Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO tahun 2012 tentang distribusi penyebab gangguan penglihatan estimasi global tahun 2010, penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi sebesar 42%, diikuti oleh katarak yaitu sekitar 33% dan glaukoma sebesar 2%. Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak- kanak. Sedangkan untuk penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak yaitu sebesar 51%, diikuti oleh glaukoma.1 Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau terjadi karena keduanya sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur.2 Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu yang tidak bersamaan. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata local menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Berdasarkan usia terjadinya katarak dapat di bagi menjadi 3 yaitu katarak kongenital, katarak juvenile dan katarak senilis. Katarak kongenital adalah katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, katarak juvenile adalah katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis merupakan katarak setelah usia 50 tahun. 2 Penduduk Indonesia yang berada dalam kebutaan sebanyak 1,5 % atau sekitar tiga juta orang dan jumlah ini menjadikan Indonesia menempati urutan pertama di Asia atau urutan ketiga penduduk dengan kebutaan terbanyak di dunia. Jumlah
1 2
penderita katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16 % diantaranya
diderita penduduk usia produktif. Katarak bilateral pada anak merupakan penyebab terbanyak yang dapat mengakibatkan kebutaan pada anak di seluruh dunia yang angkanya diperkirakan 5% sampai 20%. Pada Negara berkembang, prevalansi kebutaan karena katarak semakin meningkat, yaitu sekitar 1 sampai 4 per 10.000 kelahiran. Di Sweden insidensinya dilaporkan 36 per 100.000 kelahiran. Gambar yang sama juga di laporkan Amerika Serikat katarak pada naak merupakan penyebab penting yag 3 dapat menyebabkan amblyopia dan strabismus. Di Asia sebanyak 1 juta anak mengalami kebutaan karena katarak, di Negara berkembang seperti india sebanyak 7,4%- 15,3% anak-anak mengalami kebutaan karena katarak. Prevalansi katarak pada anak-anak adalah sekitar 1-15/1000 anak.4 Sebagian besar katarak timbul pada usia senja sebagai akibat pajanan secara terus menerus terhadap lingkungan dan sedangkan katarak juvenile timbul di usia muda pengaruh lainnya seperti herediter, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah tidak kalah penting katarak juvenile juga merupakan kekeruhan lensa yang konsistensinya seperti bubur.1,2 Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Mengingat bahwa prevalensi kasus katarak ini masih sangat banyak dan merupakan salah satu masalah kesehatan mata yang mengakibatkan gangguan penglihatan serta kebutaan sehingga penulis merasa perlu untuk membahas mengenai diagnosis dan penatalaksanaan katarak.