Anda di halaman 1dari 20

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pelayanan Bahan Bakar Motor diesel


Sistem pelayanan bahan bakar motor diesel berfungsi untuk melayani
kebutuhan bahan bakar untuk proses kerja motor diesel. Proses pembakaran motor
diesel terjadi dalam ruang silinder motor dengan pengabutan bahan bakar solar
yang disemprotkan kedalam udara bertemperatur ± 600oC.
Gambar di bawah ini adalah Sistem Pelayanan Bahan Bakar Motor diesel.

Leak-off
pipe

Permanent
bleed

Injector Return
pipe
Filter

High-
pressure
pipe Supply
pipe

Acc. Lift
lever Pump

Injection Stop
pump lever

Return
pipe Fuel Tank
Drive Bleed
shaft screw

Gambar 2.1 Sistem pelayanan bahan bakar motor diesel

2.1.1 Tangki Bahan Bakar


Tangki bahan bakar berfungsi untuk menyimpan bahan bakar sebelum
disalurkan kedalam pompa injeksi.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-1


BAB II LANDASAN TEORI

2.1.2. Saringan bahan Bakar


Saringan berfungsi untuk menyaring bahan bakar solar dari kotoran dan
tidak mengandung air. Penempatan saringan dalam sistem bahan bakar adalah
sebagai berikut :
 Saringan kassa dalam tangki bahan bakar
Saringan ini langsung dipasang pada pipa hisap dalam tangki.
 Saringan kassa pada pompa pengalir
Saringan ini berfungsi untuk menyaring kotaran agar tidak
mempengaruhi kinerja pompa pengalir.
 Saringan halus
Saringan ini adalah proses terakhir penyaringan. Saringan ini dipasang
setelah saringan kasar atau menyaring bahan bakar untuk kedua
kalinya. Saringan halus biasanya dipasang dian tara pompa pengalir
dengan pompa injeksi. Untuk pompa injeksi model distributor
digunakan saringan yang mempunyai pori-pori sebesar 0,004 – 0,005
mm. untuk pompa jenis lain sebesar 0,008 – 0,010 mm. saringan halus
terbuat dari kertas dan kain.

2.1.3. Pompa Penyemprot Bahan Bakar


Pompa injeksi berfungsi sebagai pembagi bahan bakar dengan jumlah
dengan jumlah yang tepat dan menekannya pada saat yang tepat di bawah tekanan
nosel-nosel yang menyemprotkan bahan bakar kedalam silinder-silinder motor.
Pada gambar 2.2 adalah gambar yang menunjukkan konstruksi pompa
penyemprotan bahan bakar jenis Bosch yang banyak dipergunakan. Pada pompa
tersebut terdapat plunyer, silinder dan katup pengeluaran yang merupakan katup
searah.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-2


BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.2 Konstruksi pompa penyemprot bahan bakar jenis Bosch

Adapun skema sistem penyemprotan bahan bakar jenis bosch dapat


digambarkan pada gambar 2.3. dimana bahan bakar dimulai dari tekanan rendah
kemudian dipompakan sehingga menghasilkan bahan bakar tekanan tinggi untuk
proses penyemprotan.

Gambar 2.3 Skema sistem penyemprotan bahan bakar jenis Bosch.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-3


BAB II LANDASAN TEORI

Prinsip kerja dari pompa penyemprot bahan bakar jenis Bosch adalah
sebagai berikut :
1. Pada gambar 2.4(a), plunyer berada di titik mati bawah (TMB). Dalam
keadaan tersebut, bahan bakar bertekanan rendah mengalir kedalam
silinder melalui lubang masuk i’, mengisi ruang h dan ruangan alur-
alur yang terdapat pada plunyer h’. oleh karena katup pengeluaran
berfungsi menutup bagian atas dari ruangan h dengan gaya pegas,
maka bahan bakar baru mulai ditekan jika lubang i’ dan i sudah ditutup
oleh plunyer itu sendiri. Katup pengeluaran merupakan katup searah.
Maka apabila tekanan bahan bakar didalam silinder sudah mencapai
tekanan tertentu, katup pengeluaran akan terbuka.
2. Pada gambar 2.4(b), bahan bakar didalam pipa bahan bakar dan
penyemprotan juga mengalami penekanan, sehingga pada suatu saat
dimana tekanan di dalam penyemprotan bahan bakar sudah melampaui
suatu tekanan tertentu, penyemprotan bahan bakar ke dalam silinder
baru dimulai.
3. Pada gambar 2.4(c), gerakan torak selanjutnya ke titik mati atas
(TMA), alur plunyer n yang miring akan melalui lubang i, sehingga
bahan bakar bertekanan tinggi yang ada di dalam ruangan h dan h’
akan keluar melalui lubang i. dengan demikian tekanannya akan turun
dengan cepat dan gelombang penurunan tekanan akan terjadi di dalam
pipa bahan bakar. Apabila tekanan bahan bakar di nozel penyemprot
bahan bakar turun dibawah suatu harga tertentu, maka katup nozel pun
akan tertutup sehingga penyemprotan bahan bakar akan berhenti.
Pada suatu saat menjelang akhir langkah plunyer ke TMA, lubang i juga
akan terbuka sehingga bahan bakar akan mengalir dari ruangan h dan h’ ke ruang
pemasukan bahan bakar, di samping silinder. Tetapi, pada gambar plunyer menuju
TMB-nya, lubang i' akan tertutup terlebih dahulu, dan pada waktu n melalui tepi
bawah dari i, tekanan ruang h dan h’ akan berkurang. Selanjutnya, plunyer yang
juga tertarik ke bawah oleh pegas akan menyebabkan terjadinya vakum di dalam

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-4


BAB II LANDASAN TEORI

ruang h dan h’ . pada saat tepi puncak plunyer mulai membuka lubang i dan i’ ,
maka bahan bakar mulai masuk kedalam silinder, seperti keadaan tersebut pada
gambar 2.4(a). dan seterusnya, proses tersebut kan terjadi berulang-ulang sesuai
dengan putaran mesin.

Gambar 2.4 Prinsip kerja pompa penyemprot bahan bakar jenis Bosch.

2.1.4. Penyemprot Bahan Bakar


Penyemprot bahan bakar adalah alat bantu untuk menjaga agar bahan
bakar dapat bercampur dengan udara dengan baik. Pada gambar 2.5 adalah sebuah
nozel penyemprot bahan bakar. Pada nozel tersebut terdapat sebuah katup jarum,
dimana ujung bawahnya terdiri atas dua bidang kerucut. Kerucut yang pertama
menetap pada dudukannya, sedangkan yang kedua menerima tekanan bahan
bakar. Jika gaya yang ditimbulkan bahan bakar melebihi gaya pegas, maka katup
akan terangkat ke atas sehingga membuka lubang nozel.
Ujung nozel dapat dibuat dalam beberapa bentuk, seperti terlihat pada
gambar 2.6. Nozel (a) dan (b) dinamai nozel berlubang atau nozel katup jarum,
dimana setiap lubang berdiameter kira-kira 0,2 sampai 0,3 mm. nozel (a) disebut
nozel berlubang tunggal, sedangkan nozel (b) disebut nozel berlubang banyak.
Nozel (c) dinamai nozel pasak. Ujung katup pasak pada nozel tersebut berbentuk

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-5


BAB II LANDASAN TEORI

silinder dan menonjol keluar ujung nozel, sehingga dengan lubang nozel ia
membuat rongga silinder. Dengan demikian, apabila katup membuka lubang
nozel, bahan bakar akan mengalir melalui rongga tersebut dan membuat pancaran
berbentuk kerucut berlubang.

Gambar 2.5 Konstruksi penyemprot bahan bakar

Komponen-komponen dari penyemprot bahan bakar adalah sebagai


berikut :
1. Badan 6. Paking
2. Batang 7. Sekerup
3. Pegas 8. Baut
4. Baut pengatur 9. Paking
tekanan pegas 10. Sekerup
5. Sekerup 11. Nozel

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-6


BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.6 Konstruksi beberapa jenis nozel

Dalam penyemprotan bahan bakar ada dua tipe cara penginjeksian yaitu :
a. Injeksi langsung yang bertekanan penyemprotan sekitar 150 - 250 bar.
b. Injeksi tak langsung yang bertekanan penyemprotan sekitar 110 - 150
bar.

2.1.5. Governor
Governor adalah suatu alat kontrol otomatis bahan bakar yang harus
diinjeksikan ke dalam silinder untuk menjaga putarannya. Misalnya batang
pengaturnya ditempatkan pada posisi yang tetap kalau bebannya berkurang maka
putarannya akan naik. Governor mengontrol pompa penyemprot bahan bakar
untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang disemprotkan.
Ada dua jenis governor yang sering digunakan. Yang pertama governor
jenis bandul berputar dan yang kedua governor jenis pneumatik. Disamping itu
governor tersebut governor kecepatan konstan yang dipakai pada mesin-mesin
penggrak generator listrik.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-7


BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.7. Konstruksi governor dengan bandul

Gambar 2.8 Konstruksi governor pneumatik

2.2. Prinsip Dasar Sistem Hidrolik


Dalam energi fluida bekerja berdasarkan hukum paskal yang berbunyi
tekanan yang ditambahkan pada fluida akan diteruskan ke segala arah oleh fluida
tersebut. Secara matematis dapat ditulis

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-8


BAB II LANDASAN TEORI

F1 F1

A1 A2

F1 = Gaya aksi (N)


F2 = Gaya reaksi (N)
A1 = Luas penampang aksi (m2)
A2 = Luas penampang reaksi (m2)
Tekanan yang dihasilkan pada ilustrasi diatas adalah
P1 = P2 konstan
Tekanan kerja yang dibutuhkan

F
P 
A .............................................................. (1)

Gambar 2.9 Prinsip dasar sistem hidrolik

2.2.1. Sistem Pengereman Hidrolik

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-9


BAB II LANDASAN TEORI

Sistem pengereman hidrolik adalah sistem pengereman yang

menggunakan fluida cair sebagai media pengerem. Adapun bagaian-bagian dari

sistem pengeraman hidrolik pada mobil adalah sebagai berikut :

1. Brake Pedal

Brake Pedal adalah komponen pengeraman yang berfungsi sebagai

tuas pendorong master rem.

2. Power Brake Unit

Power Brake Unit adalah komponen yang berfungsi untuk member

dorongan yang kuat pada silinder pada master rem.

3. Master Cylinder (Master Rem)

Master rem adalah komponen yang berfungsi sebagai pompa hidrolik

yang memompakan fluida untuk proses pengereman hidrolik.

4. Brake Warning Lamp

Brake Warning Lamp adalah lampu indikator pengereman.

5. Pressure Diferential Switch

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-10


BAB II LANDASAN TEORI

Pressure Diferential Switch adalah komponen yang berfungsi untuk

tempat berpindah fluida menuju disk brake atau drums brake.

6. Metering Valve

Metering Valve adalah katup bercabang untuk aliran fluida.

7. Propotioning Valve

Propotioning Valve adalah katup pengatur fluida pengerem.

8. Caliper (Rem Depan)

Caliper (Rem Depan) adalah actuator untuk proses pengereman disk

brake.

9. Disc(Rem Depan)

Disc(Rem Depan) adalah komponen yang menjadi media untuk

menghentikan putaran ban dengan caliper sebagai pengeremnya.

10. Brake Drums

Brake Drums adalah alat pengereman yang menggunakan rem pegas.

11. Wheel Cylinder

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-11


BAB II LANDASAN TEORI

Wheel cylinder adalah alat aktuator yang yang berfungsi untuk

pengereman pada brake drums.

Gambar 2.10 Sistem pengereman hidrolik pada mobil

2.2.1.1. Master Rem ( Master Cylinder)

Master rem adalah alat yang berfungsi sebagai penekan fluida pada sistem

pengereman hidrolik.. Pada Master Rem ada Beberapa bagian Utama, yaitu :

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-12


BAB II LANDASAN TEORI

a. Reservoir

Reservoir adalah adalah alat yang menyediakan fluida yang digunakan

sebagai media penekan.

b. Piston

Piston adalah bagian yang digunakan sebagai alat penekan fluida agar

menghasilkan tekanan yang diingikan.

c. Vent Port

Vent port adalah bagian yang berfungsi sebagai penghubung antara

reservior dan ruang silinder piston.

d. Outlet Port

Outlet port adalah tempat keluaran fluida yang sudah ditekan dan

dihasilkan tekanan yang diinginkan untuk didistibusikan ke bagian

pengereman.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-13


BAB II LANDASAN TEORI

Piston

Gambar 2.11 Master Rem

2.3. Perancanaan Konstruksi

Sifat bahan suatu struktur atau mesin mempengaruhi pemilihan dan

ukuran yang memenuhi kekuatan dan kekakuan. Salah satu masalah dasar dalam

perencanaan adalah pemilihan bahan yang baik dan pemakaian yang tepat

sehingga suatu struktur atau mesin mampu melakukan fungsi yang sesuai dengan

tujuan rancangan.

2.4. Tegangan dan Regangan

Konsep dasar tegangan dan regangan dapat dijelaskan dengan

menggunakan sebuah batang yang diberi gaya aksial P seperti diperlihatkan pada

gambar 2.12. akibat gaya aksial P akan timbul tegangan (internal stress). Untuk

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-14


BAB II LANDASAN TEORI

menghitung tegangan perlu dilakukan pemotongan khayal pada penampang m – n

dengan arah tegak lurus sumbu batang. Dapat dilihat pada gambar 2.12(a) sebagai

berikut.

Gambar 2.12 Batang prismatik yang mengalami tarik

Potongan sebelah kanan dipisahkan sebagai tanda bebas (gambar 2.12).

pada ujung sebelah kanan bekerja pada gaya P (aksi), sedangkan pada bagian

sebelah kiri timbul gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya aksinya.

Tegangan normal dapat dihitung.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-15


BAB II LANDASAN TEORI

p

A ................................................................................(2)
Dimana σ = Tegangan
P = Beban (N)
A = Luas Penampang (m2)
Akibat gaya tarik P akan timbul tegangan dan batang akan mengalami
pemanjangan sedangkan apabila gaya P berupa beban tekan maka batang akan
mengalami pemendekan. Perubahan panjang baik pemanjangan maupun
pemendekan (Δl) dinyatakan dengan δ. Perbandingan antara δ dan panjang mula-
mula disebut regangan (ε).



L
.......................................................................... (3)

ε = Regangan
δ = Pemanjangan (mm)
L = Panjang semula (mm)
Regangan untuk kasus di atas dinamakan regangan normal. Hubungan
antara tegangan dan regangan dapat dinyatakan dengan diagram tegangan-
regangan pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Diagram tegangan dan regangan pada baja

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-16


BAB II LANDASAN TEORI

2.5. Faktor Keamanan dan Tegangan Ijin


Faktor keamanan menjamin agar benda yang direncanakan aman. Untuk
menentukan faktor keamanan dicari dengan persamaan :

Faktor Keamanan = kekuatan sebenarnya …….. (4)


Kekuatan yang dibutuhkan

Faktor keamanan dibuat > 1 untuk menghindari kegagalan. Parameter


untuk menentukan faktor keamanan :
 Adanya kemungkinan pembebanan yang melampaui batas struktur
 Jenis pembebanan
 Variasi dalam sifat-sifat bahan
 Keburukan yang disebabkan kondisi serta proses pembuatan atau efek-
efek lingkungan yang lain.
Pada rancangan aktual tegangan ijin (σ) dibatasi hingga harga tidak
melebihi batas proporsional sehingga hubungan tegangan dan regangan dari
hokum hooke masih berlaku. Tetapi, karena batas proporsional sulit ditetapkan
secara teliti. Biasanya tegangan ijin didasarkan pada titik mulur atau kekuatan
batas, dibagi oleh bilangan sesuai v yang disebut faktor keamanan.

 yp
 
v …………………………………………… (5)

Dimana : σ = Tegangan ijin (N/mm2)


σyp = Tegangan mulur (N/mm2)
v = Faktor keamanan

Titik mulur sebagai dasar untuk menetapkan σ pada baja struktur. Karena
titik mulur adalah tegangan dimana tidak terjadi perubahan permanen.

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-17


BAB II LANDASAN TEORI

2.6. Tegangan Tarik


Tegangan tarik adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya luar dimana
gaya luar tersebut tegak lurus terhadap penampang dan arahnya meninggalkan
penampang.

F
t 
A …………………………………………... (6)

Dimana : σt = Tegangan tarik (N/mm2)


F = Gaya (N)
A = Luas penampang (mm2)

2.7. Tegangan Tekan


Tegangan tekan adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya luar dimana
gaya luar tersebut tegak lurus terhadap titik penampang dan arahnya menuju
penampang.

F
 tk  ……………………………………….. (7)
A

Dimana : σtk = Tegangan tekan (N/mm2)


F = Gaya (N)
A = Luas penampang (mm2)

2.8. Tegangan Geser


Tegangan geser adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya luar dimana
gaya luar tersebut searah dengan bidang penahan gaya.

F
g 
A ………………………………………. (8)

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-18


BAB II LANDASAN TEORI

Dimana : τg = Tegangan geser (N/mm2)


F = Gaya (N)
A = Luas penampang (mm2)

2.9. Tegangan Bending


Tegangan yang ditimbulkan oleh gaya luar dimana gaya luar tersebut
arahnya melintang terhadap penampang.

Mb. y
b 
I ………………………………… (9)

Dimana : σb = Tegangan bending (N/mm2)


Mb = Momen lentur (N.mm)
Y = Jarak terhadap sumbu netral (mm)
I = Momen inersia penampang (mm4)

2.10. Kekuatan Logam Las


Dalam konstruksi las biasanya digunakan logam las yang mempunyai
kekuatan dan keuletan yang lebih baik atau paling tidak sama dengan logam
induk. Tetapi karena pengaruh proses pengelasan, kekuatan dan keuletan logam
dapat berubah.

2.10.1. Tegangan Ijin dan Faktor Keamanan Pengelasan


Tegangan ijin dalam pengelasan adalah tegangan tertinggi yang diijinkan
dalam suatu konstruksi las dengan tidak membahayakan yang didasarkan atas sifat
mekanik logam induk dan logam las, jenis dari beban serta jenis dari sambungan.
Besarnya tegangan ijin juga tergantung dari tingkat kepentingan dan
keguanaandari konstruksi. Faktor keamanan dalam perencanaan konstruksi las
didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan yang direncanakan dengan
batas luluh (σy) atau terhadap kekuatan patah (σp). Faktor keamanan dalam

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-19


BAB II LANDASAN TEORI

pengelasan perlu diambil karena adanya hal yang kurang pasti dan adnya
ketidaktetapan mutu las.

2.10.2. Perhitungan Kekuatan Las


Kekuatan sambungan las dihitung berdasarkan tegangan ijin dengan
anggapan bahwa hubungan antara tegangan dan regangan mengikuti hokum hooke
dengan syarat tegangan terbesar yang terjadi tidak melebihi tegangan ijin yang
ditentukan. Adapun persamaan untuk kekuatan las untuk pengelasan penuh adalah
sebagai berikut :

h
a

Politeknik Negeri Bandung 2008 II-20

Anda mungkin juga menyukai