Disususn oleh:
NPM : 1523031002
Semester : I (Satu)
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat berupa
kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mandiri
dalam bentuk makalah ini. Tidak lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS Dr. Pujiati, M.Pd
2. Teman-teman yang telah membantu dalam pelengkapan materi dan juga
memberikan dorongan dan motivasi.
1) Pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS di FKIP Universitas Lampung.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung,
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Model-model Desain pembelajaran .................................. 4
1. Model desain Dick dan Carey ....................................... 7
2. Model desain Assure ...................................................... 10
3. Model Jerold E. Kemp, dkk 16
4. Model Smith dan Ragan
5. Model ADDIE
6. Model Front-end System Design oleh A.W. Bates
BAB.III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa Siswa sebagai generasi penerus bangsa perlu dibina secara terus
menerus. Dengan demikian, diharapan mereka memiliki kemampuan berfikir
secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai
wacana kewarganegaraan; memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan
berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab; memiliki watak dan
kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu
berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya
masyarakat. Pendidikan dari masa ke masa mengalami kemajuan yang sangat
pesat, demikian juga piranti pendidikan yang canggih, oleh sebab itu
perubahan yang terjadi di tengah masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya
dunia pendidikan, pendidikan tidak hanya merambah dunia nyata akan tetapi
sudah merambah dunia maya, yang menurut pemikiran lama masih dalam
bentuk khayalan dan angan-angan, sekarang sudah dalam bentuk kenyataan.
Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Konsep desain pembelajaran pertama sekali dimanfaatkan pada
perang dunia II dan sesudahnya. Menurut Jerrold E. Kemp, pada waktu itu
para psikolog memperkenalkan teori baru tentang proses
pembelajaranmanusia, termasuk pentingnya merinci tugas yang akan
dipelajari dan dilaksanakan, dan kebutuhan siswa untuk berperan aktif agar
mereka benar-benar belajar. Pada waktu yang sama, ahli media audi visual
menggunakan asas belajar yang diketahui dalam merancang film dan media
pengajaran lainnya. (Martinis Yamin, 2010: 10)
Persoalan bagaimana mengembangkan suatu desain pembelajaran, ternyata
bukanlah hal yang mudah, serta tidak sederhana yang kita bayangkan. Dalam
skala mikro, model desain pembelajaran berfungsi sebagai salah suatu alat dan
pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita–cita
masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu desain
pembelajaran mesti memperhatikan sistem nilai (Value System) yang berlaku
beserta perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu,
karena model desain pembelajaran juga harus memperhatikan segala aspek
yang terjadi pada peserta didik. Persoalan–persoalan tersebut yang mendorong
begitu kompleknya proses pengembangan model desain pembelajaran.
Sehingga, pada makalah ini penulis akan memaparkan secara gambling
tentang beberapa model desain pembelajaran beserta menganalisisnya satu
per- satu.
Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari
pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan
aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka
mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem
yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen
tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu
instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai
model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model desain pembelajaran
diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model
desain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan
sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan
efisien dari pembelajaran.
Tujuan dari desain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif
dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross,
dan Kemp, 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Analisa terhadap
beberapa Model Desain Sistem Pembelajaran”.
C. Tujuan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk “Mengetahui hasil analisa terhadap beberapa
Model Desain Pembelajaran”.yang dilakukan secara sistematik dan sistemik
diharapkan dapat membantu seorang perancang program, guru, dan instruktur
dalam menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan
menyenangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan model pembelajaran Dick, Carey, dan Carey dengan ahli lain
ialah para ahli menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang
sistematis (perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management
proses) tetapi bukan pendekatan sistematis. Sedangkan komponen dasar
system meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation yang
selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (Sembilan) rencana desain
pembelajaran. Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model
pengembangan system pembelajaran (Instructional System
Development/ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan.
Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar di bawah ini.
Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu
landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut
dijelaskan tahapan pengembangan system pembelajaran Dick, Cary, dan
Carey: (Trianto, 2010: 90)
1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan
Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan
pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, yaitu kesulitan-
kesulitan pebelajar dalam praktek pembelajaran yang dilakukan oleh
para ahli di bidang atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang
aktual.
2. Melakukan analisis pembelajaran
Menentukan langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan
pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan)
yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.
3. Analisis pebelajar dan lingkungannya
Analisis terhadap pebelajar dan konteks di mana mereka belajar. Sikap
dan keterampilan yang lebih disukai pebelajar saat ini, ditentukan
berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting
lingkungan tempat keterampilan diterapkan.
4. Merumuskan tujuan khusus
Mencatat pernytaan khusus tentang apa yang pebelajar lakukan setelah
menerima pembelajaran, yang didapat dari hasil analisis tujuan
pembelajaran dan pernyataan perilaku awal pebelajar. Analisis ini
bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dipelajari, kondisi
pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.
5. Mengembangkan instrumen penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, mengembangkan
produk evaluasi untuk mengukur kemampuan pebelajar melakukan
tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku
yang tergambar dalam tujuan pembelajaran untuk apa melakukan
penilaian.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-
activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and
feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya.
Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian,
karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan
pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima
pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih
materi strategi pembelajaran yang interaktif.
7. Mengembangkan materi pembelajaran
Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk
warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan
web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi
pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang
relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.
8. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang
dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan
untuk mengumpulkan data (uji perorangan (one-to-one), uji kelompok
kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation) sebagai
pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun
produk bahan ajar.
9. Merevisi pembelajaran
Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan
diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga
belajar dalam mencapai tujuan. Evaluasi formatif tidak hanya
dilakukan pada draf program pembelajaran saja, tetapi juga terhadap
aspek-aspek desain system pembelajaran yang digunakan dalam
program, seperti analisis instruksional, entry behavior dan karakteristik
siswa. (Benny, 2011: 109). Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil
evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.
10. Mengembangkan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan
evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam
aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan
Carey. Evaluasi sumatif dilakukan dilakukan setelah program selesai
dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai dengan standar yang
digunakan oleh perancang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan
perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini
merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi sumatif
tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.
2. Model Assure
Model Assure adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa
membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model
assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan
peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara
sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.
(wordpress.com:2011)
5. Model ADDIE
Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan
tahapan-tahapan dasar desain sistem pembelajaran yang sederhana dan
mudah dipelajari adalah model ADDIE. Model ADDIE dikembangkan
oleh Dick and Carry untuk merancang sistem pembelajaran (Endang
Mulyatiningsih, 2012:5). Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari
lima fase atau tahap utama, yaitu (A) analysis, (D) desain, (D)
development, (I) irnplementaion, dan (E ) evoaluation. Kelima fase atau
tahap dalam model ADDIE perlu dilakukan secara sistemik dan sistematik
Model desain system pembelajaran ADDIE dengan komponen-
komponennya.
1. Analisis
Langkah anasis terdiri atas. dua tahap, yaitu analisis kinerja atau
performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis.
Tahap pertama yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan
mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan
solusi berupa Penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan
manajemen.
Contoh masalah kinerja yang memerlukan solusi berupa
penyelenggaraan program pembelajaran adalah kurangnya
pengetahuan dan keterampilan. hal ini dapat menyebabkan rendahnya
kinerja individu dalam organisasi atau perusahaan. sedangkan contoh
masalah kinerja yang memerlukan solusi berupa perbaikan kualitas
manajemen, misalnya rendahnya motivasi berprestasi, kejenuhan, atau
kebosanan dalam bekerja. Masalah-masalah ini memerlukan solusi
berupa perbaikan manajemen, misalnya pemberian insentif terhadap
prestasi kerja, rotasi dan promosi, serta penyediaan fasilitas kerja yang
memadai.
Ada dua pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang
desainer atau perancang program pembelajaran pada saat melakukan
langkah atau tahap analisis. Pertama apakah siswa memerlukan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan? Kedua, apakah siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan?
Jika hasil analisis data yang telah dikumpulkan mengarah kepada
pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran
yang sedang dihadapi, perancang atau desainer program pembelajaran
perlu melakukan analisis kebutuhan dengan menjawab beberapa
pertanyaan lagi, sebagai berikut.
a. Bagaimana karakterisik siswa yang akan mengikuti program
pembelajaran? (learner analysis)
b. Pengetahuan dan keterampilan seperti apa yang telah dimiliki oleh
siswa? (pre-requisite skill)
c. Kemampuan atau kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh siswa
(task atau goal analysis)
d. Apa indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan bahwa siswa telah mencapai kompetensi yang telah
ditentukan setelah melakukan proses pembelajaran? (evaluation
and assessment).
e. Kondisi seperti apa yang diperlukan oleh siswa agar dapat
memperlihatkan kompetensi yang telah dipelajari? (setting or
condition analysis).
2. Desain
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem
pembelajaran ADDIE. pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi
program pemb elajaran yang didesain sehingga program tersebut dapat
mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.
1. Langkah I
Langkah awal dalam model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh
AW. Bates adalah mengembangkan kerangka isi atau materi pelajaran (couse
outline development). Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah
awal model Bates antara lain :
Mengidentifikasi sasaran atau siswa,
Menganalisis kurikulum,
Menentukan isi/materi pelajaran, dan
Menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Langkah II
Dalam langkah ke II, Bates mengemukakan sebuah konsep yang dapat digunakan
sebagai faktor untuk memilih jenis media dan teknologi yang akan digunakan
dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh.
Konsep tersebut dikenal dengan istilah ACTIONS yang merupakan singkatan
beberapa faktor, yaitu :
Access,
Cost,
Teaching functions,
Interaction/user friendliness,
Organizational issues,
Novelty, dan
Speed.
Konsep ACTIONS sebagai kriteria untuk menentukan media dan teknologi yang
akan digunakan dalam menyampaikan substansi pelajaran dalam program sistem
pendidikan jarak jauh merupakan suatu hal tang bersifat unik.
Media dan Teknologi dalam Program Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Robert Heinich dkk (2005) mengemukakan beberapa jenis media yang dapat
digunakan untuk menyampaikan substansi dalam program sistem pendidikan jarak
jauh yaitu :
Media cetak
Media audio
Media video
Komputer
Multimedia
Jaringan komputer
3. Langkah III
Langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh
Bates, yaitu penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti
program sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai
target audience. Untuk mendukung keberhasilan langkah ini diperlukan adanya
beberapa sarana pendukung, yaitu :
Gudang dan sarana penyimpanan dan bahan ajar,
Perpustakan sebagai tempat mencari referensi untuk pengembangan bahan
ajar dan substansi, serta
Sistem komunikasi dan teknologi untuk menyampaikan isi atau materi
pelajaran kepada siswa.
Model-model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan pada
dasarnya dapat diklasifikasi berdaasarkan pemanfaatan dan output yang
dihasilkan, yaitu model yang berorientasi terhadap aktivitas pembelajaran didalam
kelas, model yang berorientasi pada produk, dan model yang berorientasi pada
sistem. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki keunggulan dan
keterbatasan untuk digunakan dalam setting yang spesifik.
Berikut gambar bagan Model Front-end System Design oleh A.W. Bates
Gambar 1.6 Model Front-end System Design oleh A.W. Bates
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Terdapat beberapa model desain pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru dalam mengajar, seperti Model desain system pembelajaran Dick dan Carey,
Model ASSURE, Model Jerold E. Kemp, dkk, Model Smith dan Ragan, Model
ADDIE, dan Model Front-end System Design oleh A.W. Bates.
Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi
dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik.
1. Model Dick & Carey diciptakan selain cocok untuk pembelajaran formal di
sekolah, juga untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam proses
pembelajaran.
2. Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi
kelas.
3. Model Kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh.
Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi,
pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang
pembelajaran.
4. Model ADDIE menggunakan 5 tahap yakni Analysis (analisa), Design (desain
/perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi/eksekusi), Evaluation (evaluasi/ umpan balik).
5. Model Font-end System design oleh A. W. Bates menggunakan 3 langkah yaitu
langkah I adalah mengembangkan kerangka isi atau materi pelajaran (couse
outline development), langkah ke II Bates mengemukakan sebuah konsep yang
dapat digunakan sebagai faktor untuk memilih jenis media dan teknologi yang
akan digunakan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh, dan yang
terakhir yaitu penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti
program sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai
target audience.
3.2 Saran
Makalah ini baru sekedar memberikan gambaran fakta obyektif tentang
beberapa model desain pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada para akademisi
untuk melakukan pengamatan yang lebih mendalam dan lebih mendetail terhadap
materi tersebut.
Pada tataran praktis disarankan kepada setiap guru untuk memperkaya
pengetahuan yang terkait dengan implikasi sebuah model desain pembelajaran,
sehingga dapat menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Pribadi, Benny A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Prawiladilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Yamin, Martinis. 2010. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada Press
Ariyani, Novi. 2013. Model Desain Pembelajaran. From
http://novi-ariyaniasparagus.blogspot.com/2013/01/model-desain-
pembelajaran_3812.html. Diakses Pada hari Kamis, 19/9/2013 pukul 20.25.
Wardani, Muhammad. 2013. Desain Pembelajaran Model Dick and Carey. From
http://muhammadwardani.blogspot.com/2013/02/desain-pembelajaran-model-
dick-and-carey.html. Diakses Pada hari Kamis, 19/9/2013 pukul 20.30
Randa. 2011. Model Pembelajaran ASSURE. From
http://randa26.wordpress.com/2011/09/28/model-pembelajaran-assure/ Diakses
hari Ahad, 22/9/2013 pukul 07:39.
http://hepimakassar.wordpress.com/2011/11/07/model-pembelajaran-jerold-e-kemp/.
Diakses Pada Hari Kamis 19/9/2013 pukul 21:05