Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu
kegiatan mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu
proses pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik dapat dikembangkan
dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan
masalah. Pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan
masalah, sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan. Betapa
pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunyai struktur konsep yang
dapat berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi suatu permasalahan.
Salah satu kemampuan berpikir yang termasuk ke dalam kemampuan berpikir
tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah ataupun
perguruan tinggi, yang menitikberatkan pada sistem, struktur, konsep, prinsip,
serta kaitan yang ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya. Matematika
dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis, sebagai suatu
kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis, dan generatif, serta
sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka,
menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta didik.
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup
dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleksdalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa sertasosialisasi dan
kemandirian. Ciri-ciri perktumbuhan dan perkembangan anak antara lain,
menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan,memiliki tahap
yang beruutan dan mempunyai pola yang tetap.Perkembangan berbicara dan
menulis merupakan suatu proses yangmenggunakan bahasa ekspresif dalam
membentuk arti.
Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan
menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak
memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun
kecerdasan adalah sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan
baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau untuk
menawarkan jasa yang akan menimbulkan penhargaan dalam budaya
seseorang.
Manusia beraktivitas, berinteraksi dengan sesamanya bergantung dari
kesanggupannya dalam berfikir yang biasa disebut kecerdasan/inteligensi.
Inteligensi seseorang akan tampak pada perbuatannya. Misalnya, orang yang
pandai ilmu pasti, maka disebut berinteligensi di bidang abstrak. Sama halnya
jika ia pandai bergaul dalam masyarakat, maka ia disebut berinteligensi di
bidang sosial, dan lain-lain. Inteligensi setiap individu berbeda-beda. Oleh
karena itu, kita perlu mengenali dengan betul dibidang apa kecerdasan yang
kita miliki. Misalnya, orang tua siswa berasumsi bahwa anak yang pintar ialah
yang menguasai ilmu pasti. Maka dari itu, si anak harus masuk jurusan ilmu
alam. Padahal, si anak lebih mampu dan berminat di bidang ilmu sosial.
Mindset inilah yang perlu dibenahi. Kecerdasan tidak hanya dipengaruhi oleh
nilai prestasi akademik tapi juga minat seseorang. Begitu pula di dunia profesi,
kita sering menilai bahwa orang yang memiliki nilai prestasi baik adalah orang
yang cerdas, sehingga dianggap mampu melakukan banyak pekerjaan dan akan
memiliki karir yang gemilang. Padahal orang yang nilai prestasi akademiknya
tidak baik pun dapat memiliki karir yang sukses apabila ia mengenali dan tahu
cara memaksimalkan sisi kecerdasan yang ia miliki

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya,yaitu :
1. Apa definisi berpikir?
2. Bagaimana perkembangan bahasa?
3. Apa saja teori kecerdasan?
4. Bagaimana cara menghitung kecerdasan?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuannya untuk mengetahui dan
memahami :
1. Definisi Berpikir
2. Bagaimana perkembangan bahasa
3. Teori kecerdasan
4. Cara menghitung kecerdasan

BAB II
ISI
A. Definisi Berpikir
1. Definisi Berpikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep
(Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang.
Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan
antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir
saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat
melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat
mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis
artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran,
merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.

Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol
http://psikologi.or.id yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah
sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117)
berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah
sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi
informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian,
abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu
timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2)
berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan
perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

Piaget menciptakan teori bahwa bahwa cara berpikir logis berkembang secara
bertahap, kira-kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun. Menurut
Piaget, cara berpikir anak-anak sama sekali tidak seperti cara berpikir orang
dewasa. Pikiran anak-anak tampaknya diatur berlainan dengan orang yang lebih
besar. Anak-anak kelihatannya memecahkan persoalan pada tingkatan yang sama
sekali berbeda. Perbedaan anak-anak yang lebih kecil dan lebih besar tidak terlalu
berkaitan dengan persoalan bahwa anak yang lebih besar mempunyai pengetahuan
yang lebih banyak, melainkan karena pengetahuan mereka berbeda jenis, dengan
penemuan ini Piaget mulai mengkaji perkembangan stuktur mental. Berikut
tahapan-tahapan perkembangan menurut Piaget:

a. Tahap sensorimotor

Berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-
tindakan motorik fisik, yang disebut dengan sensorimotor. Pada permulaan tahap
ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak daripada pola-pola refleks.

b. Tahap praoperasional

Berlangsung kira-kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak-
anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Pemikiran
simbolis melampaui hubungan sederhana antara informasi sensor dan tindakan
fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis
melukiskan dunia, menurut Piaget, mereka masih belum mampu untuk
melaksanakan apa yang disebut “operasi”-tindakan mental yang diinternalisasikan
yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya
dilakukan secara fisik.
c. Tahap operasional konkret

Berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak dapat
melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret.
Misalnya, pemikiran operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah-
langkah yang diperlukan untuk menyelasaikan suatu permasalahan aljabar, yang
terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini.

d. Tahap operasional formal

Tampak dari usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anakanak remaja
mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti
apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan
standard ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi
masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang dapat mereka lakukan. Dalam
memecahkan masalah, http://psikologi.or.id pemikir operasional formal ini lebih
sistematis, mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu,
kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.

2. Macam – macam berpikir


a. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya, misal; penalaran tentang panasnya api yang
dapat membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.
b. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur
dan cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat
hal tertentu pada saat yang sama dala satu kesatuan.
c. Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi
atau wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari
kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
d. Berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia
nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967)
menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, antara lain :
1) Berpikir Deduktif

Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin
deducere (de berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’).
Dengan demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar
dari satu hal ke hal lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju
proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf, 1994:57).

2) Berpikir Induktif

Induktif artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas
fenomenafenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi
terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, proses
penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan
banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi. Berpikir induktif
ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di
sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis.
Tingkatan berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini
mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan
(cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada
representatif atau tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena
keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin representatif dan
makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga sebaliknya. Taraf
validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obyektivitas dari si
pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Purwanto,
1998:47-48).

3) Berpikir Evaluatif

Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau


tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau
mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu (Rakhmat, 1994).
Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai
macam faktor. Suatu masalah yang sama mungkun menimbulkan pemecahan yang
berbeda-beda pula. Adapun faktor- http://psikologi.or.id faktor yang
mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu bagaimana seseorang melihat
atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi
luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang tersebut, serta bagaimana
intelegensi orang itu.

3. Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu :
a. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk
melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
1) Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek
tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil
manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya,
manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup, berbudi, berkulit
sawo matang, berambut hitam, dan untuk manusia Eropa, ciri-
cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau
putih, bermata biru terbuka.
2) Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri
mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan
mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak
hakiki.
3) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang
tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas
ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
b. Pembentukan Pendapat
yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian menjadi suatu
tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi tiga
macam:
1) Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas
menyatakan sesuatu, misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai,
dsb.
2) Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan
tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak
marah, si Totok tidak bodoh, dsb.
3) Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang
menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu
hal, misalnya hari ini mungkin hujan, si Ali mungkin tidak datang,
dsb.
c. Pembentukan Keputusan
yaitu menggabung-gabungkan pendapat tersebut. Keputusan adalah
hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu:
1) Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman
duduk dikursi yang panjang, masjid dikota kami disebelah alun-
alun, dsb.
2) Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami
menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua, dsb.
3) Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah
tidak baik, bunga itu indah, dsb.
d. Pembentukan Kesimpulan
yaitu menarik keputusan dari keputusankeputusan yang lain.
4. Problem Solving
a. Pengertian Problem Solving
Problem Solving atau Pemecahan Masalah adalah kemampuan berpikir yang
utama karena hal itu meliputi cara berpikir yang lainnya: berpikir kreatif dan
analitis untuk pembuatan keputusan.
1) Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru atau
menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru yang
belum pernah ada. Kreatif tidak hanya demikian tetapi kreatif juga
sebuah kombinasi baru yaitu kumpulan gagasan baru hasil dari gagasan-
gagasan lama.menggabungkan beberapa gagasan menjadi sebuah ide
baru yang lebih baik.
2) Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan
atau langkah-langkah logis. Langkah berpikir analitis ialah dengan
menguji sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat
bawah permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau
memutuskan atas dasar logika.
Kedua cara ini tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi sesuai
konteksnya. Sebagai contoh Anda perlu berpikir kreatif dalam memecahkan
sebuah persoalan, namun anda juga perlu berpikir Analitis untuk memutuskan
mana yang terbaik diantara kemungkinan kreatif anda.
b. Proses Pemecahan Masalah
1) Penafsiran Masalah : Disebut juga dengan mendefinisikan masalah ~
dengan cara berpikir kreatif
2) Strategi Pemecahan Masalah : Membuat seleksi terhadap strategi
pemecahan masalah yang terbaik
c. Strategi Pemecahan Masalah Yang Sering Digunakan
1) Trial and error Makan waktu yang lama (STM)
2) Informational Retrieval Yaitu mendapatkan kembali informasi untuk
pemecahan masalah dengan cepat (LTM)
3) Algoritma Yaitu suatu metode pemecahan masalah yang menjamin
suatu pemecahan masalah jika tersdia kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkannya.
4) Heuristic Yaitu membantu untuk menyederhanakan masalah,
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Ada empat metode Heuristic
yaitu:
a) Hill Climbing
Suatu stategi Heuristic dimana setiap langkah menggerakkan
secara progersif untuk lebih dekat pada tujuan akhir
b) Subgoals
Metode pemecahan suatu masalah dengan menjadikannya
lebih kecil atau menjadi bagian-bagian, dimana-mana masing-
masing tersebut bertujuan untuk mempermudah pemecahan
c) Mean and Analysis
Suatu stategi Heuristic yang sasarannya untuk mengurangi
perbedaan antara situasi yang terjadi dengan tujuan yang
diinginkan melalui perantara suatu cara
d) Working Backward
Suatu stategi Heuristic dimana kita harus bergerak mundur
dari tujuan kita dalam keadaan-keadaan tertentu.
B. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan


manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain.
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar
banyak hal di sekitarnya. Melalui komunikasi anak akan akan mampu
membentuk dan membangun suatu pemahaman pengetahuan baru tentang
berbagai hal. Hal ini menunjang kepercayaan diri anak dalam memasuki
lingkungan yang baru (Wiguna dan Noorhana, 2001).Bahasa sangat berperan
dalam perkembangan anak. Bahasa dapat menfasilitasi komunikasi
interpersonal, membantu mengorganisasikan pikiran, dan membantu dalam
mempelajari sesuatu. Perkembangan dari kemampuan berkomunikasi
merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka pembelajaran bahasa.

2. Komponen-komponen dalam berbahasa yaitu :


a. Phonology menggambarkan sistem bunyi pada bahasa. Phonems
merupakan unit bunyi yang membentuk kata
b. Semantik mempelajari arti dari kata-kata dan kalimat
c. Grammar menggambarkan struktur bahasa, sintaks (serangkaian aturan
grammar yang mengarahkan bagaimana kata-kata dapat terbentuk menjadi
kalimat), morfem (unit bahasa terkecil yang mengandung arti)
d. Pragmatik yaitu terdiri dari aturan bagaimana berbahasa yang tepat
dalam konteks sosial (misal kita menggunakan bahasa yang simpel bila
berbicara dengan anak-anak).

Vygotsky juga memberikan pernyataan penting dalam perkembangan bahasa


pada manusia, yaitu bahasa dan fikiran berkembangan secara sendiri-sendiri,
namun pada akhirnya menyatu. Anak-anak belajar berbicara karena mereka
harus berkomunikasi dengan orang lain, membuat kontak sosial, serta
mempengaruhi individu-individu di sekelilingnya. Secara bertahap, mulai usia
pra-sekolah, anak-anak akan membuat transisi dari external speech yang
merupakan pembicaraan anak pada orang lain ke inner speech. Inner speech
merupakan pembicaraan anak pada diri sendiri akan menjadi pemikirannya.
Anak-anak terlihat menguasai pengetahuan dan kesadaran akan dirinya. Masa
transisi ke external speech adalah egocentric speech. Ini bertujuan untuk
membuat kontak sosial dengan mengekspresikan pemikiran-pemikirannya
yang pada akhirnya dapat menuju external speech. Anak-anak belajar
berkomunikasi dan membentuk pikiran serta membiasakan mengatur fungsi-
fungsi intelektualnya.

Dengan mempelajari bahasa kita dapat berrkomunikasi dalam konteks sosial.


Untuk itu anak-anak harus belajar pragmatiks atau aturan yang tepat dalam
pengguanaan bahasa yang ebrkenaan dengan situasi sosial yang dihadapinya.
Anak-anak harus dapat mengirim pesan-pesan yang ingin disampaikannya
kepada orang lain sebaik ia mendapat dan mengerti pembicaraan orang lain.
Anak-anak mengembangkan kemampuan bahasa dengan melalui petunjuk
khusus dan melalui observasi dan mengenal orang lain berbicara. Anak-anak
tumbuh dan berkembang tidak hanya belajar bagaimana berfikir dan
berperasaan yang tepat melalui pemlihan kata-kata yang sopan, namun mereka
juga belajar bagaimana mengekpresikan emosi seperrti marah yang tepat,
sehingga tidak memberikan respon penolakan dari lingkungan.

3. Tahapan Penguasaan Bahasa Pada Masa Anak-Anak


(Hetherington,1998)

USIA KEMAMPUAN
36-48 bulan 1) Menggunakan pertanyaan “ya/tidak”, kalimat bertanya,
kalimat negatif dan kalimat perintah
2) Menggunakan clausa untuk penekanan pada kalimat yang
dimaksud
3) Mengkoordinasikan kalimat-kalimat dengan
menggunakan preposisi
4) Kosa kata sekitar 1000 kata
48-50 bulan 1) Menggunakan aturan prakmatik dalam berkomunikasi
2) Menggunakan kata-kata humor dan perumpamaan
5 tahun ke 1) Menggunakan komplek sintaksis
atas 2) Kosa kata mencapai 14.000
3) Perkembangan kesadaran metalinguistik (kesadaran akan
belajar mengenai fungsi bahasa yang benar)
Pemahaman anak usia ini kadang-kadang melampaui kemampuan bicara
mereka. Pada usia 4 tahun, anak-anak meningkatkan kemampuan berbicaranya
tentang sesuatu yang tidak ada secara fisik, yaitu mereka meningkatkan
penguasaan karakteristik bahasa yang dikenal sebagai displacement. Salah satu
cara displacement adalah dalam permainan pura-pura. Sebagai contoh, ketika
anak menganggap meja di sekolah sebagai mobil, dan ia berkata, “Aku sedang
menyopir mobil.” sambil diikuti gerakan mendorong meja kesana kemari.

Banyak para ahli permainan melihat tahun-tahun prasekolah sebagai “usia


emas” permainan simbolis/pura-pura yang bersifat dramatis atau sosiodrama
Jenis permainan ini seringkali nampak pada usia kurang lebih 18 bulan dan
mencapai puncak pada usia 4-5 tahun, kemudian menurun secara berangsur-
angsur. Pada tahun-tahun awal sekolah dasar, minat anakanak seringkali beralih
ke games atau jenis permainan elektronik.

Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi


sosial yang hampa. Menurut pandangan Vygotsky (Santrock, 1995), bahasa dan
pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya
bersatu. Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan-penyatuan pemikiran
dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau
sosial. Anak-anak harus menggunakan bahasa dan mengkomunikasikannya
kepada orang lain sebelum mereka berfokus ke dalam proses-proses mental
mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan
mengunakan bahsa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari
kemampuan berbicara secara eksternal ke internal berlangsung.

Adanya kemampuan berbahasa, maka anak dapat meningkatkan rasa percaya


diri dalam berkomunikasi dengan teman sebaya. Keterlibatan yang semakin
besar dengan teman sepermainan menunjukkan peningkatan pesat
kemampuannya bersosialisasi dan melatih mereka untuk mengasah
kemampuan atau keterampilan berbahasa mereka. Kemampuan berbicara dan
berbahasa anak biasanya didapat dari hasil imitasi terhadap kemampuan orang-
orang dewasa yang ada di sekitarnya dalam berbicara. Jika orang dewasa di
lingkungannya terbiasa berbicara dengan susunan kalimat lengkap dan tata
bahasa yang baik, maka anak akan memiliki kemampuan berbahasa yang baik
pula.

Usaha untuk meningkatkan perkembangan bahasa ini juga dilakukan para


pendidik TK setiap harinya. Sebagai contoh, pendidik seringkali mengajak anak
untuk menceritakan kembali apa yang telah dilakukan sebelum berangkat
sekolah. Hal ini bertujuan untuk melatih perkembangan bahasa anak. Dengan
anak bercerita, akan menambah perbendaharaan kata dan melatih kepercayaan
diri mereka ketika mereka mencoba untuk maju ke depan kelas dan bercerita.

4. Peran Pendidik Dalam Meningkatkan Kemampuan Perkembangan


Kognitif Dan Bahasa
a. Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak
1) Mendorong permainan anak
2) Mempertanyakan pandangan-pandangan tradisionil dari perkembangan
kognitif anak
3) Mengenali bahwa anak menyusun pengertian atau pemahaman nya
sendiri
4) Mendiskusikan cara-cara pengelompokan atau peng-golongan sesuatu
5) Mengenali bahwa perhatian anak akan diarahkan pada apa yang penting
dan relevan dengan mereka
6) Membantu anak-anak menjadi menyadari tentang berbagai strategi
untuk mengolah informasi
7) Mendukung interaksi diantara anak-anak, dan diantara orang dewasa
dan anakanak
8) Mendorong anak-anak untuk mengenali hubungan antara konsep-
konsep
9) Memberikan contoh pemecahan masalah
10) Mendiskusikan bagaimana cara masalah dapat diiden-tifikasi dan
dipecahkan
5. Meningkatkan Perkembangan Bahasa
a. Mengakui dan mempertahankan bahasa ibu dari anak-anak itu, apakah
itu berupa dialek atau bahasa lain selain bahasa Inggris Australia yang
diajarkan.
b. Memberi kesempatan bagi anak untuk berbicara dengan bahasa ibu, dan
mendengarkan orang lain berbicara dengan bahasa itu.
c. Menganjurkan penggunaan bahasa ibu
d. Menyediakan media cetak, dalam bentuk buku-buku, poster dan
kemasan makanan dengan bahasa yang tepat.
e. Menyediakan lingkungan yang kaya bahasa dengan pemodelan bahasa
untuk anak-anak, terlibat dalam percakapan dengan anak-anak secara
individu, dan memperluas bahasa anak.
f. Memfasilitasi penggunaan bahasa anak dalam konteks yang bermakna,
misalnya melalui pengalaman-pengalaman kelompok kecil.
g. Mendorong anak-anak dalam memperluas daftar fungsi-fungsi bahasa
mereka, khususnya fungsi-fungsi pada level yang lebih tinggi seperti
penalaran dan peramalan
h. Membantu anak-anak mengungkapkan pengertian mereka dengan kata-
kata, misalnya dengan menyampaikan pertanyaan yang akan mendorong
jenis bahasa ini.
i. Memberi anak dengan sedikit kesempatan untuk terlibat dalam
pengalaman bermain, khususnya pemainan drama, dimana mereka dapat
mempraktekkan bahasa dalam lingkungan yang tidak mengancam.
j. Memberi anak dengan sedikit kesempatan untuk terlibat dalam
pengalaman bermain, khususnya pemainan drama, dimana mereka dapat
mempraktekkan bahasa dalam lingkungan yang tidak mengancam.
C. Teori Kecerdasan
1. Pengertian Kecerdasan
Intelegensi atau kecerdasan menurut Dusek (Casmini,2007:2014) dapat
didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif adalah proses belajar
untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan test inteligensi,dam
secara kualitatif suatu cara berfikir dalam membentuk kontruk bagaimana
menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuiakan dengan
dirinya.Howard Gardner (Agus Efendi.2005:81) kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan suatu yang bernilai bagi
budaya tertentu.
Munzert mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual mencakup
kecepatan memberikan jawaban,penyelesaian,dan kemampuan menyelesaika
masalah,.David Wescler juga memberi pengertian kecerdasan sebagai suatu
kapasitas umum dari individu untuk bertindak,berfikir nasional dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif (Syaiful Sagala,2010:80).Sehingga dapat
diartikan pula bahwa kecerdasan atau intelligensi adalah kemampuan untuk
menguasai memampuan tertentu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan antara lain :


a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang
dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya
memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan
kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang kurang pintar.
Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan
itu masih tetap ada.
b. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan
matang apabila dapat menjalankan fungsinya masing-masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Dapat dibedakan
pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia
terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi). Dari
manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan dalam dunia luar itu, lama
kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Minat itulah yang
mendorong seseorang untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metodemetode
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia
memiliki kebebasan memilih metode, dan bebas pula memilih
3. Karakteristik Umum dalam Inteligensi atau Kecerdasan antara lain:
a. Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman;
b. Kemampuan untuk belajar atau menalar secara abstrak;
c. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari
perubahan dan ketidakpastian lingkungan;
d. Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat
tugas-tugas yang perlu diselesaikan.
Menurut pandangan para ahli dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan atau Inteligensi adalah kemampuan untuk menguasai
kemampuan tertentu. Inteligensi atau kecerdasan adalah suatu kekuatan
atau kemampuan untuk melakukan sesuatu. masalah sesuai dengan
kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak
selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi (Dalyono, 2009: 188-
189).
D. Mengukur Kecerdasan
Pengukuran kecerdasan ada tiga yaitu IQ (Kecerdasan Intelektual), EQ
(Kecerdasan emosional), SQ (Kecerdasan spiritual). Kecerdasan intelektual
bisa diukur karena bersifat kuantitatif. Beberapa alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang yaitu :
1. Test Binet Simon
Alat ukur kecerdasan kognitif pertama kali dibuat oleh Alfred Binet dan
Theodore Simon pada tahun 1905 atas permintaan pemerintah Perancis,
berkenaan dengan kasus kegagalan belajar murid-murid sekolah. Tes yang
mereka buat diperuntukkan anak usia 2 tahun sampai dengan 15 tahun. Cara
yang mereka tempuh untuk mengukur kemampuan tersebut adalah dengan
membandingkan usia mental (mental age) dengan usia kronologis
(chronological age).
2. Konsep Intelligence Quotient (IQ)
Teori ini mengadopsi teori Simon Binet yang menggunakan rumus :
IQ = MA : CA x 100
Keterangan :
IQ = Intelligence Quotient atau kecerdasan
MA = mental age atau usia mental. Diperoleh dari sekelompok pertanyaan
yang dijawab betul-betul oleh sejumlah besar individu dengan umur
yang sama.
CA = chronological age atau usia kalender
100 = konstanta atau bilangan tetap, diusulkan oleh Stern dan Terman
untuk menghindari angka pecahan dalam satuan IQ
Contoh : bila anak usia 10 tahun bisa menjawab soal usia 12 tahun maka
dikatakan MA tersebut anak tersebut adalah 12. Berdasarkan rumus di atas
maka
12 : 10 x 100 = 1,2 x 100 = 120
Jadi IQ anak usia 10 tahun tersebut adalah 120 yaitu di atas normal.
Sedangkan untuk kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ),
hingga saat ini belum ada alat yang dapat mengukurnya dengan jelas karena
dua kecerdasan tersebut bersifat kualitatif bukan kuantitatif.
3. Wechsler
Tes pertama disusun tahun 1939 dan diberi nama Wechsler Belleveu
Intelligence Scale disingkat WBIS dan direvisi tahun 1955 dengan nama
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini diperuntukkan untuk
dewasa. Untuk anak-anak, Wechsler juga mengembangkan tes sejenis
yang diberi nama Wechsler Intelligence Scale for Children
(WISC),diterbitkan tahun 1949. Tes ini terdiri atas dua bentuk yaitu
berbentuk verbal dijawab dengan bahasa,tulisan dan lisan,dan tes
perbuatan berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan,seperti menyusun
balok,menyusun guntingan gambar, dan lain-lain.
4. Tes Progressive Matrices (PM)
Ada yang berwarna, yaitu untuk anak kecil (s.d 10 tahun) dan tidak
berwarna untuk anak besar (11 s.d 14 tahun). Untuk dewasa juga
disediakan Advance Progressive Matrices (APM). Kategori
kecerdasan berdasarkan teori ini yaitu:
IQ Kategori
140 – ke atas Genius
130 – 139 Sangat cerdas
120 – 129 Cerdas
110 – 119 Di atas normal
90 – 109 Normal
80 – 89 Di bawah normal
70 – 79 Bodoh (dull)
50 – 69 Debil (moron)
25 – 49 Imbecil
Di bawah 25 Idiot

BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan

Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan


penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Salah satu kemampuan berpikir
yang termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
berpikir kritis.
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa
merupakan alat komunikasi untuk menjalin pertemanan, dan belajar banyak hal
di sekitarnya. Melalui komunikasi anak akan akan mampu membentuk dan
membangun suatu pemahaman pengetahuan baru tentang berbagai hal.
Manusia beraktivitas, berinteraksi dengan sesamanya bergantung dari
kesanggupannya dalam berfikir yang biasa disebut kecerdasan/inteligensi.
Pengukuran kecerdasan ada tiga yaitu IQ (Kecerdasan Intelektual), EQ
(Kecerdasan emosional), SQ (Kecerdasan spiritual).

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semoga pembaca dapat memahami definisi berpikir, perkembangan Bahasa,
teori kecerdasan dan cara menghitung kecerdasan. Tak lupa agar dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/324199529_Intelegensi_Konsep_dan_P
engukurannya

Anda mungkin juga menyukai