Anda di halaman 1dari 18

Bab-I

Pendahuluan

1. Model Matematik
2. Jenis-jenis Persamaan Differential
3. Klasifikasi Persamaan Differential
4. Persamaan Differential Elliptic
5. Persamaan Differential Parabolic
6. Persamaan Differential Hyperbolic
7. Harga Awal dan Syarat batas
8. Jenis Syarat Batas
9. Prosedure Umum Komputasi Numerik
10. Prinsip Metoda Selisih Hingga
1. Model Matematik

 Beberapa Problem dibidang Teknik Sumber Daya Air, Mekanika


Fluida dan Hidrolika dapat dimodelkan dalam bentuk suatu
persamaan matematik (model matematik), yang terdiri atas
persamaan pengatur dengan syarat batas serta harga awal tertentu.

 Persamaan pengatur (Governing equation) dibidang Teknik Sumber


Daya Air, Mekanika Fluida dan Hidrolika umumnya dinyatakan dalam
bentuk Persamaan Differensial Partial (PDP)

 Bebarapa contoh Persamaan pengatur :


 Persamaan Gelombang
 2u  2u
 a
t 2 x 2
 Persamaan Stokes
U  2u
 2
t y
 Persamaan Laplace
 2u  2u
 0
x 2 y 2
 Persamaan Aliran Air Tanah
        
S   K ( x)    K ( y ) 
t x  x  y  y 

 Persamaan St Venant (sistem PDP)


(h) (uh) (vh)
  0 Kontinuitas
t x y
(uh) (u 2 h  12 gh) (uvh)
    gh( S0 x  S fx ) x-Momentum
t x y
(vh) (uvh) (v 2 h  12 gh)
    gh(S 0 y  S fy ) y-Momentum
t x y

I-1
2. Jenis-jenis Persamaan Differential

 Berdasarkan kaitan antara berbagai variable tak bebas dan


turunannya, Persamaan Differential Partial dapat dikelompokan
menjadi persamaan differential Linear dan non-linear

 Persamaan Differential Linear


 Variable tidak bebas (dependent Variable) dan turunanya masuk
dalam persamaan secara linear.
 Tidak terdapat perkalian antara Variable tidak bebas dan
turunanya.
 Solusi–solusi bebas dari persamaan ini dapat disuperposisi
menjadi solusi bebas lain (yang merupakan solusi dari persamaan
PDL).

 Contoh : PDP Linear

 2u  2u
  0  Persamaan Laplace
x 2 y 2
u u
  a  Persamaan Konveksi (a = konstanta)
t x

 Persamaan Diffirerential Non-Linear


 Variable tak bebas (dependent Variable) dan turunanya masuk
dalam persamaan secara non-linear.
 Terdapat perkalian antara Variable tidak bebas dan turunanya.
 Solusi–solusi bebas dari pers non-linear tidak dapat disuperposisi
menjadi solusi bebas yang lain

 Contoh : PDP Non-Linear

u u
 u  Pers Burgers
t x
        
 S   K( x )   K( y )   Aliran Air Tanah
t x  x  x  y 

I-2
3. Klasifikasi Persamaan Differential
 Perlunya Klasifikasi Persamaan Differential Partial
a) Penyelesaian (Numerik atau Analitik) dari suatu Persamaan
Differential Partial (PDP) sangat bergantung pada jenis persamaan
yang dipecahkan.
b) Penerapan syarat batas (Boundany Condition) dan harga awal
(Initial Condition) suatu PDP, juga bergantung pada jenis
persamaan yang dipecahkan.

 Persamaan pengatur dalam bidan Teknik Sumber Daya Air, Mekanika


Fluida dan Hidrolika umumnya tidak melebihi Persamaan Differential
Orde ke Dua (turunan tertinggi adalah turunan ke-2)

 Bentuk Umum PDP Orde dua

 2  2  2  
A B C 2 D E  F  G  0
x 2 xy y x y
 Koeffisien A, B, C, D, E, F dan G adalah fungsi dari variable bebas
x dan y dan juga fungsi dari variable tak bebas 
 Dapat ditunjukan bahwa PDP orde 2 diatas dapat dikelompokkan
berdasarkan tanda dari determinant (B2 – 4AC).

0  Elliptic
 
Jika B 2  4AC   0  Parabolic
0 
 Hyperbolic

 Setiap PDP harus memiliki domain solusi  dan dilengkapi syarat


batas yang didefinisikan pada suatu pembatas .
 Jika  berupa volume maka  berupa permukaan
 Jika  berupa bidang maka  berupa garis
 Jika  berupa garis maka  berupa titik

 Selain dimensi ruang yang didefiniskan pada daerah tertutup , PD


Parabolic dan Hyperbolic umumnya terkait dengan domain waktu.
Dengan demikian selain syarat batas, setiap PD Parabolic dan
Hyperbolic harus dilengkapi dengan harga awal (initial condition)

I-3
4. Persamaan Differential Elliptic

 Setiap PD Elliptic harus memiliki domain solusi yang membentuk


suatu daerah tertutup  dan harus dilengkapi syarat batas (Boundary
condition) yang didefinisikan pada suatu pembatas (Boundary) .


 Syarat batas pada batas  dapat berupa Variable bebas, atau


gradien normalnya atau kombinasi keduanya

 Contoh PDP Eliliptic : Persamaan Aliran Air Tanah Bebas 2-Dimensi

       
 K( x )   K( y )   P( x, y )  pada domain 
x  x  y  y 

Misal Dengan syarat batas

( x, y )   0  pada pembatas 

Pompa

  0

(Tampak atas) (potongan)

I-4
5. Persamaan Differential Parabolic

 Seperti halnya PD Elliptic, setiap PD Parabolic harus didefiniskan


pada daerah tertutup , PD Parabolic umumnya terkait dengan
domain waktu. Dengan demikian selain syarat batas, setiap PD
Parabolic harus dilengkapi dengan harga awal (initial condition)

 Untuk PDP Parabolic 1-D domain penyelesaian dapat digambarkan


dalam domain ruang dan waktu.

 Contoh : Problem Konduksi Panas


 Persamaan Pengatur
T( x, t )  2T
 2 pada 
t x
 Harga awal
T(x,0) = f(x) pada  pada saat t=0
 syarat batas
T(0, t )  0 di x = 0 (untuk setiap t)
T ( L, t )  0 di x = L (untuk setiap t)


t Distribusi
Temperatur
T2

T1

To
x

I-5
6. Persamaan Differential Hyperbolic

 Seperti halnya PD Elliptic dan Parabolic, setiap PD Hyperbolic harus


didefinisikan pada daerah tertutup , PD Hyperbolic umumnya terkait
dengan domain waktu. Dengan demikian selain syarat batas, setiap
PD Hyperbolic harus dilengkapi dengan harga awal (initial condition)

 Untuk problem Hyperbolic 1-D domain penyelesaian dari PDP


Hyperbolic dapat digambarkan dalam domain ruang dan waktu.

 Contoh : Persamaan Gelombang


 Persamaan Pengatur
 2  2
  a pada 
T 2 x 2
 Harga awal
(x,0) =0 pada  pada saat T=0
 syarat batas
 (0, T )
 F (0, T ) di X = 0 (untuk setiap T)
T
(L, T )
 G(L, T ) di X = L (untuk setiap T)
T
T C C+
Muka Gelombang

T3
2
Garis Karakteristik
Positif C+ dan Negatif C

T2

T1 Harga Awal

To x

I-6
7. Pentingnya Syarat Batas dan Harga Awal

 Untuk mendapat solusi yang unik, suatu PDP perlu dilengkapi dengan
sejumlah kondisi tambahan yang disebut Harga awal (initial condition)
dan Syarat batas (Bourdary Condition).
 Harga awal : Adalah Harga yang harus dipenuhi variable tak
bebas pada seluruh domain penyelesaian PDP yang dipecahkan
saat awal perhitungan.
 Syarat batas : Adalah Harga yang setiap saat harus dipenuhi
variable tak bebas pada batas dari domain penyelesaian PDP yang
dipecahkan .

 Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu PDP Elliptic tidak dapat
diselesaikan jika tidak dilengkapi dengan Syarat Batas. Suatu PDP
Parabolic dan Hyperbolic tidak dapat diselesaikan jika tidak dilengkapi
dengan syarat batas dan harga awal.

 Syarat batas dan harga awal sangat penting karena, untuk persoalan
dengan persamaan pengatur yang sama akan memiliki solusi
berbeda karena perbedaan dalam syarat batas dan harga awal

 Contoh-1 : Problem Deformasi Balok (Elliptic)


 Persamaan Pengatur
y( x ) M( x )
 pada  P
x EI
M(x)
 Syarat batas (Sendi-Rol)
y( 0 )  0
y(L )  0
P
 Syarat batas (Jepit-Rol)
M(x)
y(0)
0
x
y(L )  0

I-7
 Contoh-2 : Konduksi panas 1-Dimensi (Parabolic)

 Persamaan pengatur
T( x, t )  2T
 2 pada 
t x
 Syarat batas
T(0, t )  0 di x = 0 (untuk setiap t)
T(1, t )  0 di x = 1 (untuk setiap t)
 Harga awal-1 (Kasus-1)
Tx,0)  2 x untuk 0x 1
2

Tx,0)  2 (1  x ) untuk 1
2  x 1


t Distribusi
Temperatur
T2

T1

To
x

 Harga awal-2 (Kasus-2)
Tx,0)  T0 untuk 0  x 1


t Distribusi
Temperatur
T2

T1

To

x

I-8
8. Jenis Syarat Batas

 Secara umum terdapat tiga jenis syarat batas dari suatu PDP
1. Syarat Batas Dirichlet : Jika variable tak bebas pada batas pada
domain penyelesaian ditetapkan harganya .
2. Syarat Batas Neumann : Jika gradien normal dari variable tak
bebas diberikan sepanjang batas domain .
3. Syarat Batas Robin : Jika Syarat batasnya merupakan kombinasi
linear dari S.B Dirichlet dan S.B Neumann .

 Contoh : Aliran Air Tanah bebas 2-D (media isotropis-homogen)


 Pers Pengatur :

T   2T  2T 
K  2  2 
t  x y 

 Harga Awal :
T( x, y )  f ( x, y ) pada t0
 Syarat batas :
T
0 x  0;t  0
x
T h
  (T  Tt ) x L;t 0
x k
T h
  (T  Tt ) y L;t 0
y k
T  Tc y  0;t  0

I-9
9. Prosedure Umum Komputasi Numerik

 Proses untuk mendapatkan solusi numerik dari suatu persamaan


differential (+ Syarat Batas + Nilai Awal) pada dasarnya melalui 2
tahapan, yaitu :
 Tahap-I : Merubah persamaan differential yang kontinyu (+ S.B +
N.A) menjadi sistem persamaan aljabar diskrit. Proses ini disebut
Diskritisasi
 Tahap-II : Menyelesaikan persamaan aljabar diskrit sehingga
didapat solusi pendekatan dari pers differential yang dipecahkan

Persamaan Pengatur +
Syarat Batas + Harga
Awal
(Continue)
Metoda Diskritisasi
 Finite Difference Method
 Finite Element Method
 dll

Sistem Persamaan
Aljabar Simultan
Metoda Penyelesaian
 Eliminasi Gauss
 Iterasi Gauss-Siedel
 dll

Solusi Pendekatan
(Diskrit)

 Salah satu metode yang umum digunakan dalam diskritisasi


persamaan differential adalah Metoda selisih hingga (Finite Difference
Method). Dengan metode ini, turunan-turunan dari variabel-variabel
tak bebas dalam P.D.P didekati dengan rumusan selisih hingga.

I-10
10. Metoda Selisih Hingga

 Sejarah Singkat
 Metoda Selisih Hingga diterapkan dalam aplikasi praktis pada awal
tahun 50’an. Salah satu penerapan yang bersejarah adalah saat
Pembangunan Bendungan Aswan di Sungai Nil (Mesir).
 Meskipun demikian beberapa konsep yang mendasari metoda ini
(Misal Deret Taylor) ditemukan jauh sebelum penerapan
praktisnya.
 Meskipun nampak berbeda, Metoda Selisih Hingga memiliki kaitan
yang erat dengan Metoda Elemen Hingga dan Metoda Volume
Hingga.

 Pendekatan Beda Maju

Untuk mendapatkan Turunan Pertama dengan pendekatan beda maju


(forwardDifference), Tinjau fungsi F(x) harga F(x+dx) dapat didekati
dengan Deret Taylor sebagai berikut :

F( x  x )  F( x )  
n1
x n  nF
n ! x n

F x 2  2F x 3  3F x n  nF
F( x  x )  F( x )  x    
x 2 ! x 2 3! x 3 n ! x n

F(x) B

x
x
x x + x

I-11
F
selanjutnya dapat dinyatakan sebagai
x
F F( x  x )  F( x ) x  2F x 2  3F x n1  nF
    
x x 2 ! x 2 3! x 3 n ! x n
Jika suku-suku orde tinggi 0(x) diabaikan, akan didapat Pendekatan
Beda Maju (Forward Difference) dengan ketelitian orde-1sbb :

F F( x  x )  F( x )
  0( x )
x x
Jika notasi subsript digunakan, maka i = x dan i+1 = x+x, sehingga

F Fi1  Fi
  0( x )
x x

 Pendekatan Beda Kebelakang


Formulasi Beda Kebelakang (Backward Difference) dapat diperoleh
dengan cara mendekati fungsi F(x), dengan deret Taylor sebagai
berikut :

  untuk n genap
F( x  x )  F( x )  
n1
x n  nF
n ! x n
dimana 
  untuk n ganjil

F x 2  2F x 3  3F x n  nF
F( x  x )  F( x )  x      
x 2 ! x 2 3! x 3 n ! x n
F
Maka dapat dinyatakan sebagai :
x
F F( x )  F( x  x ) x  2F x 2  3F x n1  nF
    
x x 2 ! x 2 3! x 3 n ! x n
Jika suku-suku orde tinggi 0(x) dibaikan, akan didapat pendekatan
Beda Mundur (Backward Difference) dengan ketelitian orde-1sbb :

F F( x )  F( x  x )
  0 ( x )
x x
atau dalam Notasi Subscript

F Fi  Fi1
  0( x )
x x

I-12
 Pendekatan Beda Tengah
Formulasi Beda Tengah (Central Difference) dapat diperoleh dengan
mengurangkan Deret taylor maju dan Mundur sbb :
F  2 x  2 F x 2  3 f
F ( x  x)  F ( x)  x   
x 2! x 2 3! x 3
F  2 x  2 F x 2  3 f
F ( x  x)  F ( x)  x   
x 2! x 2 3! x3 
F x  f
3 3
F ( x  x)  F ( x  x)  2 x 2 
x 3! x3
F
Maka dapat dinyatakan sebagai :
x
F F ( x  x)  F ( x  x) x 2  3 F
  
x 2 x 3! x 3

Jika suku-suku orde tinggi 0(x2) diabaikan, akan didapat Pendekatan


Beda Tengah (Central Difference) dengan ketelitian orde ke-2 sbb :

F F( x  x )  F( x  x )
  0( x 2 )
x 2 x
Dalam notasi subscript
F Fi  1  Fi 1
  0( x 2 )
x 2 x

 Turunan Orde Tinggi


Dengan prinsip yang sama dapat dicari pendekatan untuk turunan-
turunan orde tinggi.
Untuk mempermudah, pendekatan turunan yang lebih tinggi dengan
beda maju, beda kebelakang, dan tengah dapat dinyatakan sebagai
n f  n fi
Beda maju, n     x 
x i  x n

n f  n fi
Beda kebelakang,     x 
x n i  x n

I-13
Beda tengah,

n f  n f
 f
n n n
i i
   x 
2
 2 2
, untuk n genap
x n 2  x 
n
i

n f n 1  n f n 1
 f
n i i
   x 
2
 2 2
, untuk n ganjil
x n i 2  x 
n

 Beda Hingga dengan Polynomial


Prosedur kedua untuk pendekatan turunan adalah mewakili fungsi
sebagai suatu polynomial. Koefisien polynomial dihitung dengan
substitusi data (variable tidak bebas) dari suatu deret titik2 variabel
bebas yang selalu mempunyai spasi sama. Nilai pendekatan dari
turunan dihitung dari polynomial. Sebagai contoh, tinjau sebuah
polynomial orde dua,
f  x   Ax2  Bx  C

Yang ditunjukkan pada gambar dibawah. Pilih titik awal xi . Jadi, xi  0 ,


xi 1  x , dan xi  2  2x dan nilai dari fungsi f pada lokasi ini adalah,
f  xi   fi , f  xi 1   fi 1 , dan f  xi 2   fi 2 .

f
fi 1
fi fi  2

xi xi 1 xi  2

x x

I-14
Jadi,
fi  Axi2  Bxi  C  C

fi 1  Axi21  Bxi 1  C  A  x   B  x   C
2

dan
fi  2  Axi2 2  Bxi  2  C  A  2x   B  2x   C
2

Sehingga
C  fi
 fi  2  4 fi 1  3 fi
B
2  x 

dan
f i  2  2 f i 1  f i
A
2x 
2

Hitung turunan pertama dari f, didapat


f
 2 Ax  B
x
Atau pada xi  0 ,
f
B
x i

Selanjutnya,
f  fi  2  4 fi 1  3 fi

x 2x
Yang mana identik dengan pernyataan beda maju dengan akurasi orde
dua yang ditentukan dari deret Taylor. Ini adalah akurasi orde dua untuk
f
. Turunan kedua dari f dapat ditentukan sebagai
x
2 f
 2A
x 2
2 f f  2 fi 1  fi
 i2
x  x 
2 2

I-15
Tugas 1

1. Tuliskan bentuk umum Persamaan Differensial Parsial (PDP) orde dua dan jelaskan
komponen-komponen yang ada dalam persamaan. Selanjutnya uraikan mengenai
klasifikasi PDP beserta contoh persamaan.

2. Tentukan

a. Deret Taylor : f x  x  , f x  2x  , f x  x  , f x  2x  di sekitar x

f 2 f
b. Pendekatan beda maju , tengah, dan belakang untuk dan
x x 2

2 f
c. Pendekatan beda tengah untuk , jika spasi titik-titik i , i  1 , dan i  1 tidak
x 2
identik seperti pada gambar di bawah (gunakan deret Taylor)

f
fi
f i 1 f i 1

x
xi  1 xi xi  1

x  x

Gambar 1 - Spasi antar grid tidak sama

f x  
1 2
3. Diberikan suatu fungsi x  x  2 , hitung turunan pertama dari f pada x  3
2
menggunakan pendekatan beda maju dan belakang dari O(x) , serta beda tengah dari

I-16
Ox  . Bandingkan hasil ketiga pendekatan tersebut dengan nilai analitik eksak.
2

Gunakan x  0.1 dan x  0.5 .

I-17

Anda mungkin juga menyukai