Paragraf I
Umum
Pasal 5

(1) BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.


(2) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya
dilakukan secara demokratis melalui proses musyawarah perwakilan atau
pemilihan langsung.
(3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dipilih untuk
masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.
(4) proses pengisian keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Kepala Desa melalui musyawarah.
(5) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji.
(6) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal (ganjil), paling
sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan
memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan
Keuangan Desa.

6
(7) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah wilayah pemilihan
dalam desa yang disebut dengan dusun.
(8) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah jumlah anggota
BPD yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk Desa dengan
menggunakan data yang bersumber dari Buku Administrasi Penduduk
pada masing-masing Desa.
(9) Jumlah anggota BPD berdasarkan jumlah penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) ditetapkan berdasarkan ketentuan :
a. Jumlah penduduk sampai dengan 1.500 jiwa, 5 orang anggota;
b. Jumlah penduduk sampai dengan 1.501 jiwa sampai dengan 2.500
jiwa, 7 orang anggota;
c. Jumlah penduduk lebih dari 2.501 jiwa, 9 orang anggota;
(10) Kemampuan Keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah
jumlah anggota BPD yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan jumlah
pendapatan Desa yang tercantum dalam APB Desa yang bersumber dari
Alokasi Dana Desa tahun anggaran pada saat penentuan kuota anggota
BPD.

Pasal 6

(1) Pengisian anggota BPD berdasarkan ketewakilan wilayah sebagaimana


dimaksud pada pasal 5 ayat (2) dilakukan untuk pengisian calon anggota
BPD dari unsur wakil dusun yang ada di desa yang bersangkutan.
(2) Unsur wakil Dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
masyarakat desa dari dusun yang berada dalam desa yang telah
ditetapkan memiliki wakil dengan jumlah tertentu dalam keanggotaan
BPD.
(3) Jumlah wakil dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
secara proporsional setelah dikurangi keterwakilan perempuan dengan
memperhatikan jumlah pendudukmelalui musyawarah mufakat yang
dihadiri oleh unsur Pemerintah Desa, unsur masyarakat yang terdiri dari
unsur Ketua RW, pemangku adat, pemuka agama, perempuan, pemuda,
tokoh masyarakat dan unsur profesional serta Masyarakat lainnya yang
dipandang perlu.
(4) Jumlah peserta musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dihadiri oleh minimal 2 (dua) orang masing-masing unsur dari masing-
masing dusun.

7
Pasal 7

(1) Keterwakilan perempuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5ayat (2)


adalah anggota BPD yang merupakan perwakilan dari unsur perempuan.
(2) Jumlah wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
1 (satu) orang sebagai anggota BPD.
(3) Wakil perempuan yang akan dipilih menjadi anggota BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat calon anggota BPD dan
merupakan unsur organisasi perempuan atau tokoh perempuan yang
memiliki kemampuan dalam menyuarakan dan memperjuangkan
kepentingan perempuan.
(4) Pemilihan unsur wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh unsur atau perempuan warga desa yang memiliki hak pilih.
(5) Unsur perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri : unsur
PKK, unsur Posyandu, unsur Karang Taruna, unsur KPMD, unsur tokoh
Agama, unsur tokoh pendidikan, unsur kelompok tani, unsur kelompok
seni dan budaya.

Paragraf II
Persyaratan Calon Anggota BPD
Pasal 8

Persyaratan calon anggota BPD adalah:


a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. bertempat tinggal diwilayah pemilihan;
d. berkelakuan baik;
e. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah;
f. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat;
g. sehat jasmani dan rohani;
h. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;
i. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD; dan
j. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis.

8
k. tidak sedang menjalankan pidana penjara ; dan
l. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara
dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan
berulang-ulang.

Pasal 9

Ketentuan berusia paling rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf


(e), dibuktikan dengan Akta Kelahiran, kartu tanda penduduk atau kartu
keluarga .

Pasal 10

(1) Pengertian Sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf f dibuktikan dengan ijazah paling rendah
dari :
a. Sekolah Menengah Pertama (SMP);
b. Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP)
c. Sekolah Teknik (ST)
d. Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP)
e. Madrasah Tsanawiyah;
f. Kejar Paket B.
g. Lain-lain Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal yang diakui
dan terdaftar di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementerian Agama Republik Indonesia.
(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus Berijazah Negeri. Jika
swasta harus dengan ujian persamaan Negeri, tidak berlaku surat
pernyataan pernah mengikuti pendidikan pada semua tingkatan tanpa
bukti dengan Ijazah atau STTB;
(3) SaIinan Ijazah/STTB diIegalisir oIeh pejabat yang mempunyai
kewenangan, dengan melakukan verifikasi yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan dari Instansi/Dinas terkait sebagai dasar Legalisir yang
selanjutnya menjadi lampiran pada persyaratan Calon anggota BPD;

9
(4) Bagi Sekolah Swasta sebagaimana ketentuan ayat (3) maka ijazahnya
harus dipersamakan dengan sekolah Negeri atau Kementerian Agama jika
berasal dari Sekolah Agama.
(5) Ketentuan Legalisir sebagaimana ayat (3) dan (4) adalah sebagai berikut :
1. Ketentuan Legalisir Ijazah/STTB dan Surat Keterangan Pengganti
Ijazah Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Negeri/swasta
dengan memperhatikan Ijazah/STTB Asli dan Surat Keterangan
Pengganti Ijazah/STTB Asli adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan Legalisir Ijazah/STTB dan Surat Keterangan Pengganti
Ijazah Jenjang Pendidikan Menengah dilakukan oleh Kepala
Satuan Pendidikan yang mengeluarkan Ijazah/STTB yang
bersangkutan;
b. Pengesahan Fotocopi Ijazah/ STTB (Legalisir Ijazah) dan Surat
Keterangan Pengganti Ijazah yang dikeluarkan oleh Satuan
Pendidikan yang sudah berganti nama dilakukan oleh Kepala
Satuan Pendidikan sesuai nomenklatur baru;
c. Pengesahan Fotocopi Ijazah/STTB (Legalisir Ijazah) dan Surat
Keterangan Pengganti Ijazah/STTB yang dikeluarkan oleh
Satuan Pendidikan yang sudah tidak beroperasi atau ditutup
dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.

2. Bagi Bakal Calon anggota BPD yang mengikuti Pendidikan Non


Formal Kejar Paket B dan C sebagai bukti persyaratan dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang dengan melakukan verifikasi sesuai dengan
fakta dan data atau dokumen aslinya dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. untuk tahun 2017 Pengesahan Fotocopy Ijazah/STTB, Surat
Keterangan Pengganti yang berpenghargaan sama dengan
Ijazah/ STTB dilakukan oleh Kepala Satuan Pendidikan yang
mengeluarkan Ijazah/ STTB dalam hal ini adalah Ketua Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Kepala Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) dan diketahui oleh dinas pendidikan
setempat;
b. Untuk Ijazah/STTB Tahun 2016 dan sebelumnya dilakukan oleh
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota;

10
c. Jika Satuan Pendidikan sudah Tidak beroperasi atau ditutup,
Pengesahan Photocopy Ijazah/ STTB dilakukan oleh Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
3. Ketentuan Legalisir Ijazah Jenjang Perguruan Tinggi.
a. Pengesahan Photocopy Ijazah/Sertifikat Profesi atau Fotochopi
Surat Keterangan Pengganti Ijazah/Sertifikat Profesi dilakukan
oleh Perguruan Tinggi yang menerbitkan Ijazah/Sertifikat
Profesi;
b. Pengesahan Photocopy Ijazah/Sertifikat Profesi atau Fhotochopi
Surat Keterangan Pengganti Ijazah/Sertifikat Profesi
sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh :
(a) Dekan pada Universitas atau Institut;
(b) Pembantu/Wakil Ketua yang membidangi Akademik pada
Sekolah Tinggi.
(c) Pembantu/ Wakil Direktur yang membidangi Akademik
pada Politeknik, Akademi, dan Akademi Komunitas.
c. Apabila Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada huruf a
tidak beroperasi atau ditutup, pengesahan photocopy
Ijazah/Sertifikat Profesi dilakukan oleh :
(a) Direktur Jendral Pendidikan Tinggi untuk Perguruan Tinggi
Negeri; dan
(b) Koordinator Kopertis untuk Perguruan Tinggi Swasta.
d. Pengesahan Fotocopi Ijazah atau Photocopi Surat Keterangan
Pengganti Ijazah yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka
dilakukan oleh Dekan Fakultas atau Pembantu Dekan
Akademik, Kepala Unit Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) pada
Universitas Terbuka.
e. Apabila Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Kementrian
lain/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Lain (LPNK) tidak
beroperasi atau ditutup, pengesahan photocopy Ijazah/Sertifikat
Profesi dilakukan oleh Kementrian Lain/ LPNK yang
bersangkutan.
(6) Bagi Ijazah/STTB SLTP/SLTA yang rusak harus diketahui dan dibuat
Surat Keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau
Pejabat yang berwenang di Departemen Agama Kabupaten/Kota bagi
Ijazah/STTB yang berasal dari lingkungan Kementrian Agama, kemudian
Surat Keterangan tersebut di fotocopy dan di legalisir sesuai dengan

11
ketentuan. Yang selanjutnya Ijazah/STTB yang rusak tersebut menjadi
satu kesatuan dengan surat keterangan;
(7) Bagi Ijazah/STTB yang hilang, berdasarkan laporan kehilangan dari
Kepolisian harus dibuatkan pengganti Ijazah dari Kepala Sekolah yang
bersangkutan dan diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat
atau Pejabat yang berwenang di Kementrian Agama Kabupaten/Kota bagi
Ijazah/STTB yang berasal dari lingkungan Kementerian Agama;
(8) Surat keterangan rusak dan hilang sesuai ayat (6) dan (7) wajib
mencantumkan nama, tanggal lahir, tempat lahir, nama orang tua, nomor
induk siswa, tahun lulus, nomor Ijazah/STTB, nama sekolah, nilai
Ijazah/STTB dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan
serta diketahui KepaIa Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di wilayah
sekolah tersebut atau diketahui Pejabat yang berwenang di Kementrian
Agama Kabupaten/Kota bagi Ijazah/STTB yang berasal dari lingkungan
Departemen Agama;
(9) Kesalahan nama, tanggal, bulan dan tahun kelahiran dalam Ijazah/STTB
harus dibuatkan surat keterangan dari KepaIa Sekolah yang
bersangkutan serta diketehui KepaIa Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
di wilayah sekolah tersebut atau diketahui Pejabat yang berwenang di
Kementerian Agama Kabupaten/Kota bagi Ijazah/STTB yang berasal dari
lingkungan Kementrian Agama;

Paragraf III
Panitia Pengisian Kenggotaan BPD
Pasal 11

(1) Camat atas nama Bupati menyampaikan pemberitahuan mengenai akan


berakhirnya masa keanggotaan BPD di wilayahnya paling lambat 6 (enam)
bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
(2) Paling lambat 3 (tiga) hari setelah pemberitahuan akan berakhirnya masa
keanggotaan BPD oleh Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa mengadakan musyawarah desa untuk menetapakan :
a. pembentukan panitia pengisian keanggotaan BPD yang ditetapkan
dengan keputusan Kepala Desa.
b. Jumlah Anggota BPD, Keterwakilan Perempuan, Keterwakilan wilayah
masing-masing Dusun.
c. Jumlah anggota BPD perdusun sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah jumlah anggota BPD dikurangi 1 (satu) orang wakil perempuan

12
sebagai anggota BPD dengan memperhatikan jumlah penduduk pada
dusun dalam desa.
d. Proses pengisian anggota BPD melalui proses musyawarah perwakilan
atau proses pemilihan langsung.
e. Peserta musyawarah atau jumlah pemilih dari unsur masyarakat yang
mewakili wilayah dusun dan unsur perempuan yang mempunyai hak
pilih.
(3) Panitia pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas unsur perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya
dengan jumlah anggota dan komposisi yang proporsional.
(4) Susunan panitia pengisian anggota BPD sebagaimana ayat (3) adalah
sebagai berikut :
a. 1 (Satu) orang ketua;
b. 1 (Satu) orang wakil ketua;
c. 1 (Satu) orang sekretaris;
(5) Jika dipandang perlu panitia pengisian anggota BPD dapat ditambah
beberapa anggota 2 (dua) orang atau 4 (empat) orang.
(6) Panitia pengisian anggota BPD tidak dapat dicalonkan sebagai anggota
BPD.
(7) Apabila jumlah wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih sedikit
dari jumlah anggota BPD yang ditetapkan, wilayah yang memiliki jumlah
penduduk lebih banyak dapat diwakili anggota BPD melebihi jumlah
anggota dusun lainnya dengan memperhatikan keterwakilan unsur
masyarakat.

Pasal 12

(1) Panitia Pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat
(2) huruf a harus mempunyai integritas yang tinggi, jujur dan bertindak
tegas dalam melaksanakan tugas serta dilarang memihak kepada salah
seorang Calon Anggota BPD.
(2) Panitia Pengisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat
mengundurkan diri kecuali dengan alasan:
a. berhalangan tetap atau sakit menahun yang mengakibatkan tidak
dapat melaksanakan sebagian atau keseluruhan tugas dalam proses
tahapan Pengisan anggota BPD dengan dibuktikan dengan Surat
Keterangan Tertulis dari Pejabat yang berwenang;

13
b. alasan lainnya yang dapat diterima yang mengakibatkan proses dan
tahapan pengisian keanggotaan BPD tidak dapat berjalan seperti
pindah domisili, tugas yang tidak dapat ditinggalkan dan
permasalahan hukum.
(3) Panitia Pengisian yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), keanggotaannya dalam Panitia Pengisian digantikan oleh unsur
anggota yang mengundurkan diri atau berhalangan yang ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 13

Panitia pengisian sebagaimana dimaksud pada Pasal 11ayat (2) huruf a


mempunyai tugas :
a. membuat dan menetapkan rencana kegiatan;
b. menetapkan tata tertib musyawarah atau pemilihan langsung pengisian
anggota BPD tingkat desa;
c. melaksanakan sosialisasi tentang akan dilaksanakannya musyawarah
pemilihan;
d. menerima pendaftaran bakal calon anggota BPD;
e. melakukan penelitian persyaratan bakal calon;
f. mengumumkan calon anggota yang akan dipilih;
g. menyelenggarakan musyawarah pemilihan atau pemilihan langsung
anggota BPD;
h. membuat berita acara hasil musyawarah atau pemilihan langsung yang
terdiri dari :
1. calon anggota BPD terpilih;
2. daftar urut bakal calon anggota BPD yang tidak terpilih perdusun;
i. menyampaikan berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf h kepada
kepala desa dan salinannya disampaikan kepada camat.

Pasal 14

Panitia Pengisian dapat membuat tata tertib pengisian Anggota BPD sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini.

14
Paragraf IV
Musyawarah Perwakilan
Pasal 15

(1) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui


proses musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat
(2), calon anggota BPD dipilih melalui proses musyawarah perwakilan oleh
unsur wakil masyarakat yang mempunyai hak pilih.
(2) Panitia Pengisian melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon
anggota BPD dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum masa
keanggotaan BPD berakhir.
(3) Pengisian Calon Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
(4) Unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan hasil musyawarah di desa dan harus terdaftar
sebagai pemilih.

Pasal 16

(1) Penjaringan dilaksanakan oleh Panitia Pengisian anggota BPD melalui


pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon Anggota BPD.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui
surat pemberitahuan kepada Kepala Dusun dan paling sedikit memuat:
a. Waktu pendaftaran
b. Persyaratan Calon Anggota BPD
c. Jumlah Anggota BPD yang akan diisi dan jumlah wakil BPD yang akan
mewakili dusun berdasarkan keterwakilan unsur masyarakat.
d. Mekanisme keterwakilan kewilayahan dan keterwakilan unsur
perempuan.
e. Informasi selain disampaikan melalui surat kepada Kepala Dusun,
wajib disampaikan melalui pengumuman terbuka di Balai Desa,
dan/atau di papan pengumuman Desa, di tempat-tempat strategis di
tiap wilayah Dusun, RW atau RT ataupun disosialisasikan melalui
berbagai forum yang ada di desa paling lama 7 (tujuh) hari setelah
terbentuknya Panitia Pengisian.
(3) Pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari setelah Panitia Pengisian

15
melaksanakan pengumuman melalui Kepala Dusun dimana Bakal Calon
berdomisili.
(4) Berdasarkan pemberitahuan dari Panitia Pengisian KeanggotaanBPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dusunmelaksanakan
musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD didusunnya masing-
masing paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Panitia Pengisian
melaksanakan pengumuman.
(5) Musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) untuk menetapkan usulan dari unsur :
a. keterwakilan wilayah; dan
b. keterwakilan perempuan.
(6) Musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD ditingkat dusun
dianggap sah apabila dihadiri setidaknya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
kepala keluarga diwilayah dusun yang bersangkutan.
(7) Kepala dusun mengajukan bakal calon anggota BPD dari unsur wilayah
dan unsur perempuan hasil musyawarah kepada panitia pengisian
anggota BPD dengan disertai persyaratan administrasi.
(8) Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tetap harus memenuhi
semua ketentuan yang berlaku.
(9) Hasil musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam Berita Acara dan disampaikan
kepada Panitia Pengisian Keanggotaan BPD di Desapaling lambat 7 (tujuh)
hari setelah pelaksanaan musyawarah.

Pasal 17

(1) Berdasarkan usulan bakal calon anggota BPD dari Kepala Dusun, Panitia
Pengisian Anggota BPD melakukan penyaringan paling lama 3 hari.
(2) Penyaringan Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kegiatan penelitian kelengkapan dan keabsahan berkas administrasi yang
dapat menghadirkan pihak-pihak terkait untuk menentukan keabsahan
dari persyaratan administrasi Bakal Calon.
(3) Penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
kegiatan mengelompokkan berkas adminitrasi menurut wilayah pemilihan
dan keterwakilan perempuan.
(4) Dalam hal setelah dilakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan
berkas administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bakal Calon
Anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai Calon Anggota

16
BPD dan Bakal Calon Anggota BPD yang tidak memenuhi syarat
dinyatakan gugur dengan keputusan Panitia Pengisian, dilaksanakan 1
(satu) hari sejak berakhirnya jangka waktu penelitian.
(5) Dalam hal hasil penyaringan bakal calon yang dilakukan oleh penitia
pengisian, tidak memenuhi jumlah yang ditetapkan maka panitia
pengisian meminta kepala dusun untuk menambah usulan bakal calon
dalam masa paling lama 3 (tiga) hari.
(6) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4)terdiri dari
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.
(7) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberitahukan
kepada Kepala Dusun dan yang bersangkutan sebagai pemberitahuan
serta diumumkan kepada masyarakat paling lama 7 (tujuh) hari.

Pasal 18

(1) Panitia Pengisian Anggota BPD melaksanakan musyawarah perwakilan


untuk melaksanakan kata mufakat yang dipimpin oleh ketua panitia
pengisian atau yang mewakili.
(2) Musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
memilih dan menetapkan anggota BPD dari unsur wilayah dan unsur
perempuan.
(3) Musyawarah pengisian Anggota BPD ditingkat Desa dianggap sah apabila
dihadiri oleh minimal 2/3 dari jumlah peserta musyawarah yang telah
ditetapkan dari masing-masing wilayah dan unsur perempuan.
(4) Musyawarah pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan
perempuan dilakukan oleh unsur perempuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b untuk memilih 1 (satu) orang perempuan sebagai
anggota BPD.
(5) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dilaksanakan 1 (satu) kali pada waktu dan tempat yang sama oleh panitia
pengisian anggota BPD.
(6) Jika dalam musyawarah tidak didapatkan kata mufakat, maka pengisian
anggota BPD dapat dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak
dengan mengacu pada ketentuan ayat (4) dan ayat (5).
(7) Tata cara pemilihan dengan pengambilan suara terbanyak ditetapkan
oleh panitia pengisian anggota BPD.
(8) Dalam pengambilan suara terbanyak calon anggota BPD mempunyai hak
suara.

17
(9) Dalam proses musyawarah pengisian anggota BPD ditingkat Desa dihadiri
oleh unsur kecamatan setempat.
(10) Hasil musyawarah perwakilan dituangkan dalam berita acara penetapan
yang ditandatangani oleh Panitia Pengisian anggota BPD, Kepala Dusun,
perwakilan unsur masyarakat, perwakilan unsur perempuan dan
diketahui oleh camat.

Paragraf V
Pemilihan Langsung
Pasal 19

(1) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui


proses pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2),
panitia pengisian menyelenggarakan pemilihan langsung calon anggota
BPD oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih yang sudah
ditetapkan jumlahnya.
(2) Pemilihan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
melakukan pemilihan Anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah
dan keterwakilan perempuan yang dilaksanakan sekaligus.
(3) Panitia Pengisian melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon
anggota BPD dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum masa
keanggotaan BPD berakhir.
(4) Pengisian Calon Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
(5) Pemilih adalah Unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil musyawarah di
desa dan harus terdaftar sebagai pemilih.

Pasal 20

(1) Penjaringan sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat (3) dilaksanakan


oleh Panitia Pengisian anggota BPD melalui pengumuman dan
pendaftaran Bakal Calon Anggota BPD.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. Waktu pendaftaran
b. Persyaratan Calon Anggota BPD

18
c. Jumlah Anggota BPD yang akan diisi dan jumlah wakil BPD yang akan
mewakili dusun berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan
perempuan.
d. Mekanisme keterwakilan kewilayahan dan keterwakilan unsur
perempuan.
e. Informasi selain disampaikan melalui surat wajib disampaikan melalui
pengumuman terbuka di Balai Desa, dan/atau di papan pengumuman
Desa, di tempat-tempat strategis di tiap wilayah Dusun, RW atau RT
ataupun disosialisasikan melalui berbagai forum yang ada di desa
paling lama 7 (tujuh) hari setelah terbentuknya Panitia Pengisian.
(3) Pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah Panitia Pengisian
melaksanakan pengumuman.
(4) Pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan kepada panitia pengisian anggota BPD terbagi atas :
a. keterwakilan wilayah; dan
b. keterwakilan perempuan.
(5) Dalam hal tidak ada pendaftar atau jumlah pendaftar tidak memenuhi
kuota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b maka Panitia
Pengisian memperpanjang waktu pendaftaran selama 2 (dua) hari.
(6) Dalam hal tidak ada pendaftar atau jumlah pendaftar tidak memenuhi
kuota setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), maka panitia pengisian meminta kepala dusun untuk
menambah usulan bakal calon dalam masa paling lama 1 (satu) hari.

Pasal 21

(1) Penyaringan sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat (3) dilakukan


setelah selesainya jangka waktu pendaftaran Bakal Calon yang
dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari.
(2) Penyaringan Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kegiatan penelitian kelengkapan dan keabsahan berkas administrasi yang
dapat menghadirkan pihak-pihak terkait untuk menentukan keabsahan
dari persyaratan administrasi Bakal Calon.
(3) Penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
kegiatan mengelompokkan berkas adminitrasi menurut wilayah pemilihan
dan keterwakilan perempuan.

19
(4) Dalam hal setelah dilakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan
berkas administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bakal Calon
Anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai Calon Anggota
BPD dan Bakal Calon Anggota BPD yang tidak memenuhi syarat
dinyatakan gugur dengan keputusan Panitia Pengisian dilaksanakan 1
(satu) hari sejak berakhirnya jangka waktu penelitian.
(5) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.
(6) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberitahukan
kepada Kepala Dusun dan yang bersangkutan sebagai pemberitahuan
serta diumumkan kepada masyarakat paling lama 7 (tujuh) hari.

Pasal 22

(1) Bakal Calon anggota BPD yang ditetapkan sebagai Calon dengan
Keputusan Panitia Pengisian sebagaimana dimaksud pada pasal 21 ayat
(4), merupakan Calon yang akan dipilih oleh pemilih berdasarkan
keterwakilan wilayah dan pemilih dari unsur perempuan untuk
keterwakilan perempuan.
(2) Dalam hal pemilihan untuk keterwakilan wilayah,pemilih Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)merupakan warga dusun dalam desa yang
mewakili dusun yang bersangkutan untuk memilih calon anggota BPD
dari dusun tempat tinggal pemilih.
(3) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya memiliki hak suara
untuk memilih wakil dari dusun tempat tinggalnya.
(4) Dalam hal pemilihan untuk keterwakilan perempuan, pemilih
Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan warga desa yang
bersangkutan dari unsur perempuan yang memiliki hak pilih.
(5) Panitia pengisian menetapkan jadwal pemungutan suara pemilihan BPD
mengacu pada ketentuan yang berlaku.
(6) Panitia pengisian mengumumkan secara lisan atau tulisan jadwal
pemungutan suara pemilihan BPD di tempat yang strategis didesa untuk
diketahui oleh masyarakat.
(7) Pemungutan suara dilakukan dengan memberikan suara melalui surat
suara yang berisi nomor, foto, dan nama calon atau berdasarkan
kebiasaan masyarakat desa setempat.

20
(8) Untuk memudahkan proses pemilihan dan penghitungan suara,surat
suara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dicetak berdasarkan
keterwakilan dusun dan keterwakilan perempuan.
(9) Pemberian suara untuk pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
dilakukan dengan mencoblos salah satu calon dalam surat suara.
(10) Tata cara pemilihan lebih lanjut ditetapkan oleh Panitia Pengisian anggota
BPD.
(11) Calon anggota BPD terpilih adalah calon anggota BPD dengan suara
terbanyak.
(12) Dalam hal suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (11) calon
anggota BPD yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang,
maka calon anggota BPD terpilih ditentukan berdasarkan pertimbangan
pendidikan tertinggi dan usia termuda.
(13) Hasil pemilihan dituangkan dalam berita acara penetapan yang
ditandatangani oleh Panitia Pengisian anggota BPD, Kepala Dusun,
perwakilan unsur masyarakat, perwakilan unsur perempuan dan
diketahui oleh camat.

Paragraf VI
Peserta Musyawarah/ Pemilih
Pasal 23

(1) Unsur masyarakat sebagai Peserta Musyawarah/ Pemilih sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) dan Pasal 19ayat (5) harus memenuhi
syarat:
a. penduduk Desa yang pada hari musyawarah/ pemungutan suara pada
pemilihan langsung pengisian anggota BPD sudah berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan sebagai pemilih.
b. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
d. berdomisili di desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya Daftar Pemilih Sementara yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk atau surat keterangan penduduk.
(2) Peserta Musyawarah/ Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih
ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak dapat menggunakan hak musyawarah/ memilih.

21
Pasal 24

(1) Daftar pemilih dimutakhirkan dan divalidasi sesuai data penduduk di


desa.
(2) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan karena:
a. memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari dan tanggal
pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun;
b. belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah;
c. telah meninggal dunia;
d. pindah domisili ke desa lain; atau
e. belum terdaftar.
(3) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia
Pengisiananggota BPD menyusun dan menetapkan Daftar Pemilih
Sementara.

Pasal 25

(1) Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat


(3),diumumkan oleh panitia pengisian pada tempat yang mudah diakses
masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama
3 (tiga) hari.

Pasal 26

(1) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan
mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.
(2) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau
anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 tahun; atau
d. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diterima, panitia pengisian segera mengadakan perbaikan
Daftar Pemilih Sementara.

22
Pasal 27

(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia
Pengisian melalui pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan.
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari.

Pasal 28

(1) Daftar Pemilih Tambahan diumumkan oleh Panitia Pengisian pada


tempatyang mudah diakses oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman Daftar Pemilih Tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari terhitung sejak
berakhirnya jangka waktu penyusunan tambahan.

Pasal 29

Panitia Pengisian menetapkan dan mengumumkan Daftar Pemilih Sementara


yang sudah diperbaiki dan Daftar Pemilih Tambahan sebagai Daftar Pemilih
Tetap.

Pasal 30

(1) Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, diumumkan
di tempat yang strategis di Desa untuk diketahui oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), selama 3 (tiga) hari terhitung sejak berakhirnya jangka
waktu penyusunan Daftar Pemilih Tetap.

Pasal 31

Untuk keperluan pemungutan suara di TPS, Panitia Pengisian menyusun


salinan Daftar Pemilih Tetap untuk TPS.

23
Pasal 32

Rekapitulasi jumlah pemilih tetap, digunakan sebagai bahan penyusunan


kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan pemilihan.

Pasal 33
Daftar Pemilih Tetap yang sudah disahkan oleh panitia pengisian tidak dapat
diubah, kecuali ada pemilih yang meninggal dunia, panitia pemilihan
membubuhkan catatan dalam Daftar Pemilih Tetap pada kolom keterangan
"meninggal dunia".

Paragraf VII
Penetapan dan Peresmian Anggota BPD
Pasal 34

Calon anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 10


dan Pasal22 ayat 13ditetapkan dengan Keputusan Panitia Pengisian tentang
Anggota BPD terpilih.

Pasal 35

(1) Anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud pada pasal 34disampaikan


oleh Panitia Pengisian kepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari
sejak calon anggota BPD terpilih ditetapkan panitia.
(2) Kepala Desa menyampaikan Anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari
sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia pengisian untuk
mendapatkan penetapan oleh Bupati.

Pasal 36

(1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan anggota
BPD dari Kepala Desa.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku
sejak tanggal pengucapan sumpah/janji anggota BPD.

24
(3) Pengucapan sumpah/janji anggota BPD dipandu oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk pada tanggal masa jabatan anggota BPD periode
sebelumnya berakhir di hadapan pejabat Pemerintah Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Desa, dan tokoh masyarakat.
(4) Apabila pelaksanaan pengucapan sumpah/janji Anggota BPD jatuh pada
hari libur, maka pengucapan sumpah/janji dilaksanakan pada hari kerja
berikutnya atau sehari sebelum hari libur.

Pasal 37

Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut:


”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-
baiknya, sejujur- jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat
dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara,
dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala
peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi
Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pasal 38

(1) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPDsebagaimana dimaksud


dalam Pasal 36 ayat (3),didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan
agamanyamasing-masing;
(2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimanadimaksud pada ayat (1),
anggota BPD yang beragama:
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah sayabersumpah”;
b. Kristen Protestan dan Kristen Katolik, diawali denganfrasa “Demi
Tuhan saya berjanji” dan diakhiridengan frasa “Semoga Tuhan
menolong saya”;
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Hyang AdiBudha”; dan
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om AtahParamawisesa”.
(3) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
dilanjutkan penandatangananberita acara pengucapan sumpah/janji.

25
Pasal 39

Anggota BPD yang telah melaksanakan sumpah dan janjisebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38ayat (3), mengikutipelatihan awal masa tugas yang
dilaksanakan olehPemerintah Kabupaten/Kota.

Paragraf VIII
Penyelesaian Konflik Dan Sengketa
Pasal 40

Konflik dan sengketa dari pelaksanaan pemilihan anggota BPD ini diselesaikan
melalui musyawarah mufakat.Apabila tidak tercapai kata mufakat maka
panitia pengisian anggota BPD dapat meminta fasilitasi Camat dan Pemerintah
Daerah.
Paragraf IX
Pembiayaan
Pasal 41

(1) Rencana Anggaran Biaya Pengisian BPD disusun oleh Panitia Pengisian.
(2) Biaya pengisian BPD dibebankan pada APBDesa dan/atau dapat berasal
dari swadaya masyarakat desa, bantuan pemerintah kabupaten dan dana
lainnya yang sah.
(3) Biaya pengisian BPD dipergunakan untuk :
a. administrasi;
b. penelitian syarat-syarat calon;
c. honorarium panitia, petugas, konsumsi dan rapat-rapat;
d. pelantikan;
e. dan lainnya yang dianggap perlu.

Bagian Kedua
Kelembagaan BPD
Pasal 42

(1) Kelembagaan BPD terdiri atas:


a. pimpinan; dan
b. bidang.

26
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan
c. 1 (satu) orang sekretaris.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bterdiri atas :
a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa danpembinaan
kemasyarakatan; dan
b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpinoleh ketua bidang;
(5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagaianggota BPD.

Pasal 43

Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPDdiangkat 1 (satu)


orang tenaga staf administrasi BPD.

Pasal 44

(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 43


ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota BPDsecara langsung dalam rapat
BPD yang diadakan secarakhusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidangsebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk pertama kalidipimpin oleh anggota tertua dan dibantu
oleh anggotatermuda.
(3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan paling
lambat 3 (tiga) hari terhitung sejaktanggal pengucapan sumpah/janji.
(4) Rapat pemilihan pimpinan dan atau ketua bidangberikutnya karena
pimpinan dan atau ketua bidangberhenti, dipimpin oleh ketua atau
pimpinan BPD lainnyaberdasarkan kesepakatan pimpinan BPD.

Pasal 45

(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 45 ayat


(1) yang terpilih, ditetapkan dengankeputusan BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mulai berlaku
setelah mendapatkan pengesahan Camatatas nama Bupati/Walikota.

27
BAB IV
FUNGSI DAN TUGAS BPD
Bagian Kesatu
Fungsi BPD
Pasal 46

BPD mempunyai fungsi:


a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Bagian Kedua
Tugas BPD
Pasal 47

BPD mempunyai tugas:


a. menggali aspirasi masyarakat;
b. menampung aspirasi masyarakat;
c. mengelola aspirasi masyarakat;
d. menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. menyelenggarakan musyawarah BPD;
f. menyelenggarakan musyawarah Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa
antarwaktu;
i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan
lembaga Desa lainnya; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

28
Paragraf 1
Penggalian Aspirasi Masyarakat
Pasal 48

(1) BPD melakukan penggalian aspirasi masyarakat.


(2) Penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
langsung kepada kelembagaan dan masyarakat Desa termasuk kelompok
masyarakat miskin, masyarakat berkebutuhan khusus, perempuan,
kelompok marjinal.
(3) Penggalian aspirasi dilaksanakan berdasarkan keputusan musyawarah
BPD yang dituangkan dalam agenda kerja BPD.
(4) Pelaksanaan penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan panduan kegiatan yang sekurang-kurangnya memuat
maksud, tujuan, sasaran, waktu dan uraian kegiatan.
(5) Hasil penggalian aspirasi masyarakat Desa disampaikan dalam
musyawarah BPD.

Paragraf 2
Menampung Aspirasi Masyarakat
Pasal 49

(1) Pelaksanaan kegiatan menampung aspirasi masyarakat dilakukan di


sekretariat BPD.
(2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1)diadministrasikan
dan disampaikan dalam musyawarahBPD.

Paragraf 3
Pengelolaan Aspirasi Masyarakat
Pasal 50

(1) BPD mengelola aspirasi masyarakat Desa melalui pengadministrasian dan


perumusan aspirasi.
(2) Pengadministrasian aspirasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
berdasarkan pembidangan yang meliputibidang pemerintahan,
pembangunan, pembinaankemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

29
(3) Perumusan aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan caramenganalisa dan merumuskanaspirasi masyarakat Desa
untuk disampaikan kepadaKepala Desa dalam rangka mewujudkan tata
kelolapenyelenggaraan pemerintahan yang baik dankesejahteraan
masyarakat Desa.

Paragraf 4
Penyaluran Aspirasi Masyarakat
Pasal 51

(1) BPD menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuklisan dan atau


tulisan.
(2) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sepertipenyampaian aspirasi masyarakat oleh
BPD dalam musyawarah BPD yang dihadiri Kepala Desa.
(3) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk tulisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sepertipenyampaian aspirasi melalui surat dalam
rangka penyampaian masukan bagi penyelenggaraanPemerintahan Desa,
permintaan keterangan kepadaKepala Desa, atau penyampaian rancangan
PeraturanDesa yang berasal dari usulan BPD.

Paragraf 5
Penyelenggaraan Musyawarah BPD
Pasal 52

(1) Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan keputusan


BPD terhadap hal-hal yangbersifat strategis.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti
musyawarah pembahasan danpenyepakatan rancangan Peraturan Desa,
evaluasilaporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
menetapkan peraturan tata tertib BPD, dan usulanpemberhentian
anggota BPD.
(3) BPD menyelenggarakan musyawarah BPD denganmekanisme, sebagai
berikut:
a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD;
b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadirioleh paling sedikit
2/3 (dua pertiga) dari jumlahanggota BPD;

30
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna
mencapai mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai,pengambilan keputusan
dilakukan dengan carapemungutan suara;
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan
sah apabila disetujui oleh palingsedikit ½ (satu perdua) ditambah 1
(satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan
f. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengankeputusan BPD dan
dilampiri notulen musyawarahyang dibuat oleh sekretaris BPD.

Paragraf 6
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Pasal 53
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh
Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratanyang diikuti oleh
BPD, Pemerintah Desa, dan unsurmasyarakat Desa untuk
memusyawarahkan hal yangbersifat strategis dalam penyelenggaraan
PemerintahanDesa.
(3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksudpada ayat (2) meliputi:
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.

(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(2) terdiri atas:


a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;

31
i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
j. perwakilan kelompok masyarakat tidak mapan.
(5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (4),
musyawarah Desa dapat melibatkanunsur masyarakat lain sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat.
(6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud padaayat (1) dibiayai dari
Anggaran Pendapatan danBelanja Desa;

Paragraf 7
Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
Pasal 54

(1) BPD membentuk pantia pemilihan Kepala Desa serentakdan panitia


pemilihan Kepala Desa antarwaktu.
(2) Pembentukan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan BPD.

Pasal 55

(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)terdiri dari


perangkat Desa dan unsur masyarakat.
(2) Jumlah anggota panitia disesuaikan dengan beban tugas dan
kemampuan pembiayaan.
(3) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertanggungjawab kepada
BPD.
(4) Dalam hal anggota panitia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban
dapat diberhentikan dengan keputusan BPD.

Pasal 56

(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat (1) melakukan


penjaringan dan penyaringan bakal calonKepala Desa antarwaktu.
(2) Penyaringan bakal calon Kepala Desa menjadi calon Kepala Desa, paling
sedikit 2 (dua) orang dan palingbanyak 3 (tiga) orang.

32
(3) Dalam hal jumlah bakal calon yang memenuhipersyaratan lebih dari 3
(tiga), panitia melakukan seleksitambahan dengan menggunakan kriteria
memilikipengetahuan mengenai Pemerintahan Desa, tingkatpendidikan,
usia dan persyaratan lain yang ditetapkanBupati.
(4) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua)
orang, panitia memperpanjang waktupendaftaran selama 7 (tujuh) hari.
(5) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetapkurang dari 2
(dua) setelah perpanjangan waktupendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), BPDmenunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
sampaidengan waktu yang ditetapkan kemudian.

Paragraf 8
Penyelenggaraan Musyawarah Desa Khusus Untuk
Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 57

(1) BPD menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untukpemilihan


Kepala Desa antarwaktu.
(2) Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengesahkancalon Kepala Desa yang diajukan panitia
serta memilihdan pengesahan calon Kepala Desa terpilih.
(3) Forum musyawarah Desa menyampaikan calon Kepala Desa terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)kepada panitia untuk disampaikan
kepada BPD.

Pasal 58

BPD menyampaikan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam


pasal 58 ayat (3) kepada Bupatipaling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
laporan hasilpemilihan Kepala Desa dari panitia pemilihan.

Paragraf 9
Pembahasan dan Penyepakatan
Rancangan Peraturan Desa
Pasal 59

(1) BPD dan Kepala Desa membahas dan menyepakati rancangan Peraturan
Desa yang diajukan BPD dan atauKepala Desa.

33
(2) Pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan oleh BPD dalammusyawarah BPD.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang diusulkan Kepala Desasebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibahas terlebihdahulu dalam musyawarah
internal BPD paling lambat10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
rancanganPeraturan Desa diterima oleh BPD.
(4) Pelaksanaan pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara BPD danKepala Desa untuk pertama kali
dilakukan paling lama30 (tiga puluh) hari sejak pelaksanaan
musyawarahinternal BPD.
(5) Setiap pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukanpencatatan
proses yang dituangkan dalam notulenmusyawarah.

Pasal 60

(1) Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desaantara BPD dan Kepala
Desa tidak mencapai katasepakat, musyawarah bersama tetap mengambil
keputusan dengan disertai catatan permasalahan yangtidak disepakati.
(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat
diajukan oleh Kepala Desa kepadaBupati melalui Camat disertai
catatanpermasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7(tujuh) hari
sejak musyawarah pembahasan terakhiruntuk mendapatkan evaluasi dan
pembinaan.
(3) Tindaklanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimanadimaksud pada ayat
(2) dapat berbentuk :
a. penghentian pembahasan; atau
b. pembinaan untuk tindaklanjut pembahasan dankesepakatan
rancangan Peraturan Desa.

(4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimanadimaksud pada


ayat (3) huruf b dapat dihadiri Camatatau pejabat lain yang ditunjuk
Bupati/Walikota.

34
Paragraf 10
Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Kepala Desa
Pasal 61

(1) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja KepalaDesa.


(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan
melalui:
a. perencanaan kegiatan Pemerintah Desa;
b. pelaksanaan kegiatan; dan
c. pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(3) Bentuk pengawasan BPD sebagaimana dimaksud padaayat (1) berupa
monitoring dan evaluasi.

Pasal 62

Hasil pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desasebagaimana dimaksud


dalam pasal 62 ayat (1) menjadibagian dari laporan kinerja BPD.

Paragraf 11
Evaluasi Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pasal 63

(1) BPD melakukan evaluasi laporan keteranganpenyelenggaraan


Pemerintahan Desa.
(2) Evaluasi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
evaluasi atas kinerja Kepala Desa selama 1(satu) tahun anggaran.
(3) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
berdasarkan prinsip demokratis, responsif,transparansi, akuntabilitas
dan objektif.
(4) Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimanadimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Capaian pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa danAPBDesa;
b. Capaian pelaksanaan penugasan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi
Dan PemerintahKabupaten;
c. Capaian ketaatan terhadap pelaksanaan tugas sesuai peraturan
perundang undangan; dan
d. Prestasi Kepala Desa.
(5) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan
bagian dari laporan kinerja BPD.

35
Pasal 64

(1) BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10(sepuluh) hari kerja
sejak LKPPD diterima.
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) BPD
dapat:
a. membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa;
b. meminta keterangan atau informasi;
c. menyatakan pendapat; dan
d. memberi masukan untuk penyiapan bahanmusyawarah Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPDsebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, BPD tetapmelanjutkan proses
penyelesaian evaluasi LKPPD denganmemberikan catatan kinerja Kepala
Desa.
(4) Evaluasi LKPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi bagian dari
laporan kinerja BPD.

Paragaraf 12
Menciptakan Hubungan Kerja Yang Harmonis Dengan
Pemerintah Desa dan Lembaga Desa Lainnya
Pasal 65

(1) Dalam rangka menciptakan hubungan kerja yangharmonis dengan


Pemerintah Desa dan lembaga Desalainnya, BPD dapat mengusulkan
kepada Kepala Desauntuk membentuk Forum Komunikasi
AntarKelembagaan Desa atau FKAKD.
(2) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dariunsur
Ketua/Kepala kelembagaan Desa yang telahterbentuk.
(3) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkandengan
keputusan Kepala Desa.
(4) Tugas forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menyepakati dan
menyelesaikan berbagai permasalahanaktual di desa.

36
BAB V
HAK, KEWAJIBAN, KEWENANGAN DAN LARANGAN BPD
Bagian Kesatu
Hak BPD
Pasal 66

BPD berhak:
a. mengawasi dan meminta keterangan tentangpenyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada PemerintahDesa;
b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraanPemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa,pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaanmasyarakat Desa; dan
c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas danfungsinya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Paragraf 1
Pengawasan
Pasal 67

(1) BPD melakukan pengawasan melalui monitoring danevaluasi pelaksanaan


tugas Kepala Desa.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagiamana dimaksud padaayat (1) terhadap
perencanaan, pelaksanaan danpelaporan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.

Paragraf 2
Pernyataan Pendapat
Pasal 68

(1) BPD menggunakan hak menyatakan pendapatberdasarkan keputusan


BPD.
(2) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan
kesimpulan dari pelaksanaan penilaiansecara cermat dan objektif atas
penyelenggaraanPemerintahan Desa.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukanmelalui
pembahasan dan pendalaman suatu objekpenyelenggaraan Pemerintahan
Desa yang dilakukan dalam musyawarah BPD.
(4) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berdasarkan hasil
musyawarah BPD.

37
Paragraf 3
Biaya Operasional
Pasal 69

(1) BPD mendapatkan biaya operasional yang bersumberdari APBDesa.


(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)digunakan untuk
dukungan pelaksanaan fungsi dantugas BPD.
(3) Alokasi biaya operasional sebagaimana dimaksud padaayat (2) dengan
memperhatikan komponen kebutuhanoperasional dan kemampuan
Keuangan Desa.

Bagian Kedua
Hak Anggota BPD
Pasal 70

(1) Anggota BPD berhak:


a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan/atau pendapat;
d. memilih dan dipilih; dan
e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan danBelanja Desa.
(2) Hak anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a sampai
dengan huruf d digunakan dalammusyawarah BPD.
(3) Selain hak sebagaiman dimaksud pada ayat (1) BPDberhak:
a. memperoleh pengembangan kapasitas melaluipendidikan dan
pelatihan, sosialisasi, pembimbinganteknis, dan kunjungan
lapangan.
b. penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah DaerahProvinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotabagi pimpinan dan anggota BPD
yang berprestasi.

Pasal 71

(1) Pimpinan dan anggota BPD mempunyai hak untukmemperoleh tunjangan


sebagaimana dimaksud dalampasal 71 ayat (1) huruf e.
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputitunjangan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan tunjanganlainnya.

38
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimanadimaksud pada
ayat (2) merupakan tunjangankedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)merupakan
tunjangan kinerja.

Pasal 72

(1) Tunjangan kedudukan anggota BPD sebagaimanadimaksud dalam Pasal


72 ayat (3) diberikan berdasarkankedudukan anggota dalam kelembagaan
BPD.
(2) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal72 ayat (4), dapat
diberikan dalam hal terdapatpenambahan beban kerja.
(3) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari
Pendapatan Asli Desa.
(4) Besaran tunjangan BPD sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 73

Pembiayaan pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam pasal 71


ayat (3) huruf a, bersumber dari APBN, APBDProvinsi, APBD Kabupaten dan
APBDesa.

Pasal 74

(1) Penghargaan kepada pimpinan dan anggota BPDsebagaimana dimaksud


dalam Pasal 71 ayat (3) huruf bdiberikan pada tingkat nasional, provinsi
dankabupaten/kota dalam 2 (dua) kategori:
a. kategori pimpinan; dan
b. kategori anggota.
(2) Pengaturan pelaksanaan penghargaan sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Menteri.

39
Bagian Ketiga
Kewajiban Anggota BPD
Pasal 75

Anggota BPD wajib:


a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan danmemelihara keutuhan Negara Kesatuan
RepublikIndonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilangender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentinganpribadi, kelompok,
dan/atau golongan;
d. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadatmasyarakat Desa;
e. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja denganlembaga
Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya; dan
f. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dankestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sertamempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desaberdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Bagian Keempat
Laporan Kinerja BPD
Pasal 76

(1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD
dalam 1 (satu) tahun anggaran.
(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dibuat dengan
sistematika:
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas; dan
c. penutup.
(3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaporkan
secara tertulis kepada Bupatimelalui Camat serta disampaikan kepada
Kepala Desadan forum musyawarah Desa secara tertulis dan ataulisan.
(4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) disampaikan
paling lama 4 (empat) bulan setelahselesai tahun anggaran.

40
Pasal 77

(1) Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepadaBupati sebagaimana


dimaksud dalam pasal 76ayat (3) digunakan Bupati untuk evaluasikinerja
BPD serta pelaksanaan pembinaan danpengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
(2) Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forummusyawarah Desa
sebagaimana dimaksud dalam pasal76 ayat (3) merupakan wujud
pertanggungjawabanpelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa.

Bagian Kelima
Kewenangan BPD
Pasal 78

BPD berwenang:
a. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untukmendapatkan aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada PemerintahDesa secara lisan
dan tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadikewenangannya;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja KepalaDesa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraanPemerintahan Desa kepada
Pemerintah Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraanPemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa,pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaanmasyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sertamempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desaberdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib BPD;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifatinsidentil kepada
Bupati melalui Camat;
j. Menyusun dan menyampaikan usulan rencana biayaoperasional BPD
secara tertulis kepada Kepala Desauntuk dialokasikan dalam RAPB Desa;
k. mengelola biaya operasional BPD;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi AntarKelembagaan Desa
kepada Kepala Desa; dan
m. Melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangkamonitoring dan
evaluasi penyelenggaraan PemerintahanDesa.

41
Bagian Keenam
Larangan BPD
Pasal 79

Anggota BPD dilarang:


a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat
Desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Desa;
b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya;
c. menyalahgunakan wewenang;
d. melanggar sumpah/janji jabatan;
e. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa;
f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan jabatan lain yang
ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;
g. sebagai pelaksana proyek Desa;
h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau
i. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.

BAB VI
PERATURAN TATA TERTIB BPD
Pasal 80

(1) BPD menyusun peraturan tata tertib BPD.


(2) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas
dan disepakati dalam musyawarah BPD.
(3) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling
sedikit memuat:
a. keanggotaan dan kelembagaan BPD;
b. fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD;
c. waktu musyawarah BPD;
d. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD;
e. tata cara musyawarah BPD;
f. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPDdan anggota BPD;
dan
g. pembuatan berita acara musyawarah BPD.

42
(4) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimanadimaksud pada
ayat (3) huruf d meliputi:
a. pelaksanaan jam musyawarah;
b. tempat musyawarah;
c. jenis musyawarah; dan
d. daftar hadir anggota BPD.
(5) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPDsebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinandan anggota
hadir lengkap;
b. penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketuaBPD berhalangan
hadir;
c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua danwakil ketua
berhalangan hadir; dan
d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarahsesuai dengan
bidang yang ditentukan danpenetapan penggantian anggota BPD
antarwaktu.
(6) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPDsebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e meliputi:
a. tata cara pembahasan rancangan Peraturan Desa;
b. konsultasi mengenai rencana dan programPemerintah Desa;
c. tata cara mengenai pengawasan kinerja KepalaDesa; dan
d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasimasyarakat.
(7) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakanpendapat BPD
sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf fmeliputi:
a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaanPemerintahan Desa;
b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desaatas pandangan
BPD;
c. pemberian pandangan akhir atas jawaban ataupendapat Kepala
Desa; dan
d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhirBPD kepada Bupati.
(8) Pengaturan mengenai penyusunan berita acaramusyawarah BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf g meliputi:
a. penyusunan notulen rapat;
b. penyusunan berita acara;
c. format berita acara;
d. penandatanganan berita acara; dan
e. penyampaian berita acara.

43
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 81

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan pembinaan dan


pengawasan terhadap penyelenggaraan penataan desa, pemerintahan
desa dan penyelenggaraan peran tugas dan fungsi BPD, keanggotaan,
kedudukan dan wewenang BPD.
(2) Pembinaan teknis operasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
yang membidangi pemerintahan desa dan pejabat fungsional lainnya yang
meliputi :penetapan, pedoman teknis, peningkatan sumber daya manusia,
kelembagaan dan peranserta masyarakat, pengawasan dan evaluasi.
(3) Pembinaan teknis operasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) yang dilaksanakan oleh Camat meliputi : memfasilitasi
administrasi penyelenggaraan penataan desa, pemerintahan desa,
pemberdayaan masyarakat, fasilitasi hubungan kerja, bimbingan,
supervisi dan konsultasi.

Pasal 82

Pendanan pelaksanaan kegiatan BPD dibebankan pada:


a. APBN;
b. APBD Provinsi;
c. APBD Kabupaten/Kota;
d. APBDes; dan
e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

44
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 83
Dalam hal berakhirnya masa jabatan keanggotaan BPD kurang dari 6 (enam)
bulan terhitung sejak Peraturan Bupati ini mulai berlaku, penjaringan dan
penyaringan bakal calon anggota BPD, penetapan anggota BPD dan peresmian
anggota BPD tetap dilakukan dengan penyesuaian kondisi waktu tanpa
menghilangkan tahapan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati ini
melalui Surat Keputusan Bupati Kuantan Singingi.

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 84

Format jenis buku administrasi BPD, laporan kinerja BPD, format surat dan
keputusan Panitia Pengisian Anggota BPD tercantum dalam lampiran
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Ditetapkan di Teluk Kuantan


pada tanggal Desember 2019

BUPATI KUANTAN SINGINGI,

H. MURSINI

Diundangkan di Teluk Kuantan


pada tanggal Desember 2019
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI,

H. DIANTO MAMPANINI
BERITA DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2019 NOMOR :

45

Anda mungkin juga menyukai