2006-Kajian Data Geoteknik
2006-Kajian Data Geoteknik
PELATIHAN
AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK
KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
(GEOTECHNICAL ENGINEER WRD)
KATA PENGANTAR
Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human
Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada
urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-
negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan
3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.
Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai
modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan
SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.
Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1
dan 2 bahwa :
- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan
bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang
sumber daya air
i
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
(2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena
menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk
mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan
kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.
Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.
Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
ii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
PRAKATA
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik untuk bidang
pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air maupun untuk pekerjaan
dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Pelaksana Geoteknik merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk
disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam
pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam Geoteknik konstruksi bidang sumber daya
air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Pelaksana Geoteknik ini terdiri dari 8 (delapan)
modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga
kerja menjadi Ahli Pelaksana Geoteknik.
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Kajian Data Geoteknik pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Tim Penyusun
iii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu menyiapkan perencanaan dan penyelidikan Geoteknik sebelum pelaksanaan
konstruksi untuk mendukung perencanaan teknis pekerjaan konstruksi Sumber Daya
Air.
iv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
DAFTAR ISI
v
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Pemilahan Data dari Pekerjaan Topografi ................................. 2-1
Tabel 2.2 Contoh Pemilahan Data dari Pekerjaan Geologi atau Geoteknik ........... 2-2
Tabel 3.1 Besaran Parameter Tanah untuk Bahan Timbunan Tanah ................... 3-7
Tabel 4.1 Data Peta Topografi ............................................................................... 4-1
Tabel 4.2 Data Pengujian Laboratorium (Bahan Bangunan) ................................. 4-2
vi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pelaksana Geoteknik
dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria
unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik, unit-unit kompetensi
tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
vii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
DAFTAR MODUL
Mempelajari dan
3. GTE - 03 Menguasai Data Terdahulu
Kajian Data Geoteknik 3.
untuk Daerah yang akan
Diselidiki
Perencanaan Penyelidikan
Geologi Teknik dan Mekanika
4. GTE - 04 Membuat Perencanaan
Tanah untuk Perencanaan Teknis 4.
Penyelidikan Geoteknik
Konstruksi Sumber Daya Air
(SDA)
Melakukan Pengendalian
5. GTE - 05 Pengendalian Pelaksanaan
5. Pekerjaan Penyelidikan
Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik
viii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
PANDUAN PEMBELAJARAN
ix
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Deskripsi :
Modul ini membahas kajian data geoteknik
yang mencakup pemilahan data (shorting
data), baik berdasarkan parameter desain,
berdasarkan lapisan tanah sampai membahas
analisa data terhadap jenis bangunan,
parameter desain sampai kepada konsep
perencanaan penyelidikan.
x
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
1. PEMBUKAAN
Menjelaskan Tujuan Mengikuti penjelasan OHT1,2,3,4
Pembelajaran Umum (TPU) instruktur TPU dan TPK
dan Tujuan Pembelajaran dengan tekun dan aktif
Khusus (TPK)
Memotivasi dan merangsang Mengajukan pertanyaan
inovasi peserta dengan untuk hal-hal yang belum
pertanyaan atau jelas
pengalamannya di lapangan
atau di perusahaannya.
Waktu : 15 menit
Bahan : Materi serahan (TPU
dan TPK)
2. Ceramah : Pendahuluan
Membahas tentang pemilahan Mengikuti penjelasan OHT5
(shorting data) terdahulu instruktur TPU dan TPK
berdasarkan parameter dengan tekun dan aktif
desain.
Mengajukan pertanyaan
Waktu : 20 menit untuk hal-hal yang belum
Bahan : Materi serahan jelas
(Bab 1)
xi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Membahas mengenai :
Analisa data berdsarkan kajian Mengikuti penjelasan
jenis bangunan dan parameter instruktur dengan seksama
desain Mencatat hal-hal yang
Analisa data berdasarkan belum jelas
OHT8,9,10,11
parameter desain dari hasil Tanya jawab / diskusi
kajian data. berdasarkan pengalaman
peserta di lapangan
Waktu : 55 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 3)
xii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
MATERI SERAHAN
xiii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
BAB 1
PENDAHULUAN
1-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
RANGKUMAN
Menjelaskan masalah :
Langkah-langkah kerja yang harus dilakukan seorang Ahli Pelaksana Geoteknik
Penyusunan konsep perencanaan dari hasil kajian data.
Menyusun kekurangan data baik data lapangan maupun data laboratorium.
Menyusun jenis-jenis bangunan yang akan dijadikan sasaran penyelidikan geoteknik.
1-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
LATIHAN
1. Sebutkan apa yang harus dipelajari oleh seorang Ahli Pelaksana Geoteknik dalam
merencanakan suatu penyelidikan Geoteknik pada suatu daerah yng akan didirikan
suatu bangunan ?
2. Sebutkan apa yang dimaksud dengan shorting data dan tujuan dilakukanya shorting
data ?
3. Sebutkan apa yang dimaksud dengan kajian data dan tujuan dilakukan kajian data ?
4. Sebutkan apa yang Anda ketahui tentang konsep perencanaan penyelidikan
Geoteknik ?
1-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
BAB 2
PEMILAHAN DATA (SHORTING DATA)
Untuk mempelajari dan menguasai data terdahulu untuk daerah yang akan diselidiki perlu
dilakukan pemilahan data (shorting data), maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Contoh Pemilahan Data dari Pekerjaan Topografi
8. Pengukuran trace - √ -
saluran sistem IP
9 Pengukuran trace - √ -
saluran tersier
10. Pengukuran situasi √ - Pembuatan peta topografi lokasi
lahan bangunan bangunan khusus untuk
khusus perencanaan bangunan-
bangunan
2 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Tabel 2.2
Contoh Pemilahan Data dari Pekerjaan Geologi atau Geoteknik
Data yang
Penyelidikan Geoteknik yang
No. Diperlukan Keterangan
Pernah Dilakukan/ yang
Tersedia
Ya Tidak
1. Pemetaan geologi (1 : 2000) - √ Sudah masuk dalam
pemilahan data topografi,
pemetaan situasi simetris
(1 : 2000)
2 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
2 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
2 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
2 -5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
RANGKUMAN
Menjelaskan mengenai :
Pemilahan data berdasarkan parameter desain.
Pemilahan data berdasarkan lapisan tanah dan bentuk lapisan tanah yang ada di bawah
permukaan, termasuk mekanika batuannya.
2 -6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
LATIHAN
1. Sebutkan kegunaan dari pemotretan udara dari data topografi dalam suatu perencanaan
penyelidikan geoteknik !
2. Sebutkan kegunaan pemetaan situasi teristis skala 1 : 5000 dan skala 1 : 2000 dalam
suatu rencana penyelidikan geoteknik !
3. Sebutkan kegunaan pemetaan geologi skala 1 : 1000 dalam suatu rencana penyelidikan
geoteknik !
4. Sebutkan maksud dan tujuan dilakukan pemboran inti dan permeability test setiap
interval 3 m !
5. Sebutkan tujuan dari uji laboratorium mekanika tanah !
2 -7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
BAB 3
ANALISA DATA
3 -1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
dan C-1 semakin ke bawah justru semakin jelek kondisinya dengan harga lugeon
10. Hal ini disebabkan oleh proses pelarutan pada daerah fluktuasi air tanah,
melalui sistem kekar yang diakibatkan oleh sesar di sandaran kanan.
Batugamping Bagian Bawah umumnya digolongkan pada kelompok CH, dengan
harga lugeon < 10 bahkan seringkali Lu < 1. Batuannya relatif keras dengan sistem
kekar yang relatif jarang pula. Pada lubang bor DH-48 dan DH-20 sandaran kanan,
bagian bawah mengalami fractured dan beberapa cermin sesar, tetapi kondisi
batuannya sendiri masih relatif keras. Umumnya pada permukaan rekahan sudah
mengalami oksidasi, lapuk dan berwarna kecoklatan.
Berdasarkan kenyataan bahwa di bagian atas relatif lebih baik dibanding bagian
bawah, kemudian rekahannya juga mengalami pelapukan pada permukaannya,
maka dapat disimpulkan bahwa sistem sesar yang terjadi di sandaran kanan ini
sudah lama terjadi dan tidak aktif lagi. Mengingat kondisi Batugamping terutama
Bagian Atas yang relatif dalam dan kurang bagus, serta batuan dasarnya sendiri
juga tidak terlalu keras, serta kondisi perlemahan adanya sesar di sandaran kanan
(meskipun tidak aktif lagi), maka disarankan untuk membuat bendungan isian batu,
tanah atau kombinasi keduanya agar beban pondasi bangunan tidak terlalu berat.
Pengujian insitu rock shear test di sandaran kanan oleh CV Jaya Consultant (1981)
diperoleh harga C (kohesi) 2,45 kg/ cm2 dan sudut geser dalam 53°/ 24°.
Sedangkan pengujian kuat tekan dari batuan hasil pemboran di laboratorium DPMA
(1976) diperoleh hasil berkisar antara 26,5 sampai 56,24 kg/ cm2. Dan pada
Batugamping yang keras sekali pada DH-2 (22 m) dan DH-3 (49 m) kadang
mencapai 98,48 – 116,24 kg/ cm2. Sebagian kecil di daerah sesar sandaran kanan
mempunyai kuat tekan 8,4 sampai 19,08 kg/ cm2. Sedangkan dari hasil uji “direct
shear” harga sudut geser dalam berkisar antara 20 sampai 50 atau umumnya 30°,
sedangkan C (kohesi) berkisar antara 6,18 sampai 33,6 kg/ cm2, rata-rata sekitar
20 kg/ cm2.
Dari sumuran uji SU-13 sampai SU-16 dapat dijelaskan bahwa pengupasan tanah
masih diperlukan sekitar 1m, dan harus diamati oleh seorang ahli agar bila ditemui
daerah yang hancur akibat kekar maupun sesar dapat segera diketahui dan
diusahakan perbaikannya, misalnya dengan dental grout atau shotcrete. Di
samping itu consolidation grout yang menyeluruh di bawah pondasi bendungan
diperlukan mengingat banyaknya kekar di daerah rencana bendungan.
Curtain grout pada kedua sandaran masih diperlukan pula untuk mencegah
rembesan air yang berlebihan, sekitar 20 m di sandaran kiri. Tetapi pada sandaran
kanan akan lebih dalam lagi mencapai 30 m bahkan bisa mencapai 50 meter pada
zona sesar akibat Sesar Telok yang berada di sandaran kanan. Grouting test yang
3 -2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
3 -3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Saluran pelimpah
Penampang harga lugeon dan geologi saluran pelimpah, maka akan melewati
Batugamping bagian atas maupun Bagian Bawah yang relatif kompak dan bagus.
Bila pondasi pelimpah diletakkan pada elevasi sekitar 40 m, maka galian
maksimumnya akan mencapai sekitar 20 m. Berhubung kedalaman air tanah di
daerah ini sekitar saring 10 m, dengan harga lugeon antara 31 sampai 65 atau
koefisien kelulusan air sekitar 3,18 x 10 –4 cm/ sec2 pada Batugamping Bagian atas
maka perlu dipikirkan pemakaian pompa air selama penggalian.
Arah out-let pelimpah relatif sudah searah dengan sungai Blega, dan bertumpu
pada dinding sungai terdiri Batugamping yang relatif keras dan kompak sehingga
tidak memerlukan konstruksi apa-apa pada dinding di seberang sungai.
Injeksi tirai semen (injection cement grout) masih diperlukan di bawah saluran
pelimpah, untuk mencegah rembesan air pada pondasi pelimpah yang mempunyai
harga lugeon antara 6,93 sampai 72,57. Jadi tirai semen menerus dari poros
bendungan sampai ke saluran pelimpah.
Mengacu pada pengujian insitu rock direct shear test yang dilakukan oleh CV Jaya
Consultant (1981) di lokasi dekat out-let saluran pelimpah, diperoleh hasil sebagai
berikut :
C (kohesi) : 4,502 kg/ cm2
Sudut geser dalam : 42°
E (modulus elastisitas) : 2,51 x 104 cm2
Bendung hilir
Bendung hilir ini terletak pada sungai Blega, sekitar 5 km di hilir rencana
Bendungan Blega untuk mengatur distribusi air ke saluran irigasi maupun ke pipa
air untuk kebutuhan air baku di daerah Bangkalan dan sekitarnya. Dari gambar
penampang geologi Bendung Hilir dapat dijelaskan bahwa bagian dasar sungai
selebar sekitar 15 meter terdiri dari endapan sungai pasir dan kerikil lepas-lepas.
Endapan sungai ini berdasarkan pemboran C-9 didapati setebal 1,70 meter. Di
bawah endapan sungai ini berupa batuan dasar Batugamping yang relatif keras,
massif dengan permeabilitas relatif kedap antara 10-4 sampai 10-5 cm/ sec2. Dengan
demikian dasar pondasi bendung sebaiknya diletakkan pada kedalaman sekitar 2
meter di bawah dasar sungai, yaitu pada batugamping yang berwarna keputihan
sampai abu-abu.
Pada sandaran kanan berupa tebing sungai setinggi sekitar 6 meter dan pundak
sungai sudah nampak singkapan batuan batugamping keras, sehingga perletakan
pondasi pada sandaran kanan ini bisa langsung atau cukup dengan galian yang
3 -4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
tidak dalam untuk perataan perletakan dasar pondasi. Pada sandaran kiri berupa
tebing sungai setinggi sekitar 6 meter dan dataran pundak sungai di sebelah kiri
merupakan tanah penutup lempung sedalam 3,5 m. Di bawahnya sampai
kedalaman 5 meter berupa batugamping sangat lapuk (higly weathered limestone)
dan di bawah kedalaman 5 meter sudah berupa batugamping relatif keras dan
massif. Saluran pengelak dalam rangka pembuatan bendung seyogyanya
diletakkan di daerah ini, karena relatif mudah penggaliannya (berupa tanah dan
batugamping lapuk) dibanding pada sandaran kanan yang berupa Batugamping
segar dan keras.
Daerah genangan
Rencana daerah genangan Bendungan Blega seluas sekitar 21 km2 merupakan
cekungan yang relatif landai, hanya daerah di sekitar depan rencana bendungan
yang relatif curam. Daerah genangan tersebut meliputi desa-desa Telok, Klebung,
Duren Barat, Duren Timur, Galis Dajah, Kanigoro, Batukaban, Telaga dan Debung.
Sebagian besar daerah genangan akan menempati satuan batuan Lanau
Gampingan dan Batupasir Kwarsa. Satuan-satuan batuan ini umumnya sudah
mengalami tingkat pelapukan lanjut bahkan sudah terubahkan menjadi tanah
(decomposed) yang relatif kedap air. Hal ini membantu pula sebagai selimut alam,
sehingga bisa menutupi bocoran-bocoran bila mungkin ada di daerah genangan.
Di depan poros bendungan pada bukit sandaran sebelah kanan relatif agak curam
dengan kemiringan sekitar 50°, tetapi melihat kenyataan di daerah ini banyak
tersingkap Batugamping, dan berdasarkan pengamatan pada sumur uji SU-13
sampai SU-16 lapisan penutup hanya tipis sekali maksimum hanya 1 meter, maka
tidak perlu dikuatirkan kemungkinan longsoran di daerah ini. Bahkan kalau diamati
dari beberapa galian yang dibuat penduduk untuk mencetak batu putih (gergajian
batu gunung) pada bukit di sandaran kanan, batuan ini memang relatif mudah
digores dengan kuku tetapi masih stabil terhadap longsoran.
Gua-gua alam yang ditemukan di belakang bendungan, masing-masing berada
pada elevasi lebih besar 55 meter. Sehingga tidak perlu dikuatirkan terjadi bocoran
melalui dinding bukit daerah genangan sampai keluar melalui gua-gua tersebut.
3 -5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
3 -6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Tabel 3.1
Besaran Parameter Tanah untuk Bahan Timbunan Tanah
3 -7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Pada tabel T 5 hasil pengujian analisa butiran ditunjukkan pula kaitannya dengan
kisaran standar material urugan tanah untuk bendungan besar (USBR) maka
bahan-bahan tanah dari borrow area untuk rencana timbunan Bendungan Blega
masih memenuhi persyaratan.
Total bahan tanah dari masing-masing borrow area ini diperkirakan minimal
mencapai sebagai berikut :
Borrow area A : 48.000 m3
Borrow area C : 25.000 m3
Borrow area D : 280.000 m3
Total semua : 353.000 m3
Disarankan agar pada awal konstruksi dilakukan pula “embankment test” pada
timbunan tanah inti (lempung), agar dapat diketahui dengan jelas ketebalan setiap
lapisan penimbunan, jenis peralatan yang dipergunakan, serta jumlah lintasannya
untuk memperoleh standar pemadatan lebih besar 95% dibandingkan dengan
maksimal kering tanah, serta parameter teknis tanah lainnya.
Bahan batuan
Dari penyelidikan terdahulu telah dilakukan pemilihan lokasi quarry, yaitu di daerah
sandaran kanan poros bendungan, perbukitan Batukucing, Banyubunih dan
Peterongan. Di daerah sandaran kanan poros bendungan, perbukitan Batukucing
dan Banyubunih beberapa sudah dilakukan pemboran, hasilnya Batugamping keras
hanya didapatkan sekitar 0,5 meter saja di permukaan tanah, semakin ke bawah
justru semakin lunak. Hal ini diakibatkan oleh proses pengerasan permukaan “case
hardening”, bahkan kadang-kadang tercampur pula dengan bahan rombakan
batugamping dan tanah, sehingga pada lokasi tersebut di atas tidak diusulkan
untuk lokasi quarry.
Satu-satunya lokasi quarry yang diusulkan adalah di Peterongan, terletak sekitar 5
3 -8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
3 -9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
disarankan untuk dilaksanakan “embankment test” pada timbunan batu ini, agar
diperoleh ketebalan perlapisan batuan setiap pemadatan, jenis peralatan untuk
pemadatan, jumlah lintasannya serta karakteristik parameter teknis bahan
timbunan yang diperoleh.
Bahan filter
Semula dari laporan terdahulu direncanakan pemilihan lokasi bahan filter meliputi
K. Kemuning (Sampang), K. Penyiburan (Blega) serta G. Gigir (Galis), namun
semuanya relatif kotor tercampur dengan tanah (decantation sampai > 28%)
sehingga perlu pencucian terlebih dahulu dan tidak disarankan untuk bahan filter
rencana Bendungan Blega. Bahan filter yang baik untuk rencana Bendungan Blega
harus didatangkan dari Jawa, diambil bersamaan dengan kebutuhan bahan pasir
untuk beton. Lokasi yang disarankan adalah dari Mlirip (Mojokerto) atau dari Tlocor
(Porong) masing-masing sebagai endapan sungai yang banyak dipergunakan untuk
bahan beton proyek-proyek besar di Surabaya. Hasil pengujian ini selengkapnya
dapat dilihat pada penjelasan Pasir Beton pada Sub Bab berikut ini. Seperti halnya
penimbunan pada inti tanah lempung (clay core) dan timbunan batu (rock fill), maka
pada timbunan filter juga disarankan untuk dilaksanakan (embankment test).
Pasir beton
Pasir beton diperoleh dari Jawa tepatnya di sekitar Mlirip (Mojokerto) atau di Tlocor
(Porong).
Berdasarkan pengujian DPMA (1976) maka bahan pasir di Mlipir (Mojokerto) relatif
halus dengan parameter selengkapnya sebagai berikut :
Gradasi butiran 10 cm > 65 % > 2 cm
2 cm > 25 % > 0,25 cm
10% < 0,25 cm
Koefisien permeabilitas (k) = 10 –2 cm/ detik.
E minimum = 0,63
E maksimum = 0,69
Relatif Density (Dr)
Dr = 60 % maka nilai e lapangan (ef) = 0,654
Dr = 70 % maka nilai e lapangan (ef) = 0,648
Dr = 80 % maka nilai e lapangan (ef) = 0,642
3 -10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
3 -11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
RANGKUMAN
Menjelaskan masalah jenis-jenis bangunan dan parameter desainnya yang akan dijadikan
desain dalam proses dan metode penyelidikan geoteknik dan penetapan parameter desain
sebagai aturan di lapangan maupun di laboratorium.
3 -12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
LATIHAN
1. Sebutkan jenis-jenis bangunan apa saja yang perlu dilakukan suatu penyelidikan
pemboran inti, paritan dan sumuran uji dalam rencana pembangunan suatu bendungan !
2. Sebutkan maksud dari pada uji paritan !
3. Sebutkan maksud dari pada uji sumuran !
4. Sebutkan apa maksud dari pada adit test ?
5. Sebutkan apa keperluan dilakukannya consolidation grout di bawah pondasi bendungan?
3 -13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
BAB 4
KONSEP PERENCANAAN
Konsep perencanaan harus mengacu pada spesifikasi teknik dan ditunjang oleh data-data
hasil penyelidikan geologi tanah dan mekanika tanah yang memenuhi persyaratan dalam
suatu perencanaan teknis penyelidikan geoteknik untuk bangunan SDA seperti berikut :
Peta yang
Kekurangan Data
No. Jenis Peta Dibutuhkan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Pemotretan udara vertikal 1 : 10.000 √ - - √
2. Peta ortofoto 1 : 5000 dan 1 : 2000 √ - √ -
3. Peta garis fotogrametris skala besar √ - √ -
4. Peta situasi teristris skala 1 : 500 √ - - √
5. Peta pengukuran sungai lokasi √ - √ -
bendung 1 : 1000, 1 : 500
6. Peta trace saluran sistem IP √ - √ -
7. Peta situasi lahan bangunan utama √ - √ -
4-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Tabel 4.2
Data Pengujian Laboratorium (Bahan Bangunan)
4-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
4-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
Pekerjaan laboratorium
Penelitian petrografi tanah
Penelitian mekanika batuan
Penelitian bahan bangunan (tanah, bahan beton dan batu)
4.2.4 Pembuatan laporan
Bentuk laporan
Buku laporan dicetak dengan ukuran kertas A4
Isi laporan
Maksud dan tujuan penyelidikan
Lokasi dan kesempurnaan daerah penyelidikan
Waktu pelaksanaan
Tata cara kerja
Pekerjaan lapangan
Pekerjaan laboratorium
Evaluasi penyelidikan
Kesimpulan dan rekomendasi
Lampiran-lampiran
4-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
RANGKUMAN
4-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
LATIHAN
1. Sebutkan dalam suatu konsep perencanaan harus didukung data apa saja ?
2. Sebutkan pengujian laboratorium apa saja yang perlu dilakukan, khususnya untuk
pekerjaan bendungan ?
3. Sebutkan urutan-urutan dari suatu penyusunan konsep perencanaan penyelidikan
dalam bidang SDA ?
4. Sebutkan isi dari suatu tahapan penyelidikan geoteknik !
5. Sebutkan metode penyelidikan geoteknik khususnya untuk pekerjaan lapangan, terdiri
dari pekerjaan apa saja ?
4-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Kajian Data Geoteknik
DAFTAR PUSTAKA
7. Mc. Lean AC and CD Gribble, “Geology for Civil Engineers”, (ed 1979)
8. Brown ET, “Rocks Charracterisation, Testing and Monitoring” (ed 1981)
9. Farmer EW, “Engineering Behavior of Rocks” (ed 1983)
10. Goodman RF, “Introduction to Rock Mechanical” (ed 1980)
11. Hoek E and JW Brown, “Rocks Sloep Engineering” (ed 1981)
12. Hoek ET Brown, “Underground Excavation in Rocks” (ed 1980)
13. Drs. P.N.W Verhoek, “Geologi untuk Teknik Sipil” (ed 1989)