Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trombosis
1
Trombosis adalah proses koagulasi dalam pembuluh darah yang berlebihan
sehingga menghambat aliran darah, atau bahkan menghentikan aliran
tersebut.Trombosis dapat terjadi di mana saja dalam sirkulasi darah manusia.

B. Klasifikasi Trombosis

1. Venous Thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik

Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena 2dalam adalah kondisi
ketika terjadi penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam.
Umumnya DVT terjadi di paha atau betis, tapi bisa juga terbentuk di bagian tubuh
yang lain. DVT bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan di tungkai yang dapat
mengakibatkan komplikasi serius emboli paru, yaitu suatu kondisi saat gumpalan
darah masuk ke aliran darah dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru.

2. Arterial Thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi

Trombosis arteri3 adalah trombosis yang terjadi secara spesifik pada pembuluh
arteri.Pada saat pembuluh arteri mengalami penyumbatan, jaringan yang
membutuhkan aliran darah dari pembuluh arteri tersebut akan mengalami kerusakan
dan kematian. Oleh karena itu, trombosis arteri digolongkan sebagai kondisi darurat
medis.
Trombus yang terbentuk dapat lepas dan terbawa bersama aliran darah menuju
pembuluh darah yang lebih kecil serta menyebabkan penyumbatan (emboli). Kondisi
ini disebut tromboembolisme. Satu trombus yang sudah terbentuk dapat pecah dan

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Trombosis

2 https://www.alodokter.com/deep-vein-thrombosis

3 https://www.alodokter.com/trombosis-arteri
menyebabkan lebih dari satu emboli di dalam tubuh. Trombosis arteri juga dapat
terjadi pada pembuluh arteri koroner yang mengalirkan darah ke jaringan otot jantung.
Trombosis arteri yang terjadi pada pembuluh koroner dapat menyebabkan serangan
jantung. Sementara trombosis arteri yang terjadi di pembuluh darah otak, dapat
menyebabkan stroke.

C. Patogenesis Trombosis

Aliran darah pada sirkulasi arteri merupakan aliran dengan tekanandan kecepatan
yang tinggi, dan arteri itu sendiri berdinding agak tebal dan tidak mudah berubah
bentuk.Karena alasan ini maka penyebab tersering trombosis arteri adalah penyakit
pada lapisan dan dinding arteri, khususnya aterosklerosis.

Pada sirkulasi vena, aliran darah nya merupakan aliran bertekanan rendah
dengan kecepatan yang relatif rendah.Vena berdinding tipis sehingga mudah berubah
bentuk oleh tekanan-tekanan dari luar. Karena alasan ini, penyebab tersering
trombosis vena adalah akibat berkurangnya aliran darah.

Pada akhirnya, perubahan kimia dalam darah pasien dengan berbagai variasi
penyakit, mengakibatkan hiperkoagulasi yang dapat menjadi komplikasi.4

D. Morfologi dan Perjalanan Trombus

Trombus terdiri dari berbagai kombinasi agregasi trombosit, endapan fibrin,serta


eritrosit dan leukosit yang terjaring.Jika trombus mulai trombus terbentuk dalam
aliran darah,unsur pertama yang sering adalah gumpalan trombosit yang melekat
pada endotel.Sewaktu mengalami agregasi, trombosit melepaskan zat-zat yang
mendorong terjadinya pengendapan fibrin, sehingga dengan segera agregasi
trombosit dikelilingi oleh fibrin dan menjaring eritrosit.

Gelombang peristiwa yang berturut semacam ini dapat mengakibatkan struktur


trombus menjadi kompleks dan berangka. Sebaliknya, jika trombus terbentuk dalam
pembuluh yang aliran darhnya lambat, maka bekuan darahnya hanya terdiri dari
jalinan difus fibrin yang menangkap unsur-unsur darah yang kurang lebih sama.

4 https://goodshoot.wordpress.com/2011/06/18/makalah-trombosis/
E. Penyebab Terjadinya Trombosis

1. Penyebab Terjadinya Deep vein thrombosis (DVT)

DVT adalah penyakit yang dapat terjadi akibat 3 faktor, yaitu gangguan aliran darah
(stasis vena), kerusakan pembuluh darah, atau kondisi di mana darah mudah
menggumpal (hiperkoagulabilitas). Segala kondisi atau kejadian yang dapat
mengakibatkan terjadinya 1 dari ketiga faktor tersebut, berisiko menimbulkan DVT.
Timbulnya 2 atau 3 faktor sekaligus, makin meningkatkan risiko timbulnya DVT.
Beberapa kondisi tersebut, antara lain:

a. Stasis vena
Stasis vena adalah kondisi terganggu atau melambatnya aliran darah pada vena, yang
dapat disebabkan oleh:

 Prosedur bedah yang membius pasien selama 1 hingga 1,5 jam.

 Operasi daerah panggul atau tungkai, seperti operasi penggantian panggul.

 Perjalanan panjang dengan mobil, kereta atau pesawat, sehingga tungkai tidak
banyak bergerak, terutama perjalanan lebih dari 4 jam.

 Penyakit atau cedera yang menyebabkan tubuh tidak bergerak dalam waktu lebih
dari 3 hari. Misalnya, patah tulang atau stroke.

 Gagal jantung.

 Terdapat varises.

 Polisitemia vera.

a. Kerusakan pembuluh darah

Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah adalah:

 Vaskulitis.
 Pemasangan kateter vena sentral (CVC).

 Obat-obatan kemoterapi.

 Pengguna NAPZA jenis suntik.

 Sepsis.

b. Hiperkoagulabilitas.

Hiperkoagulabilitas merupakan suatu kondisi di mana darah lebih mudah untuk


menggumpal atau membeku. Kondisi ini dapat diakibatkan kelainan genetik yang
diturunkan atau didapat. Berikut ini merupakan penyebab hiperkoagulabilitas akibat
kelainan genetik, antara lain:

 Kekurangan protein pengencer darah alami, seperti protein S (defisiensi protein


S), protein C (defisiensi protein C), antithrombin III (defisiensi ATIII).

 Factor V Leiden.

 Mutasi gen prothrombin.

 Kadar homosistein tinggi (hyperhomocysteinemia).

 Meningkatnya kadar fibrinogen atau disfungsi fibrinogen (disfibrinogenemia).

 Kelebihan faktor pembekuan VIII, IX dan XI.

 Kelainan sistem fibrinolisis, sepeti hipoplasminogenemia, displasminogenemia


dan meningkatnya kadar plasminogen activator inhibitor (PAI-1).

 Hiperkoagulabilitas yang terjadi karena disebabkan oleh suatu kondisi yang


didapat, seperti:

 Kanker.

 Obesitas.

 Kehamilan.

 Konsumsi terapi pengganti hormon.


 Konsumsi pil KB.

 Sindrom antifosfolipid.

 Sindrom nefrotik (terlalu banyak protein dalam urine).

 Penggunaan obat untuk mengatasi kanker, seperti thalidomide.

 Diabetes.

 Lupus.

2. Penyebab Terjadinya Arterial Thrombosis

Trombosis arteri seringkali terjadi pada penderita aterosklerosis, yaitu penebalan


pembuluh arteri akibat penumpukan lemak. Penumpukan lemak yang terjadi
menyebabkan pembuluh arteri mengeras dan menyempit sehingga lebih mudah
terjadi penyumbatan pembuluh darah. Trombosis arteri juga dapat terjadi pada
seseorang yang darahnya mudah menggumpal seperti pada penderita fibrilasi atrium
atau sindrom antifosfolipid.

Beberapa hal yag dapat meningkatkan risiko seseorang menderita trombosis arteri
ataupun ateroskleosis, antara lain adalah:

 Merokok.

 Obesitas.

 Pola makan yang tidak sehat.

 Memiliki keluarga dengan riwayat aterosklerosis.

 Menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau diabetes.

 Ketergantungan alkohol.

 Berusia lanjut.

 Kurang melakukan aktivitas fisik.


F. Gejala Trombosis

1. Gejala Deep Vein Thrombosis

Pada beberapa kasus, DVT dapat terjadi tanpa menunjukkan gejala. Namun, dapat
muncul gejala berupa:

─ Tungkai terasa hangat.

─ Nyeri yang semakin memburuk saat menekuk kaki.

─ Bengkak pada salah satu tungkai, terutama di betis.

─ Kram yang biasanya bermula di betis, terutama di malam hari.

─ Perubahan warna kaki menjadi pucat, merah, atau lebih gelap.

2. Gejala Trombosis Arteri

Gejala trombosis arteri seringkali tidak terasa hingga gumpalan darah menyumbat
pembuluh ke bagian tubuh tertentu. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
penyakit-penyakit seperti:

─ Critical limb ischaemic. Merupakan penyakit arteri perifer yang terjadi akibat
penyumbatan pembuluh arteri pada anggota gerak, terutama tungkai, yang
ditandai dengan nyeri, perubahan warna tungkai menjadi pucat, dan tungkai
terasa lebih dingin.

─ Stroke. Stroke dapat terjadi pada saat pembuluh arteri ke otak mengalami
penyumbatan. Gejala yang umumnya terasa adalah wajah tampak tidak simetris,
bicara pelo, dan merasa lemah di salah satu sisi anggota tubuh.

─ Serangan jantung. Serangan jantung dapat terjadi akibat penyumbatan pembuluh


arteri koroner yang menyediakan darah dan nutrisi ke otot jantung. Gejala yang
umumnya terasa adalah nyeri dada, sesak napas, dan berkunang-kunang.

─ Stroke ringan atau TIA (transient ischaemic attack). TIA merupakan penyakit
yang terjadi akibat pembuluh darah arteri ke otak tersumbat sementara yang
menyebabkan timbulnya gejala stroke sementara waktu.
G. Diagnosis Trombosis

1. Diagnosis Deep Vein Thrombosis

Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami pasien, lalu melakukan
pemeriksaan fisik pada area yang sakit dan bengkak. Kemudian, dokter akan
melakukan serangkaian tes penunjang seperti:

 Tes D-Dimer. Tes ini untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah terurai dan
memasuki aliran darah. Semakin banyak gumpalan darah yang sudah terurai
ditemukan di dalam darah, semakin besar kemungkinan terdapat penggumpalan
darah.

 USG Tes ini digunakan untuk memeriksa aliran darah, apakah normal atau ada
hambatan karena adanya penggumpalan darah.

 Venografi. Tes dilakukan dengan menyuntikkan zat pewarna (kontras) pada


pembuluh darah vena pasien, kemudian dilakukan pencitraan dengan foto
Rontgen untuk mengetahui letak aliran darah yang terhambat akibat
penggumpalan darah. Tes venografi dilakukan jika pemeriksaan D-Dimer dan
USG Doppler belum dapat memastikan DVT.

2. Diagnosis Trombosis Arteri

Untuk mendiagnosis adanya trombosis arteri pada pasien, dokter akan melakukan
pengecekan riwayat medis pasien serta melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu,
dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendiagnosis trombosis arteri, seperti:

 Tes darah. Tes darah pada penderita trombosis arteri bertujuan untuk
mengamati kemampuan pembekuan darah.

 Ultrasonografi. Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengamati aliran darah pada


pembuluh arteri yang diduga mengalami penyumbatan.

 MRI, CT scan, dan MRA. Ketiga metode pemeriksaan ini dapat mencari lokasi
terjadinya penyumbatan pembuluh darah, serta jenis dan penyebab sumbatan
yang terjadi.
H. Pengobatan Trombosis

1. Pengobatan Deep Vein Thrombosis

Pengobatan untuk pasien DVT adalah dengan pemberian obat antikoagulan.


Masyarakat menganggap antikoagulan adalah obat untuk mengencerkan darah,
namun sebenarnya obat ini mengubah protein dalam darah untuk mencegah
terbentuknya gumpalan darah. Obat ini juga berfungsi mencegah gumpalan darah
semakin membesar dan menyebar ke aliran darah.

Jenis obat antikoagulan yang umumnya digunakan untuk mengobati DVT adalah
heparin dan warfarin. Dokter akan memberikan heparin terlebih dulu, melalui
suntikan ke bawah lemak atau melalui pembuluh darah. Bila pasien lebih memilih
obat dalam bentuk tablet, warfarin dapat diberikan. Namun perlu diingat, warfarin
tidak langsung bekerja setelah dikonsumsi, sehingga perlu diberikan terapi lain yang
dilakukan secara bersamaan. Pasien dapat mengonsumsi antikoagulan 3-6 bulan
untuk mencegah gumpalan darah terbentuk kembali.

Warfarin merupakan obat yang sering dipengaruhi oleh makanan atau obat lain
dalam bekerja, sehingga pasien perlu melakukan tes darah (INR) secara rutin untuk
memantau waktu pembekuan darah, agar dosis warfarin dapat disesuaikan. Dosis
warfarin yang terlalu rendah tidak bisa mencegah penggumpalan darah. Sebaliknya,
dosis warfarin yang terlalu tinggi bisa menyebabkan pasien mengalami perdarahan.
Penting untuk diingat, warfarin tidak direkomendasikan pada wanita hamil, karena
bisa menyebabkan cacat lahir.

Obat antikoagulan lain yang direkomendasikan untuk pasien DVT adalah


rivaroxaban, apixaban, dabigatran, dan fondaparinux.

Jika gumpalan darah besar, berisiko timbul emboli paru, atau timbul DVT di lengan,
dokter dapat memberikan obat trombolitik. Namun, prosedur ini bisa membuat pasien
lebih berisiko mengalami perdarahan otak.

Jika pemberian obat antikoagulan tidak diperbolehkan, dokter akan menempatkan


filter pada pembuluh darah balik utama (vena cava), yang letaknya di rongga perut.
Filter tersebut berfungsi untuk mencegah gumpalan darah memasuki paru-paru. Perlu
diingat, pemasangan filter dalam jangka panjang bisa menyebabkan DVT. Sebaiknya
filter segera dilepas setelah risiko terjadinya penggumpalan darah berkurang.

Pasien juga bisa mengunakan stoking kompresi di bawah atau di atas lutut untuk
mencegah pembengkakan akibat DVT. Meski tidak bisa mengurangi DVT yang
sudah terjadi, penggunaan stoking bisa mengurangi risiko terbentuknya gumpalan
darah baru. Dokter akan menyarankan pasien agar mengenakan stoking kompresi tiap
hari.

Olahraga kaki sederhana dengan menggerakan punggung kaki ke atas, serta


mengangkat tungkai ketika istirahat, sehingga kaki lebih tinggi dari panggul dapat
membantu mengurangi pembengkakan pada tungkai dan mencegah komplikasi DVT.

2. Pengobatan Trombosis Arteri

Beberapa hal yang akan dipertimbangkan oleh dokter pada saat akan
merekomendasikan jenis pengobatan kepada pasien trombosis arteri adalah:

 Usia pasien.
 Kondisi dan riwayat kesehatan pasien.
 Tingkat keparahan penyakit.
 Keefektifan metode pengobatan yang diberikan.
 Perkiraan perkembangan penyakit, apakah akan bertambah parah atau tidak.

Metode pengobatan yang dapat direkomendasikan oleh dokter kepada pasien, antara
lain adalah:

 Pemberian obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan yang dapat diberikan


untuk mengatasi trombosis arteri adalah:

o Antikoagulan dan antiplatelet (contohnya warfarin, aspirin,


clopidogrel, atau heparin) untuk mencegah penggumpalan darah.
o Trombolitik (contohnya streptokinase) untuk menghancurkan
gumpalan darah.
o Obat penghilang rasa sakit.
 Pembedahan. Prosedur ini bertujuan untuk membuka penyumbatan arteri
akibat trombosis. Metode pembedahan yang dapat diterapkan adalah:
o Coronary artery bypass graft (CABG) atau operasi bypass jantung.
Metode ini dapat dilakukan untuk mengatasi trombosis pada
pembuluh arteri jantung koroner. CABG dilakukan dengan cara
mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain, kemudian
dijadikan pembuluh arteri cangkokan untuk melewati pembuluh arteri
koroner yang tersumbat.
o Embolektomi. Embolektomi merupakan metode pengobatan
trombosis arteri untuk mengangkat gumpalan darah pada pembuluh
yang tersumbat. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan
balon kateter atau pembedahan terbuka.
o Angioplasti. Angioplasti merupakan metode pembukaan pembuluh
arteri yang tersumbat dengan menggunakan balon kateter. Pembuluh
yang tersumbat akan dilebarkan menggunakan kateter, kemudian
dapat dipasang stent untuk menjaga bukaan arteri jika dibutuhkan.

I. Komplikasi Trombosis

1. Komplikasi Deep Vein Thrombosis

Orang dengan DVT berisiko mengalami emboli paru, yaitu penyumbatan


pembuluh darah arteri di paru-paru akibat gumpalan darah yang lepas dari tungkai.
Gejala tidak akan terasa atau terlihat jika gumpalan darahnya kecil. Namun jika
gumpalan darahnya berukuran besar, penderita bisa merasakan nyeri dada dan sulit
bernapas, bahkan bisa mengalami gagal jantung.

DVT jangka panjang juga bisa menyebabkan sindrom pasca thrombosis (PTS),
yaitu kondisi ketika DVT mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah vena
sehingga aliran darah di daerah tersebut menjadi buruk. Keadaan ini mengakibatkan
perubahan warna kulit dan luka pada tungkai.

2. Komplikasi Trombosis Arteri

Tingkat kesembuhan pasien penderita trombosis arteri bergantung pada lokasi


penyumbatan arteri, serta berapa banyak pembuluh arteri yang tersumbat. Jika tidak
diobati dengan baik, kerusakan jaringan akibat penyumbatan arteri dapat menjadi
permanen dan berisiko amputasi.

J. Pencegahan Trombosis

1. Pencegahan Deep Vein Thrombosis

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya DVT, antara
lain:

 Bila ingin menjalani operasi dan pasien rutin mengonsumsi pil KB atau terapi
pengganti hormon, perlu menghentikan obat tersebut 4 minggu sebelum
operasi. Tergantung dari faktor risiko lainnya, dokter juga dapat memberikan
obat antikoagulan atau stoking kompresi untuk mencegah DVT akibat
prosedur operasi.
 Bila melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk dalam waktu
lama, dapat lakukan gerakan kaki sederhana seperti menekuk punggung kaki
ke atas, atau sesekali bangun dari tempat duduk untuk jalan (bila
memungkinkan), serta banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
 Berhenti merokok.
 Makan makanan dengan gizi seimbang.
 Olahraga teratur.
 Mempertahankan berat badan ideal.

2. Pencegahan Trombosis Arteri

Untuk mencegah dan mengurangi risiko terkena trombosis arteri, langkah-langkah


yang dapat dilakukan, antara lain adalah:

 Berhenti merokok.
 Mengurangi konsumsi alkohol.
 Rutin berolahraga.
 Menjaga berat badan tetap ideal.
 Menjaga pola makan tetap sehat dan seimbang.

Khusus bagi orang dengan risiko tinggi mengalami trombosis arteri, dapat
direkomendasikan oleh dokter untuk mengonsumsi obat-obatan seperti:

 Statin, untuk mengatasi kolesterol tinggi, seperti atorvastatin atau


simvastatin.
 Antihipertensi, untuk mengurangi tekanan darah.
 Antikoagulan dan antiplatelet, untuk mengurangi risiko terbentuknya
gumpalan darah.

Anda mungkin juga menyukai