Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bagian penting dalam pembangunan. Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya bagi masa yang akan datang. Tujuan
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik
setelah dilselenggarakannya kegiatan pendidikan (Hamalik, 2011: 14) .
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003, Bab I Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk mewakili kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan


dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik .
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik
supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan
dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkan untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan masyarakat
(Kemendibud, 2012: 3) .
Salah satu masalah yang dihadapi didunia pendidikan kita ini adalah proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik kurang termotivasi
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi,
kemampuan berpikir peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menyimpan
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnyaketikapeserta didik
kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin secara
aplikasi (Sanjaya, 2006: 1) .
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai tugas yang harus
diperankannya yaitu memotivasi, membimbing dan memberikan fasilitas belajar
bagi peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Guru bertanggung jawab penuh
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di kelas guna membantu proses
perkembangan peserta didik . Oleh karena itu guru dalam hal ini dituntut untuk
mengembangkan model pembelajaran yang dapat memperluas pemahamanpeserta
didik mengenai ajaran-ajaran agama, memotivasi mereka untuk mengamalkan
dan membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Pengembangan model ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan
keadaan belajar yang aktif, kreatif dan dapat mempengaruhi peserta didik ,
sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih hasil
belajar secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan belajar
mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka seorang guru dituntut untuk dapat
memahami dan memiliki keterampilan yang dapat mengelola proses
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan efektif, sehingga tidak ada kejenuhan
dari peserta didik dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas. Dalam
proses pembelajaran yang sifatnya klaksikal, guru harus berusaha agar proses
pembelajaran mencerminkan komunikasi dua arah (Amilda, 2009: 5) . Mengajar
bukan semata-mata merupakan pemberian informasi tanpa mengembangkan
kemampuan mental, fisik, dan penampilan diri. Untuk meningkatkan kegairahan
dan pengembangan kegiatan belajar mengajar peserta didik , guru harus berusaha
merangsang dan memberikan motivasi untuk mendinamiskan potensi
belajarpeserta didik sehingga akan terjadi interaksi dan proses belajar mengajar
yang aktif dan kreatif dan menyenangkan.
Berdasarkan observasi peneliti yang dimulai pada tanggal7 November 2019
di SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya. Ada beberapa gejala yang peneliti
temukan dalam proses belajar mengajar, peserta didik terkesan kesulitan untuk
menguasai materi pembelajaran dan kurang memahami apa tujuan yang harus
dicapai pada setiap pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya kurangnya minat dan antusias peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran atau penggunaan model pembelajaran yang belum tepat sehingga
kurang memudahkan peserta didik untuk menyerap intisari dari materi yang
dalam hal ini pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Berdasarkan observasi awal penelitian ini, pesersa didik menunjukkan gejala-
gejala yaitu (1) Peserta didik kurang aktif didalam kegiatan belajar mengajar, (2)
Peserta didik kesulitan mengerjakan evaluasi, (3) Rendahnya penguasaan peserta
didik terhadap materi pembelajaran, (4) Peserta didik seringkali berdiskusi
dengan teman sebangkunya diluar materi pembelajaran (5) Rendahnya minat
belajar peserta didik dan merasa kesulitan dalam menyampaikan pendapat
dikelas, (6) Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru.

Adapun hasil wawancara dengan ustadzah Laili Nur Wahyuni, S.Pd, selaku
guru IPA kelas IV di SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya pada tanggal 07
November 2019, bahwa pemahaman peserta didik pada mata pelajaran IPA
masih tergolong rendah, ini dilihat dari hasil ulangan harian peserta didik yang
rata-rata kelasnya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) ≤ 80. Rata-rata
kelasnya hanya mencapai 78. Rendahnya nilai hasil belajar atau tidak tercapainya
KKM dikarenakan siswa kurang aktif dan kurang tertarik dalam mengikuti
keagiatan pembelajaran IPA.
Menurut Harold Spears (dalam Suprijono, 2009: 2) mengatakan bahwa
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu). Jadi seseorang dikatakan belajar apabila terjadi suatu
kegiatan pada diri orang itu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang
berkaitan dengan apa yang akan dipelajari dengan melakukan aktivitas
mengamati, membaca, meniru, mencoba, dan mendengar.
Menurut Slameto (2010: 27) prinsip belajar yaitu: a) berdasarkan prasyarat
yang harus diperlukan untuk belajar yaitu partisipasi aktif serta minat siswa untuk
mencapai tujuan instruksional; b) sesuai hakikat belajar yaitu proses kontinu,
maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya; c) sesuai materi atau
bahan yang harus dipelajari, belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus
memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya; d) syarat keberhasilan mengajar, belajar memerlukan sarana yang
cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
Dari uraian teori diatas maka peniliti menemukan model yang cocok untuk
masalah yang ditemukan oleh peneliti yaitu model PQ4R yang di padukan dengan
Pendekatan Ilmiah pada masa kurikulum 2013 saat ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis termotivasi untuk meneliti
tentang ”Pengaruh Model Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read,
Reflect, Recite, Review) dengan Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Terhadap Hasil Belajar IPA di Kelas IV SD Muhammadiyah 26 Surabaya
Tahun Ajaran 2019/2020”.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas diuraikan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat
dan sesuai. Terdapat dugaan bahwa penggunaan model pembelajaran yang tepat
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik . Dari permasalahan tersebut di
atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Masih banyak peserta didik yang kurang antusias dalam pembelajaran IPA.
2. Guru kurang bervariasi untuk penggunaan model pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Hasil belajar IPA peserta didik masih relatif rendah untuk mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal.

C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah ini bertujuan agar masalah yang dibahas lebih jelas dan
mencegah uraian yang menyimpang dari masalah yang akan diteliti, serta tidak
menimbulkan salah penafsiran, maka penulis membatasi permasalahan sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu model PQ4R
2. Hasil belajar dalam penelitian ini di lihat dari hasil post-test pada mata
pelajaran IPA materi Gaya.
3. Peserta didik yang akan dijadikan objek penelitian adalah kelas IV SD
Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diperoleh
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas peserta didik pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen?
2. Adakah pengaruh antara hasil belajar dengan Pendekatan Scientific dan
model PQ4R terhadap kelas kontrol dan kelas eskperimen?
3. Adakah kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen?

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas
peserta didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara hasil belajar dengan Pendekatan
Scientific dan model PQ4R terhadap kelas kontrol dan kelas eskperimen.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan
pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

F. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaanpenelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat.
memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
mengenai penerapan model pembelajaran PQ4R dengan Pendekatan
Ilmiah (Scientific Approach), dalam meningkatkan hasil belajarsiswa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi sebagai
masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan, dan menambah keilmuan khususnya
bagi para pendidik yang mengajar bidang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) di SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya .
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk
penelitian yang sejenis selanjutnya.

2. Secara praktis
a. Bagi guru dan peserta didik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi para guru dalam
menerapkan metode-model pembelajaran baru dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Sedangkan bagi peserta didik modelyang sudah diajarkan
dapat diterapkan secara individu dan untuk mata pelajaran yang lain.
b. Bagi Sekolah
Temuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana dan
memotivasi khususnya bagi guru Sekolah Dasar dalam melaksanakan
kewenangannya untuk menulis, mempertimbangkan dan mengambil
keputusan, penggunaan model pembelajaran yang dapat memberikan
konstribusi maksimal untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah
Dasar dalam mata pelajaran matematika, yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model pembelajaran PQ4R
Salah satu teknik studi untuk membantu peserta didik memahami dan
mengingat apa yang mereka baca adalah suatu prosedur yang disebut model
pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflecty, Recite, dan Review)
yang didasarkan pada versi sebelumnya yang dikenal sebagai SQ3R (Survey,
Question, Read, Recite, dan Review) yang dicetuskan oleh Robinson tahun
1941 (Trianto, 2010:150). Prosedur model pembelajaran PQ4R menuntut
peserta didik fokus pada pengorganisasian informasi yang bermakna dan
melibatkan mereka dalam strategi yang efektif lainnya, sepertiperumusan
pertanyaan, penjabaran dan praktik pendistribusian (Slavin,2008:256).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam model PQ4R menurut Trianto
(2010:151-153) adalah sebagai berikut:
a. preview
Langkah ini dimaksudkan agar peserta didik membaca selintas dengan
cepat sebelum mulai membaca bahan bacaan. Peserta didik mulai dengan
membaca topik-topik, sub topik utama, judul dan subjudul, kalimat-kalimat
permulaan atau akhir suatu paragraf, atau ringkasan pada akhir suatu bab.
Apabila bagian-bagian tersebut tidak ada, peserta didik dapat membaca setiap
halaman dengan cepat, atau hanya membaca satu atau dua kalimat pada
setiap halaman sehingga diperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang akan
dipelajari

b. question
Peserta didik mengajukan pertanyaan pada diri sendiri untuk setiap pasal
yang ada pada bahan bacaan siswa.

c. read
Peserta didik membaca karangan secara aktif yakni dengan cara
memusatkan pikiran peserta didik dalam memberikan reaksi terhadap apa
yang dibacanya dan mencoba mencari jawaban terhadap semua pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sebelumnya.

d. reflect
Selama membaca, peserta didik tidak hanya cukup mengingat atau
menghapal, tetapi memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara (a)
menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui, (b)
mengaitkan subtopik- subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip utama, (c) memecahkan kontradiksi di dalam informasi yang
disajikan, dan (d) menggunakan materi untuk memecahkan masalah-masalah
yang disimulasikan dan dianjurkan dari materi pelajaran tersebut.

e. recite
Peserta didik merenungkan (mengingat) kembali informasi yang telah
dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting dengan nyaring,
menanyakan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Peserta didik dapat
melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang
ditonjolkan dalam bacaan. Dari catatan-catatan yang telah dibuat pada
langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada pada siswa, maka
mereka membuat inti sari materi dari bacaan.

f. review
Peserta didik membuat catatan singkat, mengkaji kembali seluruh isi
bacaan dengan fokus pada pengajuan pertanyaan kepada diri sendiri.
Dari langkah-langkah strategi belajar model pembelajaran PQ4R yang
telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat
membantu peserta didik memahami materi pembelajaran, terutama terhadap
materi-materi yang lebih sukar dan menolong peserta didik untuk
berkonsentrasi lebih lama.
Tabel 1: Langkah-langkah penerapan strategi belajar model
pembelajaran PQ4R
Langkah – Tingkah Laku Guru Aktivitas Siswa
langkah
Langkah 1 1. 1. Memberikan bahan bacaan 1. 1. Membaca selintas
Preview 2. kepada peserta didik untuk dengan cepat untuk
dibaca. menemukan ide
3. 2. Menginformasikan kepada pokok/tujuan
4. peserta didik bagaimana pembelajaran yang
5. menemukan ide pokok/tujuan hendak dicapai.
pembelajaran yang
hendakdicapai.
Langkah 2: 1. Menginformasikan 1. Memperhatikan
Question kepada penjelasan guru.
peserta didik agar 2. Menjawab pertanyaan
memperhatikan makna yangtelah dibuatnya.
daribacaan.
2. Memberikan tugas
kepada
peserta didik untuk
membuat pertanyaan dari
ide pokok yang
ditemukan dengan
menggunakan kata-kata
apa, mengapa. Siapa dan
bagaimana.
Langkah 3: 1. Memberikan tugas 1. Membaca secara
Read kepada aktif sambil
peserta didik untuk memberikan
membaca dan tanggapan terhadap
menanggapi/ menjawab apa yang telah
pertanyaan yang telah dibaca dan
disusun sebelumnya. menjawab
pertanyaan yang
telah dibuatnya.
Langkah 4 : 1. Mensimulasikan/mengin 1. Bukan hanya sekedar
Reflect formasikan meteri yang menghafal dan
ada pada bahan bacaan. mengingat materi
pelajaran tetapi
mencoba
memecahkan masalah
dari informasi yang
diberikan oleh guru
dengan pengetahuan
yang telah diketahui
melalui bahan bacaan.
Langkah 5 : 1. Meminta peserta didik 1. Menanyakan dan
Recite membuat intisari dari menjawab
seluruh pembahasan pertanyaan-
pelajaran yang dipelajari pertanyaan
hari ini. 2. Melihat catatan-
catatan/intisari yang
telah dibuat
sebelumnya.
3. Membuat intisari dari
seluruh pembahasan.
Langkah 6 : 1. Menugaskan peserta 1. Membaca intisari
Review didik membaca intisari yang telahdibuatnya.
yang dibuatnya dari 2. Membaca kembali
rincian idepokok yang bahan bacaanpeserta
ada dalambenaknya. didik jika masih
2. Meminta peserta didik belum yakin akan
membaca kembali bahan jawaban yang
bacaan, jika masih telahdibuatnya.
belumyakin dengan
jawabannya.
Trianto,(2010:154-155)

3. Pendekatan Saintifik

a. Pengertian Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik/ ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya (Materi Diklat Guru Implementasi
Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari www.puskurbuk.net). Sedangkan
menurut M. Lazim (2013: 1), pendekatan saintifik didefinisikan sebagai
berikut:
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik/


ilmiah adalah suatu teknik pembelajaran yang menempatkan peserta didik
menjadi subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu
mengkonstruk pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan
sebelumnya.

Pendekatan saintifik/ ilmiah terbukti lebih efektif dalam pembelajaran


dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian sebagai berikut (Materi Diklat Guru Implementasi Kurikulum
2013, 2013: 2, diunduh dariwww.puskurbuk.net):
1) Penerapan Pendekatan Saintifik
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba,
dan membentuk jejaring (5M). Pendekatan ini merujuk kepada teknik-
teknik investigasi atas suatu fenomena, cara memperoleh pengetahuan baru,
atau mengoreksi dan memadukan dengan pengetahuan sebelumnya.
a) Mengamati
Modelmengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.
Keunggulan modelmengamati adalah peserta didik senang dan
tertantang dan mudah pelaksanaannya.
b) Menanya
Menanya menurut Kemendikbud mempunyai fungsi sebagai berikut.
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik .
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinyasendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencarisolusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkann sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik danbenar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menariksimpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu samalain.
c) Menalar/Mengasosiasi
Penalaan adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
d) Mencoba
Aplikasi modeleksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.
e) Membentuk Jejaring/Kolaboratif
Situasi kolaboratif peserta didik akan dilatih berinteraksi dengan empati,
saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-
masing.

b. Tujuan dan Karakteristik Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi pembelajaran
menggunakan langkah-langkah ilmiah. Pendekatan ini menekankan bahwa
informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung
kepada informasi yang disampaikan guru.
Pendekatan saintifik diarahkan untuk menciptakan kondisi pembelajaran
yang mendorong peserta didik dalam mencari tahu informasi dari berbagai
sumber melalui observasi baik langsung maupun melalui media, tidak hanya
sekedar diberi tahu. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan ini
bukan berarti tidak membutuhkan peran guru. Guru sangat diperlukan sebagai
pemberi dasar ilmu, pemantik semangat belajar siswa, dan membimbing
pemahaman peserta didik ke arah yang benar.
Menurut Lazim (2013: 2), ada beberapa karakteristik pembelajaran dengan
modelsaintifik, yaitu (1) Berpusat padasiswa, (2) Melibatkan keterampilan
proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atauprinsip, (3) Melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. (4) Dapat
mengembangkan karakter siswa.
Pembelajaran saintifik di dalamnya mengandung unsur materi pembelajaran.
Materi pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas materi faktual,
materi konsep, materi prinsip, materi prosedur, dan sikap (Abdul Gafur, 2013:
8).

3. Hasil Belajar

Menurut Dimyanti dan Mujiono (2013: 3), hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan belajar
di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik merupakan
berakhirnya pengalaman dan puncak proses belajar.
Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil
belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam saja yaitu pengetahuan dan
keterampilan (Amilda dan Mardiah, 2012: 24). Sedangkan menurut Bloom, hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Agus
Suprijono, 2009: 05).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan


perubahan perilaku secara keseluruhan, yang dapat di amati dan di ukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan pengetahuan ataupun pengalaman
yang lebih baik sebelumnya yang tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan
tersebut dapat diperoleh peserta didik setelah menerima pengalaman.

4. Karakteristik Peserta Didik SD


Pada masa – masa anak usia SD (6-12 th) ini merupakan tahap

perkembangan selanjutnya. Karakteristik siswa SD yang di kemukakan oleh

Basset Jack dan Logen (1983) dalam Mulyani Sumantri (1998:12) adalah:

a. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik

akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka.

b. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan

situasi yang terjadi.

c. Mereka senang bermain – main dan lebih suka bergembira riang.

5. Ilmu Pengetahuan Alam


Menurut Nash, (dalam Samatowa, 2010:3) mengatakan bahwa IPA yaitu
modelatau cara yang digunakan untuk mengamati alam. Nash juga
mengemukakan bahwa cara IPA untuk mengamati dunia itu bersifat, lengkap,
cermat, analisis, serta menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang
lain sehingga nantinya akan membentuk suatu gambaran yang baru mengenai
objek yang sedang diamati.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membahas mengenai gejala-gejala yang
terjadi di alam kemudian disusun secara sistematis atau runtut berdasarkan
hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2016:3) bahwa IPA adalah
sebuah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang
tersusun secara teratur, pelakunya yaitu kumpulan dari hasil observasi dan
ekspreimen yang telah dilakukan artinya suatu pengetahuan tersusun dalam
suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan,
saling menjelaskan satu sama lain sehingga keseluruhan merupakan satu
kesatuan yang utuh, sedangkan pelaku umum artinya pengetahuan itu tidak
hanya berlaku oleh seseorang maupun beberapa orang dengan cara
eksperimen yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten,
namun pengetahuan itu berlaku untuk semua orang.
Pembelajaran IPA yang dilakukan di SD seharusnya membuka
kesempatan siswa untuk memupuk rasa ingin tahunya secara alami. Dimana
nantinya hal ini akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti yang mereka dapat serta
mengembangkan bagaimana cara siswa berpikir secara ilmiah. Program
pembelajaran IPA di SD hendaknya berfokus untuk memupuk minat dan
pengembangan siswa terhadap dunia dimana mereka tinggal atau hidup.
Untuk mencapai tujuan dan memenuhi pendidikan IPA yang diinginkan
itu, pendekatan yang mengajar IPA ialah:
1. Pendekatan lingkungan
2. Pendekatan keterampilan proses
3. Pendekatan inquiry (penyelidikan)
4. Pendekatan terpadu (terutama di SD)

Menurut Samatowa, (2016:68) Pola belajar mengajar yang di lakukan


dalam model pembelajaran terpadu yaitu dengan memadukan beberapa
konsep IPA yang terkait menjadi satu paket pembelajaran sehingga
pemisahan antar konsep tidak begitu jelas. Pelaksanaan pada pendekatan ini
bertolak dari suatu topik atau tema sebagai payung untuk mengaitkan konsep-
konsepnya. Tema sentral diambil dari kehidupan sehari-sehari yang menarik
dan menantang kehidupan anak untuk memicu minat anak untuk belajar.
Melalui model pembelajaran terpadu guru dapat mengajar melalui
lingkungan, guru dapat mengajarkan tentang lingkungan, dan guru dapat
mengajar untuk kegiatan yang mengajarkan tentang lingkungan.
B. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan, yaitu :
1. Tinah dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran
Elaborasi ModelPQ4R Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik di
SMP Negeri 1 Lebak Gedong”.13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka
dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa penerapan pembelajaran
elaborasi modelPQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peningkatan
ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
2. Mira Triani dalam Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Meode PQ4R
(Preview, Question, Read, Reflect, Recite, And Review) Dalam Menghafal
Al-Qur’an Surat Al-‘Alaq Di Sekolah Dasar Negeri 137 Palembang”. Dapat
diketahui pula kategori skor tertinggi 84-85 adalah 1 orang peserta didik
(2,27%), skor sedang 61-83 adalah sebanyak 40 orang peserta didik (90,91%)
dan skor rendah 57-60 adalah sebanyak 3 orang peserta didik (6,82%).
Sedangkan kemampuan peserta didik kelas V.A sebagai kelas eksperimen
dalam menghafal Al-Qur’an surat Al-’Alaq di SD Negeri 137 Palembang
yang dierapkan modelPQ4R mengalami peningkatan.
3. Penelitian dari Hidayati (2011) “Peningkatan Keterampilan Membaca
Pemahaman Peserta didik Kelas V melalui Strategi Belajar PQ4R (Preview
Question Read Reflect Recite Review). Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas peserta didik dari 63% pada rata-rata siklus I menjadi
79% pada siklus II. Keterampilan guru meningkat dari 68,75% pada rata-rata
siklus I menjadi 89,58% pada siklus II. Sedangkan untuk hasil evaluasi
keterampilan membaca pemaha- man peserta didik meningkat dari 67,44%
pada rata-rata siklus I menjadi 93,02% pada siklus II.

Berdasarkan kajian penelitian yang relevan dari Model Pembelajran Preview


Question Read Reflect Recite Review dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPA peserta didik sesuai KKM yang telah ditetapkan.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA di kelas IVA SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya
masih belum optimal. Kegiatan pembelajaran IPA belum menggunakan strategi
pembelajaran yang inovatif. Guru kurang membimbing peserta didik untuk
menetukan gambaran umum/tema, membuat pertanyaan dan menyu-sun
kesimpulan. Selain itu guru terlalu sering menggunakan modelceramah sehingga
peserta didik cenderung bosan dan tidak tertarik. Berdasarkan kondisi tersebut,
peneliti merencanakan tindakan untuk perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran PQ4R (Preview Question Read Reflect Recite
Review). Penerapan strategi Preview Question Read Reflect Recite Review dalam
pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
peserta didik, meningkatkan pemahaman peserta didik dan meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Kerangka Berpikir dalam penelitian ini adalah :

KONDISI AWAL
1) Guru belum membimbing peserta didikuntuk menetukan tema,
membuat pertanyaan dan menyusun kesimpulan bacaan.
2) Peserta didikkurang kurang aktif dalam pembelajaran IPA.
3) Sebagian besar peserta didikmendapat nilai di bawah KKM.

PELAKSANAAN
Penerapan Strategi PQ4R:
1) Peserta didikmembaca selintas untuk menemukan ide pokok/
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. (Preview)
2. Peserta didikmembuat pertanyaan sesuai dengan ide pokok yang
ditemukan. (Question)
3) Peserta didikmembaca dan menanggapi/ menjawab pertanyaan
yang telah dibuat se-belumnya. (Read)
PELAKSANAAN
4) Peserta didikmendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang
ada pada bacaan. (Reflect)
5) Peserta didikmenuliskan inti sari bacaan dalam beberapa kalimat.
(Recite)
6) Peserta didikmembaca inti sari bacaan dan membaca kembali bacaan
jika masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.

KONDISI AKHIR

1) Keterampilan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman


meningkat
2) Aktivitas Peserta didik dalam pembelajaran materi IPA meningkat .
3) Hasil belajar peserta didik meningkat.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

HO : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara hasil belajar terhadap


model pembelajaran PQ4R dengan pendekatan scientific pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara hasil belajar terhadap model


pembelajaran PQ4R dengan pendekatan scientific pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
BAB III
MODELPENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan
untuk mencari perbedaan treatment (perlakuan) tertentu, penelitian ini ada kelas
yang diambil sebagai kelas perlakuan disebut kelas eksperimen dan kelas yang
satunya sebagai kelas perbandingan atau kelas control (Sugiono, 2015: 72).
Pendekatan kuantitatif adalah data penelitian berupa langkah-langkah dan analisis
menggunakan statistik.
Jadi, dengan menggunakan penelitian kuantitaif ini memungkinkan
dilakukannya pencatatan dan hasil penelitian mengenai penerapan model
pembelajaran PQ4R dalam menigkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV pada
mata pelajaran IPA secara nyata dalam bentuk angka.

B. Desain Penelitian
Bentuk desain penelitian yang digunakan pada penelitian yaitu true
experimental design. Ciri utama dari desain penelitian ini bahwa sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan
sampel dipilih secara random. (Sugiyono, 2015: 72). Adapun dalam penelitian ini
menggunakan design The Posttest Control Group Design. Berikut akan
dijelaskan dari design tersebut:
Tabel. 1.1

Posttest Only Control Group Design

R - O1

R X O2
Keterangan:
IV : Diberi perlakuan/Treatment metodePQ4R
- : Tidak diberiperlakuan
O1=O2 : Posttest.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SD Muhammadiyah 26
Keputih Surabaya yang beralamatkan di Jalan K.H Ahmad Dahlan No. 2
Surabaya Keputih Surabaya, Jawa Timur. Waktu Pelaksanaan Penelitian Ini
Adalah Bulan Januari 2019. Peneliti menggunakan lokasi penelitian di SD
Muhammadiyah 26 dikarenakan peneliti telah melaksanakan magang karya di
sekolah tersebut sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh data.

D. Sasaran Penelitian (Populasi dan Sampel Penelitian)


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015: 72).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelaa IV SD
Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya. Untuk mengetahui lebih rinci
mengenai jumlah populasi peserta didikdari masing- masing kelas baik laki-
laki maupun perempuan, peneliti menggambarkan rincian sebagai berikut:
Tabel. 1.2
Populasi Penelitian
Kelas L P Jumlah
IV-A 13 12 25
IV-B 12 13 25
IV-C 12 11 23
Jumlah 37 36 73
Sumber: Tata Usaha di SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2015: 174).Adapun sampel dalam penelitian ini adalah Probability Sampling
(Cluster Random Sampling) yakni peneliti hanya memilih secara random dua
kelas dari tiga kelas dari suatu sekolah yang akan diteliti dan tidak
membentuk kelas baru. Selanjutnya dari kedua kelas ini dipilih satu kelas
sebagai kelas eksperimen dan kelas lainnya sebagai kelas kontrol.(Ismail,
2016:47). Dari tiga kelas IV yang ada dilakukan pengambilan dua kelas yaitu
kelas IV-B yaitu kelas kontrol yang berjumla 25 orang serta peserta
didikkelas IV-A yaitu kelas eksperimen yang berjumlah 25 orang.
Tabel. 1.3
Sampel Penelitian
Kelas L P Jumlah
IV-A 13 12 25
IV-B 12 13 25
Jumlah 25 25 50
Sumber: Tata Usaha di SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian eksperimen, Suharsimi Arikunto membedakan
variabel menjadi dua yaitu (1) variabel IV, adalah variabel yang
mempengaruhi, disebut juga variabel penyebab, variabel bebas atau
independent variabel. (2) variabel Y, adalah variabel tidak bebas, variable
tergantung, variabel terikat, atau dependent variable (Arikunto, 2013: 162).
Berdasarkan pendapat di atas penelitian ini terdiri dari:

Variabel X (Bebas) : Penerapan Model PQ4R

VariabelY(Terikat) : Hasil BelajarSiswa

Skema Variabel
VariabelX (Bebas) Variabel Y (Terikat)

Penerapan Metode PQ4R Hasil Belajar Siswa


2. Definisi Operasional
Kedudukan definisi operasional dalam suatu penelitian sangat penting sekali
karena adanya definisi ini akan mempermudah para membaca dan bagi para
penulis itu sendiri untuk memberikan gambaran tentang apa pengertian dari
masing-masing variabel dengan rincian sebagai berikut:
a. Model PQ4R
Model PQ4R adalah model yang mengandalkan kinerja memori otak
sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa, dalam tahap modelini
melakukan kegiatan membaca secara mendalam dan secara berulang-ulang
maka informasi yang didapat akan lebih lama melekat dalam memori ingatan
siswa.
Model PQ4R menurut Trianto (2010:151-153) adalah sebagai berikut:
1) preview
Langkah ini dimaksudkan agar peserta didik membaca selintas dengan
cepat sebelum mulai membaca bahan bacaan. Peserta didik mulai dengan
membaca topik-topik, sub topik utama, judul dan subjudul, kalimat-
kalimat permulaan atau akhir suatu paragraf, atau ringkasan pada akhir
suatu bab. Apabila bagian-bagian tersebut tidak ada, peserta didik dapat
membaca setiap halaman dengan cepat, atau hanya membaca satu atau dua
kalimat pada setiap halaman sehingga diperoleh sedikit gambaran
mengenai apa yang akan dipelajari.
2) question
Peserta didik mengajukan pertanyaan pada diri sendiri untuk setiap
pasal yang ada pada bahan bacaan siswa.
3) read
Peserta didik membaca karangan secara aktif yakni dengan cara
memusatkan pikiran peserta didik dalam memberikan reaksi terhadap apa
yang dibacanya dan mencoba mencari jawaban terhadap semua pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sebelumnya.
4) reflect
Selama membaca, peserta didik tidak hanya cukup mengingat atau
menghapal, tetapi memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara
(a) menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui,
(b) mengaitkan subtopik- subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep
atau prinsip-prinsip utama, (c) memecahkan kontradiksi di dalam informasi
yang disajikan, dan (d) menggunakan materi untuk memecahkan masalah-
masalah yang disimulasikan dan dianjurkan dari materi pelajaran tersebut.
5) Recite
Peserta didik merenungkan (mengingat) kembali informasi yang telah
dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting dengan nyaring,
menanyakan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Peserta didik dapat
melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang
ditonjolkan dalam bacaan. Dari catatan-catatan yang telah dibuat pada
langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada pada siswa, maka
mereka membuat inti sari materi dari bacaan.
6) review
Peserta didik membuat catatan singkat, mengkaji kembali seluruh isi
bacaan dengan fokus pada pengajuan pertanyaan kepada diri sendiri.
Dari langkah-langkah strategi belajar model pembelajaran PQ4R yang
telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat
membantu peserta didik memahami materi pembelajaran, terutama terhadap
materi-materi yang lebih sukar dan menolong peserta didik untuk
berkonsentrasi lebih lama.

b. Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan
sebagai hasil yang di dapat oleh peserta didiksetelah mengikuti proses belajar
mengajar yang dapat di lihat dari aspek kognitifnya yang meningkat adanya
kemampuan untuk menjawab pertanyaan serta memahami materi. Untuk
melihat hasil belajar peserta didik dapat di lihat dari hasil post-test yang
diberikan oleh peneliti kepada siswa.
F. Prdosedur Penelitian

Peneliti menempuh tahapan-tahapan penelitian agar dapat memperoleh hasil


yang optimal. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap I (Persiapan)
a. Observasi ke sekolah yang akan digunakan untuk penelitian.
b. Meminta surat permohonan izin penelitian dari Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
c. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada SD Muhammadiyah
26 Keputih Surabaya untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
d. Berkonsultasi dengan guru bidang studi IPA dalam rangka observasi
untuk mengetahui aktifitas dan kondisi dari lokasi atau objek penelitian.
2. Tahap II (Pelaksanaan Penelitian)
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah test kepada responden, yaitu
siswa-siswi SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya.
3. Tahap III : Analisis
Dalam tahap ini semua data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan teknik
analisis data yang digunakan oleh peneliti.
4. Tahap IV : Kesimpulan
Kesimpulan didapat setelah mengetahui hasil interpretasi data tersebut akhirnya
dapat disimpulkan apakah ada pengaruh hasil belajar IPA.

G. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, diantaranya:
1. Tes
Tes berasal dari kata ”testum” dari bahasa Prancis yang berarti piring untuk
menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Istilah itu kemudian dalam psikologi dan pendidikan untuk
menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang
merupakan logam mulia” diantara anak yang lain (Ismail, 2016: 66). Tes sebagai
alat penilaian adalah pertanyaan- pertanyaan yang diberikan kepada peserta
didikuntuk mendapat jawaban dari peserta didikdalam bentuk tulisan. Tes yang
digunakan penulis bentuknya berupa teks bacaan. Dalam hal ini peneliti
memberikan soal post test yang merupakan test akhir yang digunakan peneliti
terhadap kedua kelas setelah kelas eksperimen mendapat perlakuan yaitu
penggunaan model pembelajaran PQ4R dan kelas kontrol mendapat perlakuan
yang biasa tanpa menggunakan model pembelajaran PQ4R.

2. Observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.38 Dalam
penelitian menggunakan mode observasi untuk mengamati dan mencatat secara
sistematis tentang pelaksanaan Proses Belajar Peserta didik Kelas IV Pada Mata
Pelajaran IPA di SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya.

3. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi sumber data yang berupa peraturan-peraturan,
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah, data hasil prestasi
yang telah dicapai siswa. Dokumentasi yang diperoleh berupa gambaran umum
SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya.
Selain itu, dokumentasi yang diperlukan, diperoleh dari guru mata
pelajaran IPA peserta didikkelas IV SD Muhammadiyah 26 Keputih Surabaya
yang berupa skor hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA dengan mengacu
pada penilaian harian siswa. Dokumentasi tersebut digunakan sebagai pelengkap
observasi alami hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan model
pembelajaran PQ4R.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan


dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini :
1. Tahap Penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.
2) Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian yang akan
digunakan untuk penelitian.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian.
2) Peneliti menguji coba, menganalisis dan menetapkan instrumen
penelitian.
c. Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang
telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
d. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan
melaporkan hasil-hasil penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal.
Adapun prosedur yang dilakukan dalam penyusunan instrumen ini
adalah:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan oleh peneliti dan guru bidang mata
pelajaran. Pada tahap ini ditentukan mengenai :
1) Materi pokok yang akan diteliti
2) Bentuk-bentuk soal yang akan digunakan
b. Pembuatan Butir Soal
Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat, karena untuk menjaga kemungkinan
soal tes yang mungkin tidak tepat untuk tes atau rusak.
c. Uji Coba Instrumen
Sebelum soal tes digunakan mengukur peserta didik pada kelas
sampel, soal tes terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui validitas, realibilitas, tingkat
kesukaran dan daya beda pada butir soal. Dari hasil uji coba
tersebut, maka dipilih soal yang akan digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan peserta didik dalam belajar biologi pada materi
virus.
1) Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa
Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Untuk menghitung
validitas butir soal digunakan rumus :
Product Moment

rxy N xy ( x)( y)

{N  x 2  ( x) 2}{N  y 2  ( y)2}
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi item soal
N : Banyaknya peserta tes
X : Jumlah skor item
Y : Jumlah skor total
Kriteria rxy adalah sebagai berikut :
0,00 < rxy < 0,20 sangat rendah 0,20 < rxy < 0,40 rendah
0,40 < rxy < 0,60 cukup
0,60 < rxy < 0,80 tinggi
0,80 < rxy < 1,00 sangat tinggi
Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan table kritis r product moment,
dengan taraf signifikan 5 % jika harga rxy maka tes tersebut valid

2) Uji Realibilitas
Reliabilitas menunjuk suatu pengetian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Maka pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan masalah
ketetapan hasil tes18. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini
menggunakan rumus Hyot:

Keterangan:
r11 : Realibilitas seluruh soal
Vr : Varians Responden

V s : Varians Sisa

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 0,00


< rxy < 0,20 : sangat rendah
0,20 < rxy < 0,40 : Rendah 0,40 < rxy
< 0,60 : Sedang 0,60 < rxy < 0,80 :
Tinggi
0,80 < rxy < 1,00 : Sangat tinggi

Kriteria pengujian realibilitas tes yaitu setelah didapat r11


tersebut, harga r11 dibandingkan dengan harga r Product moment
pada table, jika rhitung > rtabel maka item yang dicobakan reliabel
3) Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Rumus yang digunakan

Keterangan:

P = tingkat kesukaran
B = Banyak peserta didik yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Kriteria penghitungan indeks kesukaran soal sebagai berikut:


P = 0,00-0,30 adalah soal sukar
P = 0,30-0,70 adalah soal sedang
P = 0,70-1,00 adalah soal mudah (Arikunto, 2009: 65).
33
35

Anda mungkin juga menyukai