Anda di halaman 1dari 2

Nasihat Imam Syafii

la dilahirkan di Gaza, Palestina, pada tahun 150 H. la diberi nama Muhammad bin Idris bin
'Abbas bin 'Utsman bin Syafi'i Al-Quraisy bin Abdul Muthalib bin Abdul Manaf. Sejak ia
masih di dalam kandungan, ayahnya yang bernama Idris telah meninggal dunia.

Imam Syafi'i berkisah, "Setelah aku hafal Al-Qur'an, aku masuk ke Masjidil Haram untuk
berguru kepada para ulama. Dari merekalah aku menimba ilmu, menghafal hadis, dan
berbagai masalah ilmiah lainnya.

Rumahku berada di lereng bukit Khaif. Aku sering melihat potongan tulang yang putih
berkilauan, kemudian tulang itu kupungut dan kujadikan sarana menulis hadis atau masalah
ilmiah lainnya.

Dahulu kami memiliki sebuah guci tua untuk menyimpan potongan-potongan tulang itu.
Tiap kali tulang yang kubawa telah penuh berisi tulisan, aku menyimpannya dalam guci
itu."

Untuk mempelajari bahasa Arab dan seluk-beluknya, ia mengembara di pedusunan Arab


Badui selama dua puluh tahun. la ikut kabilah Hudzail karena bahasa mereka paling fasih.
Dirinya sering ikut ke mana pun mereka pergi karena saat itu masih banyak kabilah-kabilah
Arab yang hidup nomaden (berpindah-pindah).

Di antara nasihat-nasihat Imam Syafi'i adalah sebagai berikut.

1. Dari Rabi' meriwayatkan bahwa Imam Syafi'i berkata, "Menuntut ilmu itu lebih
afdhal daripada shalat nafilah (sunnah)." (Shifatus Shafwah, 11 234)
2. Dari Ahmad bin Abdurrahman bin Wahab mengatakan bahwa ia mendengar Asy-
Syafi'i berkata, "Seorang penuntut ilmu membutuhkan tiga hal: pertama, bekal
(uang) yang cukup; kedua, usia yang panjang; ketiga, sedikit kecerdasan." (Shifatus
Shafwah, 1/234)
3. "Hai Rabi', keridaan manusia ialah tujuan yang tak akan tercapai maka perhatikan
saja apa yang baik untukmu dan tekunilah itu karena kau tak akan mendapat jalan
untuk meraih keridaan semua orang. Ketahuilah, barangsiapa belajar Al-Qur'an,
akan mulia di mata orang. Barangsiapa belajar hadis, akan kuat hujjah-nya.
Barangsiapa belajar nahwu (tata bahasa), akan disegani. Barangsiapa belajar bahasa
Arab, akan lembut perangainya. Barangsiapa belajar berhitung, akan baik
pendapatnya. Barangsiapa belajar fiqih, akan mulia kedudukannya. Barangsiapa
tidak menjaga diri, tidak akan bermanfaat ilmunya, dan kunci dari semua itu adalah
takwa." (Shifatus Shafwah, 1/235)

Ibnu al jauzi
(Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Ubaid bin
Abdillah bin Al Qosim abul faraj al Baghdadi al hambali
(509 H-597H)

Anda mungkin juga menyukai