Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kode Jurnal : L
Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti
Latihan Kader II HMI Cabang Palangka Raya
Tahun 2020
Disusun oleh:
AKMAL
KURNIAWAN
Segala puji bagi allah, tuhan yang maha esa yang senantiasa
memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-nya kepada kita sekalian
sehingga kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam
selalu terhatur kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan
semua ummat, yakni Nabi besar Muhammad SAW serta keluarga dan
sahabat beliau yang telah membawa kita dari jurang yang penuh kesesataan
menuju sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kedamaian
Penulis
ABSTRAK
Modernization is a very influential factor in life, both individually and socially. No less
existentialist philosophers call this era "ruin", despite opening new possibilities. T.S.
Elliot called it an era of anxiety, even for artists of this era referred to as the new
alienation and the most frightening imprisonment.
This research was conducted by literature review. The sources used are the books that
the researchers reference in this study.
The results of the study show that discussions about modernization have seized the
concentration of Muslim and non-Muslim scholars as evidenced by the birth of a variety
of works and thoughts in this field indicate that modernization has gained a fairly
proportional place in global studies, even coupled with the intense efforts at the renewal
simultaneously and compactly both the Islamic world itself and outside the world is a
heavy current that cannot be stopped in order to create improvements in all fields of
humanity.
Increasingly it feels that human life is increasingly leading to the pursuit of anything that
has physical-material significance, where in sociological studies such tendencies are
referred to as a process of "reification", that is, when humans pursue each other what is
of value "material". For them this life is meant only to fill the "stomach" and fulfill all
kinds of pleasures that almost ignore all aspects of the spiritual dimension.
3
. Rusli Karim, Agama,
Modernisasi dan Sekulerisasi, Cet. I
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
1994),Hlm.6
4 Nurcholish Madjid,Islam Agama
Peradaban.Membangun Makna dan
Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah;
Jakrta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995,
hlm. 188
4
Makna Hidup bagi Manusia kesadaran akan makna hidup yang
Modern lebih mendalam. Definisi “sukses”
Pembicaraan tentang manusia dalam perbendaharaan kata
modern dan masalah makna manusia modern hampir-hampir
hidup telah banyak dilakukan identik hanya dengan keberhasilan
orang, dalam berbagai mewujudkan angan-angan dalam
kesempatan. Tetapi karena bidang kehidupan material.
persoalannya begitu besar dan Ukuran “sukses” dan tidak sukses
pentingnya, maka ia tidak akan kebanyakan terbatas hanya kepada
pernah habis dibicarakan. Bahkan seberapa jauh orang bersangkutan
boleh dikata bahwa seluruh menampilkan dirinya secara
sejarah umat manusia adalah lahiriah, dalam kehidupan
wujud dari rentetan usahanya material.
menemukan hakikat diri dan Di zaman modernisasi dan
makna hidup. Sebab dalam globalisasi sekarang ini, manusia
adanya rasa dan kesadaran akan di Barat sudah berhasil
makna hidup itulah kebahagian mengembangkan kemampuan
dapat terwujud, baik secara nalarnya (kecerdesan
pribadi maupun sosial. intelektualnya) untuk mencapai
Manusia modern menghadapi kemajuan yang begitu pesat dari
persoalan makna hidup karena waktu kewaktu di berbagai bidang
beberapa hal. Di antaranya ialah kehidupan termasuk dalam bidang
tekanan yang amat berlebihan sains dan teknologi yang
kepada segi material kehidupan. kemajuannya tidak dapat
Kemajuan dan kecanggihan dibendung lagi akan tetapi
dalam “cara” (baca: teknik) kemajuan tersebut jauh dari spirit
mewujudkan keinginan agama sehingga yang lahir adalah
memenuhi hidup material yang sains dan teknologi sekuler.
merupakan ciri utama zaman Manusia saling berpacu meraih
modern ternyata harus ditebus kesuksesan dalam bidang
manusia dengan ongkos yang material, soial, politik, ekonomi,
amat mahal, yaitu hilangnya pangkat, jabatan, kedudukan,
5
kekuasaan dan seterusnya, namun agama (Tuhan) terutama Islam itu,
tatkala mereka sudah berada secara pragmatis merupakan
dipuncak kesuksesan tersebut kebutuhan untuk menenangkan
lalu jiwa mereka mengalami jiwa, terlepas apakah objek
goncangan-goncangan mereka kualitas iman itu benar atau salah.
bingung untuk apa semua ini. Secara psikologis, ini
Kenapa bisa terjadi demikian, menunjukkan bahwa Islam selalu
karena jiwa mereka dalam mengajarkan dan menyadarkan
kekosongan dari nilai-nilai akan nasib keterasingan manusia
spiritual, disebabkan tidak punya dari Tuhannya. Manusia
oreintasi yang jelas dalam bagaimanapun juga tidak akan
menapaki kehidupan di alam dapat melepaskan diri dari agama,
dunia ini. Sayyid Hussein Nasr karena manusia selalu punya
Menilai bahwa keterasingan ketergantungan kepada kekuatan
(alienasi) yang di alami oleh yang lebih tinggi diluar dirinya
orang-orang Barat karena (Tuhan) atau apapun bentuknya
peradaban moderen yang mereka dan agama diturunkan oleh Allah
bangun bermula dari penolakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
(negation) terhadap hakikat manusia sebagai makhluk rasional
ruhaniyah secara gradual dalam dan spiritul.
kehidupan manusia. Akibatnya Pandangan dunia sekuler, yang
manusia lupa terhadap eksistensi hanya mementingkan kehidupan
dirinya sebagai ‘abid (hamba) di duniawi, telah secara signifikan
hadapan Tuhan karena telah menyingkirkan manusia
terputus dari akar-akar moderendari segala asfek
spiritualitas.Hal ini merupakan spiritual. Akibatnya mereka hidup
fenomena betapa manusia secara terisolir dari dunia-dunia
moderen memiliki spiritualitas lain yang bersifat nonfisik, yang
yang akut. Pada gilirannya, diyakini adanya oleh para Sufi.
mereka cenderung tidak mampu Mereka menolak segala dunia
menjawab berbagai persoalan nonfisik seperti dunia imajinal
hidupnya, dan kemudian atau spiritual sehingga terputus
terperangkap dalam kehampaan hubungan dengan segala realitas-
dan ketidak bermaknaan hidup. realitas yang lebih tinggi daripada
Keimanan atau kepercayaan pada 6 Sains
sekedar entitas-entitas fisik.
moderen menyingkirkan pandang Islam ialah karena ilmu
pengetahuan tentang kosmologi pengetahuan dan teknologi
dari wacananya. Padahal moderen tersebut hanya absah
kosmologi adalah “ilmu sakral” secara metodologi, tetapi miskin
yang menjelaskan kaitan dunia dari segi moral dan etika.
materi dengan wahyu dan doktrin Pandangan masyarakat moderen
metafisis. Manusia sebenarnya yang bertumpu pada prestasi sains
menurut fitrahnya tidak dapat dan teknologi, telah
melepaskan diri dari kehidupan meminggrikan dimensi
spiritual karena memang diri transendental Ilahiyah. Akibatnya,
manusia terdiri dari dua unsur kehidupan masyarakat moderen
yaitu jasmani dan ruhani, menjadi kehilangan salah satu
manusia disamping makhluk fisik aspeknya yang paling
juga makhluk non fisik. Dalam fundamental, yaitu asfek spiritual.
diri manusia tuntutan kebutuhan Agama Islam datang membawa
jasmani dan rahani harus pesan universal dengan ajaran
dipenuhi secara bersamaan dan yang komprehensif menawarkan
seimbang, kebutuhan jasmani solusi dalam berbagai
dapat terpenuhi dengan hal-hal permasalahan kehidupan umat
yang bersifat materi sedangkan manusia diantaranya berupaya
kebutuhan ruhani harus dipenuhi untuk mempertemukan kehidupan
dengan yang bersifat spiritual materialsitis Yahudi dan
seperti ibadah, dzikir, etika dan kehidupan spiritual Nasrani,
amal shaleh lainnya. Apabila menjadi kehidupan yang harmonis
kedua hal tersbeut tidak dapat antara keduanya.4
dipnuhi secara adil maka Pandangan Islam Tentang
kehidupan manusia itu dapat Modernisasi
dipastikan akan mengalami Islam seringkali didefinisikan
kekeringan dan kehampaan sebagai agama Allah yang
bahkan tidak menutup diperintahkan kepada Nabi
kemungkinan bisa mengalami Muhammad untuk mengajarkan
setres. pokok-pokok dan pertaruarannya
Salah satu kritik yang ditujukan serta menugaskannya untuk
kepada ilmu pengetahuan dan menyampaikan agama tersebut
teknologi moderen dari sudut kepada seluruh 7
manusia dan
mengajak mereka untuk jagad raya adalah satu
memeluknya.Dari dfinisi ini wujud eksistensi
Islam merupakan nama bagi ketundukan dan
sebuah agama yang dibawa oleh kepaasrahan (berislam)
Muhammad SAW. kepada Tuhan,baik yang
Menelusuri makna Islam dalam terjadi secara dengan
Al-Qur’an,kita akan menemukan sendirinya (keterpaksaan)
bahwa Islam bukanlah semata- ataupun karena sukarela
mata nama sebuah agama yang dan pilihan sadar”
dibawa oleh Muhammad SAW Dalam menyikapi modernisasi,
seperti yang telah disebuat di menurut DR. Yusuf al-Qaradhawi
atas,melainkan Islam merupakan dalam bukunya al-Muslimin wal
ajaran Tuhan yang ‘Aulamah kaum muslimin terbagi
universal,disampaikan kepada dalam tiga kelompok. Pertama,
seluruh mahluk dengan yang menerima ide barat secara
perantaraan para Nabi dan mutlak; kedua, yang menolak
Rasul,sesuai dengan tempat dan sama sekali ide barat; dan ketiga,
masa tertentu,Islam sebagai yang menerima secara selektif.
ajaran yang universal tersebut Kelompok ketiga, oleh ulama
diterjmahkan sebagai sikap internasional yang juga murid dari
pasrah dan tunduk sepenuhnya Imam Hasan al-Banna, pendiri al-
kepada Allah. Ikhwan al-Muslimun Mesir itu
Berkenaan dengan ini Nurcholis disebut dengan “kelompok
Madjid sering menyatakan moderat.”
bahwa: Penulis sepakat dengan kelompok
“Islam itu universal. ketiga yang moderat. Karena
Pertama-tama karena kalau ditelusuri lebih jauh,
Islam sebagai sikap ternyata tidak ada peradaban
pasrah dan tunduk kepada manapun yang berdiri sendiri.
Allah, Sang Maha Selalu ada asimilasi dan akulturasi
Pencipta,adalah pola antar bangsa. Barat modern juga
wujud (mode of existence) sebenarnya maju karena pengaruh
seluruh alam kemajuan Islam. Begitu juga
semesta.Dalam bahasa Islam dalam konteks kekinian,
yang lebih tegas,seluruh 8
perlu saling mengambil manfaat.
Tapi, tetap dalam kaidah sebagai perisai ideologis masing-
kebersamaan sesama umat masing pemeluknya untuk
manusia, secara selektif. menolak dan menyingkirkan
Ide seperti ini tampaknya belum “kebenaran” yang ada dalam
banyak diaplikasi oleh umat aliran agama-agama atau budaya
Islam. Kita bisa lihat dalam lain.Eksklusivitas “teologis” yang
realitas. Budaya barat yang dikemas dalam wadah ideologis
negatif pun diambil juga. Kenapa semacam itu,menurut
bukan budaya membaca, atau Arkoun,telah menimbulkan sistem
yang bernuansa kreatif-inovatif? budaya yang saling
Tampaknya, ummat Islam juga menyingkirkan.
masih ada yang mengalami Dalam ekstremitas pemahaman
rasainferiority complex. Adalah dan ekslusivitas sikap semacam
karena belum memiliki itu,ketertutupan dogma-dogma
keyakinan terhadap budaya Islam agama merupakan suatu
secara hakiki. keyakinan yang dianggap
Modernisme haruslah dimaknai final,eksklusif dan bersifat
dengan saling bersahabat antar mekanik. Karena itu, tidak jarang
sesama anak manusia. Kelak pula dari visi dan sikap yang
ketika ummat manusia bersatu semacam itu memunculkan
maka tak ada lagi barat dan berbagai ketegangan bahkan sikap
timur. Semua satu, menuju yang permusuhan atar pemluk
Maha Satu. Entah kapan hal itu agamanya. Hanya agama dan
akan terjadi.5 dunianya sendiri seolah-olah yang
1
paling benar,sedangkan “the
B. Pluralitas Keberagaman dan Others” dianggap sebagai pihak
Kebersamaan yang salah.”kafir”,Harus
Wacana agama yang sejatinya dimusuhi, perlu dipertobatkan dan
bertujuan sangat mulia, bukannya seterusnya. Dalam sikap dan visi
dijadikan sebagai proyek atas klaim kebenaran semacam
pembebasan dan pencerahan itu,maka genderang “Berperang
demi Tuhan“ seolah-olah menjadi
5
Drs. Azhari Akmal Tarigan,M.Ag, hal yang dibenarkan,bahkan
Islam Mazhab HMI:Tafsir Tema Besar Nilai sebagai kewajiban kekakuan dan
Dasar Perjuangan (NDP); Jakarta: Kultura,
2007, hlm. 6-8 ketertutupan 9
dogmatisme
semacam itulah yang menurut secara semantik mengandung
Arkoun telah menimbulkan arti pembuatan hal baru dalam
ekslusivitas sistem dan agama an sich.Secara
kehidupan yang saling kebahasaan sebetulnya kata-kata
mengasingkan satu sama lain “bidah” dan tashrīf-nya itu
diantara para pemeluk agama mempunyai arti kreativitas atau
monoteis. Sikap ini akhirnya juga daya cipta. Maka Tuhan pun
berimbas pada wujud disebutkan dalam al-Qur’an
ketegangan, kekerasan, sikap sebagai al-Badī‘, Mahakreatif
permusuhan,bahkan peperangan atau Maha Berdayacipta (lihat Q
diantara pemeluk agama-agam 2:59 dan 6:101). Dan jika Nabi
baik di masa lalu dan saw. bersabda agar kita berbudi
kemungkinan ketegangan serta dengan mencontoh budi Tuhan
konflik horisontal dimasa depan (hadis termasyhur: “Takhallaqū
antara Timur (Islam) dan Barat bi akhlāq-i ’l-Lāh), maka
yang notabene didominasi kreativitas atau daya cipta adalah
kristen.6 hal yang sangat terpuji. Namun,
sudah dikatakan, tentu saja
Inovasi Pemikiran: Tantangan
yang terpuji itu bukanlah
dan Harapan
Pengertian “inovasi” yang kreativitas atau daya cipta
digunakan dalam bahasan ini dalam hal agama itu sendiri,
harus dipahami sebagai seperti, misalnya, kreativitas dan
pembaruan, yang kata-kata daya cipta dalam masalah ibadat
padanannya dalam bahasa Arab murni (‘ibādah mahdlah). Maka
ialah “tajdīd,” bukan sama sekali tidak dapat
“bidah,”“ibdā‘” atau “ibtidā‘”. dibenarkan, misalnya, menambah
Sebab meskipun kata- jumlah rakaat dalam shalat atau
kata(bidah,ibdā‘atau ibtidā‘) ini memandang dan memasukkan
juga mengandung makna sesuatu yang sebenarnya hanya
kebaruan, pembaruan ataupun budaya belaka menjadi bagian
pembuatan hal baru (dalam dari agama murni. Dalam hal ini
bahasa Inggris acapkali berlaku peringatan dalam Kitab
diterjemahkan sebagai Suci, “Ketahuilah, hanya bagi
“innovation”), namun Allah agama yang murni,” (Q 39:3)
konotasinya negatif, karena dan firman penegasan, “Mereka
10
tidaklah diperintah melainkan untuk sumber-sumber agama, yaitu
beribadat kepada Allah, dengan Kitab Suci dan Sunnah Nabi,
memurnikan agama bagi-Nya saja, dan bahwa suatu bentuk ibadat
dengan semangat mencari memang dibolehkan,
kebenaran...,” (Q 98:5). Agama dianjurkan, atau malah
adalah milik Allah semata. diwajibkan. Maka masalah
Hanya Dia-lah yang berwenang, ibadat murni itu harus
yang kemudian disampaikan ditempuh dengan seketat dan
kepada kita melalui Rasul-Nya sebersih mungkin, dilakukan
sebagai pemilik ajaran (shāhib al- hanya menurut Kitab dan
syarī‘ah). Maka “kreativitas” Sunnah (sejauh-jauh pengertian
atau “daya cipta” dalam hal kita melalui usaha sungguh-
keagamaan murni (artinya, sungguh untuk memahaminya,
bukan dalam hal budaya yaitu, ijtihad), tidak boleh
keagamaan) adalah sama dengan ditambah atau dikurangi.7
tindakan mengambil wewenang Dalam perkembangan lebih jauh,
Allah dan Rasul-Nya. Suatu
modernisasi ini selalu disamakan
perbuatan yang sesungguhnya
tidak mungkin, sehingga yang dengan Rasionalisasi, yang
memaksa melaku- kannya juga, memberikan kekuasaan kepada
menurut sabda Nabi saw., adalah
akal dalam mengatur dan
sesat.
Sejalan dengan itu, dalam ilmu menentukan jalan hidup yang
pokok-pokok pemahaman akan ditempuh, inilah yang
agama (ushūl al-fiqh) ada kaedah
membawa manusia kepada
yang berbunyi: “al-ashl fī al-‘ibādah
al-tahrīm illā idzā mā dalla al-dalīl kekafiran dan kemusyrikan.
‘alā khilāfihī (Pada dasarnya ibadat Bencana besar yang menimpa
adalah terlarang, kecuali jika
umat Islam dewasa ini adalah
ada petunjuk sebaliknya)”. Ini
artinya, kita dilarang membuat terperosok dalam kemusyrikan
dan menciptakan cara ibadat yang mungkin tidak disadari
sendiri. Kita harus hanya
akibat keawaman seseorang. Kita
melihat dan mempelajari,
apakah ada bukti dalam terkadang melihat bahwa
11
musyrik itu hanya orang yang rasionalisasi Cak Nur tidaklah
itu saja, orang yang menerima Nur disini ialah perubahan dari
pada akal, atau dengan kata lain dua tindakan yang saling12 erat
hubungannya, yaitu melepaskan mitologi wayang, ada banyak
10
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, Sinergi
Persadatama Foundation Cet-1, 2010, hlm. 67-71
11
Sidratahta Mukhtar, HMI dan
Kekuasaan:Kaderisasi HMI dalan Mengisi Struktur
Kekuasaan,Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher,
2006, hlm. 51-52
12
Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukanya di Tengah
Gerakan-gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia
Jakarta, sh, 1978, hlm 42-43 17
“kebenaran” yang ada dalam
D. PENUTUPAN
aliran agama-agama atau
1. Kesimpulan
A. Kemoderenan selalu identik budaya lain.Eksklusivitas
dengan kehidupan keserbadaan. “teologis” yang dikemas
Sedangkan modernisasi dalam wadah ideologis
merupakan salah satu ciri dari semacam itu,menurut
peradaban maju. Modernisasi Arkoun,telah menimbulkan
selalu diartikan sebagai suatu sistem budaya yang saling
proses yang melaluinya manusia menyingkirkan.
menjadi mampu menguasai alam C. Himpunan Mahasiswa Islam
dengan memanfaatkan teknologi (HmI) yang lahir di era
modern. Masih banyak lagi modern ini, dengan latar
pengertian modernisasi, namun belakang pemikiran yang telah
intinya menurut Lerner, dibahas diatas, membenarkan
modernisai itu mencangkup : 1) argumen yang mengatakan
pertumbuhan ekonomi secara bahwa HmI adalah salah satu
mandiri dan berkelanjutan, 2) mata rantai dari gerakan
partisipasi politik, 3) penyebaran pembaruan di Indonesia.
norma-norma, 4) tingginya Pemikiran pembaruan
tingkat mobilitas social dan HmI bertujuan membawa
geografis, 5) Transformasi bangsa Indonesia kepada
kepribadian.modernitas tersebut kehidupan baru yang lebih
menurut Hardgrave gejalanya baik dari kehidupan
apat dilihat dalam tiga dimensi: sebelumnya.
teknologis, organisasional dan Dengan demikian harkat
sikap. martabatnya dapat terangkat
B. Wacana agama yang sejatinya sejajar denga bangsa-bangsa
bertujuan sangat mulia, bukannya yang lain. Kehidupan yang
dijadikan sebagai proyek dimaksud adalah kehidupan
pembebasan dan pencerahan yang seimbang dan terpadu
sebagai perisai ideologis masing- antara pemenuhan kebutuhan
masing pemeluknya untuk dunia dan akhirat, akal dan
menolak dan menyingkirkan kalbu, iman dan ilmu dalam
18
mencapai kebahagian hidup
didunia dan akhirat.
2. Saran
a. Walaupun kita sebagai
individu yang mengikuti
perkembangan zaman tetapi
sebagai seorang muslim yang
baik kita harus tetap
menjadikan agama sebagai
landasan hidup dan tidak
menjadikan ego kita sebagai
penuntun hidup, karena ego
kita seringkali bertolak
belakang dengan norma
norma yang berlaku.
b. Diharapkan para pembaca
dapat meningkatkat
pemikiran pembaruan HmI
yang bertujuan membawa
bangsa Indonesia kepada
kehidupan baru yang lebih
baik dari kehidupan
sebelumnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Nurcholis Majid. 1987. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.
Jakarta: Mizan.
Rusli Karim. 1994. Agama, Modernisasi dan Sekulerisasi.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, Cet. I .
Nurcholish Madjid. 1995. Islam Agama Peradaban.Membangun Makna dan
Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta. Yayasan Wakaf
Paramadina
Drs. Azhari Akmal Tarigan,M.Ag. 2007. Islam Mazhab HMI:Tafsir Tema
Besar Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Jakarta: Kultura.
Baedhowi,M.Ag. 2008. Humanisme Islam:Kajian terhadap Pemikiran
Filosofilis Muhammad Arkoun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurcholish Madjid. 1995. Islam Agama Kemanusiaan. Yogyakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina.
Kuntowijoyo. 2006. Islam sebagai Ilmu:Epistemiologi,Metodologi dan etika.
Yogyakarta: Tiara Wacana Cet-2.
Solichin. 2010. HMI Candradimuka Mahasiswa. Sinergi Persadatama
Foundation Cet-1.
Sidratahta Mukhtar. 2006. HMI dan Kekuasaan:Kaderisasi HMI dalan
Mengisi Struktur Kekuasaan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Tanja. 1978. HMI, Sejarah dan Kedudukanya di Tengah Gerakan-gerakan
Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta: sh
CURICULLUM VITAE
Nama : Akmal Kurniawan
Tempat / Tanggal Lahir : Watansoppeng / 23 Juli 1998
Asal Cabang : HMI Cabang Makassar
Inst/Fak / Dept. / Stambuk : Universitas Muslim Indonesia / Kesehatan
Masyarakat / Kesehatan Masyarakat / 2016
Alamat : Jl. Sukamaju Raya No.51, Makassar
No HP : 085340399524
Alamat email : kurniawanakmal3@gmail.com
Jenjang Pendidikan
1. SD Negeri 07 Salotungo
2. SMP Negeri 01 Watansoppeng
3. SMA Negeri 04 Watansoppeng
Jenjang Training Di HMI
1. LK I HMI Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim
Indonesia Cabang Makassar tahun 2016
Pengalaman Organisasi
Di HMI
1. Dept. Adminstrasi dan Kesekretariatan HMI Komisariat FKM-UMI Periode
2019-2020.
Di Luar HMI
1. Anggota Bidang Data dan Informasi Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng UMI
Periode 2017-2018.
2. Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Pelajar Soppeng
UMI Periode 2018-2019.
3. Ketua Bidang Kerohanian Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
FKM UMI Periode 2018-2019
4. Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FKM UMI Periode 2019-2020
Motto hidup :
“ Yakinkan dengan Iman,Usahakan dengan Ilmu,Sampaikan dengan Amal”