Anda di halaman 1dari 30

ASKEP TENTANG BRONKOPNEUMONIA

SOP POSISI SEMI FOWLER

OLEH KELOMPOK 3:

Josua Wongkar

Angellyna Putri Pesondolang

Yurike Pathrisya Mandolang

Cicilya Midi

Yulia lalenoh

Monica Poluan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas mengenai "asuhan keperawatan pada klien bronkopneumonia”. Terima
kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami (kelompok 3) sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan segala baik

Semoga makalah ini bisa berguna dan bisa menambah wawasan kepada pembaca sekalian.
Saran dan kritik yang membangun sangatlah kami butuhkan dalam makalah ini oleh sebab itu
kiranya pembaca bisa member masukan positif bagi kami kelompok 3 agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya kami bisa lebih baik lagi

OKTOBER, 2017

PENYUSUN
DAFTAR ISI

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

Bab 1: pendahuluan 4

Latarbelakang 4

Rumusan masalah 4

Tujuan 5

Bab 2: Tinjauan 6

Definisi 6

Etiologi 6

Pathway 7

Manifestasi klinis 8

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian 9

Pemeriksaan 10

Penatalaksanaan 13

Komplikasi 13

Diagnosa keperawatan 15

Rencana keperawatan 15

FORMAT PENILAIAN KERJA

Memberikan O2 melalui nasal kanul 16

Memberikan O2 melalui face mask 20

Memberikan O2 Melalui face mask 24

SOP POSISI FOWLER 28

BAB 3:PENUTUB

Kesimpulan 29

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bronkpneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah. 2005:
57)Bronkopneumonia adalah suatu radang parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah,
dispnoe, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif.(A.Aziz.Alimul
Hidayat,2008 : 80)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Bronkopneumonia adalah inflamasi paru dengan proses konsolidasi dan eksudasi, akibat
aspirasi bahan yang terinfeksi ke dalam paru-paru yang dimulai disekitar bronkus dan
bronkiolus. (Barbara F. Weller. 2005: 535)
Bronkopneumonia adalah terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak, konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
(Donna. L.Wong.2000: 460)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter
sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine
M.W, 1995 : 710)

1.2 Rumusan Masalah

 Apa definisi bronkopneumonia?


 Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
 Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
 Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?
 Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia?
 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?
1.3 Tujuan

1.Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;


2.Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia;
3.Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia;
4Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis bronkopneumonia;
5.Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia ; dan
6.Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi

Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai pneumonia
bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung bronkial kecil
bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar.

Penyakit bronkopneumonia ini seringkali bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran
nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan
tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi
primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing.

Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

2.2 ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:

o Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.


o Virus :Legionella pneumonia
o Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
o Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
o Terjadi karena kongesti paru yang lama.
o Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya
tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena
adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra
M. Nettina, 2001 : 682)
2.3 Pathway
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
 Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
 Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki,
 Gerakan dada tidak simetris
 Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
 Diafoesis
 Anoreksia
 Malaise
 Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat
 Gelisah
 Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
 Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan. 2000_247)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BRONKOPNEUMONIA

1.PENGKAJIAN

A.IDENTITAS KLIEN

Nama:
Umur:
Jenis Kelamin :
Agama:
Pendidikan :
Pekerjaan :
Gol. Darah :
Alamat:

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama:
Umur:
Jenis Kelamin :
Agama:
Pendidikan :
Pekerjaan :
Gol. Darah :
Hubungan dengan Klien :
Alamat:

C..KELUHAN UTAMA

1.Keluhan utama saat MRS (Masuk Rumah Sakit) :

Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau dialami klien yang
menyebabkan klien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/ masuk rumah sakit.

2. Keluhan Utama saat Pengkajian :


Diisi dengan keluhan yang dirasakan oleh klien saat pengkajian dilakukan. Tanyakan pada
klien keluhan apa yang dirasakan, jika keluhan yang dirasakan klien lebih dari 1, tanyakan
satu saja keluhan yang sangat mengganggu klien.

D..RIWAYAT PENYAKIT

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Adalah Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di bawa ke RS
secara lengkap. Tindakan apa saja yang sudah dilakukan oleh klien untuk mengobati sakitnya
sebelum ke RS.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu sebelumnya. Berapa
kali klien pernah sakit sebelum sakit yang sekarang? Bagaimana cara klien mencari
pertolongan? Apakah klien pernah menderita sakit DM (Diabetes Mellitus), HT
(Hipertensi), TBC (Tuberkulosis Paru), Kanker dan lain-lain.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga. Jika memungkinkan buatlah genogram atau gambaran garis keturunan beserta
penyakit yang pernah diderita terutama untuk penyakit-penyakit yang sifatnya diturunkan

2.PEMERIKSAAN KLIEN

A.PEMERIKSAAN UMUM

Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-
400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan umur.

B.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

 Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra
M. Nettina, 2001 : 684)

d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia


e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

Lihat apakah hal-hal yang dicakup dibawah ini telah sesuai dengan keadaan normal

Jenis Pemeriksaan Normal


Leukosit 5000-10000/uL
Dif Count :
- Basofil 0-1 %
- Eosinofil 1-4 %
- N. Staff 2-6 %
- N. Segmen 50-70 %
- Limfosit 20-40 %
- Monosit 2-8 %

Eritrosit L 4,4-5,5 x 10 /uL


P 3,5-4,5 x 10 / uL
Hb L 13,5-18,0 gr/dl
P 12,0-16,0 gr/dl
Ht L 40-54 %
P 38-47 %
Trombosit 150-400x 10 ³/uL

 Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau
klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)

b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

 Pemeriksaan Persistem

a. Sistem Penglihatan
Mata kiri dan kanan simetris, kebersihan mata baik, kemampuan menggerakkan alis mata
baik, Konjungtiva tidak anemis, kelopak mata terlihat sembab, tidak terdapat benjolan, pupil
isokor, reflek terhadap cahaya baik, dan klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

b. Sistem Pendengaran
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak terdapat tanda-tanda peradangan, tidak ada serumen
maupun cairan yang keluar dari telinga, pendengaran dalam batas normal.

c. Sistem Wicara
Tidak terdapat kesulitan dan gangguan berbicara.

d. Sistem Pernapasan
Klien mengalami sesak napas, pernapasan klien cepat dan dangkal, frekuensi 56x/menit
.terdengar ronki, batuk produktif, pergerakan dada simetris, pernapasan tidak teratur/ireguler.

e. Sistem Kardovaskuler
Nadi 110 x/menit dengan irama teratur, denyutan kuat, tidak terdapat distensi vena jugularis,
CRT ,< 2 detik, bunyi jantung normal serta tidak ada bunyi jantung tambahan.

f. Sistem Neurologi
GCS 15 (E : 4, M : 6, V : 5), tidak terdapat gangguan nervus 1-12, serta kekuatan otot
normal.

g. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut baik, kebersihan baik, tidak terdapat tanda-tanda peradangan, namun anak
tidak nafsu makan ditandai dengan klien tidak mau makan dan hanya minum ASI 4x sehari.

h. Sistem Imunologi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

i. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan pada system endokrin

j. Sistem Urogenital
Tidak ada gangguan berkemih, tidak terdapat distensi dan nyeri tekan kandung kemih, tidak
terpasang katetr serta pada pemeriksaan fisik ginjal dalam kondisi baik.

k. Sistem Integumen
Keadaan rambut baik,warna rambut hitam, kebersihan serta kekuatan rambut baik,
kebersihan kuku baik dengan warna putih kemerahan, Turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, pucat, akral hangat, kulit kering.

Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru ronchi

3.PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis
 Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin, cefotaxime, dll
 Terapi oksigen (O2)
 Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
 Menjaga kelancaran pernapasan
 Kebutuhan istirahat
 Kebutuhan nutrisi dan cairan
 Mengontrol suhu tubuh
 Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
(Arief Mansjoer,2000).

4.KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul adalah :

 Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna.


 Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
 Abses paru : Pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
 Endokarditis : Peradangan pada endokardium.
 Meningitis : Peradangan pada selaput otak.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret


2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kompliance menurun
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan secret
4. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake inadekuat
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan proses evaporasi.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.

6. RENCANA KEPERAWATAN

1. Lakukan pendekatan pada keluarga secara therapiutik


2. Kaji frekuensi napas dan lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
3. Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
4. Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
5. Berikan minuman hangat sesering mungkin (minimal 3x sehari)
6. Lakukan suction bila perlu
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi O2
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat “ ekspektoran dan bronkodilator
9. Berikan posisi yang nyaman/semi fowler saat klien tidur
10. Anjurkan kepada orang tua klien untuk selalu disamping klien
11. Kondisikan agar lingkungan selalu kondusif/ tenang dan hening
12. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2
13. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Bronkodilator dan mukolitik
14. Kaji reflek menelan klien
15. Anjurkan kepada keluarga/orang tua klien untuk menjaga kebersihan mulut klien
16. Berikan makanan selagi hangat, dengan porsi sedikit tapi sering
FORMAT PENILAIAN PENAMPILAN KERJA

KETERAMPILAN: MEMBERIKAN OKSIGEN MELALUI

NASAL KANUL

DILAKUKAN
ASPEK YANG DINILAI TGL: TGL:

YA TDK YA TDK YA TDK KET

1 2 3 4 5 6 7 8

1 .Persiapan alat

 Tabung oksigen lengkap


dengan manometer,dan
sarung tabung oksigen
 Flow meter (pengukur aliran)
 Humidifier (yang sudah diisi
dengan aquadest)
 Selang oksigen
 Nasal kanule
 Tanda “dilarang merokok”

Persiapan lingkungan

2. Jaga privasi klien

Persiapan Klien

3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang


akan dilakukan

4. Beri klien posisi fowler di tempat


tidur atau posisi duduk di kursi,
sampai klien merasa aman
Langkah-langkah:

5. Mencuci tangan

6. Sambung kanule ke selang oksigen


dari humidifier

7. Putar tombol flow meter sampai


kecepatan yang diprogramkan dan
mencoba aliran pada kulit muka
melalui ujung selang

8. Masukan cabang kanule ke dalam


lubang hidung klien ±1-2 cm dan
kaitkan tali di belakang telinga klien,
lalu rapatkan pengatur selang
oksigen di bawah dagu klien

9. Minta klien untuk setiap menarik


napas melalui hidung

10. Menanyakan kepada klien apakah


sesaknya berkurang/tidak

11. Mengobservasi status pernapasan


klien

12. Memberitahu klien bahwa


tindakan sudah selesai

13. Rapikan alat dan pasien


14. Lepaskan sarung tangan

15. Menjelaskan pada klien dan


keluarga:

a. Tidak boleh merokok di lingkungan


klien

b. Tidak boleh mengubah flow meter

c. Segera lapor jika ada reaksi sesak


bertambah/klien gelisah

16. Mencuci tangan

17. Mendokumentasikan prosedur

Sikap

18. Melakukan tindakan dengan


sistematis

19. Komunikatif dengan pasien

20. Percaya diri

Keterangan:

● Ya = 1 (dilakukan dengan benar)

●Tidak = 0 (tidak dilakukan/dilakukan dengan tidak/kurang benar)

Kriteria Penilaian:
● Baik sekali : 100

● Baik : 81-99

● Kurang/TL : ≤80

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑌𝑎)


Nilai = 19
x 100 = ……………………..………………………………..

Tanggal : Tanggal : Tanggal :

Nilai Nilai Nama

Pembimbing Pembimbing Pembimbing

Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


FORMAT PENILAIAN PENAMPILAN KERJA

KETERAMPILAN: MEMBERIKAN OKSIGEN MELALUI FACE MASK

Nama mahasiswa:

DILAKUKAN
ASPEK YANG DINILAI TGL: TGL:

YA TDK YA TDK YA TDK KET

1 2 3 4 5 6 7 8

1 .Persiapan alat

 Tabung oksigen lengkap


dengan manometer,dan
sarung tabung oksigen
 Flow meter (pengukur aliran)
 Humidifier (yang sudah diisi
dengan aquadest)
 Selang oksigen
 Nasal kanule
 Tanda “dilarang merokok”

Persiapan lingkungan

2. Jaga privasi klien

Persiapan Klien

3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang


akan dilakukan

4. Beri klien posisi fowler di tempat


tidur atau posisi duduk di kursi,
sampai klien merasa aman
Langkah-langkah:

5. Mencuci tangan

6. Sambung face mask oksigen dari


humidifier

7. Putar tombol flow meter sampai


kecepatan yang diprogramkan dan
mencoba aliran pada kulit muka
melalui ujung selang

8. Bantu klien untuk memakai face


mask. Pastikan posisi mulut dan
hidung klien ada didalam face mask
dan terpasang rapat sehingga
seminimal mungkin oksigen dapat
keluar dari dalam face mask

9. Ikatkan tali face mask di kepala


klien

10. Menanyakan kepada klien apakah


sesaknya berkurang/tidak

11. Mengobservasi status pernapasan


klien

12. Memberitahu klien bahwa


tindakan sudah selesai

13. Rapikan alat dan pasien


14. Lepaskan sarung tangan

15. Menjelaskan pada klien dan


keluarga:

a. Tidak boleh merokok di lingkungan


klien

b. Tidak boleh mengubah flow meter

c. Segera lapor jika ada reaksi sesak


bertambah/klien gelisah

16. Mencuci tangan

17. Mendokumentasikan prosedur

Sikap

18. Melakukan tindakan dengan


sistematis

19. Komunikatif dengan pasien

20. Percaya diri

Keterangan:

● Ya = 1 (dilakukan dengan benar)

●Tidak = 0 (tidak dilakukan/dilakukan dengan tidak/kurang benar)

Kriteria Penilaian:

● Baik sekali : 100


● Baik : 81-99

● Kurang/TL : ≤80

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑌𝑎)


Nilai = 19
x 100 = ……………………..………………………………..

Tanggal : Tanggal : Tanggal :

Nilai : Nilai: Nama:

Pembimbing: Pembimbing: Pembimbing:

Mahasiswa: Mahasiswa: Mahasiswa:


FORMAT PENILAIAN PENAMPILAN KERJA

KETERAMPILAN: MEMBERIKAN OKSIGEN MELALUI FACE TENT

Nama mahasiswa:

DILAKUKAN
ASPEK YANG DINILAI TGL: TGL:

YA TDK YA TDK YA TDK KET

1 2 3 4 5 6 7 8

1 .Persiapan alat

 Tabung oksigen lengkap


dengan manometer,dan
sarung tabung oksigen
 Flow meter (pengukur aliran)
 Humidifier (yang sudah diisi
dengan aquadest)
 Selang oksigen
 Face tent
 Tanda “dilarang merokok”

Persiapan lingkungan

2. Jaga privasi klien

Persiapan Klien

3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang


akan dilakukan

4. Beri klien posisi fowler di tempat


tidur atau posisi duduk di kursi,
sampai klien merasa aman
Langkah-langkah:

5. Mencuci tangan

6. Sambung face tent oksigen dari


humidifier

7. Putar tombol flow meter sampai


kecepatan yang diprogramkan dan
mencoba aliran pada kulit muka
melalui ujung selang

8. Pasang face tent di muka klien

9. Ikatkan tali face tent di kepala klien

10. Menanyakan kepada klien apakah


sesaknya berkurang/tidak

11. Mengobservasi status pernapasan


klien

12. Mengobservasi kelembaban


selang face tent. Jika terdapat air
dalam selang, jangan dialirkan
kembali ke humidifier

13. Memberi tahu klien bahwa


tindakan sudah selesai
14. Rapihkan alat dan pasien

15.Lepaskan sarung tangan

16. Menjelaskan pada klien dan


keluarga:

a. Tidak boleh merokok di lingkungan


klien

b. Tidak boleh mengubah flow meter

c. Segera lapor jika ada reaksi sesak


bertambah/klien gelisah

17. Mencuci tangan

18. Mendokumentasikan prosedur

19.Cek area penekanan face tent tiap


2 jam untuk menghindari adanya luka
lecet di area hidung,mulut dan
telinga bagian superior

20.Kolaborasi dengan dokter untuk


pengecekan AGD 10-15 menit setelah
perubahan konsentrasi

Sikap

20. Melakukan tindakan dengan


sistematis

19. Komunikatif dengan pasien

20. Percaya diri

Keterangan:
● Ya = 1 (dilakukan dengan benar)

●Tidak = 0 (tidak dilakukan/dilakukan dengan tidak/kurang benar)

Kriteria Penilaian:

● Baik sekali : 100

● Baik : 81-99

● Kurang/TL : ≤80
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑌𝑎)
Nilai = 19
x 100 = ……………………..………………………………..

Tanggal : Tanggal : Tanggal :

Nilai : Nilai: Nama:

Pembimbing: Pembimbing: Pembimbing:

Mahasiswa: Mahasiswa: Mahasiswa:


SOP PEMBERIAN POSISI FOWLER

Pengertian :

Posisi fowler dalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.

Tujuan :

v Mempertahankan kenyamanan.

v Memfasilitasi fungsi pernapasan / meningkatkan ekspansi paru-paru.

v. Memperbaiki jurah jantung

v. Meningkatkan ventilasi paru

v. Membantu mempermudah komunikasi atau sosialisasi

v. Mencegah aspirasi saat makan

· Persiapan Alat :

v Penompang bantal

· Prosedur Pelaksanaan :

1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi fowler.

2. Persiapan klien.

o Sampaikan salam.

o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.

3. Persiapan lingkungan.

o Tutup gorden / pasang sampiran.

o Dekatkan alat-alat.

4. Cuci tangan.

5. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60˚.


6. Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.

7. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan dan lengan.

8. Tempatka bantal tipis di punggung bawah

9. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.

10. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan kaki.

11. Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.

12. Turunkan tempat tidur.

13. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan.

14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

15. Evaluasi respon klien.

16. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.


BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan, maka penanganan yang tepat menjadi kunci dalam
memenuhu kebutuhan oksigenasi suatu individu/pasien.

Saran
Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih
memperdalami lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi serta dapat
mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan
lainnya mampu memahami dan mendalami kebutuhan fisiologis oksigenasi yang merupakan
kebutuhan dasar manusia yang sangat mendasar.
DAFTAR PUSTAKA

http://nururhay.blogspot.co.id/2014/09/pengaturan-posisi-pasien_98.html

https://karyatulisilmiah.com/asuhan-keperawatan-bronkopneumonia/

http://sopkeperawatan.blogspot.co.id/2014/05/sop-protap-pengaturan-posisi-
fowler.html

https://rswidyaningrum.wordpress.com/mata-kuliah/asuhan-
keperawatan/contoh-asuhan-keperawatan/

http://www.caramedis.com/asuhan-keperawatan-mengenal-fungsi-dan-tahapan-
penting-dalam-askep/

Anda mungkin juga menyukai