PROVINSI RIAU
1
Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880) ;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
157);
2
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016
tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 89);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 4
Tahun 2017 tentang Penataan dan Pemerintahan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun
2017 Nomor: 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kuantan Singingi Nomor 47);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI TENTANG BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
7. Kepala Desa adalah Kepala Desa di Kabupaten Kuantan Singingi yang
mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan
rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan desa yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
9. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
10. Pengisian keanggotaan BPD adalah proses, tata cara dan tahapan dalam
mengisi keanggotaan BPD secara demokratismelalui proses pemilihan
langsung atau musyawarah perwakilan.
11. Pemilihan secara musyawarah perwakilan adalah pengisian Anggota BPD
secara musyawarah untuk mendapatkan kata mufakat yang dipimpin oleh
Ketua Panitia Pengisian BPD dengan dihadiri oleh minimal 2 (dua) orang
dari masing-masing Dusun dari unsur Ketua RW, Pemangku Adat, Pemuka
Agama, Perempuan, Pemuda, Tokoh Masyarakat dan unsur Profesi serta
unsur lainnya yang dipandang perlu.
12. Pemilihan langsung adalah pengisian Anggota BPD dengan pemungutan
suara oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih.
13. Panitia pengisian anggota BPD adalah panitia yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa untuk
menyelenggarakan proses pengisian Anggota BPD.
14. Pengawasan kinerja Kepala Desa adalah proses monitoring dan evaluasi
BPD terhadap pelaksanaan tugas Kepala Desa.
15. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang selanjutnya
disingkat LKPPD atau yang disebut dengan nama lain adalah laporan
Kepala Desa kepada BPD atas capaian pelaksanaan tugas Kepala Desa
dalam satu tahun anggaran.
16. Dusun adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan
kerja Pemerintah Desa.
17. Calon anggota BPD adalah bakal calon BPD yang telah ditetapkan oleh
Panitia pengisian anggota BPD sebagai calon yang berhak dipilih menjadi
anggota BPD.
4
18. Calon anggota BPD terpilih adalah calon anggota BPD hasil musyawarah
berdasarkan mufakat dan atau yang memperoleh suara terbanyak
berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.
19. Pemilih adalah unsur masyarakat yang merupakan penduduk desa yang
bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak
pilih dalam pemilihan BPD.
20. Daftar Pemilih Sementara adalah unsur mayarakat dari daftar pemilih yang
disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir
yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta
ditambah dengan pemilih baru.
21. Daftar Pemilih Tambahan adalah unsur masyarakat dari daftar pemilih
yang disusun berdasarkan usulan dari unsur masyarakat melalui
musyawarah karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar
Pemilih Sementara.
22. Daftar Pemilih Tetap adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pengisian BPD sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pengisian anggota BPD.
23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
24. Hari adalah hari kerja.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
5
d. mewujudkan terciptanya proses pengisian keanggotaan BPD yang
Sistematis, Prosedural, terbuka dan dapat dipertangungjawabkan.
Pasal 4
BAB III
KEANGGOTAAN DAN KELEMBAGAAN BPD
Bagian Kesatu
Pengisian Keanggotaan BPD
Paragraf I
Umum
Pasal 5
6
(7) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah wilayah pemilihan
dalam desa yang disebut dengan dusun.
(8) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah jumlah anggota
BPD yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk Desa dengan
menggunakan data yang bersumber dari Buku Administrasi Penduduk
pada masing-masing Desa.
(9) Jumlah anggota BPD berdasarkan jumlah penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) ditetapkan berdasarkan ketentuan :
a. Jumlah penduduk sampai dengan 1.500 jiwa, 5 orang anggota;
b. Jumlah penduduk sampai dengan 1.501 jiwa sampai dengan 2.500
jiwa, 7 orang anggota;
c. Jumlah penduduk lebih dari 2.501 jiwa, 9 orang anggota;
(10) Kemampuan Keuangan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah
jumlah anggota BPD yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan jumlah
pendapatan Desa yang tercantum dalam APB Desa yang bersumber dari
Alokasi Dana Desa tahun anggaran pada saat penentuan kuota anggota
BPD.
Pasal 6
7
Pasal 7
Paragraf II
Persyaratan Calon Anggota BPD
Pasal 8
8
k. tidak sedang menjalankan pidana penjara ; dan
l. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara
dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan
berulang-ulang.
Pasal 9
Pasal 10
9
(4) Bagi Sekolah Swasta sebagaimana ketentuan ayat (3) maka ijazahnya
harus dipersamakan dengan sekolah Negeri atau Kementerian Agama jika
berasal dari Sekolah Agama.
(5) Ketentuan Legalisir sebagaimana ayat (3) dan (4) adalah sebagai berikut :
1. Ketentuan Legalisir Ijazah/STTB dan Surat Keterangan Pengganti
Ijazah Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Negeri/swasta
dengan memperhatikan Ijazah/STTB Asli dan Surat Keterangan
Pengganti Ijazah/STTB Asli adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan Legalisir Ijazah/STTB dan Surat Keterangan Pengganti
Ijazah Jenjang Pendidikan Menengah dilakukan oleh Kepala
Satuan Pendidikan yang mengeluarkan Ijazah/STTB yang
bersangkutan;
b. Pengesahan Fotocopi Ijazah/ STTB (Legalisir Ijazah) dan Surat
Keterangan Pengganti Ijazah yang dikeluarkan oleh Satuan
Pendidikan yang sudah berganti nama dilakukan oleh Kepala
Satuan Pendidikan sesuai nomenklatur baru;
c. Pengesahan Fotocopi Ijazah/STTB (Legalisir Ijazah) dan Surat
Keterangan Pengganti Ijazah/STTB yang dikeluarkan oleh
Satuan Pendidikan yang sudah tidak beroperasi atau ditutup
dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
10
c. Jika Satuan Pendidikan sudah Tidak beroperasi atau ditutup,
Pengesahan Photocopy Ijazah/ STTB dilakukan oleh Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
3. Ketentuan Legalisir Ijazah Jenjang Perguruan Tinggi.
a. Pengesahan Photocopy Ijazah/Sertifikat Profesi atau Fotochopi
Surat Keterangan Pengganti Ijazah/Sertifikat Profesi dilakukan
oleh Perguruan Tinggi yang menerbitkan Ijazah/Sertifikat
Profesi;
b. Pengesahan Photocopy Ijazah/Sertifikat Profesi atau Fhotochopi
Surat Keterangan Pengganti Ijazah/Sertifikat Profesi
sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh :
(a) Dekan pada Universitas atau Institut;
(b) Pembantu/Wakil Ketua yang membidangi Akademik pada
Sekolah Tinggi.
(c) Pembantu/ Wakil Direktur yang membidangi Akademik
pada Politeknik, Akademi, dan Akademi Komunitas.
c. Apabila Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada huruf a
tidak beroperasi atau ditutup, pengesahan photocopy
Ijazah/Sertifikat Profesi dilakukan oleh :
(a) Direktur Jendral Pendidikan Tinggi untuk Perguruan Tinggi
Negeri; dan
(b) Koordinator Kopertis untuk Perguruan Tinggi Swasta.
d. Pengesahan Fotocopi Ijazah atau Photocopi Surat Keterangan
Pengganti Ijazah yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka
dilakukan oleh Dekan Fakultas atau Pembantu Dekan
Akademik, Kepala Unit Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) pada
Universitas Terbuka.
e. Apabila Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Kementrian
lain/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Lain (LPNK) tidak
beroperasi atau ditutup, pengesahan photocopy Ijazah/Sertifikat
Profesi dilakukan oleh Kementrian Lain/ LPNK yang
bersangkutan.
(6) Bagi Ijazah/STTB SLTP/SLTA yang rusak harus diketahui dan dibuat
Surat Keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau
Pejabat yang berwenang di Departemen Agama Kabupaten/Kota bagi
Ijazah/STTB yang berasal dari lingkungan Kementrian Agama, kemudian
Surat Keterangan tersebut di fotocopy dan di legalisir sesuai dengan
11
ketentuan. Yang selanjutnya Ijazah/STTB yang rusak tersebut menjadi
satu kesatuan dengan surat keterangan;
(7) Bagi Ijazah/STTB yang hilang, berdasarkan laporan kehilangan dari
Kepolisian harus dibuatkan pengganti Ijazah dari Kepala Sekolah yang
bersangkutan dan diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat
atau Pejabat yang berwenang di Kementrian Agama Kabupaten/Kota bagi
Ijazah/STTB yang berasal dari lingkungan Kementerian Agama;
(8) Surat keterangan rusak dan hilang sesuai ayat (6) dan (7) wajib
mencantumkan nama, tanggal lahir, tempat lahir, nama orang tua, nomor
induk siswa, tahun lulus, nomor Ijazah/STTB, nama sekolah, nilai
Ijazah/STTB dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan
serta diketahui KepaIa Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di wilayah
sekolah tersebut atau diketahui Pejabat yang berwenang di Kementrian
Agama Kabupaten/Kota bagi Ijazah/STTB yang berasal dari lingkungan
Departemen Agama;
(9) Kesalahan nama, tanggal, bulan dan tahun kelahiran dalam Ijazah/STTB
harus dibuatkan surat keterangan dari KepaIa Sekolah yang
bersangkutan serta diketehui KepaIa Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
di wilayah sekolah tersebut atau diketahui Pejabat yang berwenang di
Kementerian Agama Kabupaten/Kota bagi Ijazah/STTB yang berasal dari
lingkungan Kementrian Agama;
Paragraf III
Panitia Pengisian Kenggotaan BPD
Pasal 11
12
sebagai anggota BPD dengan memperhatikan jumlah penduduk pada
dusun dalam desa.
d. Proses pengisian anggota BPD melalui proses musyawarah perwakilan
atau proses pemilihan langsung.
e. Peserta musyawarah atau jumlah pemilih dari unsur masyarakat yang
mewakili wilayah dusun dan unsur perempuan yang mempunyai hak
pilih.
(3) Panitia pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas unsur perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya
dengan jumlah anggota dan komposisi yang proporsional.
(4) Susunan panitia pengisian anggota BPD sebagaimana ayat (3) adalah
sebagai berikut :
a. 1 (Satu) orang ketua;
b. 1 (Satu) orang wakil ketua;
c. 1 (Satu) orang sekretaris;
(5) Jika dipandang perlu panitia pengisian anggota BPD dapat ditambah
beberapa anggota 2 (dua) orang atau 4 (empat) orang.
(6) Panitia pengisian anggota BPD tidak dapat dicalonkan sebagai anggota
BPD.
(7) Apabila jumlah wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih sedikit
dari jumlah anggota BPD yang ditetapkan, wilayah yang memiliki jumlah
penduduk lebih banyak dapat diwakili anggota BPD melebihi jumlah
anggota dusun lainnya dengan memperhatikan keterwakilan unsur
masyarakat.
Pasal 12
(1) Panitia Pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat
(2) huruf a harus mempunyai integritas yang tinggi, jujur dan bertindak
tegas dalam melaksanakan tugas serta dilarang memihak kepada salah
seorang Calon Anggota BPD.
(2) Panitia Pengisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat
mengundurkan diri kecuali dengan alasan:
a. berhalangan tetap atau sakit menahun yang mengakibatkan tidak
dapat melaksanakan sebagian atau keseluruhan tugas dalam proses
tahapan Pengisan anggota BPD dengan dibuktikan dengan Surat
Keterangan Tertulis dari Pejabat yang berwenang;
13
b. alasan lainnya yang dapat diterima yang mengakibatkan proses dan
tahapan pengisian keanggotaan BPD tidak dapat berjalan seperti
pindah domisili, tugas yang tidak dapat ditinggalkan dan
permasalahan hukum.
(3) Panitia Pengisian yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), keanggotaannya dalam Panitia Pengisian digantikan oleh unsur
anggota yang mengundurkan diri atau berhalangan yang ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 13
Pasal 14
Panitia Pengisian dapat membuat tata tertib pengisian Anggota BPD sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini.
14
Paragraf IV
Musyawarah Perwakilan
Pasal 15
Pasal 16
15
melaksanakan pengumuman melalui Kepala Dusun dimana Bakal Calon
berdomisili.
(4) Berdasarkan pemberitahuan dari Panitia Pengisian KeanggotaanBPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dusunmelaksanakan
musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD didusunnya masing-
masing paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Panitia Pengisian
melaksanakan pengumuman.
(5) Musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) untuk menetapkan usulan dari unsur :
a. keterwakilan wilayah; dan
b. keterwakilan perempuan.
(6) Musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD ditingkat dusun
dianggap sah apabila dihadiri setidaknya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
kepala keluarga diwilayah dusun yang bersangkutan.
(7) Kepala dusun mengajukan bakal calon anggota BPD dari unsur wilayah
dan unsur perempuan hasil musyawarah kepada panitia pengisian
anggota BPD dengan disertai persyaratan administrasi.
(8) Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tetap harus memenuhi
semua ketentuan yang berlaku.
(9) Hasil musyawarah pemilihan bakal calon anggota BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam Berita Acara dan disampaikan
kepada Panitia Pengisian Keanggotaan BPD di Desapaling lambat 7 (tujuh)
hari setelah pelaksanaan musyawarah.
Pasal 17
(1) Berdasarkan usulan bakal calon anggota BPD dari Kepala Dusun, Panitia
Pengisian Anggota BPD melakukan penyaringan paling lama 3 hari.
(2) Penyaringan Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kegiatan penelitian kelengkapan dan keabsahan berkas administrasi yang
dapat menghadirkan pihak-pihak terkait untuk menentukan keabsahan
dari persyaratan administrasi Bakal Calon.
(3) Penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
kegiatan mengelompokkan berkas adminitrasi menurut wilayah pemilihan
dan keterwakilan perempuan.
(4) Dalam hal setelah dilakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan
berkas administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bakal Calon
Anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai Calon Anggota
16
BPD dan Bakal Calon Anggota BPD yang tidak memenuhi syarat
dinyatakan gugur dengan keputusan Panitia Pengisian, dilaksanakan 1
(satu) hari sejak berakhirnya jangka waktu penelitian.
(5) Dalam hal hasil penyaringan bakal calon yang dilakukan oleh penitia
pengisian, tidak memenuhi jumlah yang ditetapkan maka panitia
pengisian meminta kepala dusun untuk menambah usulan bakal calon
dalam masa paling lama 3 (tiga) hari.
(6) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4)terdiri dari
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.
(7) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberitahukan
kepada Kepala Dusun dan yang bersangkutan sebagai pemberitahuan
serta diumumkan kepada masyarakat paling lama 7 (tujuh) hari.
Pasal 18
17
(9) Dalam proses musyawarah pengisian anggota BPD ditingkat Desa dihadiri
oleh unsur kecamatan setempat.
(10) Hasil musyawarah perwakilan dituangkan dalam berita acara penetapan
yang ditandatangani oleh Panitia Pengisian anggota BPD, Kepala Dusun,
perwakilan unsur masyarakat, perwakilan unsur perempuan dan
diketahui oleh camat.
Paragraf V
Pemilihan Langsung
Pasal 19
Pasal 20
18
c. Jumlah Anggota BPD yang akan diisi dan jumlah wakil BPD yang akan
mewakili dusun berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan
perempuan.
d. Mekanisme keterwakilan kewilayahan dan keterwakilan unsur
perempuan.
e. Informasi selain disampaikan melalui surat wajib disampaikan melalui
pengumuman terbuka di Balai Desa, dan/atau di papan pengumuman
Desa, di tempat-tempat strategis di tiap wilayah Dusun, RW atau RT
ataupun disosialisasikan melalui berbagai forum yang ada di desa
paling lama 7 (tujuh) hari setelah terbentuknya Panitia Pengisian.
(3) Pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah Panitia Pengisian
melaksanakan pengumuman.
(4) Pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan kepada panitia pengisian anggota BPD terbagi atas :
a. keterwakilan wilayah; dan
b. keterwakilan perempuan.
(5) Dalam hal tidak ada pendaftar atau jumlah pendaftar tidak memenuhi
kuota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b maka Panitia
Pengisian memperpanjang waktu pendaftaran selama 2 (dua) hari.
(6) Dalam hal tidak ada pendaftar atau jumlah pendaftar tidak memenuhi
kuota setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), maka panitia pengisian meminta kepala dusun untuk
menambah usulan bakal calon dalam masa paling lama 1 (satu) hari.
Pasal 21
19
(4) Dalam hal setelah dilakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan
berkas administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bakal Calon
Anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai Calon Anggota
BPD dan Bakal Calon Anggota BPD yang tidak memenuhi syarat
dinyatakan gugur dengan keputusan Panitia Pengisian dilaksanakan 1
(satu) hari sejak berakhirnya jangka waktu penelitian.
(5) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.
(6) Penetapan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberitahukan
kepada Kepala Dusun dan yang bersangkutan sebagai pemberitahuan
serta diumumkan kepada masyarakat paling lama 7 (tujuh) hari.
Pasal 22
(1) Bakal Calon anggota BPD yang ditetapkan sebagai Calon dengan
Keputusan Panitia Pengisian sebagaimana dimaksud pada pasal 21 ayat
(4), merupakan Calon yang akan dipilih oleh pemilih berdasarkan
keterwakilan wilayah dan pemilih dari unsur perempuan untuk
keterwakilan perempuan.
(2) Dalam hal pemilihan untuk keterwakilan wilayah,pemilih Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)merupakan warga dusun dalam desa yang
mewakili dusun yang bersangkutan untuk memilih calon anggota BPD
dari dusun tempat tinggal pemilih.
(3) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya memiliki hak suara
untuk memilih wakil dari dusun tempat tinggalnya.
(4) Dalam hal pemilihan untuk keterwakilan perempuan, pemilih
Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan warga desa yang
bersangkutan dari unsur perempuan yang memiliki hak pilih.
(5) Panitia pengisian menetapkan jadwal pemungutan suara pemilihan BPD
mengacu pada ketentuan yang berlaku.
(6) Panitia pengisian mengumumkan secara lisan atau tulisan jadwal
pemungutan suara pemilihan BPD di tempat yang strategis didesa untuk
diketahui oleh masyarakat.
(7) Pemungutan suara dilakukan dengan memberikan suara melalui surat
suara yang berisi nomor, foto, dan nama calon atau berdasarkan
kebiasaan masyarakat desa setempat.
20
(8) Untuk memudahkan proses pemilihan dan penghitungan suara,surat
suara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dicetak berdasarkan
keterwakilan dusun dan keterwakilan perempuan.
(9) Pemberian suara untuk pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
dilakukan dengan mencoblos salah satu calon dalam surat suara.
(10) Tata cara pemilihan lebih lanjut ditetapkan oleh Panitia Pengisian anggota
BPD.
(11) Calon anggota BPD terpilih adalah calon anggota BPD dengan suara
terbanyak.
(12) Dalam hal suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (11) calon
anggota BPD yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang,
maka calon anggota BPD terpilih ditentukan berdasarkan pertimbangan
pendidikan tertinggi dan usia termuda.
(13) Hasil pemilihan dituangkan dalam berita acara penetapan yang
ditandatangani oleh Panitia Pengisian anggota BPD, Kepala Dusun,
perwakilan unsur masyarakat, perwakilan unsur perempuan dan
diketahui oleh camat.
Paragraf VI
Peserta Musyawarah/ Pemilih
Pasal 23
21
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
(1) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan
mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.
(2) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau
anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 tahun; atau
d. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diterima, panitia pengisian segera mengadakan perbaikan
Daftar Pemilih Sementara.
22
Pasal 27
(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia
Pengisian melalui pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan.
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari.
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(1) Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, diumumkan
di tempat yang strategis di Desa untuk diketahui oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), selama 3 (tiga) hari terhitung sejak berakhirnya jangka
waktu penyusunan Daftar Pemilih Tetap.
Pasal 31
23
Pasal 32
Pasal 33
Daftar Pemilih Tetap yang sudah disahkan oleh panitia pengisian tidak dapat
diubah, kecuali ada pemilih yang meninggal dunia, panitia pemilihan
membubuhkan catatan dalam Daftar Pemilih Tetap pada kolom keterangan
"meninggal dunia".
Paragraf VII
Penetapan dan Peresmian Anggota BPD
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
(1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan anggota
BPD dari Kepala Desa.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku
sejak tanggal pengucapan sumpah/janji anggota BPD.
24
(3) Pengucapan sumpah/janji anggota BPD dipandu oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk pada tanggal masa jabatan anggota BPD periode
sebelumnya berakhir di hadapan pejabat Pemerintah Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Desa, dan tokoh masyarakat.
(4) Apabila pelaksanaan pengucapan sumpah/janji Anggota BPD jatuh pada
hari libur, maka pengucapan sumpah/janji dilaksanakan pada hari kerja
berikutnya atau sehari sebelum hari libur.
Pasal 37
Pasal 38
25
Pasal 39
Paragraf VIII
Penyelesaian Konflik Dan Sengketa
Pasal 40
Konflik dan sengketa dari pelaksanaan pemilihan anggota BPD ini diselesaikan
melalui musyawarah mufakat.Apabila tidak tercapai kata mufakat maka
panitia pengisian anggota BPD dapat meminta fasilitasi Camat dan Pemerintah
Daerah.
Paragraf IX
Pembiayaan
Pasal 41
(1) Rencana Anggaran Biaya Pengisian BPD disusun oleh Panitia Pengisian.
(2) Biaya pengisian BPD dibebankan pada APBDesa dan/atau dapat berasal
dari swadaya masyarakat desa, bantuan pemerintah kabupaten dan dana
lainnya yang sah.
(3) Biaya pengisian BPD dipergunakan untuk :
a. administrasi;
b. penelitian syarat-syarat calon;
c. honorarium panitia, petugas, konsumsi dan rapat-rapat;
d. pelantikan;
e. dan lainnya yang dianggap perlu.
Bagian Kedua
Kelembagaan BPD
Pasal 42
26
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan
c. 1 (satu) orang sekretaris.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bterdiri atas :
a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa danpembinaan
kemasyarakatan; dan
b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpinoleh ketua bidang;
(5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagaianggota BPD.
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
27
BAB IV
FUNGSI DAN TUGAS BPD
Bagian Kesatu
Fungsi BPD
Pasal 46
Bagian Kedua
Tugas BPD
Pasal 47
28
Paragraf 1
Penggalian Aspirasi Masyarakat
Pasal 48
Paragraf 2
Menampung Aspirasi Masyarakat
Pasal 49
Paragraf 3
Pengelolaan Aspirasi Masyarakat
Pasal 50
29
(3) Perumusan aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan caramenganalisa dan merumuskanaspirasi masyarakat Desa
untuk disampaikan kepadaKepala Desa dalam rangka mewujudkan tata
kelolapenyelenggaraan pemerintahan yang baik dankesejahteraan
masyarakat Desa.
Paragraf 4
Penyaluran Aspirasi Masyarakat
Pasal 51
Paragraf 5
Penyelenggaraan Musyawarah BPD
Pasal 52
30
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna
mencapai mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai,pengambilan keputusan
dilakukan dengan carapemungutan suara;
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan
sah apabila disetujui oleh palingsedikit ½ (satu perdua) ditambah 1
(satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan
f. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengankeputusan BPD dan
dilampiri notulen musyawarahyang dibuat oleh sekretaris BPD.
Paragraf 6
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Pasal 53
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh
Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratanyang diikuti oleh
BPD, Pemerintah Desa, dan unsurmasyarakat Desa untuk
memusyawarahkan hal yangbersifat strategis dalam penyelenggaraan
PemerintahanDesa.
(3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksudpada ayat (2) meliputi:
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.
31
i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
j. perwakilan kelompok masyarakat tidak mapan.
(5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (4),
musyawarah Desa dapat melibatkanunsur masyarakat lain sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat.
(6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud padaayat (1) dibiayai dari
Anggaran Pendapatan danBelanja Desa;
Paragraf 7
Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
32
(3) Dalam hal jumlah bakal calon yang memenuhipersyaratan lebih dari 3
(tiga), panitia melakukan seleksitambahan dengan menggunakan kriteria
memilikipengetahuan mengenai Pemerintahan Desa, tingkatpendidikan,
usia dan persyaratan lain yang ditetapkanBupati.
(4) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua)
orang, panitia memperpanjang waktupendaftaran selama 7 (tujuh) hari.
(5) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetapkurang dari 2
(dua) setelah perpanjangan waktupendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), BPDmenunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
sampaidengan waktu yang ditetapkan kemudian.
Paragraf 8
Penyelenggaraan Musyawarah Desa Khusus Untuk
Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 57
Pasal 58
Paragraf 9
Pembahasan dan Penyepakatan
Rancangan Peraturan Desa
Pasal 59
(1) BPD dan Kepala Desa membahas dan menyepakati rancangan Peraturan
Desa yang diajukan BPD dan atauKepala Desa.
33
(2) Pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan oleh BPD dalammusyawarah BPD.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang diusulkan Kepala Desasebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibahas terlebihdahulu dalam musyawarah
internal BPD paling lambat10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
rancanganPeraturan Desa diterima oleh BPD.
(4) Pelaksanaan pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara BPD danKepala Desa untuk pertama kali
dilakukan paling lama30 (tiga puluh) hari sejak pelaksanaan
musyawarahinternal BPD.
(5) Setiap pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukanpencatatan
proses yang dituangkan dalam notulenmusyawarah.
Pasal 60
(1) Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desaantara BPD dan Kepala
Desa tidak mencapai katasepakat, musyawarah bersama tetap mengambil
keputusan dengan disertai catatan permasalahan yangtidak disepakati.
(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat
diajukan oleh Kepala Desa kepadaBupati melalui Camat disertai
catatanpermasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7(tujuh) hari
sejak musyawarah pembahasan terakhiruntuk mendapatkan evaluasi dan
pembinaan.
(3) Tindaklanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimanadimaksud pada ayat
(2) dapat berbentuk :
a. penghentian pembahasan; atau
b. pembinaan untuk tindaklanjut pembahasan dankesepakatan
rancangan Peraturan Desa.
34
Paragraf 10
Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Kepala Desa
Pasal 61
Pasal 62
Paragraf 11
Evaluasi Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pasal 63
35
Pasal 64
(1) BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10(sepuluh) hari kerja
sejak LKPPD diterima.
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) BPD
dapat:
a. membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa;
b. meminta keterangan atau informasi;
c. menyatakan pendapat; dan
d. memberi masukan untuk penyiapan bahanmusyawarah Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPDsebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, BPD tetapmelanjutkan proses
penyelesaian evaluasi LKPPD denganmemberikan catatan kinerja Kepala
Desa.
(4) Evaluasi LKPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi bagian dari
laporan kinerja BPD.
Paragaraf 12
Menciptakan Hubungan Kerja Yang Harmonis Dengan
Pemerintah Desa dan Lembaga Desa Lainnya
Pasal 65
36
BAB V
HAK, KEWAJIBAN, KEWENANGAN DAN LARANGAN BPD
Bagian Kesatu
Hak BPD
Pasal 66
BPD berhak:
a. mengawasi dan meminta keterangan tentangpenyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada PemerintahDesa;
b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraanPemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa,pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaanmasyarakat Desa; dan
c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas danfungsinya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Paragraf 1
Pengawasan
Pasal 67
Paragraf 2
Pernyataan Pendapat
Pasal 68
37
Paragraf 3
Biaya Operasional
Pasal 69
Bagian Kedua
Hak Anggota BPD
Pasal 70
Pasal 71
38
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimanadimaksud pada
ayat (2) merupakan tunjangankedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)merupakan
tunjangan kinerja.
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
39
Bagian Ketiga
Kewajiban Anggota BPD
Pasal 75
Bagian Keempat
Laporan Kinerja BPD
Pasal 76
(1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD
dalam 1 (satu) tahun anggaran.
(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dibuat dengan
sistematika:
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas; dan
c. penutup.
(3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaporkan
secara tertulis kepada Bupatimelalui Camat serta disampaikan kepada
Kepala Desadan forum musyawarah Desa secara tertulis dan ataulisan.
(4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat(1) disampaikan
paling lama 4 (empat) bulan setelahselesai tahun anggaran.
40
Pasal 77
Bagian Kelima
Kewenangan BPD
Pasal 78
BPD berwenang:
a. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untukmendapatkan aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada PemerintahDesa secara lisan
dan tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadikewenangannya;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja KepalaDesa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraanPemerintahan Desa kepada
Pemerintah Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraanPemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa,pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaanmasyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sertamempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desaberdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib BPD;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifatinsidentil kepada
Bupati melalui Camat;
j. Menyusun dan menyampaikan usulan rencana biayaoperasional BPD
secara tertulis kepada Kepala Desauntuk dialokasikan dalam RAPB Desa;
k. mengelola biaya operasional BPD;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi AntarKelembagaan Desa
kepada Kepala Desa; dan
m. Melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangkamonitoring dan
evaluasi penyelenggaraan PemerintahanDesa.
41
Bagian Keenam
Larangan BPD
Pasal 79
BAB VI
PERATURAN TATA TERTIB BPD
Pasal 80
42
(4) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimanadimaksud pada
ayat (3) huruf d meliputi:
a. pelaksanaan jam musyawarah;
b. tempat musyawarah;
c. jenis musyawarah; dan
d. daftar hadir anggota BPD.
(5) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPDsebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinandan anggota
hadir lengkap;
b. penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketuaBPD berhalangan
hadir;
c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua danwakil ketua
berhalangan hadir; dan
d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarahsesuai dengan
bidang yang ditentukan danpenetapan penggantian anggota BPD
antarwaktu.
(6) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPDsebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e meliputi:
a. tata cara pembahasan rancangan Peraturan Desa;
b. konsultasi mengenai rencana dan programPemerintah Desa;
c. tata cara mengenai pengawasan kinerja KepalaDesa; dan
d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasimasyarakat.
(7) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakanpendapat BPD
sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf fmeliputi:
a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaanPemerintahan Desa;
b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desaatas pandangan
BPD;
c. pemberian pandangan akhir atas jawaban ataupendapat Kepala
Desa; dan
d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhirBPD kepada Bupati.
(8) Pengaturan mengenai penyusunan berita acaramusyawarah BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf g meliputi:
a. penyusunan notulen rapat;
b. penyusunan berita acara;
c. format berita acara;
d. penandatanganan berita acara; dan
e. penyampaian berita acara.
43
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 81
Pasal 82
44
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 83
Dalam hal berakhirnya masa jabatan keanggotaan BPD kurang dari 6 (enam)
bulan terhitung sejak Peraturan Bupati ini mulai berlaku, penjaringan dan
penyaringan bakal calon anggota BPD, penetapan anggota BPD dan peresmian
anggota BPD tetap dilakukan dengan penyesuaian kondisi waktu tanpa
menghilangkan tahapan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati ini
melalui Surat Keputusan Bupati Kuantan Singingi.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 84
Format jenis buku administrasi BPD, laporan kinerja BPD, format surat dan
keputusan Panitia Pengisian Anggota BPD tercantum dalam lampiran
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
H. MURSINI
H. DIANTO MAMPANINI
BERITA DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2019 NOMOR :
45