Anda di halaman 1dari 7

b.

Kelainan Kromosom

Tahun 1848, Hofmeister telah melihat adanya komponen ini dalam sel tumbuh-tumbuhan
dan baru pada tahun 1888 Waldeyer memberinya nama “kromosom”. Kromosom dikenal sebagai
komponen dalam inti sel yang mempunyai susunan,bentuk dan fungsi khusus serta mempunyai
kemampuan untuk mengadakan replikasi sehinnga pembelahan sel dapat berlangsung dengan
baik.

Karena kromosom ini mempunyai ukuran yang sangat kecil maka untuk dapat mengamati
bentuk dan susunannya di perlukan cara-cara tertentu. Pada sel dalam stadium interfase maka
kromosom ini tidak akan tampak sehingga pengamatan di lakukan pada sel dalam stadium
metafase dimanankromosom tampak lebih tebal dan bentuknya akan lebih jelas. Pada umumnya
untuk pemeriksaan kromosom ini digunakan zat warna basis dengan menggunakan metode
Fuelgen atau dapat pula menggunakan hematoksilin atau acetocarmin.

Penggunaan larutan yang bersifat hipotonik akan sangat membantu pengamatan


kromosom karena adanya larutan hipotonik ini kromosom akan lebih terpisah-pisah letaknya dan
mudah di amati. Pada sel-sel stadium metafase kromosom akan tampak sebagai suatu bangunan
seprti batang-batang yang tersebar dalam inti sel.

Bila kromosom ini di amati lebih teliti maka akan di jumpai bagian-bagiannya yang meliputi :

 Sentromer merupakan bagian kromosom yang terletak pada daerah penyempitan primer
di antara lengan-lengan kromosom. Sentromer ini juga di namakan kinetokor yang
merupakan pusat pergerakan kromosom dalam pembelahan sel dan bagian inilah yang di
hubungkan dengan benang-benang fibril ke kutub-kutub pembelahan sel.
 Telomer merupakan lengan-lengan kromosom yang sering juga mempunyai penyempitan
sekunder yang di dalamnya mengandung nucleolar zone/nucleolar organizer yang
mempunyai fungsi penting dalam pembentukan nukleolus. Ternyata tidak pada setiap
konstriksi skunder mempunyai nucleolar organizer karena dalam tiap inti sel rata-rata
hanya dijumpai dua buah kromosom yang mempunyai nucleolar organizer.

Jumlah kromosom pada berbagai makhluk hidup pada dasarnya tidak sama, tergantung dari
spesiesnya, tetapi satu hal yang pasti bahwa jumlah kromosom dalam setiap satu selnya selalu
tetap. Perubahan jumlah kromosom pada mahkluk hidup akan menyebabkan berbagai kelainan
baik kelainan dalam pertumbuhannya maupun perkembangannya.
Beberapa kelainan genetika kromosom :
1. Kelainan Numerik.
1) Set Kromosom (Ploiditas)
 Euploid
a) Triploid
 Tambahan kromosom paternal.
Pada kelainan plasenta  Hydatiiform moles (mola).
 Tambahan kromosom maternal
 abortus spontan pada awal kehamilan.
b) Tetraploid
 diduga kegagalan pada cleavage zigot.

 Aneuploid
a) Monosomi  umumnya letal, kecuali monosomi
kromosom X  45, X (sindrom Turner)
b) Trisomi
 Trisomi 21  Sindrom Down
 Trisomi 18  Sindrom Edward
 Trisomi 13  Sindrom Patau

2. Kelainan Autosom
 Trisomi 21 (Sindrom Down) (47,XX/XY + 21)
 Insidensi Kelahiran 1 : 700
 Fenotip :
Retardasi mental, IQ : 25 – 50m, jarak mata lebar (hipertelorisme), hidung datar
dengan pangkal pipi, tangan/jari pendek, terdapat simian crease, ada kelainan
jantung.
 Variasi Sindrom Down
1. Robertsonian Translocation

 4% dari kasus sindrom Down, mempunyai 46 kromosom, kromosom 21q


bertranslokasi ke kromosom 14/akrosentrik, konstitusi kromosomnya 46,
XX/XY, rob(14;21),+ 21; atau translokasi 21q21q (46,XX/XY, rob(21q;21q).

2. Mozaik Sindrom Down

 Mempuyai kromosom mosaik


(sebagian 46 dan sebagian lagi 47)
 Trisomi 13 (47, XX/XY + 13) (Sindrom Patau)
 Insidensi Kelahiran : 1 : 20.000
 Fenotip :
Bibir sumbing/bercelah, malformasi sistem saraf pusat (retardasi mental berat),
retardasi pertumbuhan, low set ears, memiliki garis simian, kelainan jantung bawaan.

 Trisomi 18 (Sindrom Edward) (47, XX/XY +18)


 Insidensi Kelahiran 1 : 8.000
 Sering dijumpai pada jaringan abortus
 Fenotip :
Retardasi mental, malformasi kongenital multi organ, dagu kecil dan mulut segitiga,
low set ears, daya hidup rendah, maksimal 2 bulan (90% < 6 bulan).

3. Kelainan Kromosom Seks


Genotip Jenis kelamin Kelainan
XY Laki-laki -
XX Wanita -
XXY Laki-laki Sindrom Klinefelter
XYY Laki-laki Sindrom super male
XO Wanita Sindrom Turner
XXX Wanita Sindrom superfemale

 Tanda Klinis Pada Kelainan Kromosom Seks

Retardasi mental, kelainan pertumbuhan, umumnya dapat hidup mandiri, kecuali sindrom
Turner, umumnya berfenotip normal,prognosis pada kelainan euploid dan mozaik
umumnya lebih baik

 Sindrom Klinefelter
 Kariotip umumnya 47,XXY
Kromatin X dan Y Positif (+)
 Insiden  1 : 600 bayi laki-laki lahir hidup (USA)
 Fenotip :

Postur tubuh tinggi kurus (>170 cm), tungkai kaki panjang, Gynecomastia, testis
kecil, dengan biopsy (Hialinisasi tubulus seminiferus, tidak ada sp’genesis,
azoospermia, sel Leydig sedikit), libido menurun (hypogonadism), steril/infertil
(Ciri seks sekunder tidak berkembang), IQ biasanya rendah (Retardasi mental),
dijumpai gangguan kesulitan belajar.

 Aspek penurunan  ND pada oogenesis atau sp’genesis


 Varian : 48,XXXY; mosaik 46,XY/47,XXY atau 46,XY/48,XXXY.

 Sindrom Turner
 Kariotip umumnya 45,X0.
 Kromatin seks (X dan Y) negatif (-)
 Insiden  1 : 2.500 kelompok perempuan
 Fenotip :

Postur tubuh pendek (130 cm), Webbed neck, edema pada kaki, cubitus vagus,
dada rata, mamae (-), coartation aorta dan defek skeletal, genitalia eksterna
infantile, klitoris hipertrofi, rambut axilla dan pubis (-), streak gonads, Ovarium
dysgenesis, amenore primer, steril, IQ : normal (< rata-rata normal).
 Aspek penurunan  ND selama oogenesis Meiosis I
 Varian – Mosaik : 45,X/46,XX (15 Kariotip umumnya 45,X0.

 Sindrom Y- Ganda
 Kariotip umumnya 47,XYY
 Kromatin X (-) dan Y (++)
 Insiden  1 : 1.000 kelompok laki-laki

 Fenotip :

Postur tubuh tinggi (>180 cm), raut muka asimetris, telinga cenderung lebih
panjang, 2-4% dalam LP dan Mental Hospital, tingkah laku eksplosif, hiperaktif,
agresif, dan psikopat, perkembangan seks normal, testosteron normal, IQ  90
(10-15 < rata-rata normal)

 Aspek penurunan  ND pada sp’genesis meiosis II


 Varian - Mosaik : 47,XYY/47,XXY atau 47,XYY/49,XXXYY.

 Sindrom X Ganda
 Kariotip umumnya 47,XXX.
 Fenotip :
Postur tubuh tinggi, beberapa pasien mengalami kesulitan belajar, infertil,
beberapa psikopatologi, antisosial sangat jarang, IQ : rendah (< rata-rata normal),
kromatin X : positif ganda; kromatin Y : negative, umumnya akibat ND meiosis I
(M I) maternal, variasi kariotip: 47,XXX atau 48,XXXX atau 49,XXXXX.

 Sindrom XX (Laki-laki 46,XX)


 Kariotip 46, XX
 Insidens 1 : 20.000 bayi laki
 1:25 laki-laki kromatin positif
 Fenotip :

Fenotip laki-laki, testis mengalami hialinisasi, kelainan pada meiosis sehingga


terjadi pindah silang (crossing over) gen Testis determining Factor (TDF) dari
kromosom-Y ke kromosom-X

4. Kelainan Struktur

a. Delesi (del)
b. Duplikasi (dup)
c. Translokasi (t)
d. Disentrik (dic)
e. Insersi (ins)
f. Inversi (inv)
g. Isokromosom (I)
h. Kromosom cincin/ring (r)

 Sindrom Cri du Chat


 Delesi (denovo) lengan pendek kromosom 5 (5p-, reg 14-15).
 Sering menimbulkan kematian bayi
 Insidensi relatif jarang  1 : 50.000 kelahiran
 Fenotip :

Moonlike face, mulut kecil (mandibula) dan melebar, Hipertelorisme, hidung lebar
berbentuk lempeng, low set ear, retardasi mental berat, IQ < 35, dapat hidup
mencapai dewasa

 Sindrom de Grouchy (18p-)


 De Grouchi 1963 (18p-)
 Delesi (denovo) lengan pendek kromosom 18 (18p-)
 Fenotip :

Berat lahir < normal, wajah bulat, low set ear, mulut melebar, retardasi mental,
dapat hidup mencapai dewasa, Carries dentis

 Sindrom de Grouchy (18q-)


 De Grouchi 1964 (18q-)
 Delesi (denovo) lengan panjang kromosom 18 (18q-).
 Fenotip :

Berat lahir < normal, Low set ear, retardasi mental, dapat hidup mencapai dewasa,
letak mata dalam, hipertelorisme, Carries dentis

 Sindrom Ring Kromosom 18 (18r).


 Kromosom membentuk cincin (Ring; 18r).
 Fenotip :

Berat lahir < normal, Low set ear, retardasi mental, letak mata dalam,
hipertelorisme, kelainan jantung bawaan, Microcephaly

 Sindrom Azoospermia Factor (AZF a, b, c)(Microdeletion Y Chromosome)


 Aberasi struktur kromosom seks

 Delesi lengan panjang kromosom Y

 DAZ (Delete Azoospermia Factor)


 Azoospermia Factor C

 Kelainan Gonad Dan Perkembangan Seksual

Kesulitan penentuan seks akibat genilitalia meragukan (Ambiguous)

1. Hermafrodit (hermaphroditsm)
 Terdapat testis dan ovarium atau dalam bentuk ovotestis.
 Genitalia ambiguous : hipospadia, perbesaran klitoris
 Kariotip:46,XX/46,XY
2. Pseudohermafrodit Wanita (female pseudohermaphroditsm)
 Terdapat ovarium atau gonad pada satu seks saja.
 Genitalia ambiguous : perbesaran klitoris, fusi labia majora menyerupai kantong
scrotum.
 Umumnya akibat hiperplasia adrenal kongenital, menimbulkan defek enzim yang
dibentuk kelenjar adrenal, dibutuhkan biosintesis kortisol untuk virilisasi.
 Ovarium berkembang normal, namun produksi androgen.
 Kariotip:46,XX.
 Hiperplasia adrenal menyebabkan defisiensi 21-hidroksilase, menghambat
normal pathway biosintesis, menyebabkan overproduction precursors, yang
diperlukan dalam pathway androgen biosynthesis, menyebabkan peningkatan
androgen yang abnormalitas (tinggi).
3. Pseudohermafrodit pria (male pseudohermaphroditsm)
 Bentuk dari androgen insensitivity.
A. Defiensi 5-alfa reduktase.
o Enzim ini berperan dalam konversi testosteron menjadi dihidrotestoteron.
o Feminisasi genetalia eksterna : mikropenis, vagina buntu
o Kariotip:46,XY.
o Testis berkembang normal.
B. Feminisasi Testis (Testicular feminization; androgen insensitivity syndrome).
o Kelainan gen reseptor androgen (rangkai X dominan).
o Testis dalam abdomen atau kanal inguinal.
o Memiliki vagina tetapi buntu.

Anda mungkin juga menyukai