Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY.M DENGAN PENYAKIT ANEMIA

DI RUANG LILY

RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

DISUSUN OLEH :

RETNO WULANDARI

20101440118061

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO
SEMARANG
2020
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau
sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah
dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut
dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).
B. ETIOLOGI
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper.
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu :
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
C. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat
diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga


kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):

a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat
adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin
yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi
kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia,
gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin
B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan
hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui atara lain:
a) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b) Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan.
c) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
d) Autoimun.
e) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

c. Anemia akibat kehilangan darah


Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid,
gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam,
anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8
gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering
berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat
pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar
dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
Manifestasi klinis yang sering muncul antara lain :

a. Lemah, letih, lesu dan lelah


b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
g. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
E. PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)

F. KOMPLIKASI

Komplikasi umum akibat anemia adalah:


1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
Menurut Reksodiputro (2004), yang dikutip oleh Tarwoto (2010) komplikasi dari
Anemia yaitu :

a. Gagal jantung kongestif


b. Parestesia
c. Konfusi kanker
d. Penyakit ginjal
e. Gondok
f. Gangguan pembentukan heme
g. Penyakit infeksi kuman
h. Thalasemia
i. Kelainan jantung
j. Rematoid
k. Meningitis
l. Gangguan sistem imun
G. DATA PENUNJANG

Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia adalah
(Handayani & Andi, 2008) :

1. Pemeriksaan laboratorium hematologis


a. Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar
hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),
hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faat hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa, pendidikan,

pekerjaan, dan alamat.

b. Identitas penanggung

c. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu

Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien

pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat, dan pasien

tampak sesak nafas.

d. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan

informasi kesehatan atau penyakit masa yang pernah diderita.

Pemerisaan fisik

e. Aktivitas/ istirahat

Gejala: Keletihan/ kelemahan terus-menerus sepanjang hari.

Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.

Tanda : Gangguan gaya berjalan

f. Sirkulasi

Gejala: Palpitasi atau nyeri.

Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat

atau sianosis, konjungtiva pucat.


g. Eliminasi

Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.

h. Integritas ego

Gejala : Kuatir, takut.

Tanda : Ansietas, gelisah.

i. Makanan / cairan

Gejala : Nafsu makan menurun.

Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, tampak kulit dan membran

mukosa kering.

j. Hygiene

Gejala : Keletihan / kelemahan

Tanda : Penampilan tidak rapi.

k. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala /pusing, gangguan penglihatan.

Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.

l. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.

Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.

m. Pernafasan

Gejala : Dispnea saat bekerja.


n. Tanda : Mengi

o. Keamanan

Gejala : Riwayat transfusi.

Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.

p. Seksualitas

Gejala : Kehilangan libido.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
c. Gangguan pola tidur berhubungan b/d hospitalisasi (Kendala Lingkungan)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan1§ 1. Manajemen Energi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 a. Kaji status
jam diharapkan klien fisiologis pasien
antara suplai dan
dapat mempertahankan yang menyebabkan
kebutuhan oksigen. atau meningkatkan kelelahan sesuai
Ditandai dengan ambulasi atau aktivitas dengan konteks
dengan kriteria hasil : usia dan
kelemahan, kelelahan,
a. Energy conservation perkembangan.
ketidaknyamanan setelah ditingkatkan dari b. Anjurkan pasien
beraktivitas, Hb rendah. skala 2 (jarang mengungkapkan
dilakukan) ke skala 4 perasaan secara
(sering dilakukan) verbal mengenai
keterbatasan yang
b. Activity tolerance dialami
ditingkatkan dari c. Pilih intervensi
skala 2 (jarang untuk mengurangi
dilakukan) ke skala 4 kelelahan baik
(sering dilakukan) secara
c. Self care : ADL farmakologis
ditingkatkan dari maupun
skala 2 (jarang nonfarmakologis
dilakukan) ke skala 4 dengan tepat
(sering dilakukan) d. Bantu pasien
identifikasi pilihan
aktivitas-aktivitas
yang akan
dilakukan.
2. Activity therapy
(Terapi Aktivitas)
1.Ongoing Assesment
(Pengkajian Terus-
menerus)
a. Menentukan
penyebab intoleransi
aktivitas (lihat faktor
yang berhubungan )
dan tentukan apakah
penyebabnya fisik,
psikologis, atau
motivasi.
b. Kaji pasien setiap
hari terhadap
kesesuaian aktivitas
dan program bedrest.
c. Monitor dan catat
kemampuan klien
dalam mentoleransi
aktivitas, catat nadi,
TD, monitor pola
nafas, dispnea,
warna kulit sebelum
dan setelah aktivitas.
2. Nursing terapheutic
intervention ( intervensi
terapeutik keperawatan)
a. Meminimalkan
penurunan kondisi
kardiovaskuler
dengan posisi semi
fowler beberapa kali
sehari
b. Pastikan klien
merubah posisi
secara perlahan
c. Lakukan latian
ROM (range of
motion) jika klien
tidak mampu
mentoleransi
aktivitas
d. Berikan periode
istirahat sebelum
dan sesudah periode
latihan yang
direncanakan seperti
: makan, mandi,
pengobatan dan
aktivitas.
3. Health Education
(Pendidikan Kesehatan)
a. Instruksikan klien
tentang rasional dan
teknik untuk
menghindari.
intolerensi aktivitas
b. Ajarkan klien
penggunaan teknik
mengontrol
pernafaan dengan
aktivitas
c. Bantu klien dengan
konservasi energi
dan teknik kerja
dalam (ADL).

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24
a. Tentukan status gizi
jam diharapkan intake
kebutuhan tubuh b/d pasien dan
nutrisi pasien adekuat kemampuan (pasien)
ketidakmampuan dengan kriteria hasil : untuk memenuhi
mengabsorpsi nutrient, a. Asupan gizi kebutuhan gizi
ditingkatkan dari skala b. Kaji riwayat nutrisi
yang diperlukan untuk
1(sangat menyimpang termasuk makan
pembentuksn sel darah dari normal) ke skala 4 yang disukai
merah. Ditandai dengan (sedikit menyimpang c. Observasi dan catat
dari normal) masukkan makanan
mual-muntah, anoreksia.
b. Asupan makanan pasien
ditingkatkan dari skala d. Observasi dan catat
1 (sangat menyimpang kejadian
dari normal ke skala 4 mual/muntah, flatus
dan gejala lain yang
(sedikit menyimpang
berhubungan.
dari normal)
c. Energy ditingkatkan e. Lakukan atau bantu
dari skala 2 (banyak pasien terkait
menyimpang dari dengan perawatan
normal) ke skala 4 mulut sebelum
(sedikit menyimpang makan
dari normal)

3. Gangguan pola tidur b/d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur


hospitalisasi. (Kendala keperawatan selama 3x24 a. Tentukan pola
jam diharapkan pola tidur tidur/aktivitas tidur
Lingkungan) Ditandai
klien adekuat dengan b. Monitor dan catat
dengan ketidakpuasan kriteria : pola tidur pasien dan
tidur, tidur tidak a. Pola tidur ditingkatkan jumlah jam tidur
dari skala 2 (banyak c. Sesuaiakan
berkualitas, sulit
terganggu) ke skala 4 lingkungan
memulai tidur) (sedikit terganggu) (misalnya, cahaya,
b. Kualitas tidur kebisingan, suhu,
ditingkatkan dari kasur, dan tempat
skala 2 (banyak tidur) untuk
terganggu) ke skala 4 meningkatkan tidur
(sedikit terganggu) d. Anjurkan pasien
c. Jam tidur ditingkatkan untuk memantau
dari skala 2 (cukup pola tidur
terganggu) ke skala 4 e. Bantu untuk
(ringan) menghilangkan
stress sebelum tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

NANDA NIC NOC 2018-2020

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Anda mungkin juga menyukai