Anda di halaman 1dari 44

BAB I

WATERPASS TERBUKA

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoperasikan waterpass


2. Untuk dapat mengetahui peralatan dan prosedur dalam
pengukuran menggunkan waterpass
3. Untuk dapat mengetahui cara menghitung jarak dan sudut

1.2. WAKTU PELAKSANAAN

Hari/Tanggal: Sabtu, 15 Maret 2019


Waktu: 14:30 s/d 17:30
Tempat: Lapangan Universitas Mercubuana
1.3. DASAR TEORI

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi
antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai
keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan
kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada,
perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-
lain.

Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun irigasi. tapi
kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun tetap disarankan untuk
menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah poligon
tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi
tidak kembali ke titik awal seperti pada gambar di bawah ini.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak terikat sempurna.
Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data koordinat pada titik awal dan titik
akhir berupa data koordinat dan elevasi

Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
 Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting.
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang
horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
 Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran waterpass yang dilaksanakan,
yaitu :
1. Pengukuran Waterpass Terbuka
2. Pengukuran Waterpass Tertutup
3. Pengukuran Waterpass Memanjang Melintang

Bagian waterpass yang perlu kita ketahui serta fungsinya :

 Waterpass
Fungsi dari bagian-bagian Waterpass:
1. Cermin nivo : untuk memantulkan bayangan nivo
2. Nivo : untuk mengetahui kedataran alat
3. visir bidikan : untuk mengarahkan arah bidikan
4. teropong Sekrup fokus benang : untuk memfokuskan benang bidikan
5. Lensa bidik : untuk melihat bidikan
6. Sekrup penggerak horisontal : untuk menggerakan secara halus arah bidikan
horisontal teropong
7. Sekrup leveling : untuk me-level-kan(mendatarkan) alat
8. Plat dasar: untuk landasan alat ke tripot
9. Body teropong : badan teropong
10. Sekrup fokus obyek : untuk memfokuskan obyek bidikan
11. Rumah lensa depan : untuk tempat lensa depan
12. Skala gerakan sudut horisontal : untuk mengetahui besar gerakan sudut
horizontal

 Statif / Tripodberfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit maupun


waterpassCara Penggunaan Statif atau Tripod sebagai Berikut:
➢ Buka tali pengikat statif atau tripod dan pasangkan sedemikian rupa
sehingga ketiga kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik)
➢ Pemasangan atau penyetelan statif atau tripod harus sesuai dengan
tinggi orang yang membidik / mengukur, jangan terlalu tinggi atupun
terlalu rendah.

 Rol Meter
mengukur jarak langsung pada pengukuran penyipat datar.
 Palu
Membantu memasukan patok hingga tertancap dengan benar ke dalam tanah.
 Patok
mengukur jarak langsung pada pengukuran penyipat datar.
 Payung
Untuk melindungi pesawat dari pancaran sinar matahari langsung ataupun
hujan.
1.4. PERALATAN

1.4.1 ALAT

Waterpass

Gambar 1.4.1 Waterpass

Tripod

Gambar 1.4.2 Tripod

Rambu Ukur
Gambar 1.4.3 Rambu Ukur

Roll Meter

Gambar 1.4.4 Rol Meter


Patok dan Palu

Gambar 1.4.5 Patok dan Palu

Payung

Gambar 1.4.6 Payung


1.5. PELAKSAAN PENGUJIAN

 Pertama kita pasang patok awal pada titik yang akan kita ukur.

 Pasang 4 patok pada area yang akan kita ukur lurus dengan patok awal ( Patok 1 )
dengan jarak 16 meter
 Pasang patok dengan jarak masing-masing patok 4 meter. Sehingga didapatkan 4 titik
patok A, B, C, D dalam jarak 16 meter
 Pasang tripod di antara patok A dan patok B dengan jarak 2 meter dari patok A dan
patok B.

 Pasang waterpass pada kepala statif, kunci dengan sekrup pengunci yang tersedia
pada statif dan pastikan terkunci dengan benar dan kuat.
 Setelah waterpass terpasang sempurna, kemudian dirikan rambu ukur pada patok 1.
Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring kekanan kiri atau depan belakang.

 Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita lihat
melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 1.Pada titik ini
kita sebut dengan A1. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus
sampai terlihat jelas.
1.6. RUMUS PENGUJIAN

Batas Tengah ( BT ) = (BA + BB) : 2


Jarak Optis ( D ) = (BA – BB) x 100
Beda Tinggi ( ∆ ) = BT Belakang – BT Muka

1.7. TABEL DATA



TITIK TANAH KELOMPOK 3 & 4

Pergi Pulang
A2 Muka A1 Belakang D4 Muka D5 Belakang
BA 127.5 BA 127.8 BA 127.5 BA 127.0
BT 126.5 BT 126.8 BT 126.5 BT 126.0
BB 125.5 BB 125.8 BB 125.5 BB 125.0

B3 Muka B2 Belakang C3 Muka C4 Belakang


BA 124.9 BA 123.2 BA 139.5 BA 138.4
BT 123.9 BT 122.2 BT 138.5 BT 137.4
BB 122.9 BB 121.2 BB 137.5 BB 136.4

C4 Muka C3 Belakang B2 Muka B3 Belakang


BA 126.6 BA 128.1 BA 134.4 BA 136.2
BT 125.6 BT 127.1 BT 133.4 BT 135.2
BB 124.6 BB 126.1 BB 132.4 BB 134.2

D5 Muka D4 Belakang A1 Muka A2 Belakang


BA 127.0 BA 127.5 BA 134.2 BA 133.8
BT 126.0 BT 126.5 BT 133.2 BT 132.8
BB 125.0 BB 125.5 BB 132.2 BB 131.8
1.8. PERHITUNGAN


BATAS TENGAH

PERGI

TITIK BA + BB
Hasil (cm)
2
127.5 + 125.5
2 2(127.5+125.5) /2 126.5
A
, + ,

1 (127.8+125.8) / 2 126.8

, + ,

3 (124.9+122.9) / 2 123.9

B
, + ,

2 (123.2+121.2) / 2 122.2

, + ,

4 (126.6+124.6) / 2 125.6

C
, + ,

3 (128.1+126.1) / 2 127.1

, + ,

5 (127.0+125.0) / 2 126.0

D
, + ,

4 (127.5+125.5) / 2 126.5

BATAS TENGAH

PULANG

TITIK BA + BB
Hasil (cm)
2
, + ,

4 (127.5+125.5) / 2 126.5
D
, + ,

5 126.0
(127.8+125.8) / 2

, + ,

3 (139.5+137.5) / 2 138.5

C
, + ,

4 (138.4-136.4) / 2 137.4

, + ,

2 (134.4+132.4) / 2 133.4

B
, + ,

3 (136.2+134.2) / 2 135.2

, + ,

1 (134.2+132.2) / 2 133.2

A
, + ,

2 (133.8+131.8) / 2 132.8

Beda Tinggi
PERGI

Hasil (cm)
A 126.8 – 126.5 0.3
B 122.2 – 123.9 -1.7
C 127.1 – 125.6 1.5
D 126.5 – 126.0 0.5

PULANG
− Hasil (cm)
D 126.0 – 126.5 -0.5
C 137.4 – 138.5 -1.1
B 135.2 – 133.4 1.8
A 132.8 – 133.2 -0.4

➢ Jarak Optis

JARAK
RUMUS = BA-BB x 100
BA BB HASIL
A2 M 127.5 125.5 200
A1 B 127.8 125.8 200
B3 M 124.9 122.9 200
B2 B 123.2 121.2 200
C4 M 126.6 124.6 200
C3 B 128.1 126.1 200
D5 M 127.0 125.0 200
D4 B 127.5 125.5 200

JARAK
RUMUS = BA-BB x 100
BA BB HASIL
D4 M 127.5 125.5 200
D5 B 127.0 125.0 200
C3 M 139.5 137.5 200
C4 B 138.4 136.4 200
B2 M 134.4 132.4 200
B3 B 136.2 134.2 200
A1 M 134.2 132.2 200
A2 B 133.8 131.8 200
1.9. TABEL REKAPITULASI

PERGI

LAPANGAN PERHITUNGAN
Titik
JARAK BEDA
BA BT BB BT
OPTIS TINGGI
A2 127.5 126.5 125.5 126.5 200
A 0.3
A1 127.8 126.8 125.8 126.8 200

B3 124.9 123.9 122.9 123.9 200


B -1.7
B2 123.2 122.2 121.2 122.2 200

C4 126.6 125.6 124.6 125.6 200


C 1.5
C3 128.1 127.1 126.1 127.1 200

D5 127.6 126.0 125.0 126.0 200


D 0.5
D4 127.5 126.5 125.5 126.5 200

PULANG

D4 127.5 126.5 125.5 126.5 200


D -0.5
D5 127.6 126.0 125.0 126.0 200

C3 128.1 127.1 126.1 127.1 200


C -1.1
C4 126.6 125.6 124.6 125.6 200

B2 123.2 122.2 121.2 122.2 200


B 1.8
B3 124.9 123.9 122.9 123.9 200

A1 127.8 126.8 125.8 126.8 200


A -0.4
A2 127.5 126.5 125.5 126.5 200
1.11. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat kami simpulkan bahwa :

1.Theodolit adalah alat ruang yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan, jarak dan beda
tinggi titik di permukaan tanah.

2.Poligon adalah rangkaian garis khayal di atas permukaan bumi yang merupakan garis lurus yang
menghubungkan titik-titik dan merupakan suatu obyek pengukuran. Poligon juga biasa disebut
sebagai rangkaian segi banyak untuk pembuatan peta.

3.Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran sudut jurusan, jarak dan beda tinggi
titik harus mendapatkan koreksi dengan ketentuan tidak melebihi batas toleransi.

4.Untuk mendapatkan tinggi titik di permukaan tanah guna penggambaran peta kontur maka
diperlukan pengukuran beda tinggi pada poligon.

1.12. SARAN

Saran-saran yang dapat kami berikan bertolak dari kesimpulan yang kami buat
adalah:
1.Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam pembuatan laporan tidak
terburu-buru.
2.Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam menjalankan praktikum,
praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat praktikan baru pertama kali melakukan
pengukuran seperti ini.
3.Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
4.Pembimbing harus lebih paham tentang teori maupun praktek lapangan dengan mempunya satu
prinsip / ketentuan
BAB II

WATERPAS TERTUTUP

2.1. LATAR BELAKANG

Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur tinggi objek antara
titik-titik saling berdekatan. Tinggi objek tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu
teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Pada penggunaan alat
ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur, yang terpenting dari rambu ukur adalah
pembagian skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di
samping itu cara memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal) dan tidak sembarang orang
dapat melakukan pengukuran dengan tepat, kemudian pengamat pulang pergi untuk mencatat hasil
pembacaan rambu ukur yang minimum. Dalam melakukan pengukuran kemungkinan terjadi
kesalahan pastilah ada dimana sumber kesalahan atau permasalahan tersebut, antara lain: kurangnya
ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, adanya angin yang membuat rambu ukur terkena
hembusan angin, sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak yang dapat membuat pita ukur menjadi
susah diluruskan.
2.2. MAKSUD

Maksud dari praktikum ini untuk mengetahui metode pengolahan data pengukuran
menyimpat datar , terampil dalam menggunakan alat waterpass

2.3. TUJUAN

Tujuan praktikum ilmu ukur tanah (perpetaan dan SIG) adalah untuk memberikan
keterampilan praktis dilapangan kepada para mahasiswa sebagai kelengkapan dari mata kuliah
yang diberikan dikelas. Tugas praktikum ini menjadi persyaratan bagi mahasiswa guna untuk
dapat mengikuti ujian akhir semester.

2.4. DASAR TEORI

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi
antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data
sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan,
jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah
yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah
ada, dan lain-lain.

Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi banyak
yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2
dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi
dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi
banyak tersebut.

2.5. ALAT DAN BAHAN

Waterpass Tertutup

Waterpass

Tripod
Rambu Ukur

Pita Ukur

Patok

Gelembung Nivo

Payung
2.6. LANGKAH KERJA

1. Pertama kita pasang patok awal pada titik awal ( patok 1 ) yang akan kita ukur.

2. Pasang patok 2,3,4,5 dan 6 membentuk persegi enam dengan jarak masing masing patok
5 meter.

3. Pasang statif / tripod di antara patok 1 dan patok 2 dengan jarak 2,5 meter dari patok 1
dan Patok 2.
Dirikan statif / tripod setinggi dada orang dewasa. Perhatikan kemiringan kaki
statif jangan sampai terlalu miring. Pastikan kepala statif tidak miring, dan patikan
baut sekrup penyetel kaki statif terkunci dengan kuat sehingga kaki statif tidak
merosot / bergerak.

4. Pasang waterpass pada kepala statif, kunci dengan sekrup pengunci yang tersedia pada
statif dan pastikan terkunci dengan benar dan kuat.

5. Setelah waterpass terpasang sempurna, kemudian dirikan rambu ukur pada patok 1.
Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring kekanan kiri atau depan belakang.
6. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita lihat melalui
lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 1.Pada titik ini kita sebut
dengan A1. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat
jelas.

7. Kemudian pindahkan rambu ukur ke patok 2. Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring
kekanan kiri atau depan belakang.
8. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat
melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 2. Pada titik ini
kita sebut dengan A2. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus
sampai terlihat jelas.

9. Pindahkan waterpass ke posisi diantara patok 2 dan patok 3 dengan jarak 2,5 meter dari
patok 2. Setting waterpass dengan benar dan pastikan waterpass sudah rata.

10. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui
lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 2. Pada titik ini kita sebut
dengan B2. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat
jelas.

11. Dirikan rambu ukur di patok 3 menghadap ke arah patok 2. Pastikan rambu ukur tidak
miring.
12. Putar waterpass menghadap ke arah patok 3. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan
Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita
letakkan di patok 3. Pada titik ini kita sebut dengan B3. Apabila rambu ukur terlihat
kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat jelas.

13. Pindahkan waterpass ke posisi diantara patok 3 dan patok 4 dengan jarak 2,5 meter dari
patok 3. Setting waterpass dengan benar dan pastikan waterpass sudah rata.

14. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui
lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 3. Pada titik ini kita sebut
dengan C3. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat
jelas.

15. Dirikan rambu ukur di patok 4 menghadap ke arah patok 3. Pastikan rambu ukur tidak
miring.
16. Putar waterpass menghadap ke arah patok 4. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan
Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita
letakkan di patok 4. Pada titik ini kita sebut dengan C4. Apabila rambu ukur terlihat
kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat jelas.

17. Pindahkan waterpass ke posisi diantara patok 4 dan patok 5 dengan jarak 2,5 meter dari
patok 4. Setting waterpass dengan benar dan pastikan waterpass sudah rata.

18. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui
lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 4. Pada titik ini kita sebut
dengan D4. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat
jelas.

19. Dirikan rambu ukur di patok 5 menghadap ke arah patok 4. Pastikan rambu ukur tidak
miring.
20. Putar waterpass menghadap ke arah patok 5. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan
Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita
letakkan di patok 5. Pada titik ini kita sebut dengan D5. Apabila rambu ukur terlihat
kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat jelas.

21. Pindahkan waterpass ke posisi diantara patok 5 dan patok 6 dengan jarak 2,5 meter dari
patok 5. Setting waterpass dengan benar dan pastikan waterpass sudah rata.

22. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui
lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 5. Pada titik ini kita sebut
dengan E5. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat
jelas.

23. Dirikan rambu ukur di patok 6 menghadap ke arah patok 5. Pastikan rambu ukur tidak
miring.
24. Putar waterpass menghadap ke arah patok 6. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan
Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita
letakkan di patok 6. Pada titik ini kita sebut dengan E6. Apabila rambu ukur terlihat
kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat jelas.

25. Pindahkan waterpass ke posisi diantara patok 6 dan patok 1 dengan jarak 2,5 meter dari
patok 6. Setting waterpass dengan benar dan pastikan waterpass sudah rata.

26. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui
lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 6. Pada titik ini kita sebut
dengan F6. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat
jelas.

27. Dirikan rambu ukur di patok 1 menghadap ke arah patok 6. Pastikan rambu ukur tidak
miring.
28. Putar waterpass menghadap ke arah patok 1. Baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan
Batas Bawah (BB) yang kita lihat melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita
letakkan di patok 1. Pada titik ini kita sebut dengan F1. Apabila rambu ukur terlihat
kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat jelas.

2.7. RUMUS PERHITUNGAN


Perhitungan Batas Tengah (BT)

𝐵𝐴𝑇𝐴𝑆 𝐴𝑇𝐴𝑆(𝐵𝐴)+𝐵𝐴𝑇𝐴𝑆 𝐵𝐴𝑊𝐴𝐻(𝐵𝐵)


BATAS TENGAH = 2

Perhitungan Beda Tinggi (Bt)


BEDA TINGGI = BATAS TENGAH (BT) MUKA – BATAS TENGAH (BT)

Perhitungan Jarak Optis

Jarak = {Batas Atas (BA) – Batas Bawah (BB)} x 100

2.8. DATA LAB / LAPANGAN


Pergi
A2 Muka A1 Belakang
BA 137.9 BA 137.5
BT 136.7 BT 136.3
BB 135.4 BB 135

B3 Muka B2 Belakang
BA 141.2 BA 136.2
BT 139.9 BT 134.9
BB 138.7 BB 133.7

C4 Muka C3 Belakang
BA 139.6 BA 139.6
BT 138.3 BT 138.5
BB 137.1 BB 137.3

D5 Muka D4 Belakang
BA 133.5 BA 137.9
BT 132.3 BT 136.6
BB 131.0 BB 135.4

E6 Muka E5 Belakang
BA 135.6 BA 139.9
BT 134.3 BT 138.6
BB 133.1 BB 137.4

F1 Muka F6 Belakang
BA 135.4 BA 131.5
BT 134.2 BT 130.3
BB 132.9 BB 129.0

2.9. PENGOLAHAN DATA


2.9.1 Perhitungan Batas Tengah

PERGI
137,9+135,4 137,5+135
A2 : 𝑥= = 136,65 A1 : 𝑥 = = 136,25
2 2

141,2+138,7 136,2 +133,7


B3 : 𝑥 = = 139,95 B2 :𝑥 = = 134.95
2 2

139,6 +137,1 139,6 +137,3


C4 : 𝑥 = = 138,35 C3 :𝑥 = = 138,45
2 2

133,5 +131,0 137,9 +135,4


D5 : 𝑥 = = 132,25 D4 :𝑥 = = 136,65
2 2

135,6 +133,1 139,9 +137,4


E6 : 𝑥 = = 134,35 E5: 𝑥 = = 138,65
2 2

135,4 +132,9 131,5 +129,0


F1 : 𝑥 = = 134,15 F6:𝑥 = = 130,25
22 2

2.9.2 Perhitungan Beda Tinggi


PERGI
TITIK A = BT BELAKANG – BT MUKA = 136,25 – 136,65 = - 0,4

TITIK B = BT BELAKANG – BT MUKA = 134,95 – 139,95 = - 5

TITIK C = BT BELAKANG – BT MUKA = 138,45 – 138,35 = 0,1

TITIK D = BT BELAKANG – BT MUKA = 136,65 – 132,25 = 4,4

TITIK E = BT BELAKANG – BT MUKA = 138,65 – 134,35 = 4,3

TITIK F = BT BELAKANG – BT MUKA = 130,25 – 134,15 = - 3,9

2.9.3 Perhitungan Jarak


PERGI
A2 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (137,9 – 135,4) x 100 = 250
B3 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (141,2 – 138,7) x 100 = 250
C4 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (139,6 – 137,1) x 100 = 250
D5 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (133,5 – 131,0) x 100 = 250
E6 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (135,6 – 133,1) x 100 = 250
F1 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (135,4 – 132,9) x 100 = 250
A1 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (137,5 – 135,0) x 100 = 250
B2 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (136,2 – 133,7) x 100 = 250
C3 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (139,6 – 137,3) x 100 = 230
D4 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (137,9 – 135,4) x 100 = 250
E5 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (139,9 – 137,4) x 100 = 250
F6 Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (131,5 – 129,0) x 100 = 250

2.10. TABEL REKAPITULASI


PERGI

No Arah Rambu Belakang Rambu Depan Beda Tinggi Tinggi


Titik Permukaan
No Belakang Atas Atas Air Laut
. (B) Jara Jara (+) (-)
Muka (M) Tengah k Tengah k
Bawah Bawah
1 137.5 cm 137.9 cm 0
A 136.25 cm 2m 136.65 cm 2m 0.4 m m
2 135 cm 135.4 cm
2 B 136.2 cm 141.2 cm
134.95 cm 2m 139.95 cm 1,9 5m m
3 133.7 cm 138.7 cm m
3 C 139.6 cm 139.6 cm
138.55 cm 2m 138.35 cm 2m 0.2 m m
4 137.3 cm 137.1 cm
4 D 137.9 cm 133.5 cm
136.65 cm 2,1 132.25 cm 2m 4.4 m m
5 135.4 cm m 131 cm
5 E 139.9 cm 135.6 cm
138.65 cm 2m 134.35 cm 2m 4.3 m m
6 137.4 cm 133.1 cm
6 F 131.5 cm 135.4 cm 2m 3.9 m
130.25 cm 2m 134.15 cm m
1 129 cm 132.9 cm

2.11. SKETSA DAN PROSES PELAKSANAAN

2.12. KESIMPULAN

Dalam pengukuran waterpass tertutup, terjadi beberapa kesalahan, diantaranya kesalahan


pada saat melakukan pengukuran di lapangan dan kesalahan pada saat melakukan penembakan
dengan waterpass, kesalahan tersebut disebabkan oleh gelembung nivo yang kurang pas ditengah-
tengah dan kesalahan yang disebabkan oleh “Human Error”. Hal tersebut mengakibatkan data
menjadi salah dan juga salah pada perhitungannya.
2.13. SARAN

1.Perhitungan dan pengukuran data diperlukan prinsip-prinsip pengukuran untuk


menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
2.Pengecekan sendiri hasil pengamatan dan pembacaan.
3.Mengunakan alat bantu, contoh: kompas, GPS.
4.Selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan dan mencatat hasil ukuran.
5.Menggunakan alat-alat ukur seperti waterpass dan theodolite diperlukan ketelitian dari
segi perhitungan maupun kelengkapan alat-alat. Alat yang digunakan dari awal sampai
akhir harus lengkap, sehingga diperlukan rasa tanggung jawab yang besar bagi
mahasiswa yang menggunakan alat praktikum.
6.Saat pelaksanaan praktikum sangat dianjurkan untuk bertanya kepada pembimbing
praktikum jika menemukan kesulitan agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
praktikum.
7.Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan pada keadaan cuaca yang cerah.

BAB III
WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

3.1. LATAR BELAKANG

Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara
dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi
diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau
ditambah dengan nilai yang ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun
yang akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada di luar jangkauan jarak
pandang). Sedang pengukuran sipat datar memanjang double stand merupakan salah satu
jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuran sipat datar
memanjang doublestand dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena
dengan mengadakan dua kali pengukuran.
Pengukuran sipat datar profil melintang adalah pengukuran yang dilakukan
untuk menentukan tinggi rendahnya tanah atau untuk mendapatkan bentuk permukaan titik
sepanjang garis tertentu. Kegunaan dari pengukuran ini adalah sebagai dasar dalam
menentukan volume galian dan timbunan dalam perencanaan pembuatan jalan raya, jalan
kereta api, saluran irigasi, dsb. Pengukuran sipat datar profil melintang sendiri digunakan
untuk menentukan tinggi rendahnya tanah sepanjang garis melintang yang tegak lurus
dengan garis

3.2. MAKSUD & TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek pengukuran sipat
datar memanjang dan melintang ini antara lain adalah sebagai berikut :
1) Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran sipat datar
memanjang dan melintang itu sendiri
2) Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat PPD sesuai dengan
prosedur
3) Untuk mengukur profil permukaan bumi dan mengetahui beda tinggi antara dua titik
atau lebih pada suatu kawasan
4) Untuk menentukan tinggi rendahnya tanah sepanjang garis melintang yang tegak
lurus dengan garis sumbu proyek.
3.3. DASAR TEORI

Pengukuran beda tinggi dengan cara memanjang dan melintang dilakukan


apabila jarak antara 2 titik dimana harus ditentukan beda tingginya berada pada jarak yang
jauh atau beda tingginya besar sehingga rambu ukur tidak dapat dilihat dengan terang dan
menginginkan adanya penentuan tinggi rendahnya tanah sepanjang garis melintang yang
tegak lurus dengan garis proyek.

3.4. ALAT DAN BAHAN

WATERPASS

METERAN

PATOK BAMBU
PALU

PAYUNG

BAK UKUR

3.5. LANGKAH KERJA


1. Pertama kita pasang patok awal pada titik awal ( patok 1 ) yang akan kita ukur.
2. Pasang patok 1,2,3,4 dan 5 begitu pula dengan titik/ patok A,B,C,D membentuk persegi
dengan jarak masing masing patok 4 meter.

3. Pasang statif / tripod di titik awal / titik bm untuk menembak titik yang telah
direncanakan.

Dirikan statif / tripod setinggi dada orang dewasa. Perhatikan kemiringan kaki
statif jangan sampai terlalu miring. Pastikan kepala statif tidak miring, dan patikan
baut sekrup penyetel kaki statif terkunci dengan kuat sehingga kaki statif tidak
merosot / bergerak.

4. Pasang waterpass pada kepala statif, kunci dengan sekrup pengunci yang tersedia pada
statif dan pastikan terkunci dengan benar dan kuat.
5. Setelah waterpass terpasang sempurna, kemudian dirikan rambu ukur pada patok 1 A.
Pastikan rambu ukur lurus, tidak miring kekanan kiri atau depan belakang.

6. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah yang kita lihat
melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 1.Pada titik ini
kita sebut dengan A1. Apabila rambu ukur terlihat kurang jelas, putar tombol fokus
sampai terlihat jelas.
7. Kemudian pindahkan rambu ukur ke patok 1 B . Pastikan rambu ukur lurus, tidak
miring kekanan kiri atau depan belakang.
8. Kemudian baca ukuran / tinggi Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang kita lihat
melalui lensa waterpass pada rambu ukur yang kita letakkan di patok 2. Pada titik ini
kita sebut dengan 1 B dan dilakukan sampai dengan titik selanjutnya yaitu titik 1C,1D
- 2A,2B,2C,2D – 3A,3B,3C,3D – 4A,4B,4C,4D – 5A,5B,5C,5D . Apabila rambu ukur
terlihat kurang jelas, putar tombol fokus sampai terlihat jelas.

3.6. RUMUS

Perhitungan Batas Tengah (BT)

𝐵𝐴𝑇𝐴𝑆 𝐴𝑇𝐴𝑆(𝐵𝐴)+𝐵𝐴𝑇𝐴𝑆 𝐵𝐴𝑊𝐴𝐻(𝐵𝐵)


BATAS TENGAH = 2
Perhitungan Beda Tinggi (Bt)
BEDA TINGGI = BATAS TENGAN BELAKANG – BATAS TENGAH MUKA

Perhitungan Jarak Optis3

Jarak = {Batas Atas (BA) – Batas Bawah (BB)} x 100

3.7. DATA LAB / LAPANGAN

Titik BA BT BB
1A 127.2 124.9 122.6
1B 133.3 131.6 130.0
1C 138.5 136.2 134.1
2A 127.3 123.7 120.3
2B 129.6 126.4 123.3
2C 135.3 131.8 128.3
3A 129.4 124.4 119.4
3B 128.8 124.2 119.8
3C 134.5 129.7 124.9
4A 129.6 123.3 126.9
4B 131.0 124.9 118.7
4C 129.6 123.3 116.9

3.8. PENGOLAHAN DATA


3.8.1 Perhitungan Batas Tengah

127.2+122.6 129.4+119.4
1A : 𝑥= = 124.9 3A : 𝑥 = = 124.4
2 2

133.3+130.0 128.8+119.8
1B : 𝑥 = = 131.6 3B :𝑥 = = 124.2
2 2

138.5 +134.1 134.5+124.9


1C : 𝑥 = = 136.2 3C :𝑥 = = 129.7
2 2

127.3+120.3 129.6+116.9
2A : 𝑥 = = 123.7 4A :𝑥 = = 123.3
2 2

129.6 +123.3 131.0 +118.7


2B : 𝑥 = = 126.4 4B: 𝑥 = = 124.9
2 2

135,3 +128.3 133.0 +120.0


2C : 𝑥 = = 131.8 4C:𝑥 = = 127.0
22 2
3.8.2 Perhitungan Beda Tinggi

TITIK 1A-1B = BT BELAKANG – BT MUKA = 124.9– 131.6 = - 6.7

TITIK 1B-1C = BT BELAKANG – BT MUKA = 131.6 – 136.2 = - 4.6

TITIK 1C-2C = BT BELAKANG – BT MUKA = 136.2 – 131.8 = 4.4

TITIK 2C-2B = BT BELAKANG – BT MUKA = 131.8 – 126.4 = 5.4

TITIK 2B-2A = BT BELAKANG – BT MUKA = 126.4 – 123.7 = 2.7

TITIK 2A-3A = BT BELAKANG – BT MUKA = 123.7 – 124.4 = - 0.7

TITIK 3A-3B = BT BELAKANG – BT MUKA = 124.4 – 124.2 = 0.2

TITIK 3B-3C = BT BELAKANG – BT MUKA = 124.2 – 129.7 = - 5.5

TITIK 3C-4C = BT BELAKANG – BT MUKA = 129.7 – 127.0 = 2.7

TITIK 4C-4B = BT BELAKANG – BT MUKA = 127.0 – 124.9 = 2.1

TITIK 4B-4A = BT BELAKANG – BT MUKA = 124.9 – 123.3 = 1.6

TITIK 4A-1A = BT BELAKANG – BT MUKA = 123.3 – 124.9 = -1.6

3.8.3 Perhitungan Jarak


1A Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (127.2– 122.6) x 100 = 460
1B Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (133.3– 130.0) x 100 = 330
1C Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (138.5 – 134.1) x 100 = 440
2A Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (127.3 – 120.3) x 100 = 700
2B Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (129.6 – 123.3) x 100 = 630
2C Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (135.3 – 128.3) x 100 = 700
3A Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (129.4 – 119.4) x 100 = 1000
3B Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (128.8 – 119.8) x 100 = 900
3C Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (134.5 – 124.9) x 100 = 960
4A Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (129.6 – 116.9) x 100 = 1270
4B Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (131.0 – 118.7) x 100 = 1230
4C Batas atas (BA) – batas bawah (BB) x 100 = (133.0 – 120.0) x 100 = 1300
3.8.4 Volume Metode Memanjang

124.9+123.7 131.6+126.4
( )+( ) 124.3+129
2 2
AB 1 : 𝑥 = x 9m = x 9m=
2 2
123.7+124.4 126.4+124.2
( )+( ) 124.05+125.3
2 2
AB 2: 𝑥 = x 9m = x 9m
2 2

124.4+123.3 124.2+124.9
( )+( ) 123.85+124.55
2 2
AB 3: 𝑥 = x 9m = x 9m=
2 2

131.6+126.4 136.2+131.8
( )+( ) 129+134
2 2
BC 1 : 𝑥 = x 9m = x 9m=
2 2
126.4+124.2 131.8+129.7
( )+( ) 125.3+130.75
2 2
BC 2: 𝑥 = x 9m = x 9m=
2 2
124.2+124.9 129.7+127.0
( )+( ) 124.55+128.35
2 2
BC 3: 𝑥 = x 9m = x 9m=
2 2

3.8.5 Volume Metode Melintang

124.9+131.6 123.7+126.4
( )+( ) 𝑥 9𝑚
2 2
AB 1 : 𝑥 = = 1,139. 9 m3
2
131.6+136.2 126.4+131.8
( )+( ) 𝑥 9𝑚
2 2
BC 1: 𝑥 = = 1,183.5 m3
2

123.7+126.4 124.4+124.2
( )+( ) 𝑥 9𝑚
2 2
AB 2 : 𝑥 = = 1,122.1 m3
2
126.4+131.8 124.2+129.7
( )+( ) 𝑥 9𝑚
2 2
BC 2: 𝑥 = = 1,152.2 m3
2

124.4+124.2 123.3+124.9
( )+( ) 𝑥 9𝑚
2 2
AB 3 : 𝑥 = = 1,117.8 m3
2
124.2+129.7 124.9+127.0
( )+( ) 𝑥 9𝑚
2 2
BC 3: 𝑥 = = 1,138.1 m3
2

3.9. TABEL REKAPITULASI


TOTAL VOLUME
Volume Total Memanjang = V AB1 + V AB2 + V AB3 + V BC1 + V BC2 + V
BC3
= 11.399 + 11.221 + 11.178 + 11.835 + 11.522 + 11.381
= 68.535 m3
Volume Total Melintang = V AB1 + V AB2 + V AB3 + V BC1 + V BC2 + V
BC3
= 1,139. 9 m3 + 1,183.5 m3 + 1,122.1 m3 + 1,152.2 m3
+
1,117.8 m3 + 1,138.1 m3
= 6,952.6 m3
3.10. SKETSA DAN PROSES PELAKSANAAN

3.11. KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan praktikum ini dilakukan pengukuran sifat ruang dan sifat datar dengan
menggunakan Theodolite dan Waterpas, serta beberapa alat bantu lainnya. Dari pengukuran
yang dilakukan dapat di hitung panjang mendatar yaitu jarak, dan jarak vertikal yaitu elevasi,
sudut horizontal, dan sudut vertikal sehingga dapat ditentukan azimuth suatu titik yang diamati.
Dalam pengukuran tentu terdapat kesalahan-kesalahan, maka untuk itu diperlukan suatu koreksi
sudut untuk mengantisipasi kesalahan tersebut. Dari azimuth tersebut dapat di hitung koordinat
masing-masing titik yang di amati. Dan dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut,
hasilnya dapat di plot dalam bentuk gambar dengan menggunakan sofware AutoCAD.

33.12. SARAN
Sebaiknya setiap kali melakukan perhitungan harus dilakukan dengan hati-hati dan
pastikan itu benar, saat dilapangan juga begitu kerjasama yang baik sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan data yang akurat, usahakan setiap kali melakukan pengukuran dikerjakan
dengan teliti,hati-hati dan semaksimal mungkin agar tidak terdapat kesalahan pengukuran.
BAB VI
TOTAL STATION

4.1 DASAR TEORI


4.1.1 Penjelasan Peralatan

Dalam praktikum GPS, hanya ada satu alat yang digunakan, yaitu :

“GPS (Global Positioning System)”


2.1.2 DASAR TEORI ALAT

Pekerjaan pemetaan menggunakan GPS adalah suatu tindakan atau


melakukan usaha di dunia teknik sipil yang memanfaatkan sistem radio
navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus memberi informasi
dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan lokasi, posisi, ketinggian, kecepatan, dan waktu
dengan mengukur jarak kita dengan satelit.
Penggunaan GPS ini menggunakan metode yang disebut
penentuan posisi secara global karena koordinat yang dihasilkan
geosentrik. Artinya pusat masa bumi dianggap sebagai pusat sistem
koordinat sehingga sistem koordinat berlaku untuk seluruh dunia.
Ada dua jenis alat penerima sinyal GPS, yaitu jenis navigasi dan
jenis geodetic. Alat penerima jenis navigasi merupakan alat yang
mempunyai bentuk sederhana, kecil, dan praktis dibawa kemana – mana,
karena tidak perlu banyak alat pelengkap seperti statif. Oleh karena itu,
alat ini sesuai untuk digunakan sebagai alat penunjuk navigasi.
Berbeda dengan navigasi jenis geodetic merupakan alat sinyal
satelit GPS yang memerlukan perlengkapan seperti halnya waterpass
untuk di lapangan.
Prinsip penentuan posisi dengan GPS data yang diukur adalah
sudut-sudut di titik yang dicari koordinatnya ke satelit-satelit yang sedang
diamati (paling sedikit diperlukan empat satelit untuk setiap satu titik
ukur).

2.1.3 Kegunaan Alat

 Menghitung jarak dan arah dari lokasi tempat kita berada.


 Satu unit GPS dapat menyimpan data dalam memori lokasi
dimana kita berada saat ini.
 Mengarahkan kita dari satu lokasi ke lokasi lain dengan simbol
berupa grafik.
 Menyimpan rute perjalanan kita dan mengantar kita kembali
dengan rute yang sama.
3.1 Jadwal Praktikum
Hari / Tanggal : Sabtu, 10 Juni 2017
Pukul : 13.00 – 14.30
Tempat : Gedung Rektorat Universitas Mercu Buana Jakarta
Kegiatan : Praktikum Penggunaan GPS

3.2 Langkah Kerja


1. Nyalakan GPS.

a) Klik Menu.

b) Pilih Measure.

c) Klik OK (di setiap titik sudut kebutuhan).

d) Lalu catat ketentuan sudut pada setiap titiknya.


4.1 Data Hasil Pengamatan
Dari pengukuran yang sudah dilakukan didapatkan data sebagai berikut :

NO. KOORDINAT
KETINGGIAN KETERANGAN
TITIK X Y
442/1 0692516 9313282 25 m
443/2 0692516 9313282 26 m
444/3 0692516 9313282 24 m
445/4 0692516 9313282 25 m
446/5 0695216 9313282 25 m
447/6 0692516 9313282 25 m
448/7 0692517 9313288 26 m
449/8 0692517 9313288 23 m
450/9 0692516 9313288 27 m
451/10 0692517 9313282 25 m

5.1 Kesimpulan

Cara kerja GPS relatif sederhana. Saat menekan tombol GPS, antena GPS
otomatis akan menangkap sinyal beberapa satelit navigasi yang sedang berada di
lingkup atmosfer. Perbedaan posisi dan jarak antara satelit dengan GPS memungkinkan
terjadinya triangulasi yang akhirnya memunculkan posisi unik untuk setiap jengkal
permukaan bumi.

5.2 Saran

Data yang dihasilkan dari GPS tracking 60cs atau sejenis biasanya hanya
memiliki tingkat akurasi yang sangat rendah yakni radius 20 m. Jika ingin mengetahui
koordinat suatu titik sebagai acuan, lebih baik jika digunakan GPS Geodetik yang
memiliki akurasi sangat baik, yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi alat
sebagai penentu titik koordinat patokan.

Anda mungkin juga menyukai