Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Isolasi Sosial

2.1.1 Definisi

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan

mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya,

lebih menyukai berdiam diri, mengurung diri, dan menghindar dari orang lain

(Muhith A, 2015).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend

M.C. dalam Muhith A, 2015). Sedangkan, penarikan diri atau withdrawal

merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya

terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau

menetap (Depkes RI, dalam Muhith A, 2015). Jadi menarik diri adalah keadaan

dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan

menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat

sementara atau menetap.


2.1.2 Etiologi

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya

perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak

percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus

asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa

tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi

dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan

kegiatan sehari-hari terabaikan

2.1.3 Proses Terjadinya Masalah

Menurut Dermawan (2013) proses terjadinya isolasi sosial adalah :

a. Pola asuh keluarga (pattern of parenting)

misalnya : pada anak yang kelahirannya tidak dikehendaki (urwanted

child) akibat kegagalan KB hamil diluar nikah, jenis kelamin yang tidak

diinginkan, bentuk fisikyang kurang menawan menyebabkan keluarga

mengeluarkan komentar-komentar negatif, merendahkan, dan

menyalahkan anak.

b. Koping individu tidak efektif infective coping)

misalnya : saat individu menghadapi kegagalan menyalahkan orang lain,

ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dzan

menarik diri dari lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak mampu

menerima realitas dengan rasa syukur.


c. Gangguan tugas perkembangan (lack of development task)

misalnya : kegagalan menjalin hubungan intim dengan sesama jenis atau

lawan jenis, tidak mampu mandiri dan menyelesikan tugas, bekerja,

bergaul,

2.1.4 Rentang Respon Sosial

Adapun menurut Stuart dalaam Sutejo (2017) respon sosial individu

berada dalam rentang adaptif sampai maladaptif, sebagai berikut:

Bagan 2.1

(Rentang Respon Sosial)

Respon adaptif Respon Maladaptif

- Kesepian - Manipulatif
- Menyendiri
- Menarik diri - Impulsif
- Otonomi
- Ketergantunga - Narsisisme
- Kebersamaan
n
- Saling
(dependen)
tergantung
(interdependen)

Keteran

a. Respons adaptif

Respons adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal dengan

cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini

meliputi:
1) Menyendiri (Solitude) Respons yang dilakukan individu dalam

merenungkan hal yang telah terjadi atau dilakukan dengan tujuan

mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan rencana-rencana.

2) Otonomi Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran,

perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri

untuk interdependen dan pengaturan diri.

3) Kebersamaan (Mutualisme) Kemampuan atau kondisi individu dalam

hubungan interpersonal di mana individu mampu untuk saling

memberi dan menerima dalam hubungan sosial.

4) Saling ketergantungan (Interdependen) Suatu hubungan saling

bergantung antara satu individu dengan individu lain dalam hubungan

sosial.

b. Respons Maladaptif

Respons maladaptif adalah respons individu dalam menyelesaikan masalah

dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.

Respons maladaptif tersebut antara lain:

1) Manipulasi

Gangguan sosial yang menyebabkan indvidu memperlakukan sebagai

objek, di mana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang

lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap

mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau

frustasi yang dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.
2) Impulsif

Respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang

tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu

merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman, dan tidak

dapat melakukan penilaian secara objektif.

3) Narsisisme

Respons sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku

egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan, dan

mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.

2.1.5 Tanda dan Gejala

Menurut Sutejo 2017, Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang

ditemukan pada klien pada saat wawancara biasanya hal-hal dibawah ini :

a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

d. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

e. Klien tidak mampu berkosentrasi dan membuat keputusan

f. Klien merasa tidak berguna

g. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observasi,

antara lain:

a. Tidak memiliki teman dekat

b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif

d. Tindakan berulang dan tidak bermakna

e. Asyik dengan pikirannya sendiri

f. Tidak ada kontak mata

g. Tampak sedih, apatis, afek tumpul.

2.1.6 Mekanisme Koping

Menurut Sutejo mekanisme koping yang digunakan klien sebagai usaha

mengatasi ansietas yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam

dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting

(memisah), dan isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu

ditoleransi dan klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan

sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan

dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi sosial merupakan

perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan

2.1.7 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, 2016) Isolasi sosial termasuk dalam

kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis

penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :

1) Electro Convulsive Therapy (ECT)

Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan

dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2

elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan

kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang


berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan

listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia

dalam otak.

Indikasi :

2) Depresi mayor

a) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada

perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat

badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap.

b) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan

respon membaik pada ECT.

c) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan

antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.

3) Maniak Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang

lain atau terapi lain berbahaya bagi klien.

4) Skizofrenia Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik,

tetapi bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.

5) Psikoterapi Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan

merupakan bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam

psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,

menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima

klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan

perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada

klien.
6) Terapi Okupasi Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan

partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang

sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan

meningkatkan harga diri seseorang.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:

1) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

a) Pengertian

TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. (Keliat, 2004 : hal.1).

b) Tujuan

Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta

mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004 :

hal.3).

c) Terapi aktivitas

Kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi sosial

adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan

sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi

dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok

dan massa. (Keliat, 2004 : hal.14).


c. Prinsip Perawatan Isolasi Sosia

1) Psikoterapeutik

a) Bina hubungan saling percaya

b) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada

waktu interaksi dan tujuan.

c) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk

menunjukan penghargaan yang tulus.

d) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan

diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.

e) Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka

f) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai

istilah yang sederhana.

g) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.

h) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan

teratur.

i) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaannya.

j) Kenal dan dukung kelebihan klien

Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa

digunakan klien, cara menceritakan perasaannya kepada orang lain

yang terdekat/dipercaya.

(1.) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.

(2.) Dukung koping klien yang konstruktif.

(3.) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.


k) Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal

(1.) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal

terapi.

(2.) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.

(3.) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.

(4.) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap.

(5.) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.

d. Pendidikan kesehatan

1) Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-

kata seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau

bermain musik.

2) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.

3) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan

hubungan dengan klien.

4) Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan

di masyarakat.

e. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

1) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat

melaksanakan secara mandiri.

2) Bimbing klien berpakaian yang rapi.

3) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan

seperti majalah, surat kabar, radio dan televisi.

4) Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.


f. Lingkungan terapeutik

1) Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun

orang lain di lingkungan.

2) Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka

waktu yang lama.

3) Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di

ruangan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di

sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Untuk mengkaji

pasien isolasi sosial, saudara dapat menggunakan wawancara dan observasi

kepada pasien dan keluarga.

a. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara,

adalah:

1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan


6) Pasien merasa tidak berguna

7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

b. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat saudara tanyakan pada waktu

wawancara untuk mendapatkan data subjektif:

1) Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya

(keluarga atau tetangga)?

2) Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat

itu?

3) Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat

dengannya?

4) apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?

5) Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?

6) Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan

orang sekitarnya?

7) Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?

8) Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

c. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:

1) Tidak memiliki teman dekat

2) Menarik diri

3) Tidak komunikatif

4) Tindakan berulang dan tidak bermakna

5) Asyik dengan pikirannya sendiri

6) Tak ada kontak mata

7) Tampak sedih, afek tumpul


2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan, masalah keperawatan

dirumuskan dan di diagnosis keperawatan di tegakkan. Berdasarkan pengkajian

tersebut, masalah keperawatan yang dirumuskan adalah Isolasi Sosial.

2.2.3 Tindakan Keperawatan

Tindakan yang akan dilakukan pada pasien isolasi sosial menurut muhith 2015:

a. Tujuan pasien mampu

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menyadari penyebab isolasi sosial

3) Berinteraksi dengan orang lain

b. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial

dirumah meliputi:

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

2) Menjelaskan tentang:\

a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien

b) Penyebab isolasi sosial

c) Cara-cara merawat pasien isolasi sosial, anatara lain:

(1.) Membina hubungan saling percaya dengan pasien

dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji

(2.) Memberikan sikap dan dorongan kepada pasien

untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama


dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela

kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar

(3.) tidak membiarkan pasien sendiri dirumah

(4.) Membuat jadwal bercakap-cakap dengan pasien

3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

4) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah

dipelajari

5) Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga


2.2.4 Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Isolasi Sosial

DIAGNOSIS PERENCANAAN

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

(TUK/TUM) EVALUASI

Isolasi sosial TUM: 1. Setelah1 x Klien 1.1 Bina hubungan saling percaya Membina hubungan saling

Klien dapat dapat interaksi, dengan mengemukakan prinsip percaya dengan klien. Kontak yang jujur, singkat,

berinteraksi klien komunikasi terapeutik: dan konsisten dengan perawat dapat membantu

dengan orang menunjukkan a. Mengucapkan salam terapeutik. klien membina kembali interaksi penuh percaya

lain. tanda-tanda Sapa klien dengan ramah, baik dengan orang lain.

TUK 1: percaya kepada membantu klien verbal ataupun

Klien dapat perawat : non verbal.

membina hubungan a. Ekspresi wajah b. Berjabat tangan dengan klien.

saling percaya cerah, tersenyum c. Perkenalkan diri dengan sopan.

b. Mau berke- nalan d. Tanyakan nama lengkap klien


c. Ada kontak mata dan nama panggilan yang

d. Bersedia disukai klien

menceritakan e. Jelaskan tujuan pertemuan.

perasaan Bersedia

mengungkapkan

masalah

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Tanyakan pada klien tentang : Dengan mengetahui tanda dan gejala isolasi sosial

Klien mampu 1. Klien dapat a. Orang yang tinggal serumah yang muncul, perawat dapat menentukan langkah

menyebutkan menyebutkan atau dengan sekamar klien intervensi selanjutnya

penyebab isolasi minimal satu b. Orang yang paling dekat

sosial penyebab isolasi dengan klien dirumah atau

sosial. Misalnya diruangan perawatan

isolasi sosial diri c. Hal apa yang membuat klien

sendiri, orang lain dekat dengan orang tersebut

dan lingkungan d. Orang yang tidak dekat


dengan klien baik dirumah

atau diruangan perawatan.

e. Apa yang membuat klien

tidak dekat dengan orang

tersebut

f. Upaya yang sudah dilakukan

agar dekat dengan orang

lain.

2.2 Diskusikan dengan klien

penyebab isolasi sosial atau

tidak mau bergaul dengan orang

lain

2.3 Beri pujian terhadap

kemampuan klien

mengungkapkan perasaanya
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1 Diskusikan dengan klien tentang: Perbedaan seputar manfaat hubungan sosial dan

Klien mampu 1. Setelah 2 X a. Manfaat hubugan sosial kerugian isolasi sosial membantu klien

menyebutkan interaksi dengan b. Kerugian isolasi sosial mengidentifikasikasi apa yang terjadi pada dirinya.

keuntungan klien dapat 3.2 Diskusikan bersama klien

berhubungan sosial menyebutkan tentang manfaat berhubungan

dan kerugian dari keuntungan sosial dan kerugian isolasi

isolasi sosial. berhubungan sosial.

sosial, misalnya : 3.3 Beri pujian terhadap

a. Banyak teman kemaampuan klien dalam men

b. Tidak gungkapkan perasaannya.

kesepian

c. Saling

menolong

2. Klien dapat

menyebutkan

kerugian menarik

diri misalnya :
a. Sendiri

b. Kesepian

c. Tidak bisa

diskusi

TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 4.1 Observasi perilaku klien ketika Setelah dapat berinteraksi dengan orang lain dan

Klien dapat 1. klien dapat berhubungan sosial memberi kesempatan klien dalam mengikuti

melaksanakan melaksanakan 4.2 .Jelaskan kepada klien cara aktivitas kelompok , klien merasa lebih berguna dan

hubungan sosial hubungan sosial berinteraksi dengan orang lain. rasa percaya diri klien dapat tumbuh kembali.

secara bertahap secara bertahap 4.3 berikan contoh cara berbicara

dengan : dengan orang lain.

a. Perawat 4.4 .Beri kesempatan klien

b. Perawat lain mempraktikkan cara berinteraksi

c. Kelompok dengan orang lain yang dilakukan


dihadapan perawat.

4.5 .Bantu klien berinteraksi dengan

satu orang, teman, atau anggota

keluarga.

4.6 .Bila klien sudah menunjukkan

kemajuan, tingkatkan jumlah

interaksi dengan dua, tiga, empat

orang dan seterusnya

4.7 .Beri pujian untuk setiap

kemajuan interaksi yang telah

dilakukan klien.

4.8 Latih klien bercakap-cakap

dengan anggota keluarga saat

melakukan kegiatan harian dan

kegiatan rumah tangga

4.9 Latih klien bercakap-cakap saat

melakukan kegiatan sosial


misalnya: belanja ke warung, ke

paasar, ke kantor pos, ke bank,

dan lain-lain.

4.10 Siap mendengarkan ekspresi

perasaan klien setelah

berinteraksi dengan orang lain.

Mungkin klien akan

mengungkapkan keberhasilan

atau kegagalann ya. Beri doronga

n terus-menerus agar klien tetap

semangat menin gkatkan

interaksinya
TUK 5 : Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Ketika klien merasa dirinya lebih baik dan

Klien mampu 1. Klien dapat perasaanya setelah berhbungan mempunyai makna, interaksi sosial dengan orang

menjelaskan menjelaskan sosial dengan : lain dapat ditingkatkan.

perasaanya setelah perasaanya setelah a. Orang lain

berhubungan sosial. berhubungan sosial b. Kelompok

dengan : 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan

a. Orang lain klien mengungkapkan

b. Kelompok perasaaanya

TUK : 6 Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan pentingya peran Dukungan dari keluarga merupakan bagian penting

Klien mendapat keluarga dapat serta keluarga sebagai dari rehabilitasi klien.

dukungan keluarga menjelaskan tentang : pendukung untuk mengatasi

dalam memperluas a. Isolasi sosial perilaku isolasi sosial

hubungan sosial beserta tanda dan 6.2 Diskusikan potensi keluarga

gejalanya untuk membantu klien

b. penyebab dan mengatasi perilaku isolasi

akibat dari isolasi sosial.


sosial. 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang

c. cara merawat :

klien menarik a. isolasi sosial beserta tanda

diri. dan gejalanya

b. penyebab dan akibat isolasi

sosial.

c. cara merawat klien isolasi

sosial.

6.4 Latih keluarga cara merawat

klien isolasi sosial

6.5 Tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang

dilatihkan.

6.6 Beri motivasi keluarga agar

membantu klien bersosialisasi

6.7 Beri pujian pada keluarga atas

keterlibatannya merawat klien


dirumah sakit.

TUK 7 : Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan dengan klien Membantu dalam menigkatkan perasaan kendali

Klien dapat Klien bisa tentang manfaat dan kerugian dan keterlibatan dalam perawatan kesehatan klien.

memanfaatkan obat menyebutkan : tidak minum obat, nama, warna,

dengan baik a. Manfaat minum dosis, cara, efek terapi, dan efek

obat samping penggunaan obat.

b. Kerugian yang 7.2 Pantau klien saat penggunaan

ditimbulkan akibat obat

tidak meminum 7.3 Berikan pujian jika klien

obat menggunakan obat dengan


c. Nama, warna, benar

dosis, efek terapi, 7.4 Diskusikan akibat berhenti

dan efek samping minum obat tanpa konsultasi

obat dengan dokter

d. Akibat berhenti 7.5 Anjurkan klien untuk konsultasi

minum obat tanpa dengan dokter atau perawat jika

konsultasi dokter terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan

(sumber : Sutejo, 2017)


2.2.5 Strategi Pelaksanaan

Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan keperawatan, maka perawat periu

membuat strategi pelaksana tindakan untuk klien dan keluarga menurut workshop

TX Keperawatan liwa Universitas Indonesia (2010) sebagai berikut :

a. Tindakan Keperawatan pada Klien

1) SP I Pasien:

a) Mampu mengenal masalah isolasi sosial

b) Berkenalan dengan perawat atau klien lain.

c) Bercakap-cakap dalain melakukan kegiatan harian.

d) Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya.

2) SP II Pasien :

a) Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial

b) Mengidentifikasi tanda dan gejala penyebab dan akibat isolasi sosial

c) Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak

memiliki teman

3) SP III Pasien :

a) Menjelaskan dan melatih klien berkenalan

b) Menjelaskan cara berkenalan.

c) Mendemostrasikan berkenalan 2-3 orang atau lebih.

d) Melatih klien berkenalan 2-3 orang atau lebih.

4) SP IV Pasien:

a) Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan

kegiatan sehari-hari
b) Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta sesuatu,

berbelanja dan sebagainya.

b. Tindakan keperawatan pada Keluarga

Tujuan keluarga mampu :

1) Mengenal masalah klien isolasi sosial.

2) Mengambil keputusan untuk merawat klien isolasi sosial.

3) Merawat klien isolasi sosial.

4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien isolasi sosial

Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien

isolasi sosial dan menegah kekambuhan.

a) SPI Keluarga :

(1.) Menjelaskan masalah klien isolasi sosial pada keluarga

(2.) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien.

b) SP II Keluarga :

(1.) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi

pada klien isolasi sosial

(2.) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien

isolasi sosial

c) SP III Keluarga :

(1.) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien

isolasi sosial

(2.) Menjelaskan cara melatih klien berkenalan.

(3.) Menjelaskan cara melatih klien bercakap-bercakap saat

melakukan kegiatan sehari-hari.


(4.) Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : meminta

sesuatu, berbelanja dan sebagainya.

(5.) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien

untuk latihan berkenalan

(6.) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien

untuk latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan

sehari-hari.

(7.) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien

untuk latihan berbicara sosial.

d) SP IV Keluarga :

(1.) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan

yang terapeutik bagi klien isolasi sosial.

(2.) Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam

perawatan klien.

(3.) Merawat klien isolasi sosial.

(4.) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien isolasi

sosial

5.) Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien

isolasi sosial dan menegah kekambuhan.

a) SPI Keluarga :

(1.) Menjelaskan masalah klien isolasi sosial pada keluarga

(2.) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien.


b) SP II Keluarga :

(1.) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi

pada klien isolasi sosial

(2.) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien

isolasi sosial

c) SP III Keluarga :

(1.) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien

isolasi sosial

(2.) Menjelaskan cara melatih klien berkenalan.

(3.) Menjelaskan cara melatih klien bercakap-bercakap saat

melakukan kegiatan sehari-hari.

(4.) Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : meminta

sesuatu,berbelanja dan sebagainya.

(5.) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien

untuk latihan berkenalan

(6.) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien

untuk latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan

sehari-hari.

(7.) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien

untuk latihan berbicara sosial.

d) SP IV Keluarga :

(1.) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan

yang terapeutik bagi klien isolasi sosial.


(2.) Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam

perawatan klien. untuk membina saling per anda pasien as

wal kadang kadang perlu waktu lama dan interaksi yang

singkat dan sering kan tidak mudah bagi pasien untuk

percaya pada orang lain

(3.) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial

Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebab berikut:

1) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang

lain

2) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak mgin berinteraksi dengan

orang lain.

3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

(a.) Jelaskan pada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.

(b.) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.

(c.) Beri kesempatan klien mempraktekkan cara berinteraksi dengan

orang lain yang dilakukan di hadapan perawat.

(d.) Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota

keluarga

(e.) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang dilakukan pasien

(f.) Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga dan

melakukan kegiatan sosial.

(g.) Beri dorongan terus menurus agar pasien tetap semangat

meningkatkan interaksinya.
5) Melatih keluarga merawat pasien yang mengalami isolasi sosial:

(a.) Menjelaskan tentang masalah isolasi sosial, penyebab dan

dampaknya pada pasien.

(b.) Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara

bersikap peduli.

(c.) Tidak membiarkan pasien sendiri dirumah.

(d.) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah di

pelajari

(e.) Menggunakan obat secara teratur klient juga harus dilatih untuk

mengunakan obat secara letak sesuai program. Klien gangguan

jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat

sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila

kekambuhan teriadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula

akan lebih sulit. Untuk itu klien perlu dilatih menggunakan obat

tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan obat

menjelaskan guna obat, menjelaskan akibat bila putus

obat,menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip lima

benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar

dosis).

2.2.6 Implementasi

1) Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar

pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.


Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan

saling percaya adalah :

(a.) Mengucapkan salam terapeutik setiap kali berinteraksi dengan

klien.

(b.) Berjabat tangan.

(c.) Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama dan nama panggilan

yang disukai tanyakan nama dan nama panggilan klien.

(d.) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.

(e.) Membuat kontrak : apa yang akan lakukan bersama klien, berapa

lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana.

(f.) Menjelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi.

(g.) Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap klien.

(h.) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi

sosial kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang

singkat dan sering, karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya

pada orang lain. Untuk mahasiswa sebagai perawat harus

konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji

adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang

konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya

dengan perawat, maka asuhan keperawatan akan mudah

dilaksanakan

(i.) Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial


Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai

berikut :

 Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi

dengan orang lain.

 Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin

berinteraksi dengan orang lain.

(j.) Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dengan

orang lain. Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan

bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan

mereka.

(k.) Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain Dilakukan dengan cara :

- Mendiskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan

tidak bergaul dengan orang lain.

- Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik

klien.

(l.) Membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap. perawat tidak mungkin secara drastis mengubah

kebiasaan klien dalam berinteraksi dengan orang lain, karena

kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama.

Untuk itu perawat dapat melatih klien berinteraksi secara

bertahap. Mungkin klien hanya akan akrab dengan perawat pada

awalnya, tetapi setelah itu perawat harus membiasakan klien


untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang

disekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat perawat

lakukan sebagai berikut :

 Beri kesempatan klien mempraktikkan cara berinteraksi

dengan orang lain.

 Mulailah bantu klien berinteraksi dengan satu orang

(klien, perawat atau keluarga)

 Bila klien sudah menunjukan kemajuan, tingkatkan

jumlah interaksi dengan 2, 3,4 orang dan seterusnya.

 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah

dilakukan oleh klien.

 Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah

berinteraksi dengan orang lain. Mungkin klien akan

mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri

dorongan terus menerus agar klien tetap semangat

meningkatkan interaksinya.

(m.) Menggunakan obat secara teratur untuk mampu berinteraksi

dengan orang lain secara optimal, klien juga harus dilatih untuk

menggunakan obat secara teratur sesuai program. Klien gangguan

jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat

sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila

kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula


akan lebih sulit. Untuk itu klien perlu dilatih menggunakan obat

sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar klien patuh menggunakan

obat :

 Menjelaskan guna obat

 Menjelaskan akibat bila putus obat

 Jelaskan cara mendapatkan obat

 Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip

lima benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar

waktu, benar dosis).

2.2.7 Evaluasi

1. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah

diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karena

merupakan sistem pendukung yang penting.

a) Apakah klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.

b) Apakah klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

c) Apakah klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap :

klien-perawat, klien-perawat-perawat lain, klien-perawat-kklien lain,

klien-kelompok, klien kelurga.

d) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain.

3. Evaluasi kemampuan pasien.


1) Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-

hari.

2) Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.

3) Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, dengan

perawat, keluarga dan tetangga.

4) Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.

5) Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi

sosial

4. Evaluasi kemampuan keluarga

1) Mengenal isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses

terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat

klien.

2) Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain.

3) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengo isolasi

sosial

4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung

pasien untuk meningkatkan interaksi sosial

5) Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambub san

melakukan

Anda mungkin juga menyukai