Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH


“UJI BAHAN KERING PAKAN RUMPUT GAJAH ODOT”

Dosen Pembimbing :

Fitria Nur Aini, S. Pt, M. Si

Oleh:

1. Chevy Meiza Khusnul A. (07. 2. 2. 17. 2398)


2. Fredy Yulianto (07. 2. 2. 17. 2404)
3. Ikrar Firdaus (07. 2. 2. 17. 2409)
4. Muhamad Jailani (07. 2. 2. 17. 2414)
5. Nazula Amalia Khusna (07. 2. 2. 17. 2416)

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam rangka


mewujudkan kemandirian pangan, harus didukung oleh ketersediaan pakan. Salah
satu upaya dalam meningkatkan produktivitas ternak ruminansia adalah dengan
menyediakan hijauan pakan dalam kuantitas dan kualitas yang cukup sepanjang
tahun. Penyediaan hijauan pakan umumnya mengalami kendala pada saat musim
kemarau karena jumlah yang sangat terbatas dengan kualitas yang rendah.
Pengembangan rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan
salah satu alternatif dalam penyediaan hijauan pakan, karena rumput ini merupakan
jenis rumput unggul. Produksi yang tinggi disertai rasio daun batang yang tinggi
membuat rumput ini cocok diolah menjadi silase utamanya di saat produksi hijauan
melimpah sehingga dapat memperpanjang masa simpannya. Pemberian rumput gajah
mini dalam keadaan segar untuk ruminansia cukup praktis karena dengan ukurannya
yang mini dapat langsung diberikan kepada ternak tanpa dicacah terlebih dahulu.
Rumput gajah mini memiliki palatabilitas dan nilai nutrisi yang baik sehingga
sangat menjanjikan sebagai sumber hijauan pakan yang berkesinambungan untuk
ruminansia. Rumput gajah mini tetap disukai ternak saat diberikan dalam keadaan
segar maupun dalam bentuk kering berupa hay (Morais et al. 2007). Dilihat dari
aspek produksi dan kandungan protein kasar, rumput gajah mini lebih unggul
dibandingkan dengan rumput Brachiaria decumbens, Brachiaria ruziziensis dan
Paspalum notatum, sedangkan dari sisi palatabilitas dan kecernaan rumput gajah mini
sebanding dengan rumput B. ruziziensis dan tetap lebih unggul dibandingkan dengan
rumput B. decumbens dan P. notatum (Sirait et al. 2015a)................
Maka perlu dilakukan praktikum uji kadar bahan kering pada rumput odot guna
menegetahui kadar air maupun bahan kering pada rumput Gajah Odot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pakan Hijauan

Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak
hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu protein,
energi, vitamin dan mineral (Susetyo, 1980). Hijauan yang bernilai gizi tinggi cukup
memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang baik bagi
ternak (Herlinae, 2003). Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3
golongan yaitu rumput (Gramineae), leguminosa/legum (Leguminoseae) dan
golongan non rumput dan non leguminosa (Kamal, 1998). Perbedaan jenis hijauan
antara legume dan rumput secara umum adalah pada kandungan nutrisinya yaitu pada
kandungan serat kasar dan protein kasar. Rumput mempunyai produksi bahan kering
(BK) dan kandungan serat kasar yang lebih tinggi dibanding legum, sementara itu
legum mempunyai kandungan protein kasar yang lebih tinggi dari rumput.
Berdasarkan hal ini maka rumput merupakan hijauan sumber serat dan legum adalah
hijauan sumber protein untuk ternak ruminansia (Whitehead, 2000). Perry (1980)
menambahkan bahwa perbedaan antar legum dan non legum pada kandungan protein
kasar dan serat kasar, legum juga cendrung menghasilkan lebih banyak bahan kering
yang dapat dicerna (digestible dry matter) per hektar dibanding kebanyakan rumput
tropik padang pengembalaan. Bagaimanapun juga legum lebih memerlukan tanah
yang lebih subur dan memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk menghasilkan per
unit berat bahan kering.
Setiana (2002) melaporkan bahwa hijauan makanan ternak merupakan bagian
penting dalam sistem produksi peternakan terutama sebagai pakan ternak ruminansia,
karena lebih dari 75% pakannya berasal dari hijauan. Keberhasilan produksi suatu
peternakan sangat tergantung kepada kualitas pakan dan jenis ternak yang dipelihara,
oleh karena itu ketersediaan hijauan pakan sepanjang masa dan memilih hijauan yang
berkualitas unggul adalah sangat penting.
B. Rumput Gajah Odot
Rumput Gajah berasal dari Afrika tropika, kemudian menyebar dan
diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia
Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim panas yang
panjang. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga
menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philippina dan India. Di
Indonesia sendiri Rumput Gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak.
Penanaman dan introduksinya dianjurkan oleh banyak pihak (Anonimus, 2005).
Fisiologi rumput gajah odot (Pennisetum purpureum CV. Mott).
Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap
pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah
odot tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak dan terus
menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi Rumput Gajah
Odot yang rimbun dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan
sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).
Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak,
berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat
mencapai 2-3 m, dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri
sampai 20 ruas/buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1
meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar
yang lebar, dan ujungnya runcing (Anonimus, 2005). Rumput Gajah Odot
dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (polls) sebagai
bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua dengan panjang stek 20-25
cm (2-3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata).

C. Bahan Kering Rumput


Penentuan bahan kering berkaitan dengan pengeringan sampel pakan ke dalam
oven pengeringan sampai tercapai berat konstan. Penentuan bahan kering mempunyai
arti penting di pertanian dengan dua alasan. Pertama, beberapa bahan pakan seperti
hijauan, silase, limbah makanan dll mempunyai kadar air yang sangat tinggi. Kualitas
dan nilainya tergantung seberapa berat susunan air terkandung di dalamnya.
Informasi ini sangat penting, sebagai contoh untuk menyeimbangkan ransum yang
mengandung silase atau pembelian bahan pakan. Alasan lain pentingnya penentuan
bahan kering adalah analisa pakan dilakukan berdasarkan bahan kering. Kebanyakan
analisa menggunakan ukuran sampel yang kecil biasanya dalam ukuran gram. Untuk
menghindari berubahnya kandungan nutrisi dalam pakan karena berkurang atau
bertambahnya kadar air dari lingkungan laboratorium, sangat perlu dilakukan analisa
dalam bentuk kering. Tetapi dalam beberapa kasus, pengusaha ternak atau nutrisonist
ingin mengetahui komposisi nutrisi dalam pakan dalam bentuk basah. Oleh karena itu
sangat penting untuk mengkonversi dari bentuk kering ke basah atau sebaliknya
Untuk mengubah nilai nutrisi dari yang berdasarkan bahan kering menjadi yang
berdasarkan berat basah adalah dengan cara mengalikan persen bahan kering dibagi
100. Contoh berdasarkan berat kering sampel rumput alfalfa mengandung 16,5 %
protein kasar. Kandungan bahan kering sebesar 92%. Maka kanduungan protein kasar
berdasarkan berat basah adalah 16,5 x 92/100 = 15,2%
Untuk mengubah kandungan nutrisi yang berdasarkan berat basah menjadi
berdasarkan bahan kering , kalikan dengan 100 dibagi dengan prosentase bahan
kering. Contoh : sampel barley mengandung 11,2% protein kasar berdasarkan berat
basah serta mengandung 96% bahan kering. Maka kandungan protein berdasarkan
bahan kering adalah 11,2 x 100/96 = 11,7 %. Kandungan nutrisi berdasarkan bahan
kering selalu lebih tinggi dibandingkan nilai nutrisi yang berdasarkan berat basah.
BAB III
MATERI METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Ternak Perah dengan materi Uji Bahan Kering
Rumput Odot yang dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Januari 2020 pada pukul 09.00
– 12.00 WIB di Laboratorium Pakan dan Nutrisi Ternak, Politeknik Pembangunan
Pertanian Malang.

Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis,
Parang, Timbangan Digital, Nampan, Oven.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rumput Odot
±500 gr.

Metode
1. Siapkan rumput gajah odot segar seberat 500 gr, kemudian di cacah kasar.
2. Selanjutnya masukkan Rumput yang sudah di cacah masukkan ke dalam ketiga
nampan yang telah disediakan secara merata.
3. Kemudian masukkan oven ketiga sampel tersebut dengan suhu oven 1350 c
selama 3 jam.
4. Setelah tiga jam keluarkan ketiga sampel tersebut dan angin – anginkan selama
5 – 10 menit.
5. Kemudian timbang dan catat hasil akhir setelah di keringkan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel. 1 Kadar Uji Air pada Uji Bahan Kering


Nampan Berat Berat Sampel Berat Akhir Kadar Air
Nampan (gr) (gr) (gr) (%)
1 155 179 83 53,63
2 146 175 82 53,14
3 154 171 83 51,46
RATA – RATA 52, 74

Dari hasil praktikum yang dilaksanakan di peroleh rata – rata kadar air 52, 74%
dari berat rumput segar seberat 525 gram. Untuk bahan kering dari rumput odot
sebesar 47,26 % dengan kandungan protein bahan segar diatas 14%, sehingga sangat
membantu untuk menghilangkan dehidrasi sekaligus memberikan energi dan protein
yang cukup untuk rekondisi, ditambah teksturnya yang empuk membuat ternak lahap
memakan rumput tersebut. Semakin banyak makan, cairan tubuh makin stabil,
rekondisi makin cepat.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan Palatabilitas rumput gajah lebih tinggi,
kadar serat rendah dan kecernaan bahan kering 66,63 dan 60,53% untuk fase
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Rumput ini cocok diberikan sebagai pakan
ruminansia dalam bentuk segar, silase maupun hay. Pengolahan rumput gajah mini
melalui teknologi fermentasi direkomendasikan saat produksinya melimpah, sehingga
dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dimana ketersediaan hijauan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Ike, M. 2012. Ilmu Pakan Ternak Ruminansia. /Users/ Unknown /Downloads/


…………LAPORAN_PRAKTIKUM_ILMU_PAKAN_TERNAK_RUMI.pdf

Juniar, I. 2017. Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) sebagai
…………Hijauan Pakan untuk Ruminansia.

Legowo. 2002. Evaluasi Kandungan Rumput Odot .Bandung:Penerbit Institut


…………Teknologi Bandung

Mira, D. 2015. Kajian Potensi Produksi Hijauan Pakan pada Lahan Eksisting dan
…………Potensial untuk Meningkatkan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten
…………Aceh Besar.

Sitaresmi, 2014. KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR


…………..RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv mott) YANG
…………..DIPUPUK DENGAN PUPUK ORGANIK CAIR Universitas Slamet Riyadi
.Press. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai