Anda di halaman 1dari 5

ZAMAN KEGELAPAN EROPA DARK AGE

Sejarah Eropa memiliki bentangan waktu yang panjang dimulai dari zaman paleolithikum ribuan
tahun yang lalu. Secara garis besar, sejarah Eropa dibagi menjadi 3 periode, yaitu: Eropa klasik,
Eropa pertengahan, dan Eropa modern. Di sini kita akan membahas tentang Eropa abad
pertengahan pada masa abad kegelapan.

Abad pertengahan adalah periode sejarah yang terjadi di daratan Eropa yang ditandai sejak
bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 hingga
munculnya monarkhi-monakhi nasional. Dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan
humanisme, serta reformasi Protestan dengan dimulainya renaissance pada tahun 1517.

Abad pertengahan sering diwarnai dengan kesan-kesan yang tidak baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh banyaknya kalangan yang memberikan stereotipe kepada abad pertengahan
sebagai periode buram sejarah Eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar
sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung
membuat kekuasa

an agama menjadi begitu luas dan besar di segala bidang.

Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama
berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan.
Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap
sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.

Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman
Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran
intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini
berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan
berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.

Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan
ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh.

Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka
berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik
dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains
merasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman
dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja
akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan
hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman
kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap
individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-
keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru mereka)
Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja merupakan
pelanggaran hukum berat.

Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja.
Ya itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang
kuat di dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah
satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya
yang mengataAkibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan,
termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka
akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya
krisis multi dimensi.

Zaman Kegelapan (Dark Ages)

Abad kegelapan merupakan sebuah zaman antara runtuhnya Kekaisaran Romawi dan
Renaisannce atau munculnya kembali peradaban lama. Dari masa sebelum masehi yang kental
dengan Filsafat Relativisme (Kebenaran) Sofisme Yunani Kuno, berlanjut ke apa yang kemudian
dinamakan Jaman Abad Pertengahan yang berlangsung lama, kurang lebih selama lima belas
Abad, dari sekitar Abad I sampai Abad XV M.

Masa ini disebut juga sebagai Era atau masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau Dark Ages)
dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam menapakkan kaki di muka Bumi
dan berdakwah. Beliau dikenal juga sebagai Isa bin (anak) Maryam, yang dengan sejumlah
perkecualian dan catatan perbedaan mendasar adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai
Yesus Kristus atau Yesus dari Nazareth dalam khazanah Kristen.

Kegemparan akan datangnya ’Yesus dari Nazareth’ yang tak memiliki ayah dan nasabnya
ditahbiskan kepada Maryam (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya menampilkan berbagai
mukjizat luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di sekitarnya saat itu, dan banyak
orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.

Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan masyarakat
Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya. Dan wajah peradaban Barat pada Abad
Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.
Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus, (Santo atau
Saint) Augustinus atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste, Roger Bacon, Albert
Agung, Thomas Aquinas, dsb. Yang kesemuanya sepakat mengedepankan iman dogmatis (tak
boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun bersifat religius-dogmatis.Akibat pengaruh hebat
dan dominan Agama Kristen yang didominasi oknum kaum Gerejawan dan Monarki Baratnya
dengan segala ragam tafsir dogmatisnya.

Dan tak pelak pemanfaatan Platonisme ala Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang mengajarkan
bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan namun berjenis
dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme, menjadi gencar dan ditahbiskan
sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman Kristiani. Ini, mau tak mau mendukung pula klaim
dogmatis akan kebenaran Kristen.

Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di saat itu karenanya teguh bermottokan ”Credo et
intelligam” atau ”Keyakinan (keimanan agama) berkedudukan di atas pemikiran (logika),
keyakinan mengungguli pemikiran” atau lebih mudahnya, ”Yakini dulu sesuatu, baru carikan
alasan untuk menjelaskannya”.

Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama terlihat
pada isi Filsafat dari Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi pemanfaatan akal diganti
mutlak oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum penghargaan terhadap potensi Akal
sempat muncul kembali kemudian pada masa Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan
itu.

Dan karenanya pula, Aquinas kemudian ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar masyarakat
gereja yang terlanjur menjadi pendukung jalur hati iman Kristiani yang dalam hal ini
sebagaimana telah disebutkan di atas adalah iman mutlak dogmatis kristiani yang tidak
mengindahkan telaah kritis akal.

Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat Barat di masa itu secara luas menjadi percaya dan
beriman dogmatis akan ‘rasa hati’ (atau yang adalah agama, Kristen, lebih tepatnya Kristen
Katolik, bagi mereka), karena menurut mereka agama adalah rasa hati dan Filsafat adalah
pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang di masa sesudahnya terutama masa
Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan namun menemui sejumlah kendala sampai masa
Modern merebak.

Keyakinan Kristiani yang mendominasi di masa Abad Pertengahan ini, menjadikannya tidak boleh
atau tidak mudah untuk dapat dikritiki, sekaligus membuat kedudukan mereka yang berada
dalam struktur otoritas agamanya menjadi tinggi dan tak dapat disalahkan. Dan karenanya ini
juga membuat mereka makmur secara ekonomi juga sebagai pemegang mandat negara dengan
mandat Otokrasi dan Teokrasi Kristiani.

Dan kenyataan ini bagi sebagian orang lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin, artinya juga
adalah kesemena-menaan yang diorganisasikan. Kekuasaan absolut negara dan pusat-pusat
kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja dan Kerajaan, dengan pajak
sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap iman Kristiani dan bahwa Gereja adalah
wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani
penyokongnya. Golongan Ksatria, dan Raja adalah pelindung rakyat dan rakyat harus membayar
pajak kepada mereka yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.

Tak pelak juga, maka, perkembangan ilmu-pengetahuan yang biasanya berdasarkan kepada
gelitikan pemikiran, rasa penasaran, kebertanya-tanyaan pemikiran pun menjadi lambat pula.
Pendeknya, potensi telaah akal pada masa ini dihambati.

Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil
berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi. Keputusan
tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena
pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat keputusan adalah para ahli agama.
Gagasan tentang Dark Age berasal dari Petrarch (seorang humanis,cendekiawan dan penyair
Italia) pada tahun 1330-an. Dia menulis tentang orang-orang yang hidup sebelum dia, ia berkata:
"Di tengah kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat dengan tajam meskipun
mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat ". Para penulis yang beragama Kristen,
termasuk Petrarch sendiri telah lama menggunakan kiasan " terang melawan gelap "untuk
menggambarkan" kebaikan melawan kejahatan ". Petrarch adalah orang pertama yang
menggunakan kiasan dan memberikan makna sekuler dengan membalikkan penerapannya.
Zaman klasik telah lama dianggap sebagai zaman "gelap" karena kurangnya kekristenan yang
dilihat oleh Petrarch sebagai zaman "cahaya" karena prestasi dan pencapaian kultural,
sedangkan pada zaman Petrarch, diduga kurang prestasi budaya sehingga Petrarch
memandangnya sebagai zaman kegelapan (dark age).

Abad pertengahan merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai
kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam berbagai aspek
kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur
pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang
merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan
Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya,
tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.

Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup
seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya
sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan.
Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat
berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada
agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman
Kegelapan.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama
berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan.
Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap
sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.

Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman
Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran
intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini
berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan
berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.

Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini
merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja
serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat
hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu
pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka
ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu
siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan
didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil
berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut
diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada
zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama. (lihat
perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan
dengan penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.

Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja. Ya
itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang kuat di
dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah satu yang
menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya yang
mengatakan akibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan,
termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka
akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis
multi dimensi

-Di sebut the dark age karena waktu itu eropa mengalami zaman kegelapan,yang mana saat itu
institusi gereja memiliki kekuasaan yang tidak terbatas yang menjadikan masyarakat di eropa
tidak leluasa dalam berkarya.

mereka percaya keselamatan,buktinya mereka berani berlayar mengelilingi samudera

Anda mungkin juga menyukai