Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan hidrotermal adalah larutan panas (50 sampai 500°C) yang berasal

dari sisa cairan magma yang berasal dari dalam bumi yang bergerak keatas dan kaya

akan komponen komponen (kation dan anion) pembentuk mineral bijih dan

terbentuk pada tekanan yang relatif tinggi. Larutan sisa magma ini mampu merubah

mineral yang telah ada sebelumnya dan membentuk mineral-mineral tertentu.

Secara umum cairan sisa kristalisasi magma tersebut bersifat silika yang kaya

alumina, alkali dan alkali tanah yang mengandung air dan unsur-unsur volatil.

Larutan hidrotermal terbentuk pada bagian akhir dari siklus pembekuan magma dan

umumnya terakumulasi pada litologi dengan permeabilitas tinggi atau pada zona

lemah. Endapan hidrotermal merupakan jenis endapan bijih yang sangat penting

karena endapan ini merupakan salah satu sumber utama dari bijih emas dan tembaga

serta logam ekonomis lainnya.

Salah satu tipe endapan hidrothermal dilihat dari geneshanya ada endapan

porfiri dan endapan epithermal, kedua endapan ini merupakan tempat paling banyak

terakumulasi bijih/ore yang dicari karena penyebaran dan kosentrasinya yang

tinggi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini adalah mengetahui endapan epithermal

dan endapan hidrothermal.


Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mampu membedakan Mineral-mineral Endapan porfiri dan Epithermal

berdasarkan Teksturnya

2. Mampu mengetahui mineral yang terbentuk pada endapan porfiri dan

epithermal

3. Mengetahui penciri khusus mineral porfiri dan epithermal

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan

1. Sampel mineral

2. ATK

3. Lup

4. Rock & Mineral

5. Pembanding

6. Kamera hp

7. Pensil warna

8. LKP

9. Hcl

10. Referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Endapan Hidrothermal

Endapan hidrotermal merupakan jenis endapan bijih yang sangat penting

karena endapan ini merupakan salah satu sumber utama dari bijih emas dan tembaga

serta logam ekonomis lainnya.

Ada beberapa hal penting yang berperan dalam pembentukan endapan bijih

hidrotermal yaitu antara lain: sumber air (water source), asal usul komponen bijih,

proses transportasi dari bijih, permeabilitas, penyebab dan pengendapan bijih.

Sumber dari logam pada larutan hidrotermal yaitu;

- Batuan and material sedimen yang dilalui oleh larutan hidrotermal

- Berasal dari magma itu sendiri

- Kombinasi diantara keduanya- seperti pada system geothermal

Larutan hidrotermal erat kaitannya dengan aktifitas gunung api baik aktif maupun

yang baru saja aktif (recently active). Larutan hidrotermal juga sering dijumpai

berasosiasi dengan sebuah system panas bumi (geothermal system).

Menurut Bateman (1981) secara umum proses pembentukan ore atau mineralisasi

bijih pada endapan jenis hidrotermal dipengaruhi oleh beberapa faktor pengontrol,

meliputi :

1. Larutan hidrotermal yang berfungsi sebagai larutan pembawa mineral.

2. Zona lemah yang berfungsi sebagai saluran untuk lewat larutan hidrotermal.

3. Tersedianya ruang untuk pengendapan larutan hidrotermal.


4. Terjadinya reaksi kimia dari batuan induk/host rock dengan larutan

hidrotermal yang memungkinkan terjadinya pengendapan mineral bijih

(ore).

5. Adanya konsentrasi larutan yang cukup tinggi untuk mengendapkan

mineral bijih (ore).

Oleh akibat larutan hidrotermal bersifat sangat cair, menyebabkan larutan

ini sangat mudah untuk melalui bidang bidang rekahan pada batuan yang

dilewatinya dan kemudian mengalami proses pendinginan dan mengendapkan ion

ion logam yang membentuk endapan dalam bentuk vein atau urat. Kuarsa sebagai

mineral yang paling akhir terbentuk umumnya hadir dan terendapkan dalam urat

urat ini yang seringkali dijumpai bersama dengan endapan emas. Kehadiran urat

urat ini merupakan salah satu penciri utama dari jenis endapan hidrotermal.

Endapan tipe urat atau vein type deposit merupakan daerah yang umumnya

termineralisasi dengan jelas yang umumnya membentuk tubuh yang diskordan

(memotong tubuh batuan yang ada disekelilingnya) yang pada umumnya ukurannya

lebih kecil dibandingkan dengan panjang dan kedalamannya. Kebanyak urat urat

terbentuk pada zona zona patahan atau mengisi rongga rongga pada batuan atau

pada daerah gerusan. Banyak endapan endapan yang bernilai eknomis tinggi seperti

emas, tembaga, perak, logam dasar (Pb-Zn-Cu) dan arsenik, mercuri dan mineral

mineral logam ekonomis lainnya.yang berasosiasi dengan mineral mineral pengotor

(gangue mineral) seperti kuarsa dan kalsit pada batuan sampingnya (country rocks)

dalam bentuk struktur urat


2.1 Sturktur Vein

2.2 Endapan Epithermal

Epithermal menjelaskan suatu endapan larutan hidrotermal yang dekat

dengan permukaan (berkisar antara 50 – 1500 meter dari atas permukaan bumi).

Tipe endapan epitermal terbentuk berkaitan erat dengan akitiftas vulkanisme pada

suatu daerah. Biasanya sistem epitermal ditandai dengan munculnya manifestasi

aktifitas vulkanisme dangkal diatas permukaan bumi dalam bentuk hot spring (mata

air panas) atau fumarole.

Endapan epitermal terbentuk dari larutan yang dilute (yang mengandung

NaCl < dari 5 wt%) yang mengalami proses boiling (mendidih), pencampuran

larutan dan oksidasi pada temperature antara 200 – 300 °C.

Endapan epitermal tersebar dibeberapa belahan dunia dan biasanya

berasosiasi dengan endapan hidrotermal lainnya. Pada umumnya endapan

hidrotermal, terutama yang masih berumur muda dijumpai berasosiasi dengan

Circum-Pacific Belt dimana hal ini menggambarkan adanya hubungan yang dekat

antara keberadaan endapan endapan hidrotermal tersebut dengan pusat pusat


magmatisme. Mineral bijih yang berasosiasi dengan tipe endapan epitermal ini

yaitu antara lain emas, perak, tembaga, antimony arsenic dan merkuri.

Berdasarkan hasil studi dan penemuan endapan-endapan epitermal di

Sirkum Pasifik dan sekitarnya selama bebapa dekade terakhir, saat ini diketahui

bahwa endapan dengan tekstur dan kumpulan mineral yang mencirikan lingkungan

epitermal mengandung mineral dan inklusi fluida yang merekam temperatur

maksimum sekitar 300oC, sebagian besar di antaranya terbentuk pada kisaran (160-

270)oC yang berkorespondensi dengan kedalaman (50-700) m di bawah muka air

tanah purba (Hedenquist et al., 2000). Secara genetik, endapan epitermal

berhubungan dengan intrusi sub-volkanik dangkal (Gambar 4.6). Proses

pengendapan bijih pada lingkungan epitermal terjadi karena larutan pembawa bijih

yang terfokus dan sedang bergerak naik ke permukaan, mengalami perubahan

komposisi dengan cepat, pada jarak 1 km dari sumbernya, atau di permukaan.

Perubahan komposisi ini disebabkan oleh boiling (pendidihan), suatu proses yang

paling memungkinkan untuk terjadinya presipitasi logam kompleks-bisulfida

seperti emas. Proses pendidihan yang diikuti dengan pendinginan yang cepat ini

juga menghasilkan berbagai fitur yang berhubungan, seperti pengendapan mineral

gangue kuarsa dengan tekstur colloform-nya, adularia dan bladed-calcite, serta

pembentukan steam-heated waters (air uap-panas) yang membentuk alterasi dan

halo advanced argillic dan argillic. Di samping itu, penurunan tekanan yang tajam

juga terjadi pada larutan pembawa bijih akibat hydraulic fracturing, di mana ini juga

memfokuskan aliran fluida yang sedang mendidih tersebut. Untuk alasan-alasan


inilah, maka dikenal istilah lingkungan epitermal untuk pengendapan bijih

(Hedenquist et al., 2000).

2.2.1 Tipe Endapan Epithermal

Secara umum endapan epitermal terbagi atas dua tipe berdasarkan tingkat

sulfidasinya, atau tingkat oksidasi sulfur di dalam fluida bijihnya, yaitu (1) endapan

tipe high sulfidation (sulfidasi tinggi; HS) yang terbentuk pada sistem volkanik-

hidrotermal dan (2) low sulfidation (sulfidasi rendah; LS) yang terbentuk pada

sistem geotermal (Hedenquist et al., 2000). Istilah sulfidation digunakan untuk

menunjukkan kestabilan mineral mineral pembawa sulfur.

A. Low Sulfidation

Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang

bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan

alterasi kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan

biasanya perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh

terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida.

Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali,

dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah

berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur

pergeseran (dilatational jog). ndapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan

terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya

kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan dan membentuk

jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai

mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai


pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai

respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari

tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan

jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-

tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini

terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran Kontrol utama

terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas. Proses

boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga

terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya

CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia

dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih

sistem sulfidasi rendah Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi

dengan alterasi kuarsa–adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur

rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali

hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung

CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk

H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150°-300° C) dan

didominasi oleh air permukaan Batuan samping (wallrock) pada endapan

epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun

batuan – batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan

variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-

urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated),

dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur
yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat

breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996),

B. High Sulfidation

Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan

vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar

secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-

2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation

terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik

yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus

rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C),

fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi

yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan

fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona

alterasi (ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih

menunjukkan kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi,

struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi.

High sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari bercampurnya

fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer

sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe

endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.
Gambar 2.2 Penampang Endapan Epithermal

2.3 Endapan Porfiri

Endapan tipe porphyry merupakan endapan yang terbentuk akibat asosiasi

antara larutan hidrotermal dengan aktifitas batuan beku intrusif dimana mineral

mineral sulfida dan oksida terbentuk dari larutan hidrotermal pada temperature

yang tinggi. Batuan intrusif umumnya bertekstur porfiritik dan kadang kala

berasosiasi dengan batuan vulkanik yang sejenis. Jenis endapan ini merupakan

sumber utama dari Cu dan Mo di dunia dan juga menyumbangkan cadangan Au,

Ag, W dan Sn yang signifikan. Endapan porphyry merupakan endapan yang

menyumbangkan hampir 60% tembaga dan merupakan sumber utama dari

molybedum, emas dan perak. Endapan jenis ini juga sering disebut dengan

tembaga porfiri (porphyry deposit) karena Cu merupakan unsur ekonomis yang

paling banyak ditemukan pada endapan ini.


Endapan porfiri sangat erat kaitannya dengan keberadaan intrusi yang dangkal

dari batuan beku plutonik yang bersifat asam sampai intermediate yang

mengandung fenokris.

Endapan yang terbentuk pada tipe ini disebut disseminated deposit, yang

tersebar diseluruh tubuh batuan beku. Penyebaran endapan ini sangat erat

kaitannya dengan sabuk pegunungan (orogenic belt) dengan batas lempeng

konvergen (convergen plate boundary) baik pada busur kepulauan maupun busur

kontinen. Pada umumnya tipe porphyry tidak membentuk sebuah system urat

yang sistematik. Pola alterasi yang membentuk mineral bijih disebabkan oleh

larutan magma dan juga percampuran dengan air metorik. Selama proses

pembentukan endapan ini, host rock dan wall rock-nya ter-fractured-kan yang

kemudian rekahan rekahan ini akan terisi dengan mineral tembaga dalam bentuk

stockwork.

Endapan porphyry copper membentuk daerah dan cadangan yang sangat

luas (umumnya mencapai ratusan sampai ribuan bahkan milyar meter kubik)

sehingga mempunyai umur penambangan yang panjang dan tingkat produksi yang

tinggi. namun memiliki kandungan grade yang rendah hingga menengah dimana

mineral bijih primer secara spasial dan genetiknya berhubungan dengan intrusi

batuan asam sampai dengan intermediate yang bertekstur porfiritik.


Gambar 2.3 Model Endapan Porfiri (Sillitoe, 1995)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sampel EM1

Gambar 3.1 Stockwork Kuarsa

Mineral dengan nomor peraga EM 1 dalam kondisi segar berwarna putih,

dalam kondisi lapuk berwarna cokelat serta cerat berwarna putih. Memiliki kilap

kaca yaitu mineral tampak seperti kaca saat terkena cahaya, belahan tidak ada,

pecahan konkoidal yaitu kenampakan mineral seperti kulit bawang yang berlapis,

kekerasan 7 skala Mohs, berat jenis 2,6 gr/cm3, sifat kemagnetan diamagnetik yaitu

sifat mineral yang tidak dapat tertarik oleh magnet, derajat kejernihan translusen

yaitu kenampakan mineral yang tembus cahaya, serta sifat dalam brittle yaitu

keadaan mineral yang mudah hancur. Bentuk prismatik, sistem kristal hexagonal.

Berdasarkan sifat fisik mineral diatas, maka dapat diinterpretasikan nama mineral

ini adalah kuarsa dengan komposisi kimia SiO2 dan termasuk kedalam golongan

mineral Silikat, jenis endapan epitermal dengan tekstur khusus yaitu Stockwork.

Dilihat dari teksturnya yaitu stockwork dapat diinterpretasikan bahwa

endapan ini termasuk dalam endapan porfiri, dimana tubuh batuan pluton yang
menerobos akibat tektonik, terhancurkan akibat tekanan yang diterima akibatnya,

tubuh batuan mengalami fracture-fracture atau rekahan yang tidak teratur

kemudian terisi oleh larutan hidrothermal yang membentuk kuarsa sebagai vein-

vein yang mengikuti pola fracture tersebut larutan hidrothermal mampu mengisi

rongga kecil (veinlet) karena larutan hidrothermal yang ber pH hampir netral dan

bersifat cair dan suhu lebih rendah akibatnya tidak sempat terbentuk bidang kristal.

Asosiasi mineral kuarsa yang terbentuk pada Low Sulfidation adalah Illit-Smektit,

Kaolin, Barit, Anhidrit, dan Au-Ag, Sphalerit, Kalkopirit, Pirit, dan Galena.

Kegunaan mineral kuarsa dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan kaca dan vein

kuarsa sebagai penciri keterdapatan ore khususnya Au (emas)

3.2 Sampel EM2

Gambar 3.2 Kuarsa

Mineral dengan nomor peraga EM 2 dalam kondisi segar berwarna putih,

dalam kondisi lapuk berwarna cokelat serta cerat berwarna putih. Memiliki kilap

kaca yaitu mineral tampak seperti kaca saat terkena cahaya, belahan tidak ada,

pecahan konkoidal yaitu kenampakan mineral seperti kulit bawang yang berlapis,
kekerasan 7 skala Mohs, berat jenis 2,6 gr/cm3, sifat kemagnetan diamagnetik yaitu

sifat mineral yang tidak dapat tertarik oleh magnet, derajat kejernihan translusen

yaitu kenampakan mineral yang tembus cahaya, serta sifat dalam brittle yaitu

keadaan mineral yang mudah hancur. Bentuk prismatik, sistem kristal hexagonal.

Berdasarkan sifat fisik mineral diatas, maka dapat diinterpretasikan nama mineral

ini adalah kuarsa dengan komposisi kimia SiO2 dan termasuk kedalam golongan

mineral Silikat, jenis endapan epitermal dengan tekstur khusus yaitu Zoning. Dilihat

dari Tekstur khususnya yaitu Zoning, dimana mineral kuarsa Terkosentrasi pada

satu titik yang kemudian mengkristal ketengah rongga dimana bidang kristal

mengkristal dengan lama membentuk kristal subhedral-Euhedral akibat suhu yang

tinggi dan Larutan yang bersifat asam diinterpretasikan mineral ini adalah Endapan

Epithermal High Sulfidation. Kegunaan mineral kuarsa dapat dijadikan sebagai

bahan pembuatan kaca

Anda mungkin juga menyukai