Anda di halaman 1dari 54

 Pengendalian hama secara budidaya atau bercocok

tanam (cultural control) bertujuan mengelola


lingkungan tanaman sedemikan rupa sehingga
menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan
perkembangan hama serta dapat mengurangi laju
peningkatan populasi hama dan kerusakan tanaman.
 Kecuali itu, diusahakan juga agar lingkungan dapat
mendorong berfungsinya musuh alami sebagai
pengendali hama yang efektif.
Teknik pengendalian secara budidaya dapat
dikelompokkan menjadi 4 sesuai dengan sasaran
yang akan dicapai yaitu:
l. Mengurangi kesesuaian ekosistem.
2. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan
hidup hama.
3. Mengalihkan populasi hama menjauhi tanaman.
4. Mengurangi dampak kerusakan tanaman
A. PENGURANGAN KESESUAIAN
EKOSISTEM
 Hama dapat hidup dan berkembang pada suatu
agroekosistem karena semua yang diperlukan
untuk kehidupan hama tersedia di ekosistem
tersebut.
 Agar ekosistem menjadi kurang sesuai
ketersediaan berbagai persyaratan hidup hama
perlu dikurangi atau kalau mungkin dihilangkan
dengan tindakan bercocok tanam.
 Berikut dijelaskan beberapa teknik yang termasuk
dalam kelompok ini.
1. Sanitasi
Jadi tindakan sanitasi dilakukan dengan melakukan
penghancuran;
1) sisa-sisa tanaman yang masih hidup,
2) tanaman atau bagian tanaman yang terserang hama,
3) sisa tanaman yang sudah mati,
4) jenis tanaman lain yang dapat menjadi inang
pengganti, dan
5) sisa sisa bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal di
permukaan tanah seperti buah dan daun.
2. Penghancuran atau Modifikasi Inang atau
Habitat Pengganti
 Suatu contoh yang terjadi pada hama Oryctes sp.
yang menyerang pucuk kelapa.
 Untuk melengkapi siklus hidupnya Oryctes sp.
harus berada di luar tanaman kelapa, yaitu di
sampah-sampah khususnya apabila hama tersebut
berada pada stadium telur dan larva.
 Hama walang sangit (Leptocorisa oratorius)
berada di rerumputan sekitar tanaman padi
sewaktu tanaman padi masih dalam tingkatan
vegetatif atau sebelum bulir padi terbentuk.
3. Pengerjaan Tanah
 Pengerjaan tanah dapat juga dimanfaatkan untuk
pengendalian hama terutama ditujukan untuk
pengendalian instar hama yang berada dalam
tanah.

 Sebagian besar serangga hama selama daur


hidupnya paling sedikit satu stadium yaitu pupa
berada di dalam tanah atau di atas permukaan
tanah.
 Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) dan
ulat tanah (Agrotis ipsilon) mempunyai fase larva
dan pupa di dalam tanah.

 Fase pupa merupakan fase terlemah bagi


kehidupan serangga
 Apabila tindakan pengendalian diarahkan kepada
fase pupa akan memperoleh hasil yang memuaskan
4. Pengelolaan Air
 Penggenangan sawah selama beberapa hari dapat
mematikan larva penggerek batang padi putih
(Schirpophaga innotata) yang sedang berdiapause
di dalam batang sisa-sisa tanaman padi yang masih
ada di sawah.
 Penggenangan lahan dapat digunakan
mengendalikan hama uret atau lundi (Hollotricia
helleri, dll).
B. GANGGUAN KONTINUITAS PENYEDIAAN
KEPERLUAN HIDUP HAMA
 Apabila kesinambungan penyediaan keperluan hidup
hama dapat diputus atau diganggu melalui usaha
bercocok tanam, populasi hama dan kerusakan
tanaman dapat dikurangi.
 Beberapa upaya bercocok tanam yang termasuk
dalam kelompok ini adalah sebagai berikut
1. Pergiliran Tanaman
 Tujuan pergiliran tanaman adalah memutus
kesinambungan penyediaan makanan bagi hama di
suatu tempat yaitu dengan tidak menanam suatu
jenis tanaman sama dari suatu musim ke musim
lain.
 Pertanaman kubis di dataran tinggi memiliki
peluang besar terserang Plutella xylostella apabila
penanaman dilakukan secara terus menerus.
 Pergiliran tanaman antara kedelai dengan tanaman
bukan kacang-kacangan dapat mengendalikan
hama-hama penting seperti lalat bibit kacang
(Agromyza phaseoli), kutu kedelai (Bemicia
tabaci), ulat jengkal, kumbang kedelai (Phaedonia
inclusa), kepik polong, dan penggerek polong
2. Pemberoan Lahan
 Pemberoan lahan pada suatu tempat dilakukan
dengan tujuan mengosongkan lahan sehingga hama
tidak menjumpai makanan yang sesuai sehingga
populasi hama menurun.
 Pemberoan lahan dilakukan juga untuk pengawetan
tanah.
 Dalam melakukan pemberoan perlu diperhatikan
sifat biologi dan perilaku hama.
 Apabila hama mampu berdiapause selama masa
bero, teknik pemberoan lahan menjadi kurang
efektif
3. Penanaman Serentak
 Di daerah persawahan terutama di pulau Jawa
seringkali penanaman padi pada suatu hamparan
tidak dapat dilakukan serentak.
 Keadaan ini mengakibatkan pada setiap waktu di
suatu tempat selalu dijumpai hampir semua tingkat
tumbuh tanaman. Hal ini tentu menguntungkan
perkembangan dan kehidupan hama.
 Penanaman serentak dimaksudkan agar masa
ketersediaan makanan yang sesuai bagi hama lebih
pendek sehingga perkembangan poputasi hama
dapat dihambat
4. Penetapan Jarak Tanam
 Penetapan jarak tanam sangat menentukan tingkat
produktivitas.
 Jarak tanam yang terlalu rapat mengakibatkan
jumlah tanaman per satuan luas menjadi tambah
besar sehingga dapat menurunkan hasil.
 Sebaliknya apabila jarak tanam yang terlalu lebar
tidak diperoleh produksi maksimal.
5. Lokasi Tanaman
 Dua jenis tanaman yang hubungan taksonominya
dekat jangan ditanam berdekatan karena mungkin
merupakan inang hama yang sama.
 pengaturan atau tata letak tanaman sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat hama sasaran dan
dinamika ekosistem setempat.
6. Memutuskan Sinkronisasi Tanaman
dan Hama
 Salah satu penyebab suatu jenis serangga dapat
menjadi hama yang membahayakan karena siklus
musiman atau fenologi hama sesuai dengan fenologi
tanaman.
 Fenologi hama di sini adalah waktu munculnya
stadia telur, larva, pupa, dan imago di lapangan.
 Fenologi tanaman adalah waktu tanaman
berkecambah, memasuki fase vegetatif, fase
pembungaan, dan seterusnya.
 Untuk memutuskan sinkronisasi fenologi tanaman
dan hama dapat di lakukan dengan mengubah
fenologi tanaman sehingga antara fase kehidupan
hama yang merusak tidak sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman.
 Metode mengubah fenologi tanaman yang paling
sering dilakukan dengan mengatur waktu tanam
7. Menghalangi Peletakan Telur
 Telur beberapa jenis hama seringkari diletakkan
pada bagian tanaman tertentu yang akan menjadi
makanan bagi instar nimfa atau larva.
 Apabila peletakan telur tersebut dapat dihilangi
laju peningkatan populasi hama berikutnya dapat
dikurangi.
 Pemberian serasah, jerami atau jenis mulsa lain
pada lahan kedelai yang baru ditanami dapat
mengurangi serangan lalat bibit kacang (Agromyza
phaseoli).
 Mulsa dapat menghalangi peletakan telur lalat
pada tanaman kedelai muda. pembrongsongan,
seperti mangga, belimbing, jambu, dll dapat
digunakan untuk mengurangi serangan lalat buah
(Bactrocera spp).
C. PENGALIHAN POPULASI HAMA
MENJAUHI PERTANAMAN
1. Penanaman Tanaman Perangkap
 Penanaman tanaman perangkap dilakukan dengan
menanam jenis tanaman yang lebih disukai oleh hama di
tengah-tengah atau di sekitar tanaman utama.
 Agar diperoleh hasil baik,waktu penanaman menanam
perangkap harus disesuaikan dengan fenologi hama
terutama waktu pemunculan , fase hidup hama yang
merusak tanaman.
 Fungsi tanaman perangkap adalah menarik hama datang
dan menyerang tanaman perangkap serta menjauhi
tanaman utama.
 Salah satu cara pengendalian hama penggerek
kuncup/buah kapas Helicoverpa armigera adalah
dengan menanam tanaman jagung diantara barisan
tanaman kapas.
 Buah jagung sangat disenangi oleh penggerek buah
kapas sehingga sebagian besar populasi hama
tersebut akan berada pada pertanaman jagung.
 Jagung ditanam terlebih dahulu sebelum kapas.
Diusahakan jagung telah menghasilkan tongkol
pada saat kapas mulai berbunga sehingga hama
penggerek akan menyerang tongkol jagung
2. Panen Lajur
 Cara panen lajur hanya dapat dilakukan pada
tanaman yang dalam satu musim dipanen beberapa
kali sepeti tanaman alfalfa yang di Amerika
digunakan untuk makanan ternak.
 cara ini efektif untuk mengendalikan hama sasaran
juga yang memiliki kemampuan bergerak terbatas.
 Di Amerika Serikat, alfalfa sering ditanam
berdekatan dengan kapas.
 Kedua tanaman tersebut dapat diserang oleh kepik
Lygus.
 Untuk menghindarkan perpindahan hama kepik ke
pertanaman kapas, panen alfalfa dilakukan secara
bertahap sampai semua tanaman kapas selesai
dipanen.
 Panen lajur atau panen frekuensi sering merupakan
salah satu teknik PHT untuk mengendalikan
penggerek buah kakao (Conopomorpha
cramellera).
D. PENGURANGAN DAMPAK
KERUSAKAN HAMA
 Sasaran teknik pengendalian ini adalah mengurangi
besarnya kerusakan dan kerugian yang diderita
oleh tanaman akibat serangan hama.
 Bila pada teknik-teknik pengendalian budidaya
sebelumnya lebih dipusatkan pada hama tetapi
teknik pengendalian berikut ini lebih dipusatkan
pada tanaman
1. Mengubah Toleransi Inang
 Toleransi tanaman terhadap kerusakan hama dapat
ditingkatkan menjadi lebih tahan terhadap hama
melalui program pemuliaan tanaman
 Cara-cara budidaya tanaman yang dapat
meningkatkan kesehatan dan kebugaran tanaman
antara lain dengan teknik pemupukan berimbang,
pengaturan pengairan dan drainase yang baik,
pengendalian gulma dan pemeliharaan tanaman
lainnya.
 Pertumbuhan tanaman jagung yang cepat karena
pemupukan N dan pengairan yang berlebihan dapat
meningkatkan kepekaan jagung terhadap hama
penggerek jagung Ostrinia sp.
 Kelebihan pupuk nitrogen dapat merangsang
perkembangan wereng hijau.
 Harus dijaga keseimbangan antar dosis pemberian
pupuk agar sasaran produksi tercapai dan masalah
hama dapat berkurang
2. Mengubah Jadwal Panen
 Pada beberapa tanaman jadwal panen dapat diatur
pada batas kisaran waktu tertentu.
 Pada beberapa jenis tanaman lain pengubahan
jadwal panen lebih sulit dilaksanakan.
 Masa panen tergantung pada waktu petani mulai
menanam tanaman yang diusahakan.
 Waktu panen sangat menentukan kepekaan
tanaman terhadap serangan hama tertentu.
 Umumnya pertanaman yang dipanen awal menderita
serangan hama lebih ringan daripada pertanaman
yang dipanen akhir sehingga banyak orang
menganjurkan agar tanaman dipanen lebih awal.
III. KARANTINA TUMBUHAN
 Secara alami penyebaran hama dan penyakit
tumbuhan di muka bumi telah dibatasi oleh faktor
geografis, klimatologis dan ekobiologis, sehingga
kecil kemungkinannya suatu jenis hama dan
penyakit tumbuhan yang khas di suatu area pindah
atau menyebar ke tempat lain yang letaknya
sangat jauh dan berbeda kondisi ekosistemnya
 Penyebaran hama dan penyakit tumbuhan ke
tempat-tempat lain dapat terjadi terutama melalui
kegiatan manusia baik yang disengaja maupun tidak
disengaja.
 Semakin terbukanya hubungan antar negara jenis
jenis hama dan penyakit tumbuhan dapat
menembus batas geografis sehingga masuk dan
menyebar ke tempat-tempat baru dan akhirnya
menjadi hama dan penyakit tumbuhan baru yang
sangat merugikan.
A. PENGALAMAN KEMASUKAN OPT
BARU
 Beberapa jenis OPT yang telah masuk ke
Indonesia dan menimbulkan kerugian besar,
diantaranya:
 1. Penyakit karat kopi (Hemilia vastatrix) yang
terbawa benih/bibit dari Sri Lanka ke pertanaman
kopi Indonesia pada abad 19.
 2. Penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexans)
yang terbawa benih/ bibit dari lndia ke Sumatera
Utara dan meluas ke Jawa Barat tahun 1949.
 3. Citrus Vein Phloem Degeneratiorz (CVPD)
menyerang pertanaman jeruk di Garut, Jawa Barat
tahun 1960-an.
 4. KumbangTrogoderma granarium ditemukan di
Jawa, menyerang hasil pertanian yang disimpan di
gudang pada tahun 1980-an.
 5. Siput Afrika (Achatina fulica) dari Afrika yang
semula sebagai binatang piaraan akhirnya
menyerang pertanaman sayuran di Indonesia.
 6. Gulma eceng gondok (Eichomia crassipes) yang
masuk ke Indonesia sebagai tanarnan hias kini
telah menyebar secara luas dan menyebabkan
masalah pada perairan.
 Kasus terakhir yang terjadi pada awal 2003 adalah
masuknya nematoda Globodera rostochiensis
dengan sebutan nematoda sista kuning (NSK) yang
pertama kali ditemukan di tanaman kentang di
Malang, Jawa Timur. Keberadaan NSK dapat
menjadi ancaman serius bagi pertanaman kentang.
 Sebelumnya kita kemasukan hama baru yaitu hama
pengorok daun kentang (Liriomyza sp.). Hama ini
diketahui mulai menyerang sayuran kentang di
Jawa Barat sejak tahun 1995
B. FUNGSI KARANTINA TUMBUHAN
Fungsi karantina tumbuhan di Indonesia adalah:
 1. Mencegah masuknya hama dan penyakit
tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia
 2. Mencegah tersebamya hama dan penyakit
tumbuhan karantina dari satu daerah ke daerah
lain dalam wilayah negara Republik Indonesia
 3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit
tumbuhan tertentu dari wilayah negara Republik
Indonesia apabila negara tujuan menghendakinya
C. ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN KARANTINA (OPTK)
 Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) adalah
semua organisme yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.
 Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) adalah semua OPT yang ditetapkan oleh
Menteri Pertanian untuk dilakukan upaya
pencegahan agar tidak masuk ke dalam wilayah
Indonesia atau bila sudah ada di sebagian wilayah
Indonesia perlu dicegah penyebarannya ke wilayah
lain di Indonesia.
 OPTK dikelompokkan menjadi OPTK Golongan I
dan OPTK Golongan II.
 Di samping OPTK dalam peristilahan karantina
dikenal kelompok lain yaitu Organisme Pengganggu
Tumbuhan Penting.
 OPTK Golongan I yaitu OPTK yang tidak dapat
dibebaskan dari media pembawanya dengan cara
perlakuan.
 Hal ini disebabkan karena sifatnya memang tidak
dapat dibebaskan, atau belum diketahui cara untuk
membebaskannya, atau bila ada cara untuk
membebaskannya, cara tersebut belum dapat
dilakukan di Indonesia
 OPTK Gol I dibagi menjadi dua kategori yaitu
A1 dan 42.
 Kategori A1 merupakan jenis-jenis OPTK yang
masih belum terdapat di wilayah Negara
Republik Indonesia.
 Kategori A 2 merupakan jenis-jenis OPTK yang
sudah masuk di Indonesia tetap penyebarannya
masih terbatas pada area tertentu dan sedang
dikendalikan.
 OPTK Golongan I umumnya berupa virus dan
bakteri.
 Contoh OPTK Golongan I kategori A1 adalah
Corynebacterium flaccumfaciens atau bacterial
wilt, baktei yang menyerang benih kedelai,
jagung,kacang buncis dan kacang hijau yang saat
ini masih tersebar di USA, Canada, Eropa dan
Australia.
 Contoh lain penyakit Mosaic Virus menyerang bibit
dan umbi ubi jalar. Penyebarannya sampai saat ini
masih di Sri Lanka, Afrika dan Jamaica.
 OPTK Golongan II yaitu semua OPTK yang dapat
dibebaskan dari media pembawanya dengan
menggunakan cara perlakuan tertentu.
 OPTK Golongan II juga dibagi menjadi dua
kategori Al (belum terdapat di wilayah Lrdonesia)
dan
 A2 (sudah masuk ke sebagian wilayah lndonesia).
 Umumnya OPTK dari kelompok organisme
serangga, tungau, nematoda dan fungi masuk dalam
OPTK Golongan II.
 Contoh OPTK Golongan II kategori A1 adalah
Leptinotarsa decenrlineata atau kumbang kentang
Colorado yang tersebar di Amerika dan Eropa.
 Contoh OPTK Golongan II kategori A2 Sexava
nubila belalang yang menyerang terutama kelapa
masih tersebar di Kepulauan Sangihe Talaud
(Sulawesi Utara), Maluku Utara, dan Papua.
TINDAKAN KARANTINA
Tindakan karantina meliputi 8 tindakan yaitu
 pemeriksaan,
 pengasingan,
 pengamatan,
 perlakuan,
 penahanan,
 penolakan,
 pemusnahan, dan
 pembebasan.
1. Pemeriksaan
 Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui
kelengkapan persyaratan administratif,
kelengkapan dan kebenaran isi, keabsahan
dokumen serta mengetahui kebebasan media
pembawa dari hama dan penyakit tumbuhan atau
hama dan penyakit tumbuhan karantina.
 Pemeriksaan dilaksanakan dengan cara visual dan
pengamatan laboratorium
2. Pengasingan
 Pengasingan bertujuan mendeteksi kemungkinan
adanya hama dan penyakit tumbuhan dan/atau
hama dan penyakit tumbuhan karantina.
 Pengasingan memerlukan waktu lama, sarana
khusus dan kondisi khusus.
 Karena itu pengasingan dilakukan di suatu tempat
yang terisolasi selama kurun waktu tertentu sesuai
dengan masa inkubasi hama dan penyakit tumbuhan
dar/atau hama dan penyakit tumbuhan karantina
yang bersangkutan.
3. Pengamatan.
 Merupakan tindakan pemeriksaan secara teliti dan
berulang-ulang dalam rangka mengidentifikasi
hama dan penyakit tumbuhan dan/atau hama dan
penyakit tumbuhan karantina yang ditemukan.
4. Perlakuan
 Perlakuan dilakukan untuk membebaskan media
pembawa dari hama dan penyakit tumbuhan
dan/atau hama dan penyakit tumbuhan karantina
golongan II, dengan perlakuan secara fisik maupun
kimiawi
5. Penahanan
 Penahanan yang dimaksud adalah mengamankan
media pembawa dengari cara menempatkannya di
bawah penguasaan dan pengawasan petugas
karantina tumbuhan dalam waktu tertentu karena
persyaratan karantina belum sepenuhnya
terpenuhi
6. Penolakan
 Tindakan tidak memperbolehkan pemasukan atau
pengeluaran media pembawa karena media
tersebut tidak dilengkapi persyaratan
administratif yang disyaratkan dan tidak bebas
atau tidak dapat dibebaskan dari hama dan
penyakit tumbuhan dan/atau hama dan penyakit
tumbuhan karantina.
 Media pembawa yang bersangkutan segera dibawa
ke negara atau daerah asal atau area lain untuk
menghindari kemungkinan terjadinya penyebaran
hama dan penyakit tumbuhan dan/atau hama dan
penyakit tumbuhan karantina dari media pembawa
tersebut ke lingkungan sekitarnya.
7. Pemusnahan
 Pemusnahan dilakukan dengan cara membakar,
menghancurkan, mengubur, dan cara-cara
pemusnahan lainnya yang sesuai sehingga media
pembawa tidak mungkin lagi menjadi sumber
penyebaran hama dan penyakit tumbuhan
karantina.
8. Pembebasan
 Tindakan melepas/memberi ijin pemasukan dan
pengeluaran media pembawa untuk
dilintasbebaskan di dalam wilayah Republik
Indonesia, atau pengeluaran media pembawa dari
wilayah negara RI dikarenakan telah bebas dari
hama dan penyakit tumbuhan dan/ atau hama dan
penyakit tumbuhan yang telah dikarantina.
Selesai

Anda mungkin juga menyukai