CODE BLUE
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika berbicara tentang Cardiac Arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari Cardiac Arrest adalah penyakit
jantung koroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang
ditangani baik di rumah sakit maupun diluar rumah sakit di Unites State (American Heart
Asociation, 2012).
Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit
setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary resuscitation
(CPR) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien
untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan
tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999
didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan
segera dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera
mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya
kematian otak dan kematian permanen.
Penanganan secara cepa dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki
kemampuan dalam melakukan “chain of survival” saat cardiac arrest terjadi.Keberadaan
tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah atau pertanyaan besar, bahkan di Rumah
Sakit Sari Asih Sangiang yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan perawat.
Tenaga medis dan perawat di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar
dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara
maksimal. Dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya.
Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam
penanganan Arrest segera, yang disebut “CODE BLUE”.
B. TUJUAN
Tujuan umum
a. memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami
kondisi darurat cardio-respiratory arrest yang berada dalam kawasan RSUD Kota
Kendari.
b. Tujuan Khusus :
a. Petugas RSUD Kota Kendari bisa melakukan respon cepat bagi keadaan darurat
medis. Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang
darurat.
b. Petugas RSUD Kota Kendari dapat mengaplikasikan kecepatan dan ketepatan
pemberian pelayanan pada pasien gadar khususnya pada serangan jantung
mendadak.
c. Mengurangi angka kematian ibu dan bayi akibat keadaan gawat darurat.
E. SUSUNAN PANITIA
Pengarah : dr. H. Amran Rahman Bakri
3. Rasmawati, SKM
1. Heriani, AmKeb
2. Erma Sari Dewi, SKM
3. Mariyana Hamidu
4. Hans Alfandi Yusuf, SKM
5. Zakiah Sutidjo, S.Kep
6. Wienda Ramadhanie, SKM
7. Ria Angraeni Tawulo, S.Kep, Ns., MH
F. SUSUNAN ACARA KEGIATAN
JUMLAH 7