Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN TABLET PARASETAMOL


“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Solida”

KELOMPOK : 1
KELAS: B
1. Rieka Nurul Dwi A (201510410311053)
2. Isnaini Agustina (201510410311059)
3. Dinda Farida (201510410311071)
4. Zahro Hikmatul Ula (201510410311078)
5. Muhammad Andriyanto F. (201510410311079)
6. Dian Prawitasari (201510410311086)
7. Amelia Haq (201510410311093)
8. Dwi Retno Nur Syahida (201510410311101)

DOSEN PEMBIMBING:
Dian Ermawati, M.Farm., Apt.
Bety Sukmaning Tyas, S.Farm., Apt.
M. Artabah Muchlisin, S.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena


atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan
tepat waktu. Terselesaikannya laporan ini sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Solida. Adapun tujuan
penyusunan laporan ini untuk menambah wawasan kita tentang “Laporan akhir
praktikum pembuatan sediaan tablet Paracetamol”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan laporan ini baik berupa materi maupun pengarahannya.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi orang lain terutama
bagi penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Malang, Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Tablet..............................................................................................................3
2.2 Metode Pembuatan Tablet..............................................................................5
2.3 Komponen Formulasi Tablet..........................................................................6
2.4 Pemeriksaan sifat fisik campuran granul........................................................8
2.5 Pemeriksaan kualitas tablet............................................................................8
BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM.........................................10
3.1 Alternatif- Alternatif Metode Pembuatan.....................................................10
BAB IV DATA HASIL PRAKTIKUM..................................................................13
DOKUMEN 1 FORMULASI DAN PENGEMBANGAN PRODUK...............13
DOKUMEN 2 PRODUKSI................................................................................31
DOKUMEN 3 PENGAWASAN MUTU...........................................................41
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................48
BAB VI PENUTUP...............................................................................................58
Kesimpulan.........................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................59
LAMPIRAN...........................................................................................................60
1. Kemasan Luar.............................................................................................60
2. Kemasan Dalam..........................................................................................61
3. Brosur..........................................................................................................61

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan,
karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2)
mudah cara pemakaiannya, 3) stabil dalam penyimpanan, 4) mudah dalam
transportasi dan5) dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk
sediaan obat lainnya. Tablet parasetamol mengandung parasetamol,
C8H9NO2, tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
yang tertera di etiket. Parasetamol berkhasiat sebagai analgetik-antipiretik.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi
dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain (Lachman dkk., 1994). Selain mengandung zat aktif, dalam
pembuatan tablet diperlukan bahan-bahan tambahan yaitu bahan pengisi,
pengikat, penghancur, pelicin, antiaderen dan pembasah. Bahan tambahan
memegang peranan penting dalam pembuatan tablet.
Tablet dapat dibuat dengan cara pencetakan atau pengempaan.
Pencetakan tablet dilakukan dengan menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan, sedangkan dengan cara
pengempaan dibuat dengan cara memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan cetakan baja atau mesin yang mampu menekan
bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk atau
ukuran punch dan die (Lachman, 1994).
Sebelum membuat suatu produk sediaan farmasi, tahap awal yang
dilakukan adalah studi praformulasi yaitu pengumpulan informasi dasar
tentang sifat fisika-kimia dari obat/zat aktif baik sendiri maupun bila
dikombinasikan dengan zat eksipien yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan sediaan yang berkhasiat,
aman, stabil dan akseptabel yang dapat diproduksi secara skala industri.

1
Selanjutnya merancang formula yang akan dibuat sekaligus
menentukan metode pembuatan, memilih eksipen yang kompatibel dengan
zat aktif. Pengujian granul dilakukan sebelum melakukan pencetakan tablet.
Pengujian ini dimaksudkan agar granul yang akan dicetak menjadi tablet
memenuhi persyaratan untuk bisa dicetak. Tahap terakhir pembuatan tablet
adalah mengevaluasi sediaan tablet yang telah dicetak, apakah memenuhi
persyaratan atau tidak, agar nantinya diperoleh sediaan yang berkhasiat,
aman, stabil yang dapat diproduksi secara skala industri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan rumusan masalah dalam laporan.
1. Bagaimana studi praformulasi dan pemilihan metode apa yang cocok
untuk pembuatan parasetamol?
2. Bagaimana komposisi formulasi dan proses pembuatan tablet
parasetamol yang baik?
3. Bagaimana uji kualitas sediaan tablet yang baik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan tujuan penulisan laporan.
1. Untuk menjelaskan studi praformulasi dan pemilihan metode yang cocok
untuk pembuatan parasetamol.
2. Untuk mengetahui komposisi formulasi dan proses pembuatan tablet
parasetamol yang baik.
3. Untuk mengetahui uji kualitas sediaan tablet yang baik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet
Tablet (bahasa Yunani: tabula berarti 'meja') adalah campuran zat aktif
dan zat pengikat, biasanya dalam bentuk bubuk, yang dibentuk menjadi
padatan. Obat-obatan yang diberikan secara oral, sangat lazim tersedia dalam
bentuk tablet; penggunaan kata tablet sendiri secara umum merujuk pada
tablet obat. Tablet obat juga sering disebut pil. Produk lain yang juga
diproduksi dalam bentuk tablet yang akan larut antara lain adalah produk-
produk pembersih dan penghilang bau. Tablet dibagi menjadi beberapa
golongan, di antaranya berdasarkan: metode pembuatannya, distribusi obat
dalam tubuh, jenis bahan penyakit, dan tujuan penggunaan obat.
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok
( Farmakope Indonesia Edisi III).
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-
obat secara oral. Tablet mempunyai beberapa keuntungan, salah satu
diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap pemasukan
(temperproof) (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Sedangkan dalam Faemakope Indonesia Edisi V, Tablet adalah sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai (Ansel,
1989 hal. 244).

3
Sediaan tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak di pasaran
karena memiliki beberapa keuntungan dibanding bentuk sediaan lain, yaitu:
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga
memudahkan pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.
2. Mengandung zat aktif yang tepat.
3. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.
4. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume
yang kecil.
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut air.
6. Pelepasan zat aktif dapat diatur.
7. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutup rasa dan bau
yang tidak enak.
8. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya
produksinya lebih rendah.
9. Pemakaian oleh pasien lebih mudah.
10. Lebih murah dari bentuk sediaan lain seperti larutan atau injeksi.

Kerugian sediaan Tablet :


1. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
2. Formulasi tablet cukup rumit
3. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
4. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak
enak dari obat
5. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar
2.2 Metode Pembuatan Tablet
Terdapat tiga metode pembuatan tablet yaitu cetak langsung, granulasi
kering dan granulasi basah. Sedangkan faktor yang dipertimbangkan dalam
pembuatan tablet yaitu dosis, kompaktibilitas, aliran dan stabilitas terhadap
air & panas. Dalam praktikum ini digunakan metode granulasi basah, dimana
granulasi sendiri merupakan suatu proses membesarkan ukuran partikel-
partikel kecil serbuk yang terikat satu sama lain menjadi besar yang dapat
mengalir bebas. Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir bebas,
memadatkan campuran bahan, membuat campuran seragam yang tidak
memisah, memperbaiki karakteristik kompresibilitas dari zat aktif,
mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan, mengurangi debu
dan meningkatkan penampilan tablet.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a. Granulasi Basah

4
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya buruk.
Keuntungan metode granulasi basah:
1. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga
diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul
pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi massa yang kompak,
mempunyai penampilan, cukup keras dan tidak rapuh.
2. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas rendah, dalam takaran tinggi
dibuat dengan metode ini tidak perlu bahan penolong yang
menyebabkan bobot tablet lebih besar.
3. Sistem granulasi basah mencegah terjadinya segregasi komponen
penyusun tablet yang homogen selama proses pencampuran.
4. Untuk yang hidrofob maka granulasi basah dapat memperbaiki
kecepatan pelarutan kecepatan obat dengan memilih bahan pengikat
yang cocok (Bandelin, 1989).
Kelemahan granulasi basah yaitu tidak memungkinkan untuk
dikerjakan pada obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas
serta disolusi obat lebih lambat. Pada metode ini memerlukan peralatan
dan penanganan khusus serta tenaga yang cukup besar (Bandelin, 1989).
b. Granulasi Kering
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel
zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang
cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif

5
terhadap pemanasan dan kelembaban.
c. Cetak Langsung
Cetak langsung atau kempa langsung yaitu pembuatan tablet
dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering
tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta
zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Keuntungan
penggunaan metode ini adalah waktu produksi yang lebih singkat, dapat
dipakai untuk bahan yang tidak tahan air, tetapi kerugiannya adalah
sering terjadi pemisahan antar partikel (segregation) pada waktu partikel
turun di hopper ke die sehingga terjadi ketidakseragaman bahan aktif
(Ansel, 1989).

2.3 Komponen Formulasi Tablet


1. Pengisi (Diluent)
Bahan pengisi ditambahakan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit
dikempa. Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium
fosfat dibasa dan selulosa mikrokristal.
2. Pengikat (Binder)
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi
yang telah ada pada bahan pengisi.
3. Penghancur (disintegran)
Disintegran membantu hancurnya tablet setelah ditelan.
Disintegran tablet yang paling banyak digunakan adalah pati. Pati dan
selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa
mikrokristal dan poviden.
4. Pelicin (Lubrikan)
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet
dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Senyawa asam stearat denagan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk digunakan sebagai lubrikan. Pada umumnya
lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan

6
disintegrasi dan disolusi oleh tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang
berlebihan harus dihindarkan.
5. Glidan
Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan
mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses
granulasi. Glidan yang paling efektif adalah silika pirogenik koloidal.
6. Antiadherents
Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya
(sticking)permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk,
magnesium stearat danamilum jagung merupakan material yang memiliki
sifat antiadherent yang sangabaik.
7. Pembasah
8. Bahan pewarna
Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering ditsmbahkan pada
formulasi tablet untuk menambah nilai estetik atau untuk identitas poduk.
Kebnyakan bahan pewarna peka terhadap cahaya dan warnanya akan
memudar jika terpapar cahaya.

2.4 Pemeriksaan sifat fisik campuran granul


a. Waktu alir
Merupakan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
granul pada alat yang dipakai. Apabila granul mempunyai sifat alir yang
baik maka pengisian pada ruang kempa menjadi konstan sehingga
dihasilkan tablet yang mempunyai bobot seragam (Parrott, 1971).
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan
tumpukan granul dengan bidang horizontal. Corong berada pada suatu
ketinggian yang dikehendaki diatas bidang horizontal. Bubuk atau granul
dituang perlahan-lahan sampai didapat tumpukan bubuk yang berbentuk
kerucut. Bila sudut diam < 30° biasanya menunjukkan bahwa granul
dapat mengalir bebas, dan bila sudutnya > 40° biasanya sifat alirnya
kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
c. Indeks pengetapan
Didefinisikan sebagai penurunan volume sejumlah granul karena
kemampuannya mengisi ruang antara granul dan memampat secara lebih
rapat. Alat yang digunakan volumeter, terdiri dari gelas ukur yang

7
diletakkan pada suatu alat yang dapat bergerak naik turun secara mekanik
dengan bantuan alat penggerak.

2.5 Pemeriksaan kualitas tablet


a. Keseragaman bobot
Variasi bobot tablet dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi granul
yang berbeda, sifat alir granul yang tidak baik akan menyebabkan jumlah
serbuk yang masuk dalam ruang kompresi tidak seragam, sehingga
menghasilkan bobot tablet yang berbeda (Fonner dkk, 1990).
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua
tablet sesuai syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia.
b. Kekerasan
Dinyatakan sebagai daya tahan terhadap tekanan, tegangan,
patahan, guliran, gosokan dan jatuhan (Voigt, 1984). Kekerasan tablet
umumnya 4-8 kg (Parrott, 1971).
c. Waktu hancur
Didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk hancurnya
tablet dalam medium yang sesuai, kecuali dinyatakan lain untuk tablet
tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit.
d. Kerapuhan
Dinyatakan sebagai ketahanan suatu tablet terhadap goncangan
selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Tablet yang mudah rapuh
dan pecah akan kehilangan keindahan dalam penampilannya serta
menimbulkan variasi pada bobot tablet tablet dan keseragaman dosis
obat. Nilai kerapuhan yang dapat diterima sebagai batas tertinggi adalah
1% (Banker dan Anderson, 1986).
e. Disolusi
Didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat kimia atau
senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Uji
disolusi berguna untuk mengetahui seberapa banyak obat yang melarut
dalam medium asam atau basa (lambung dan usus halus) (Ansel, 1989).

8
Uji disolusi merupakan parameter yang menunjukkan kecepatan
pelarutan obat dari tablet. Pada dasarnya laju disolusi diukur dari jumlah
zat aktif yang terlarut pada waktu tertentu ke dalam medium cair yang
diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu pada suhu yang relatif
konstan (Khan, 1975).
.

9
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Alternatif- Alternatif Metode Pembuatan


Permasalahan paracetamol :
1. Memiliki sifat alir dan kompakbilitas yang kurang baik
2. Bahan aktif tidak stabil dari cahaya
Cara mengatasi permasalahan
1. Digunakan metode granulasi basah untuk mengatasi sifat alir dan
kompakbilitas
2. Digunakan botol tertutup rapat
Dosis

Kecil Besar
<50mg > 50 mg

Cetak Langsung/ Kompaktibilitas


Granulasi Basah
Baik Jelek

Aliran Stabilitas terhadap suhu, air

Baik Jelek Baik Jelek

Cetak Langsung Granulasi Basah Granulasi Basah Granulasi


Basah Aqua Non
Aqua
Sesuai dengan diagram formulasi di atas, dengan Paracetamol tablet 400 mg
maka dosis per tablet besar, maka dilihat dari kompaktibilitas, dikarenakan
kompaktibilitas Paracetamol buruk dan sifat alirnya baik, serta stabilitas
terhadap suhu dan air baik, maka metode yang dilakukan adalah granulasi
basah dengan aqua.
Formulasi Tablet Parasetamol dengan Granulasi Basah
1.
INGREDIENTS IN EACH IN 10.000
Acetaminophen 300 mg 3000 mg
Polyvinylpyrolidone 22,5 mg 225 mg
Lactose 61,75 mg 617,5 mg

10
Alcohol SD3A-200 Proof 4,5 mL 45 L
Stearic acid 9 mg 90 g
Talc 13,5 mg 135 g
Corn Starch 43,23 mg 432,3 g
(Remington the science & practice of pharmacy hlm 878)
2.
Formulation A B C
Acetaminophen 85,10 85,10 85,10
Starch 1500 (dry) 14,65 11,73 9,65
Starch 1500 (in water) - 2,92 -
PVP K 29/32 (in water) - - 5,00
Magnesium Stearate 0,251 0,25 0,25
(Wet Granulation of acetaminophen with starch 1500)
3.
Batch 1 Batch II Batch (%) Batch (%)
Ingredients 10% 20 %
(1%) (%)
2 % Binder 5 % Binder Binder Binder
Parasetamol 71,4 71,4 71,4 71,4
Lactose 19,6 16,6 11,6 1,6
Binder 2,0 5,0 10,0 20,0
Corn Starch 5,0 5,0 5,0 5,0
Talc 1,0 1,0 1,0 1,0
Magnesium 1,0 1,0 1,0 1,0
Stearate

Jurnal : Formulation and evaluation of paracetamol tablets


manufactured using the dried of Phoenix dactylifera Linn as an
excipien.

11
BAB IV
DATA HASIL PRAKTIKUM

DOKUMEN 1
FORMULASI DAN
PENGEMBANGAN PRODUK

PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL

TANGGAL MULAI : 20 Februari 2017


TANGGAL SELESAI: 20 Februari 2017

BAGIAN FORMULASI DAN PENGEMBANGAN PRODUK


NO NAMA NIM TT
1 Dian Prawita Sari 201510410311086
2 Dwi Retno Nur Syahida 201510410311101
3

I. TINJAUAN TENTANG OBAT


1. LATAR BELAKANG BAHAN OBAT
Nama Bahan Obat : Parasetamol / Acetaminophen
Nama Kimia : 4-Hidroksiasetanilida

12
Struktur Kimia :
BM : 151, 16
Kemurnian : Parasetamol mengandung tidak kurang 98,0 %
dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 terhadap zat
anhidrat.
(Farmakope Indonesia edisi V: 984)
Efek Terapeletik: Analgetik antipiretik
Dosis Pemakaian : a. Anak & Bayi
6-12 bulan : 50 mg/200 mg
1-15 tahun : 50 mg-100 mg/200 mg-400 mg
5-10 tahun : 100 mg-200 mg/ 400 mg-800 mg
10 ahun keatas : 250 mg/ 1 g
b. Dewasa : 500mg/2g
(Farmakope Indonesia edisi III : 920-959)

2. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT


Farmakodinamik
Efek terapi atau analgesik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat. Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh
karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Paracetamol
merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. (Farmakologi dan
Terapi UI hal 238).
Farmako Kinetik
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan
tubuh, dalam plasma 25 % paracetamol terikat protein plasma. Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, obat ini dieksresi melalui ginjal.
Sebagian acetaminofen (80%) dikonjugasi dalam asam glukoronat dan
sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat selain itu obat ini juga dapat
mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat
menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit obat ini di
ekskresi melalui ginjal. Sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan

13
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Farmakologi dan terapi UI hal
238).

3. ORGANOLEPTIS
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Sedikit pahit (FI Ed. V hal.984-985 )

4. MIKROSKOPIS
Bentuk Kristal : Serbuk hablur (FI Ed. V hal.985)

5. KARAKTERITIK FISIK/FISIKOMEKANIK
1) Titik lebur : 16o sampai 172o (FI Ed.V hal.985)
2) Bobot jenis : 1,293 g/cm3 (merk indeks 12th, 8)
3) Ukuran/distribusi : 2 – 6 µm (Jurnal Influence of particle size and
shape on flowability of binary mixtures of
paracetamol)
4) Sifat alir : jelek karena parasetamol memiliki ukuran partikel
kurang dari 100 µm sehingga sulit mengalir
(Pharmaceutics, Science Of Dossage Form, 200)

5) Kompaktibilitas : jelek (Pharmaceutical Dossage Form : Tablet


Vol 1 :47)
Sampel Kekerasan Kesimpulan
A
B
C

6) Higroskopis : Paracetamol menyerap sedikit jumlah uap lembab

pada suhu 25° C pada kelembaban relatif hingga


90% (codex ed.12 hal, 989).
7) Poliforfisme : Parasetamol memiliki dua bentuk polimorf.
Polimorf bentuk I yang stabil secara temodinamika
(monoclinic) cenderung memberikan tablet yang
tidak stabil dan cenderung capping polimorf
bentuk II (Orthorombic) menunjukkan sifat

14
compressi yang lebih baik (Jurnal Identifikfasi
sifat mekanik polimorf parasetamol dengan
menggunakan software Mercury 33)

6. KARAKTERISTIKF FISIKOKIMIA
1) Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida, mudah larut dalam etanol
(FI edisi V hal 985).
2) pKa : 9,5 (Remington : 1455).
3) Profil Kelarutan Terhadap pH: Dalam la8rutan jenuh pH 5,3 – 6,5
(Remington, 1456)
4) Laju Disolusi : Dalam 30 menit harus larut tidak kurang dari
80%(Q) C8H9HO2 dari jumlah yang tertera pada
etiket
Media disolusi : 900 ml larutan dapar fosfat pH
5,8
Alat tipe 2 : 50 rpm dengan waktu 30 menit
(FI V hal 987).
5) Koefisien Partisi : Log p 0,49 (Jurnal Identifikasi Bahan Kimia
Koefisien partisi merupakan rasio konsentrasi dari

suatu senyawa dalam 2 tahap, dari campuran yang

tidak saling larut dalam pelarut pada


kesetimbangannya.
7. STABILITAS
1) Stabilitas bahan padat
Terhadap Suhu : Stabil pada suhu 45o C (Ruangan)
(codex 12th edisi hal 989)
Terhadap Cahaya : Tidak Stabil (FI Ed.V : 985)
Terhadap kelembapan : Mampu menyerap uap air dalam jumlah yang
tidak signifikan pada suhu 25oC, pada
kelembapan relatif meningkat sekitar 90%
(Codex 12th hal 989)
2) Stabilitas larutan
Terhadap Pelarut : sangat stabil dalam air
(codex 12th edisi hal 989)

15
Terhadap pH : Hidrolisis minimum terjadi pada pH 5-7
dan dalam suhu 26° C t1/2 paracetamol Ph

2;5;6 dan 9 adalah 0,73 ;19,8 ; 21,8 dan 22,

8 tahun (Codex 12th hal 989)


Terhadap cahaya : Tidak stabil
Terhadap oksigen : Tahan terhadap oksidasi dan kondisi
lembab. P-aminophenol terdegradasi
menjadi quinonnine dan akanwarnanya
merah muda, coklat, dan hitam.
(Codex 12th hal 989)

8. INKOMPATIBILITAS DENGAN EKSIPIEN


Paracetamol tidak terdekomposisi dengan kebanyakn bahan tambahan,
tetapi dengan adanya P-aminofenol dalam paracetamol akan bereaksi
dengan serbuk besi pada kadar rendah, menyebabkan warna merah muda.
(Pharm. Dosage Form Tablet Vol. 1 hal 362)

9. PROSEDUR PENETAPAN KADAR


Larutan Baku : Timbang seksama sejumlah paracetamol BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar lebih kurang 12 mg perhari.
Larutan Uji : Timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukan kedalam

labu terukur 500ml, larutkan dalam 10 ml metanol p.


Encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml
larutkan ke dalam labuterukur 100ml, encerkan dengan air

sampai tanda dan campur. Ukur serapan larutan uji dan


larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum

lebih kurang 244 nm terhadap air sebagai blanko. Hitung


jumlah dalam mg, C8H9NO2 dalam zat yang digunakan
dengan rumus

16
10 C =

C adalah kadar paracetamol BPFI dalam mg per ml larutan

baku At dan As berturut-turut adalah sarapan larutan uji


dan larutan baku (FI IV hal 650).

10. RANCANGAN KEMASAN PRIMER DAN SEKUNDER


No Primer Sekunder
1 Botol kaca berwarna Kotak kardus dengan tulisan obat
coklat/gelap & tertutup rapat jadi
2 Nama obat jadi Bobot netto
3 Komposisi obat Bentuk Sediaan
4 Nama pabrik Komposisi Obat
5 Industri Dosis
6 Kontra Indikasi Nama Pabrik
7 Dosis Indikasi
8 Aturan Pakai Kontra Indikasi
9 Nomor Batch Efek Samping
10 Tanggal kadaluarsa Aturan Pakai
11 Nomor Registrasi No Registrasi
12 Cara Penyimpanan No Batch
13 Bentuk Sediaan Tanggal Kadaluarsa
14 Logo Golongan Obat Cara Penyimpanan
15 Peringatan Logo Golongan Obat

11. RANCANGAN BROSUR


1 Komposisi 10 Nama Pabrik
2 Dosis 11 Logo Golongan Obat
3 Nama Obat Jadi 12 Netto
4 Farmakologi 13 Cara kerja Obat
5 Indikasi 14 Bentuk Sediaan
6 Kontraindikasi 15 Aturan Pakai
7 Efek Samping 16 Interaksi Obat
8 Peringatan dan Perhatian 17 Peyimpanan
9 No. Registrasi 18 Kemasan
19 No.Batch

12. PENENTUAN WAKTU KADALUARSA

17
1. Dicari data t ½ terbesar pada suhu tertentu
2. Di cari orde reaksi yang di ikuti bahan aktif (paracetamol mengikuti
reaksi orde kesatu semu)
3. Di hitung harga K (konstanta kecepatan reaksi) dengan rumus :
- Log (Co-t) = log Co – k.t/ 2,303, saat t½Ct = ½ Co
- Log ½ Co= log Co-k.t/ 2,303 k = log 2 x 2,303/ t ½
4. Dihitung waktu saat bahan aktif tinggal 90 % (tgo) dengan rumus :
t9o = log 0,9 x 2,303/ -K

11 ALTERNATIF- ALTERNATIF METODE PEMBUATAN


Permasalahan paracetamol :
1. Memiliki sifat alir dan kompakbilitas yang kurang baik
2. Bahan aktif tidak stabil dari cahaya
Cara mengatasi permasalahan :
1. Digunakan metode granulasi basah untuk mengatasi sifat alir dan
kompakbilitas
2. Digunakan botol tertutup rapat
Dosis
Kecil Besar
< 50 mg >50 mg

Cetak Langsung/ Kompaktibilitas


Granulasi Basah
Baik Jelek

Aliran Stabilitas terhadap suhu dan air

Baik Jelek Baik Jelek

Cetak Langsung Granulasi Kering


Granulasi Basah Granulasi Basah
Aqua Non aqua
Sesuai dengan diagram formulasi di atas, dengan Paracetamol tablet 400
mg maka dosis per tablet besar, maka dilihat dari kompaktibilitas,
dikarenakan kompaktibilitas Paracetamol buruk dan sifat alirnya baik, serta
stabilitas terhadap suhu dan air baik, maka metode yang dilakukan adalah
Granulasi Basah dengan aqua.

Formulasi Tablet Parasetamol dengan Granulasi Basah

18
1.
INGREDIENTS IN EACH IN 10.000
Acetaminophen 300 mg 3000 mg
Polyvinylpyrolidone 22,5 mg 225 mg
Lactose 61,75 mg 617,5 mg

Alcohol SD3A-200 Proof 4,5 mL 45 L


Stearic acid 9 mg 90 g
Talc 13,5 mg 135 g
Corn Starch 43,23 mg 432,3 g
(Remington the science & practice of pharmacy hlm 878)
2.
Formulation A B C
Acetaminophen 85,10 85,10 85,10
Starch 1500 (dry) 14,65 11,73 9,65
Starch 1500 (in water) - 2,92 -
PVP K 29/32 (in water) - - 5,00
Magnesium Stearate 0,251 0,25 0,25
(Wet Granulation of acetaminophen with starch 1500)
3.
Batch 1 Batch II Batch (%) Batch (%)
Ingredients 10% 20 %
(1%) (%)
2 % Binder 5 % Binder Binder Binder
Parasetamol 71,4 71,4 71,4 71,4
Lactose 19,6 16,6 11,6 1,6
Binder 2,0 5,0 10,0 20,0
Corn Starch 5,0 5,0 5,0 5,0
Talc 1,0 1,0 1,0 1,0
Magnesium 1,0 1,0 1,0 1,0
Stearate

Jurnal : Formulation and evaluation of paracetamol tablets


manufactured using the dried of Phoenix dactylifera Linn as an
excipient

12 FORMULA YANG DIBUAT


Kelompok 1
% Jumlah
%
Nama Rentang Tiap Jumlah 400
NO Fungsi Yang
Bahan Pemakaia Tablet Tablet (mg)
Dibuat
n (mg)
1 Acetaminophe Bahan - - 250 100000

19
n aktif
2 Laktosa Pengisi - 29% 116 46400
0,5% -
3 PVP K-30 pengikat 3% 12 4800
5%
disintegra
4 SSG 2% - 8% 4% 16 6400
n
0,2% -
5 Mg-stearat lubrikan 0,5% 2 800
2%
Antiadere
6 Talk 1%-5% 1% 4 1600
n
7 aqua Pembasah 10% 40 16000

Kelompok 2
% Jumlah
%
Nama Rentang Tiap Jumlah 400
NO Fungsi Yang
Bahan Pemakaia Tablet Tablet (mg)
Dibuat
n (mg)
Acetaminophe Bahan
1 - - 500 200000
n aktif
2 Laktosa Pengisi - - 94.75 37900
0,5% -
3 PVP K-30 pengikat 3% 19.5 7800
5%
disintegra
4 SSG 2% - 8% 4% 26 10400
n
0,2% -
5 Mg-stearat lubrikan 0,5% 3.25 1300
2%
Antiadere
6 Talk 1%-5% 1% 6.5 2600
n
7 aqua Pembasah 10% 65 26000

Kelompok 3
% Jumlah
%
Nama Rentang Tiap Jumlah 400
NO Fungsi Yang
Bahan Pemakaia Tablet Tablet (mg)
Dibuat
n (mg)
Acetaminophe Bahan
1 - - 250 100000
n aktif
2 Laktosa Pengisi - - 122 48800
3 PVP K-30 pengikat 0,5% - 3% 12 4800

20
5%
disintegra
4 SSG 2% - 8% 2% 8 3200
n
0,2% -
5 Mg-stearat lubrikan 1% 4 1600
2%
Antiadere
6 Talk 1%-5% 1% 4 1600
n
7 aqua Pembasah 40 16000

Kelompok 4
% Jumlah
%
Nama Rentang Tiap Jumlah 400
NO Fungsi Yang
Bahan Pemakaia Tablet Tablet (mg)
Dibuat
n (mg)
Acetaminophe Bahan 76.92
1 - 500 200000
n aktif %
17.01
2 Laktosa Pengisi - 110.955 44408
%
0,5% -
3 PVP K-30 pengikat 2% 13 5200
5%
disintegra
4 SSG 2% - 8% 2% 13 5200
n
0,2% -
5 Mg-stearat lubrikan 1% 6.5 2600
2%
Antiadere
6 Talk 1%-5% 1% 6.5 2600
n
7 aqua Pembasah

Kelompok 5
NO Nama Fungsi % % Jumlah Jumlah 400
Bahan Tablet (mg)
Rentang Yang Tiap
Pemakaia Dibuat Tablet

21
n (mg)
Acetaminophe Bahan
1 - 250 100000
n aktif
2 Laktosa Pengisi - 77,8 3120
0,5% -
3 PVP K-30 pengikat 4 1600
5%
disintegra
4 SSG 2% - 8% 16 6400
n
0,2% -
5 Mg-stearat lubrikan 4 1600
2%
Antiadere
6 Talk 1%-5% 8 3200
n
7 aqua Pembasah 40 16000
Pewarna
8 Pewarna 0,2 80
Merah

Kelompok 6
% Jumlah
%
Nama Rentang Tiap Jumlah 400
NO Fungsi Yang
Bahan Pemakaia Tablet Tablet (mg)
Dibuat
n (mg)
Acetaminophe Bahan
1 - - 250 100000
n aktif
2 Laktosa Pengisi - - 33.8 13520
0,5% -
3 PVP K-30 pengikat 3% 8 3200
5%
disintegra
4 SSG 2% - 8% 4% 16 6400
n
0,2% -
5 Mg-stearat lubrikan 0,5% 4 1600
2%
Antiadere
6 Talk 1%-5% 1% 8 3200
n
7 aqua Pembasah 80 32000
8 Zat pewarna 0.2 80

22
13 MONOGRAFI
1. Parasetamol
Sinonim : Paracetamolum, Acetaminophen
Nama kimia : 4-Hidroksiasetanilida
BM : 151,16
Struktur kimia :

Kategori fungsional : Bahan aktif dari tablet


Pemerian : Serbuk, hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
Hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan asam askorbat.
(FI Ed. V hal. 998)
2. Sodium starch glycolate (SSG)
Sinonim : primojel, explotab, table, carboxymethyl starch,
vivastar p
Nama kimia : sodium carboxymethyl starch
BM : 5 x 105 – 1 x 106
Struktur kimia :

Kategori fungsional : disintegran tablet dan kapsul


Aplikasi dalam farmasi : digunakan secara luas dalam farmasi oral sebagai
disintegran dalam kapsul dan tablet, umumnya
digunakan pada pembuatan tablet dengan cara
cetak langsung atau granulasi basah. Konsentrasi
biasa digunakan dalam formula adalah antara 2-
8%, dengan konsentrasi optimum sekitar 4%,
meskipun dalam banyak kasus 2% sudah cukup.
Disintegran terjadi dengan penyerapan air yang
cepat dan pembengkakan yang sangat besar.
Pemerian : Putih atau hampir, bebas mengalir dan sangat
higroskopis serbuk. Pheur 6,0 menyatakan bahkan ketika
diperiksa dibawah mikroskop terdiri dari : butiran, bentuk

23
tidak teratur, bulat telur atau berbentuk buah pir,
berukuran 30-100 mm, atau bulat, berukuran 10-35 mm.
Butiran menunjukkan pembengkakan yang cukup besar
dalam kontak dengan air.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam metilen klorida. Memberikan
suspensi tembus cahaya dalam air.
Berat jenis nyata : 1,56 g/cm3 untuk primojel
Penyimpanan : stabil meskipun sangat higroskopis dan harus
disimpan dalam tempat yang tertutup kuat untuk
melindunginya dari variasi kelembapan dan
temperatur yang dapat menyebabkan penggumpalan.
Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan asam askorbat.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, 6th edition, page 663)
3. Cellulose, microcrystalline
Sinonim : avicel ph, cellets, cellex, cellulose gel, fibrocel
Nama kimia : sellulose
Rumus empiris : (C6H10O5)n , dimana n ~ 220
Struktur kimia :

Kategori fungsional : Adsorban, agen suspensi, diluen tablet dan kapsul,

disintegran tablet
Aplikasi dalam farmasi : Banyak digunakan dalam obat-obatan
terutama sebagai pengikat/ pengencer
dalam formulasi tablet oral dan kapsul
dimana digunakan proses granulasi basah
dan cetak langsung juga memiliki beberapa
lubrikan / pelumas dan disintegran yang
berguna dalam pembuatan tablet digunakan
juga dalam produk kosmetik dan makanan.
Pemerian : Mikrokristalin selulosa adalah telah dimurnikan,
sebagai di depolimerisasi selulosa yang menyebabkan
menjadi putih, tidak berbau, hambar, serbuk kristal yang
terdiri dari partikel berpori. Penggunaan untuk adsorban

24
(20-90%), antiadherent (5-20%), pengikat kapsul atau
pengencer (20-90%), disintegran tablet (5-15%) dan
pengikat tablet/ pengencer (20-90%).
Penyimpanan : Stabil walaupun material higroskopik material yang
banyak harus disimpan dalam wadah tertutup baik
yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : tidak inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat
Berat jenis nyata : 1,512-1,668 g/cm3
Kelarutan : sedikit larut dalam 5% b/v larutan natrium hidroksida,
praktis tidak larut dalam air, asam encer dan banyak
pelarut organik.
Titik lebur : 2600 – 2700 C (membakar hangus)
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th edition, page 129)
4. Lactosa Anhydrous
Nama kimia : O-β-D-galactopyranosyl-(1  4)-β-D-glucopyranose
BM : 342,30
Rumus empiris : C12H22O11
Struktur kimia :

Pemerian : Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal


berwarna putih, rasa manis, tidak berbau.
Berat jenis nyata : 1,180 g/cm3
0
Titik lebur : 232 C
Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.
Stabilitas : Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan
dalam penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh panas, kondisi lembab yang kelembabannya
hingga 80%.
Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator
kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan
amin primer dan sekunder bila disimpan dalam
kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.
Kegunaan : Tablet filler atau diluent atau pengisi.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th edition, page 359 – 361)
5. Magnesium stearate

25
Sinonim : garam magnesium, asam stearat, sympro 90, dibasic
magnesium stearat
Nama kimia : asam okta dekanoat garam magnesium
Rumus empiris : C36H70MgO4
BM : 591,24
Sruktur kimia : [CH3(CH2)16 COO]2 Mg
Kategori fungsional : pelumas tablet dan kapsul
Aplikasi farmasi : banyak digunakan dalam kosmetik, makanan dan
formulasi obat-obatan terutama digunakan sebagai
pelumas dalam produksi tablet dan kapsul pada
konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b/b. Juga
digunakan sebgai krim penghalang.
Pemerian : sangat halus, putih terang, memiliki bau yang samar asam
stearat dan rasa khas serbuk berminyak untuk disentuh dan
mudah melekat pada kulit.
Berat jenis nyata : 1,092 g/cm3
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%)
Titik lebur : 1170 C – 1500 C (contoh komersial)
Penyimpanan : stabil dan harus penyimpanan dalam wadah dan tertutup
rapat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan asam kuat, alkali dan garam
besi. Hindari pencampuran dengan bahan
pengoksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,
beberapa vitamin dan banyak garam alkaloid
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th edition, page 404)
6. Air
Sinonim : aqua destilata, purified water
Rumus empiris : H2O
Struktur kimia :4
BM : 18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
(FI edisi V hal. 96)

Malang, 20 Februari 2017


Bagian Formulasi dan Pengembangan Produk
NO NAMA T.T.
1 Dian Prawitasari
2 Dwi Retno Nursyahida
3

26
DOKUMEN 2
PRODUKSI

PEMBUATAN TABLET : PARACETAMOL

TANGGAL MULAI : 27 Februari 2017


TANGGAL SELESAI : 13 Maret 2017

BAGIAN PRODUKSI

No. NAMA NIM TTD


1. Dinda Farida 201510410311071

2. Zahro Hikmatul Ula 201510410311078

3. M.Andriyanto Firdaus 201510410311079

27
I. KOMPOSISI
JUMLAH 400
No. NAMA BAHAN JUMLAH (mg/tablet)
TABLET
1. Paracetamol 250mg 100g

2. PVP K-30 12mg 4,8g

3. SSG 16mg 6,4g

4. Mg-stearat 2mg 0,8g

5. Talcum 4mg 1,6g

6. Lactosa 116mg 46,4g

7. Aquadest 40mg 16g

II. DIAGRAM ALIR PROSES PRODUKSI


Parasetamol+lactosa PVP+Aquadest

Granulasi basah

Ayak dengan ayakan no mesh 12


sampai didapat granul basah

Dikeringakan didalam oven

Granul kering diayak dengan ayakan no mesh 16

Evaluasi granul : kecepatan alir dan sudut istirahat

Tambahakan dengan campuran talkum, mg stearat dan SSG

Pengempan tablet

III. PELAKSANAAN
1. PENIMBANGAN

28
NO. NAMA BAHAN JUMLAH TTD TTD

1. Parasetamol 100g

2. PVP K-30 4,8g

3. SSG 6,4g

4. Mg stearat 0,8g

5. Talkum 1,6g

6. Lactosa 46,4g

7. Aquadest 16g = 20ml

2. PENCAMPURAN KERING
a. Alat : mortir, stemper, sudip
b. Bahan : paracetamol, lactosa
c. Lama pencampuran : 10 menit
d. Prosedur :
1. Ditimbang lactosa 46,4 g, lapisi mortir dengan sedikit lactosa
2. Ditimbang parasetamol 100g, masukkan kedalam mortir lalu
tambahkan sisa lactosa
3. Aduk ad homogen

3. GRANULASI
3.1. Pembuatan Larutan Pengikat
a. Ditimbang PVP K-30 sebanyak 4,8g
b. Ambil 20 ml aquadest, lalu panaskan diatas hotplate
c. Larutkan PVP K-30 di air panas, tunggu sampai terlarut
sempurna

3.2. Pembuatan Massa Granul


a. Alat : mortir, stemper, sudip
b. Lama Granulasi : 30 menit
c. Prosedur :
1. Campurkan parasetamol dan laktosa diarutkan dengan larutan
pengikat sedikit demi sedikit
2. Aduk ad homogen sampai terbentuk masa granul

29
3.3. Pengayakan Masa Granul
a. Alat : ayakan dengan no mesh 12
spatula/sudip,loyang
b. Diameter pengayak : 12 mesh
c. Prosedur :
1. Setelah terbentuk masa granul diayaka dengan cara
ambilsedikit masa granul ke ayakan, lalu tekan dengan
menggunakan sendok sampai masa granul habis.

4. PENGERINGAN
a. Alat : oven
b. Suhu : 50o C
c. Lama Pengeringan : ± 6 jam
Awal proses Akhir proses
TTD
pengeringan pengeringan
10.00 WIB 16.00 WIB

5. PENGAYAKAN GRANUL KERING


a. Alat : shieve shaker
b. Diameter : mesh 16

6. EVALUASI GRANUL
6.1 Distribusi Ukuran Granul / “FINES” = 50 g

Pengayak
Bobot
Diameter Bobot
pengayak+granul
No.mesh lubang Bobot (g) granul (g)
(g)
(µm)
20 >850 341,41 376,86 35,45

40 425 348,93 351,24 2,31

60 250 285,80 289,49 3,69

80 180 279,79 283,96 4,17

30
100 <150 341,33 342,98 1,65

Pan - 328,97 329,99 1,02

JUMLAH 48,29

1. Tabel Distribusi Ukuran

Ukuran Bobot Granul

Granul (µm) (g) (%) (%kumulatif)

>850 35,45 73,41 73,41

425-850 2,31 4,78 78,19

250-425 3,69 7,64 85,83

180-250 4,17 8,64 94,47

150-180 1,65 3,42 97,89

<150 1,02 2,11 100%

JUMLAH 48,29 100%

2. Kurva Histogram Frekuensi / Frekuensi Ukuran

31
3. Kurva Frekuensi Kumulatif

6.2 Bobot jenis


BJ nyata : Bobot botol kosong = 129,82 g
Bobot botol+granul = 1. 177,9 g

32
2. 177,59 g
3. 177,62 g

No. W (g) V(ml) Bj (g/ml)

1. 48,08 100 0,481

2. 47,77 100 0,478

3. 47,80 100 0,478

Rata-Rata 0,479

Bj mampat :
HASIL PENGAMATAN :

Interval Volume

Pengetukan 1 2 3

100 93 ml 94 ml 93 ml

200 92 ml 92 ml 91 ml

300 91 ml 92 ml 91 ml

400 91 ml 92 ml 91 ml

500 91 ml 91 ml 91 ml

600 91 ml 91 ml 91 ml

700

800

900

33
1000
48,08 g/91,5 ml = 47,77 g/92 ml = 47,8 g/91,33 ml
Bj (g/ml)
0,525 g/ml 0,519 g/ml = 0,523 g/ml

Bj Rata-rata =

Porositas =-

Kompresibilitas = x 100% = 8.24%

Indeks Kompresibilitas (%) Kategori Sifat Alir


5-12 Istimewa
12-16 Baik
18-21 Sedang
23-33 Buruk
33-38 SangatBuruk
>40 Sangat-sangat buruk

6.3 Kandungan lengas (MC) = 0,29 %


Tujuan :Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat
mengantisipasi masalah yang terjadi selama proses pengempaan tablet,
terutama kandungan lembab menjadi faktor penyebabnya.
Alat :Moisture balance
Prinsip :Alat menentukan persentase massa yang hilang (air,
komponen yang mudah menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu
(70oC)
Persyaratan :Kadar air yang baik 2%

6.4 Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat


Kecepatan Alir

34
Sebelum Penambahan Lubrikan
No. Kecepatan
W (g) t (detik)
alir (g/s)
1. 50 6,95 7,19

2. 50 6,68 7,49

3. 50 6,61 7,56

Rata-Rata 7,41

Sudut Istirahat

No. h (cm) r (cm) α (o)

1. 3 5 30,96

2. 3 5 30,96

3. 3 5 30,96

Rata-Rata 30,96

6.5 KESERAGAMAN KANDUNGAN


(OLEH BAGIAN PRNGUJIAN MUTU)

7 PENCAMPURAN FASE EKSTERNAL


a. Alat : toples
b. Lama pencampuran : 5 menit

8 PENCETAKAN TABLET
a. Alat : mesin cetak tablet dan single punch
b. Kecepatan tabletasi : 106/menit
c. Diameter tablet : 1.31 mm
d. Bobot tablet : 0.4 g
e. Rentang Bobot (±5%) : 0.38 g – 0.42 g
f. Kekerasan (>4 kg) : 4.9 kg

35
Malang, 13 Maret 2017
Bagian Produksi,

No. NAMA TTD

1. Dinda Farida

2. Zahro Hikmatul Ula

3. M. Andriyanto Firdaus

36
DOKUMEN 3
PENGAWASAN MUTU

PEMBUATAN TABLET : PARACETAMOL

TANGGAL MULAI : 20 Maret 2017


TANGGAL SELESAI : 20 Maret 2017

BAGIAN PENGAWASAN MUTU

No. NAMA NIM TTD


1. Rieka Nurul Dwi A 201510410311053

2. Isnaini Agustina 201510410311059

3. Amelia Haq 201510410311083

37
EVALUASI TABLET
I. PENGUJIAN MUTU PRODUK JADI
1. KERAGAMAN BOBOT TABLET
Tujuan :Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Alat : Analytical balance
Prosedur :(untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil
secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata
bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap
bobot rata-rata.
Persyaratan :Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari 5 %, dan tidak boleh ada satupun
tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.
Penyimpanganbobot rata-rata dalam %
Bobot rata-rata
A B
25 mg ataukurang 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7.5 15
>300 mg 5 10

Bobot tablet yang direncanakan : 0.4 g


Rentang bobot : 5% ( 0.3800 g – 0.4200 g )

Bobot % Penyimpangan Bobot % Penyimpangan


No No
Tablet (g) Bobot Tablet Tablet (g) Bobot Tablet
1 0.40 0.13 11 0.40 0.13
2 0.40 0.13 12 0.39 2.38
3 0.41 2.63 13 0.41 2.63
4 0.41 2.63 14 0.39 2.38
5 0.41 2.63 15 0.40 0.13
6 0.40 0.13 16 0.40 0.13
7 0.39 2.38 17 0.39 2.38
8 0.40 0.13 18 0.41 2.63
9 0.39 2.38 19 0.39 2.38
10 0.40 0.13 20 0.40 0.13

Bobot tablet rata-rata : 0.3995 g

38
Kesimpulan : Tablet memenuhi uji keseragaman bobot karena
persen penyimpangan bobot tablet tidak ada yang menyimpang dari harga
yang ditetapkan oleh kolom A dan B sesuai yang ditetapkan oleh Farmakope
Indonesia edisi III halaman 7.

2. KESERAGAMAN UKURAN
Tujuan : Menjamin penampilan tablet yang baik
Alat : Jangka sorong
Prinsip : Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan
indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan
terhadap diameter dan tebal tablet.
Prosedur : Sebanyak 5 tablet diambil secara acak. Letakkan tablet
padaposisi horizontal untuk mengukur diameter tablet
danletakkanpadaposisi vertical untuk mengukur tebal tablet.

No Diameter (mm) Tebal (mm) D/T


1 1.31 0.24 5.46
2 1.31 0.245 5.35
3 1.31 0.25 5.24
4 1.31 0.24 5.35
5 1.31 0.26 5.04

Rata-rata : Diameter : 1.31 mm


Tebal : 0.248 mm
Persyaratan : Kecuali dinyatakan lain, Diameter tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet (Farmakope
Indonesia edisi III halaman 6)
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi persyaratan uji keseragaman ukuran
karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet.

3. WAKTU HANCUR TABLET


Tujuan : Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan
tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet
kunyah, sustained release).
Alat : Desintegran tester

39
Prinsip :Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam
media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2°
kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Volume diatur
pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada
permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut
tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan
satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik
turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur
dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak
ada bagian yang tertinggal di atas kasa.Jika 1 atau 2 tablet
tidakterdisintegrasisecarasempurna, pengujian diulang
dengan menggunakan 12 tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari
18 tablet yang diuji harus terdisintegrasi sempurna.
Prosedur :
1. Dimasukkan 1 tablet padamasing-masingtabung (ada 6 tabung)
2. Masukkancakrampadasetiaptabung
3. Digunakan air bersuhu 37o C ± 2o C sebanyak 900 ml
4. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua
tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet
tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu.
Rata-rata :-
Persyaratan : Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari
60 menit untuk tablet bersalut.
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi persyaratan uji waktu hancur karena
setelah 15 menit tidak satu tabletpun yang hancur.

4. KEKERASAN TABLET
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada
proses, pengemasan dan penghantaran tablet.
Alat : Hardness tester
Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk
menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan
pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan
tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.

40
Prosedur : Diambil tablet sebanyak 10 tablet lalu diletakkan tepat
ditengah besi penahan dengan spiral pengukur secara vertical.
Putar spiral secara perlahan sampai tablet pecah atau hancur.

No Kekerasan (kg) No Kekerasan (kg)


1 6 6 5.5
2 5.5 7 4
3 5.5 8 4.5
4 4 9 4.5
5 4.5 10 5

Rata-rata : 4.9 kg
Persyaratan : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg/cm2
Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet.

5. KERAPUHAN TABLET
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada
proses, pengemasan dan penghantaran.
Alat : Friability tester
Prinsip : Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan
persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan
dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.
Prosedur : Ambil 20 tablet secara acak lalu ditimbang (W 1).
Dimasukkan kedalam friability tester lalu dinyalakan alat
dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit (100
putaran).Lalu tablet dibersihkan dan ditimbanglagi (W2).
No Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Kerapuhan (%)
1 7.99 7.91 1.00

= x 100% = 1.00%

Rata-rata :-
Persyaratan :
- Kehilangan bobot harus< 1%
- Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan
dalam penimbangan tablet akhir.
- Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang
ditargetkan maka pengujian diulang 2-3 kali.

41
Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan uji kerapuhan tablet.

Malang, 20 Maret 2017


Bagian Pengawasan Mutu,

No. NAMA TTD

1. Dinda Farida

2. Zahro Hikmatul Ula

3. M. Andriyanto Firdaus

42
BAB V
PEMBAHASAN

Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang


mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada praktikum kali ini
kami membuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan aktif yaitu parasetamol
atau Asetaminofen. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai analgetik dan
antipiretik, tetapi tidak antiinflamasi. (Farmakologi UI , hlm : 238)
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak
memiliki efek anti-inflamasi di perifer; mengurangi demam melalui tindakan
langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan
untukmenghilangkannyeri ringansampai sedang; pengobatan demam. Parasetamol
dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat oleh kodein dan
kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas,
secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit –
metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida
dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas
dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan
anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga
selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat
memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.
Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral untuk anak & Bayi 6-12
bulan : 50 mg/200 mg; 1-15 tahun : 50 mg-100 mg/200 mg-400 mg; 5-10 tahun :
100 mg-200 mg/ 400 mg-800 mg; 10 tahun keatas : 250 mg/ 1 g; Dewasa :
500mg/2g. Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif
parasetamol maka ditambahkan juga bahan eksipien yaitu bahan pengisi (diluent)
menggunakan Lactosa sebanyak 29%, sebagai penghancur (disintegran)
menggunakan SSG sebanyak 4%, pengikat (binder) menggunakan PVP K-30
sebanyak 3%, Mg stearat sebanyak 0.5 % sebagai pelicin (lubrikan) dan Talk
sebanyak 1% sebagai antiaderen. Pada metode granulasi basah, tiap bahan
tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri

43
dari zat aktif, pengikat dan pengisi. Fase luar terdiri dari penghancur, pelicin, dan
antiaderen. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi
massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase
dalam yang telah dibuat.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan
metode granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel
dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk
ukuran yang lebih besar . Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode
granulasi basah dan metode granulasi kering. Metode yang digunakan pada
praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan metode granulasi
basah dengan menggunakan aqua. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan
prinsip granulasi basah pada prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu
dicampur dengan pengencer atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya
pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya air (Goeswin Agoes
halaman : 306)
Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar
dari 50 mg yaitu sebanyak 250 mg. Pemilihan aqua dalam metode granulasi basah
ini tidak didasarkan pada kelarutan parasetamol sebagai zat aktif karena dalam
pembuatan tablet, zat aktif tidak diharuskan untuk melarut, sehingga fungsi dari
aqua dalam granulasi basah ini adalah untuk melarutkan pengikat yaitu PVP K-30
yang merupakan zat yang larut dalam air panas sehingga pengikat lebih mudah
dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain. Selain itu penggunaan
aqua dalam metode granulasi basah ini juga didasarkan pada keamanan dan
penerimaan konsumen, konsumen akan lebih percaya dan memilih obat dengan
komposisi bukan alkohol.
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet parasetamol
dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu :
1. Mixing
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bertujuan untuk
menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak
dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel,
molekul, dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan
unit atau partikel masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing

44
adalah untuk mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga
tablet yang dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan
mixing terhadap fase dalam bahan aktif yaitu parasetamol sebanyak 100 gram ,
pengisi laktosa sebanyak 46.4 gram. Mixing dilakukan dengan menggunakan
mortir dan stamper . Dalam proses mixing ini zat yang akan dicampur
ditambahkan sedikit demi sedikit agar menghasilkan campuran yang homogen.
2. Membuat larutan pengikat
Larutan pengikat yang digunakan dalam formula yaitu PVP K-30, dalam
praktikum ini digunakan pengikat dengan kadar 3% atau sebanyak 4.8 gram.
Pembuatan larutan pengikat ini dengan cara melarutkan PVP K-30 dalam air
panas dan air yang ditambahkan pada pembuatan larutan pengikat ini sebanyak 29
ml. Larutan pengikat yang dihasilkan berwarna kuning dan transparan.
3. Granulasi
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara
melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang
lebih besar. Pada tahap ini dilakukan pencampuran larutan pengikat dengan
serbuk yang sudah di mixing pada proses mixing untuk membentuk massa basah.
Larutan pengikat kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran
bahan sambil diaduk.
4. Pengayakan
Granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian diayak
dengan menggunakan ayakan mesh 12. Pengayakan ini bertujuan untuk
menyeragamkan ukuran granul.
5. Pengeringan
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk
massa basah dimana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan
menimbulkan masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi.
(Goeswin Agoes, halaman: 310)

Metode pengeringan granul yang umum dilakukan untuk granul farmasetik


meliputi :
a. Pengeringan dengan nampan (tray drying)
b. Pengeringan dengan unggun terzalir (fluid bed drying)
c. Pengeringan secara vakum
d. Pengeringan gelombang mikro (microwave) dan berbagai kombinasi dari
a sampai c. (Goeswin Agoes, halaman 241)

45
Pada praktikum ini metode pengeringan yang digunakan yaitu metode
pengeringan dengan nampan (tray drying). Granul yang sudah diayak ditempatkan
diatas nampan lalu pengeringan dilakukan dengan cara disimpan didalam lemari
tertutup bersuhu 500C selama ±6jam.
6. Evaluasi granul
Setelah diperoleh granul, langkah selanjutnya yaitu dilakukan evaluasi
granul. Yang diperlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu mencatat bobot
granul sebelum dan sesudah dievaluasi. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi :
a. BJ nyata, BJ mampat dan % kompresibilitas (% K)
Tujuan dilakukan evaluasi BJ nyata, BJ mampat, dan % Kompresibilitas
ini yaitu untuk menjamin aliran granul yang baik. Berdasarkan uji evaluasi
yang dilakukan didapatkan hasil bahwa formula kami memiliki BJ nyata
sebesar 0.479 g/ml dan BJ mampatnya sebesar 0.522 g/ml serta
Kompresibilitas 8.24%. Kompresibilitas yang sangat baik memasuki rentang
5%-12% sehingga untuk uji kompresibilitas granul kelompok kami memenuhi
persyaratan.
b. Kecepatan aliran dan sudut istirahat
Evaluasi kecepatan alir granul ini bertujuan untuk menjamin
keseragaman pengisian kedalam cetakan. Kecepatan granul kelompok kami
yaitu 7.41 g/detik. Hal ini menunjukkan granul tersebut mudah mengalir yaitu
sesuai dengan rentang kecepatan alir 4-10 g/detik. Sudut istirahat yang
diperoleh yaitu 30.96o yang menunjukkan granul cukup baik sesuai dengan
rentang sudut istirahat 30o-34o.
c. Kandungan lembab
Evaluasi kandungan lembab ini dilakukan dengan menggunakan alat
Moisture balance. Kandungan lembab yang didapat yaitu 0.29%, hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang kami peroleh yaitu 1-2% namun kadar tersebut
bukan persyaratan wajib karena kadar tersebut ditentukan sesuai oleh pembuat
formulasi.
7. Mixing
Proses mixing dilakukan dengan penambahan fase luar yaitu penghancur,
lubrikan dan antiaderen. Sebelumnya dibuat campuran dari ketiga bahan tersebut
yaitu SSG 6.4 g, Mg-Stearat 0.8 g dan Talcum 1.6 g.

46
Mixing dilakukan di dalam toples dan dilakukan pengadukan secara
kontinyu dengan kecepatan yang konstan. Fungsi dari penambahan fase luar
utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir granul dan mencegah friksi antara
serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet. Pengadukan pada fase luar tidak
lebih dari 5 menit. Hal itu disebabkan karena salah satu zat yang merupakan fase
luar yaitu magnesium stearate sangat berpengaruh terhadap disolusi dari tablet di
saluran cerna. Jika proses mixing dilakukan terlalu lama, maka kehomogenitasan
magnesium stearate dengan bahan lain menjadi tinggi dan menyebabkan granul
dilapisi oleh magnesium stearate yang memiliki sifat hidrofob (suka minyak).
Sifat hidrofob yang dihasilkan oleh magnesium stearat ini akan menyulitkan tablet
melarut di saluran cerna yang banyak mengandung air, sehingga dapat
menyebabkan disolusi tablet berkurang dan menyebabkan waktu mula kerja obat
lambat.
8. Kompresi
Pencetakan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat
pencetak tablet single punch. Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan
mengenai kekerasan tablet dan bobot tablet. Pada formula kami didapatkan
kekerasan sebesar 4.9 kg, bobot tablet rata-rata 0.3995 gram dan jumlah tablet
yang diperoleh sebanyak 233 tablet. Kecepatan alat dalam mencetak tablet adalah
106 tablet/menit.
Langkah selanjutnya setelah diperoleh tablet parasetamol, kemudian
dilakukan evaluasi tablet meliputi :
a. Keseragaman Bobot
Uji Evaluasi keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman
kandungan zat aktif dalam sediaan tablet. Pengujian dilakukan pada 20 tablet.
Didapat hasil bobot rata-rata tablet sebesar 0.3995 gram, dan tidak ada tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari lebih dari 5% ataupun 10%.
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman proporsi
zat aktif disetiap bagian. Aliran granul yang buruk juga dapat mempengaruhi
keseragaman bobot. Menurut Farmakope Indonesia edisi 4, tablet dengan bobot
>300 mg memenuhi syarat uji apabila tidak lebih dari 2 tablet yang bobotnya
melebihi 5% dari bobot rata-rata dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya
melebihi 10% bobot rata-rata.
b. Keseragaman Ukuran

47
Mengukur keseragaman ukuran dilakukan dengan menghitung tebal serta
diameter tablet menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan pada 5 tablet.
Uji keseragaman ukuran memenuhi syarat bila diameter tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. Didapat ukuran diameter tablet
sebesar 1.31 mm dan tebal tablet sebesar 0.248 mm dengan rata-rata d/t
(diameter/tablet) 5.288. Hasil tersebut tidak memenuhi persyaratan uji
keseragaman ukuran karena diameter tablet lebih dari 3 kali tebal tablet.
c. Waktu Hancur
Agar komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran
pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan
tubuh untuk dilarutkan. Tablet memenuhi syarat uji bila pada akhir batas waktu
seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet
hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan
pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut. Pada saat pengujian waktu hancur, tablet yang kami uji tidak satupun
yang hancur setelah 15 menit, hal ini dapat terjadi dikarenakan terlalu banyak
bahan pengikat atau bahan penghacur yang kurang.

d. Kekerasan Tablet
Uji evaluasi kekerasan tablet bertujan untuk menjamin ketahanan tablet
pada gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran. Pada pengujian
ini dilakukan dengan dengan 10 tablet. Didapat hasil rata-rata 4.9 kg, hasil
tersebut memenuhi persyaratan kekerasan tablet yaitu 4-8 kg.
e. Friablilitas
Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot
tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam
waktu tertentu dan menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada
proses, pengemasan dan penghantaran. Diperoleh bobot 20 tablet sebelum diputar
yaitu 7.99 g dan bobot setelah diputar sebesar 7.91 g. Didapat hasil untuk

48
kerapuhan tablet yaitu 1.00%, hal tersebut memenuhi persyaratan uji kerapuhan
tablet yaitu ≤ 1.00%

49
Hasil Mutu Fisik Granul dan Evaluasi Tablet Semua Kelompok

KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4 KEL 5 KEL 6


MUTU FISIK GRANUL
% FINES 8.24 % 5.04 % 5.33 % 6.12 % 10.73 %
% MC 0.29 % 0.25 % 0.15 % 0.24 % 0.21 %
KECEPATAN
7.41 g/s 7.73 g/s 7.24 g/s 8.05 g/s 5.75 g/s 7.24 g/s
ALIR/ SUDUT
30.960 25.830 11.370 26.870 34.990 11.370
ISTIRAHAT
EVALUASI TABLET
%
1.00 % 0.46 % 0.69 % 0.46 % 0.87 %
KERAPUHAN
KEKERASAN 4.9 kg 7.15 kg 4.9 kg 2.4 kg 4 kg
BOBOT RATA-
0.3995 g 0.65 g 0.395 g 0.6465 g 0.403 g
RATA
DISINTEGRASI Seteleh 6 menit 8 3 menit 1 menit
27 menit
(DETIK) 15 menit detik 55 detik 1 detik
(1620
tidak (368 (235 (61
detik)
hancur detik) detik) detik)
D/T 5.288 3.37 5.460 3.852 5.606
BAHAN PVP K- PVP K- PVP K- PVP K- PVP K-
PENGIKAT 30 3 % 30 3 % 30 3 % 30 2 % 30 1 %

Tinjauan Mutu Fisik Granul


1. Fines
FINES
KELOMPO KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK
K1 2 3 4 5
Sangat Baik

2. Kecepatan Alir Granul dan Sudut Diam


Kecepatan alir (g/dtk) Sifat Aliran Granul
>10 Bebas Mengalir
4-10 Mudah Mengalir
1,6-4 Kohesif
<1,6 Sangat Kohesif
Sudut istirahat

50
Sudut Diam Daya Alir
<20 Sangat Baik
20-30 Baik
30-34 Cukup Baik
>40 Sangat Buruk

Hasil Data Semua Kelompok


Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
KECEPATAN ALIR
Mudah
mengalir
SUDUT ISTIRAHAT
Cukup baik

3. Kandungan Lengas (Moisture Content)


KANDUNGAN LENGAS (MOISTURE CONTENT)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Tidak baik

4. Kekerasan
KEKERASAN
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Baik

5. Keseragaman Ukuran Tablet


D/T
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Tidak Baik

6. Waktu Hancur
DISINTEGRASI
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Tidak Baik

7. Kerapuhan Tablet
% KERAPUHAN
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Tidak baik

51
BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan
Dari data yang didapat pada uji pengawasan mutu sebagai berikut :
1. Keseragaman bobot tiap-tiap tablet yang didapat memenuhi persyaratan
karena tidak ada yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 5% maupun
10%.
2. Keseragaman ukuran tablet : 1,31 mm (diameter) – 0,248 mm (tebal)
Ukuran tablet tidak memenuhi persyaratan
3. Waktu hancur tablet : Lebih dari 15 menit
Tablet tidak memenuhi persyaratan waktu hancur tablet.
4. Kekerasan tablet rata-rata : 4,9 kg (Mesin cetak manual)
Tablet dari mesin cetak memenuhi persyaratan kekerasan tablet 4kg - 8kg
5. Kerapuhan Tablet : 1,00 %
Tablet memenuhi persyaratan kerapuhan tablet.

52
DAFTAR PUSTAKA

Lachman dkk., 1994


Farmakope Indonesia Edisi III
Farmakope Indonesia Edisi IV
Ansel hal. 244
Bandelin, 1989
Parrott, 1971
Banker dan Anderson, 1986
Fonner dkk, 1990
Voigt, 1984
Khan, 1975
Remington the science & practice of pharmacy hlm 878
Wet Granulation of acetaminophen with starch 1500
Jurnal : Formulation and evaluation of paracetamol tablets manufactured using the
dried of Phoenix dactylifera Linn as an excipien.
Farmakologi dan Terapi UI hal 238
FI Ed. V hal.984-985
Pharmaceutics, Science Of Dossage Form, 200
codex ed.11 hal, 989
Jurnal Identifikfasi sifat mekanik polimorf parasetamol dengan menggunakan
software Mercury 33
Codex 12th hal 989
Handbook of Pharmaceutical Exipients, 6th edition, page 663
Goeswin Agoes halaman : 306

53
LAMPIRAN

1. Kemasan Luar

54
2. Kemasan Dalam

3. Brosur

55

Anda mungkin juga menyukai