Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 2

MAKRO EKONOMI KLASIK, NEO KLASIK, DAN KEYNESIAN

1.1 Pengertian Makro Ekonomi Klasik (Perekonomian Dua Sektor Y= C+I)


Ekonomi Klasik dipelopori oleh Adam Smith (1732 – 1790). Pengertiannya
adalah sebuah Perekonomian yang menganut sistem ekonomi kapitalis muni.
Sedangkan asumsi pasar yang berlaku pada sistem perekonomian ini yaitu
Market clearing asumption yang diartikan sebagai semua harga fleksibel,
mengikuti permintaan maupun penawaran (Say menyatakan sebagai : Supply
creates its own demand), pasar bersifat persaingan sempurna, informasi pasar
yang sempurna, dan ekspektasi yang stabil.

Apa yang terjadi bila asumsi – asumsi yang telah disebutkan di atas terhadap
perekonomian ?
Yang terjadi adalah : 1) Dikotonomi sektor riil dan moneter (dikotonomi
diartikan sebagai dua kelompok atau bagian yang saling terpisah) , dan 2) Self-
Adjusting dalam ekonomi yang pada akhirnya mengarah pada minimumnya
campur tangan Pemerintah dalam kegiatan ekonomi.

Menurut kaum klasik, karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali
mempermudah transaksi, maka uang akan diminta oleh masyarakat sejumlah
yang tidak lebih dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
“membiayai” proses transaksi mereka. Jadi semakin banyak transaksi yang
dilakukan semakin banyak uang tunai yang dibutuhkan oleh masyarakat.
(Teori Kuantitas)

Peran Pemerintah dalam sistem perekonomian klasik :


a. Memproduksi barang dan jasa yang tidak bisa diproduksi masyarakat.
b. Membuat Infrastruktur yang mendukung operasional kegiatan ekonomi
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi.
c. Menghapus hambatan yang menghalangi terciptanya fleksibilitas harga
pada pasar.
d. Mengatur industri-industri yang bersifat monopoli agar tidak merugikan
masyarakat.
e. Melindungi masyarakat yang tidak produktif, masyarakat miskin, dan
penyandang masalah sosial.
f. Pengendalian jumlah uang yang beredar sesuai kebutuhan transaksi di
masyarakat.

Tingkat tabungan dan investasi menurut Teori Ekonomi Klasik


sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga dan perubahan-perubahan dalam suku
bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh
para pengusaha.

Fenomena yang terjadi di Indonesia :


Indonesia sebagai Negara berkembang yang kegiatan ekonominya masih
tergantung pada Negara lain (ketidakmandirian perekonomian Indonesia). Hal
tersebut tampak pada banyaknya sendi-sendi perekonomian yang dikuasai
pihak asing, dan kebijakan-kebijakan operasional yang dengan sendirinya
diciptakan untuk menjadi tergantung terhadap teknologi asing dan produk
impor.

Adapun sumber-sumber ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap


Luar Negeri antara lain :
a. Industrialisasi yang dijalankan tidak mengagendakan sektor basis sebagai
pijakannya. Sektor pertanian sebagai sektor basis justru mengalami
peminggiran secara struktural akibat kebijakan yang memberi porsi terlalu
besar terhadap sektor industri dan jasa yang padat modal.
b. Liberalisasi ekonomi kian mencengkeram perekonomian nasional, salah
satunya bisa dilihat dari penetrasi investasi asing yang begitu kuat.
Implikasinya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menetes ke rakyat
Indonesia.
c. Secara struktural pemerintah sudah tidak mandiri untuk memformulasikan
kebijakan ekonomi karena ketergantungan terhadap utang asing,
khususnya lewat Bank Dunia dan IMF. Di luar itu, korporasi-korporasi
besar dunia juga mudah mendikte kebijakan ekonomi domestik dengan
kekuatan modal yang dimiliki. (Ahmad Erani Yustika, Jawa Pos 14
Agustus 2007).
Berikan pendapat anda tentang kondisi ekonomi Indonesia saat ini ….

Kelemahan Makro Ekonomi Klasik :


1. Pasar sempurna. Dalam praktiknya, mekanisme pasar yang sempurna tidak
ada di dunia ini. Mengapa ???
2. Penggunaan sumber – sumber daya penuh (full employment). Pada
praktiknya, pengangguran akan selalu terjadi pada perekonomian.
3. Yang kuat semakin kuat, dan yang lemah akan semakin lemah.
Contohnya, bila dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran, maka
para penggangguran tersebut akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang
lebih rendah dari yang berlaku di pasar.
4. Pengusaha akan berusaha mencari keuntungan yang maksimum.
(upah = produksi fisik marjinal) - Monopoli dapat terjadi.
5. Jumlah tabungan akan selalu sama dengan investasi (S = I). Ekonomi
klasik tidak melihat motif orang untuk menabung (berjaga – jaga) dan
motif pengusaha untuk menabung (laba sebesar – besarnya).

Kekuatan Makro Ekonomi Klasik :


1. Tercapainya Full Employment.
2. Teori – teori Makro ekonomi klasik adalah contoh ideal untuk menemukan
sistem perekonomian yang lebih ideal bagi suatu Negara.
3. Masyarakat akan semakin berkreasi dalam kegiatan produksi. Hal ini
dikarenakan “kebebasan” yang luas dalam kegiatan pasar.
4. Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
1.2 Pengertian Makro Ekonomi Neo Klasik (3 Sektor Y = C+I+G)
Teori pertumbuhan neo-klasik pertama kali dikembangkan oleh Prof. Robert
Solow, yang memperoleh hadiah nobel pada tahun 1987 untuk teorinya
tersebut. Teorinya dikemukakan dalam "Quarterly Journals of Economics"
terbitan bulan Februari 1956, dalam tulisan yang berjudul "A Contribution of
The Theory of Economics Growth".

Ciri-ciri Neo Klasik antara lain :


1. Perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan
faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu
masa tertentu dan perkembangannya dari waktu ke waktu lainnya.
2. Teori ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan
teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Teori neo-klasik bukan
saja memperhatikan peranan tenaga kerja dalam pertumbuhan, tetapi yang
penting lagi, teori ini menganalisis pula sumbangan dari perkembangan
stok modal dan perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi.
Lebih lanjut, teori ini dapat digunakan untuk melakukan penyelidikan
empiris mengenai peranan relatif dari modal, teknologi dan tenaga kerja
dalam pertumbuhan ekonomi.
3. Tidak ada perubahan pada angkatan kerja dan teknologi ketika terjadi
proses akumulasi modal dalam perekonomian suatu Negara (Constant
Return to Scale). Proses akumulasi modal hanya ditentukan dari
penawaran dan permintaan barang.
4. Sudah ada pajak dan inflasi
5. Pasar barang sudah tiga sektor . Y=C+I+G .
Dimana :
Y = Pendapatan Nasional suatu negara.
C = Konsumsi secara agregat ; I = Investasi ; G = Pemerintah.
Tingkat bunga dan pendapatan akan menentukan tingkat tabungan dan
investasi. Yang termasuk modal adalah bahan baku, mesin, peralatan,
komputer, bangunan, dan uang (Robert Solow).

Robert Solow memformulakan fungsi pertumbuhan pendapatan sebagai :


Y = f (At, Kt, Lt)
Dimana :
A = perkembangan teknologi ; K = Modal ; L = Tenaga Kerja

Kelemahan Makro Ekonomi Neo Klasik :


1. Pemerintah kurang memiiki peran dalam perekonomian.
2. Trade off pendapatan.

Kekuatan Makro Ekonomi Neo Klasik :


1. Setiap pasar selalu diposisikan seimbang atau market clears.
2. Tingkat upah selalu sama dengan permintaan dan penawaran tenaga kerja.
3. Masih minimnya peran pemerintah dalam pasar (pasar bebas).
4. Pencapaian efisiensi produksi dikarenakan mulai memasukkan peran
teknologi.
5. Model Teori Ekonomi Neo Klasik dapat memberikan penjelasan tentang
adanya perbedaan pertumbuhan pendapatan antar daerah (regional
economics).

Faktor Pembeda Ekonomi Klasik Ekonomi Neo Klasik


1.Konsep Dicapai bila tabungan = Dicapai di titik pertemuan
keseimbangan investasi kurva penawaran dan
permintaan.
2.Rasionalitas Tidak mengenal Individu berperan dalam
rasionalitas. Hanya tingkat menenentukan perilaku jual
pendapatan keuntungan beli. Perusahaan bertujuan
yang sama antara memaksimalkan keuntungan
perusahaan dan pekerja. dan individu kebutuhannya.
3.Nilai (value) Nilai barang adalah biaya Nilai barang bertumpu pada
produksi (bersifat inherent supply dan demand (bersifat
atau tidak terpisahkan). perceived property atau
Kelemahan : P = Cost dirasakan).
produksi, maka darimana
profit diperoleh ?
4.Konsep Utility Nilai kesetimbanganlah Nilai keperluan menjadi
yang menjadi patokan pertimbangan utama.
harga.

1.3 Pengertian Makro Ekonomi Keynesian (Y = C + I + G + (X – M))


Timbul dari seorang Ekonom JM Keynes yang melihat sudah tidak relevannya
teori – teori klasik dan penerapannya terhadap kehidupan di abad 20.

Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan yang


jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat
yang wujud dalam perekonomian. Analisis Keynes menunjukkan tentang
pentingnya peranan dari pengeluaran kepada barang dan jasa yang diproduksi
oleh sektor perusahaan di dalam menentukan kegiatan ekonomi. Ini berarti
analisis Keynes lebih banyak memperhatikan permintaan yaitu menganalisis
mengenai peranan dari permintaan golongan masyarakat dalam menentukan
tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh suatu perekonomian.

Pada hakikatnya analisis Keynes berpendapat bahwa tingkat kegiatan ekonomi


negara ditentukan besarnya permintaan efektif yaitu permintaan yang disertai
oleh kemampuan untuk membayar barang dan jasa yang diminta yang
diwujudkan dalam perekonomian. Bertambah besar permintaan efektif yang
wujud dalam perekonomian, bertambah pula tingkat produksi yang akan
dicapai oleh sektor perusahaan. Keadaan ini menyebabkan pertambahan dalam
tingkat kegiatan ekonomi dan penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor
produksi.
Keynes beranggapan bahwa penurunan tingkat upah akan menurunkan daya
beli masyarakat. Turunnya daya beli masyarakat akan menurunkan tingkat
pengeluaran dan berakibat pada turunnya tingkat harga barang dan jasa.
Turunnya tingkat permintaan terhadap barang dan jasa akibat lemahnya daya
beli masyarakat akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang
artinya pengurangan jumlah tenaga kerja. Dengan demikian penurunan
tingkat upah tidak dapat menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh
(Full Employment).

Keynes berpendapat besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah


tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga. Namun
tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu.
Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga,
makin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya.

Keynes juga beranggapan bahwa jumlah investasi yang dilakukan para


pengusaha tidak sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga. Keynes tetap
mengakui bahwa suku bunga memegang peranan yang cukup menentukan
dalam pertimbangan para pengusaha dalam melakukan investasi. Tetapi
selain faktor tersebut, juga terdapat beberapa faktor penting lainnya, seperti
keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan perkembangannya di masa
depan dan luasnya perkembangan teknologi yang berlaku. Apabila
tingkat kegiatan ekonomi pada masa kini adalah menggalakkan dan dimasa
depan diramalkan perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka walaupun
suku bunga tinggi, para pengusaha akan melakukan banyak investasi.

Kelemahan Makro Ekonomi Keynesian :


1. Menyedot dana dari masyarakat (contohnya pajak).
2. Menurunkan gairah investor yang diakibatkan dari kenaikan suku bunga.
3. Lesunya sistem pasar (pasar tidak sempurna).

Kekuatan Makro Ekonomi Keynesian :


1. Tingkat upah tidak mudah turun.
2. Masalah perekonomian dapat teratasi dengan adanya peran dari
Pemerintah. Sehingga diperlukan peran aktif pemerintah dalam memonitor
kondisi pasar.
3. Mulai diperhatikannya dimensi global atau agregat (makro) dalam analisis
ilmu ekonomi. Dengan demikian, ilmu ekonomi telah berkembang
menjadi ilmu ekonomi makro.

Daftar Pustaka

Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE : Yogyakarta. 1981


Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada:
Jakarta. 2004

Pertanyaan diskusi :
1. Apakah perbedaan antara ke 3 teori makro di atas ?
2. Bagaimana peran uang dalam teori ekonomi keyness ?
3. Sistem perekonomian Indonesia saat ini condong pada teori yang mana
menurut anda ? Sertakan alasan anda.

Anda mungkin juga menyukai