Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pembimbing :
Oleh:
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Pakan Hijauan
Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak
hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu protein,
energi, vitamin dan mineral (Susetyo, 1980). Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang baik bagi
ternak (Herlinae, 2003). Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3
golongan yaitu rumput (Gramineae), leguminosa/legum (Leguminoseae) dan
golongan non rumput dan non leguminosa (Kamal, 1998). Perbedaan jenis hijauan
antara legume dan rumput secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada
kandungan serat kasar dan protein kasar. Rumput mempunyai produksi bahan kering
(BK) dan kandungan serat kasar yang lebih tinggi dibanding legum, sementara itu
legum mempunyai kandungan protein kasar yang lebih tinggi dari rumput.
Berdasarkan hal ini maka rumput merupakan hijauan sumber serat dan legum adalah
hijauan sumber protein untuk ternak ruminansia (Whitehead, 2000). Perry (1980)
menambahkan bahwa perbedaan antar legum dan non legum pada kandungan protein
kasar dan serat kasar, legum juga cendrung menghasilkan lebih banyak bahan kering
yang dapat dicerna (digestible dry matter) per hektar dibanding kebanyakan rumput
tropik padang pengembalaan. Bagaimanapun juga legum lebih memerlukan tanah
yang lebih subur dan memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk menghasilkan per
unit berat bahan kering.
Setiana (2002) melaporkan bahwa hijauan makanan ternak merupakan bagian
penting dalam sistem produksi peternakan terutama sebagai pakan ternak ruminansia,
karena lebih dari 75% pakannya berasal dari hijauan. Keberhasilan produksi suatu
peternakan sangat tergantung kepada kualitas pakan dan jenis ternak yang dipelihara,
oleh karena itu ketersediaan hijauan pakan sepanjang masa dan memilih hijauan yang
berkualitas unggul adalah sangat penting.
B. Rumput Gajah Odot
Rumput Gajah berasal dari Afrika tropika, kemudian menyebar dan
diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia
Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim panas yang
panjang. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga
menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philippina dan India. Di
Indonesia sendiri Rumput Gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak.
Penanaman dan introduksinya dianjurkan oleh banyak pihak (Anonimus, 2005).
Fisiologi rumput gajah odot (Pennisetum purpureum CV. Mott).
Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap
pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah
odot tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak dan terus
menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi Rumput Gajah
Odot yang rimbun dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan
sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).
Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak,
berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat
mencapai 2-3 m, dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri
sampai 20 ruas/buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1
meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar
yang lebar, dan ujungnya runcing (Anonimus, 2005). Rumput Gajah Odot
dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (polls) sebagai
bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua dengan panjang stek 20-25
cm (2-3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata).
Praktikum Teknologi Produksi Ternak Perah dengan materi Uji Bahan Kering
Rumput Odot yang dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Januari 2020 pada pukul 09.00
– 12.00 WIB di Laboratorium Pakan dan Nutrisi Ternak, Politeknik Pembangunan
Pertanian Malang.
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis,
Parang, Timbangan Digital, Nampan, Oven.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rumput Odot
±500 gr.
Metode
1. Siapkan rumput gajah odot segar seberat 500 gr, kemudian di cacah kasar.
2. Selanjutnya masukkan Rumput yang sudah di cacah masukkan ke dalam ketiga
nampan yang telah disediakan secara merata.
3. Kemudian masukkan oven ketiga sampel tersebut dengan suhu oven 1350 c
selama 3 jam.
4. Setelah tiga jam keluarkan ketiga sampel tersebut dan angin – anginkan selama
5 – 10 menit.
5. Kemudian timbang dan catat hasil akhir setelah di keringkan
BAB IV
Dari hasil praktikum yang dilaksanakan di peroleh rata – rata kadar air 52, 74%
dari berat rumput segar seberat 525 gram. Untuk bahan kering dari rumput odot
sebesar 47,26 % dengan kandungan protein bahan segar diatas 14%, sehingga sangat
membantu untuk menghilangkan dehidrasi sekaligus memberikan energi dan protein
yang cukup untuk rekondisi, ditambah teksturnya yang empuk membuat ternak lahap
memakan rumput tersebut. Semakin banyak makan, cairan tubuh makin stabil,
rekondisi makin cepat.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan Palatabilitas rumput gajah lebih tinggi,
kadar serat rendah dan kecernaan bahan kering 66,63 dan 60,53% untuk fase
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Rumput ini cocok diberikan sebagai pakan
ruminansia dalam bentuk segar, silase maupun hay. Pengolahan rumput gajah mini
melalui teknologi fermentasi direkomendasikan saat produksinya melimpah, sehingga
dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dimana ketersediaan hijauan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Juniar, I. 2017. Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) sebagai
…………Hijauan Pakan untuk Ruminansia.
Mira, D. 2015. Kajian Potensi Produksi Hijauan Pakan pada Lahan Eksisting dan
…………Potensial untuk Meningkatkan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten
…………Aceh Besar.