Rangkuman Bank Dan Lembaga Keuangan Lain
Rangkuman Bank Dan Lembaga Keuangan Lain
Menurut Peter S. Rose sistem perekonomian modern memiliki 7 fungsi pokok, yaitu :
Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya berupa asset keuangan/
tagihan dibandingkan dengan asset non keuangan. Lembaga keuangan juga menawarkan
berbagai jenis jasa keuangan seperti simpanan, kredit, proteksi asuransi, program pensiun,
penyediaan mekanisme pembayaran, dan mekanisme transfer dana.
Intermediasi keuangan adalah proses pembelian dana dari penabung untuk disalurkan
kembali kepada peminjam, yang tediri dari sektor usaha, pemerintah, dan rumah tangga.
Proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer
yang diterbitkan oleh unit defisit dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder
kepada penabung. Sekuritas primer dapat berupa saham, obligasi, commercial paper,
perjanjian kredit, dll. Sedangkan sekuritas sekunder berupa simpanan dalam bentuk giro,
tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana, dll.
Lembaga keuangan memiliki peran yang strategis dalam proses intermediasi sebagai
berikut :
Jenis lembaga intermediasi yang paling dominan dalam sistem keuangan adalah lembaga
depositori yang berperan dalam menarik/menghimpun dana dari masyarakat untuk
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Berikut alasan lembaga keauangan dibutuhkan
untuk :
a. Menawarkan berbagai progam simpanan yang dapat memenuhi semua jenis
kebutuhan masyarakat.
b. Menyediakan kredit dengan jumlah dan jangka waktu yang beragam.
c. Menanggung resiko intermediasi.
d. Memenuhi kebutuhan likuiditas nasabah untuk berbagai jenis kebutuhan.
e. Menyediakan jasa-jasa transaksi keuangan.
Pengalihan/ transfer dana dari penabung kepada peminjam dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu :
1. Credit risk (resiko kredit) : resiko ini terjadi apabila jumlah arus kas yang
seharusnya diterima, yang berasal dari kredit yang diberikan dan surat-surat berharga
yang dimiliki, misalnya obligasi yang tidak dibayar secara penuh.
2. Liquidity risk (resiko likuiditas) : resiko ini terjadi apabila lembaga keuangan tidak
memiliki dana untuk memenuhi semua penarikan oleh deposan, pemegang polis, atau
pemegang unit penyertaan reksa dana terbuka.
3. Interest rate risk (resiko tingkat bunga) : resiko ini terjadi apabila jatuh tempo
asset lembaga keuangan mengalami mismatch (ketidaksesuaian jatuh tempo asset)
dengan kewajibannya.
Misalkan saja suatu lembaga menerbitkan instrument utang senilai Rp. 100 dengan
jangka waktu jatuh tempo 1 tahun untuk membiayai asset yang dibelinya senilai Rp.
100 Miliar yang jatuh tempo 2 tahun. Diasumsikan cost of funds instrument utang 9%
pertahun dengan tingkat bunga asset 10% pertahun. Pada tahun petama, lembaga
keuangan akan mendapat keuntungan/spread sebesar 1% (10%-9%), yaitu dengan
meminjam jangka waktu pendek (1 tahun) danb memberi pinjaman jangka panjang (2
tahun). Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 1 miliar
(0,01 x Rp. 100 Miliar).
Namun keuntungan untuk tahun kedua belum dapat dipastikan. Apabila tingkat bunga
tidak mengalami perubahan, lembaga keuangan dapat membayar kembali
pinjamannya dengan bunga 9% dan mendapatkan keuntungan sebesar 1% / 1 miliar
pada tahun kedua. Namun, resiko tingkat bunga akan terjadi apabila lembaga
keuangan tidak dapat memperoleh pinjaman dengan bunga 9% karena tingkat bunga
mengalami kenaikan, misalnya 11% pertahun pada tahun kedua. Dengan demikian,
keuntungan pada tahun kedua menjadi negative yaitu 10%-11%=-1% atau lembaga
keuangan mengalami rugi sebesar Rp. 1 miliar (0,01 x Rp. 100 Miliar).
4. Market risk (resiko pasar) : resiko pasar secara potensial dapat terjadi apabila
lembaga keuangan secara aktif memperdagangkan berbagai instrument, termasuk
derivatif, disbanding kalau hanya menahannya untuk investasi jangka panjang.
5. Off balance sheet risk : kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan yang tidak
terlihat/tercatat dalam neracanya karena kegiatan ini tidak menyebabkan dan
melibatkan terjadinya kepemilikan suatu asset/ penerbitan instrument utang.
6. Foreign exchange risk (resiko nilai tukar) : resiko ini terjadi apabila nilai tukar
mengalami perubahan berlawanan yang mempengaruhi nilai asset dan liabilities
lembaga keuangan.
7. Country risk (sovereign risk) : lembaga keuangan yang memiliki asset/ melakukan
investasi diluar negri akan terekspos pada tambahan resiko investasi asing.
8. Operational risk (resiko operasi) : resiko yang berasal dari adanya kegagalan,
kerusakan, atau gangguan terhadap teknolohi atau dukungan sistem dalam kegiatan
operasional lembaga keuangan.
9. Insolvency risk : resiko ini secara teknis terjadi ketika modal lembaga keuangan
tidak mencukupi untuk menutupi semua kerugiannya.
BAB II
OTORITAS KEUANGAN
Perubahan yang paling fundamental dalam struktur sistem keuangan tersebut
adalah ditiadakannya fungsi Dewan Moneter yang sebelumnya dikenal dalam sistem
moneter Indonesia. Perubahan sistem sistem tersebut disebabkan karena terjadinya
pengalihan status Bank Indonesia menjadi lembaga independen dan berfungsi sebagai
otoritas tunggal dibidang moneter dan perbankan berdasarkan Undang-Undang
Nomoer 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Demikian juga, Otoritas Jasa
Keuangan menurut Undang-undang merupakan lembaga independen yang berfungsi
sebagai salah satu otoritas keuangan yang akan melaksanakan fungsi pengaturan,
pengawasan, dan pembinaan Lembaga-Lembaga Keuangan Hukum Bukan Bank
(LKBB) selain sektor perbankan.
Otoritas keuangan yang nantinya aan memiliki peran dalam pengaturan dan
pengawasan dibidang keuangan dan perbankan terdiri dari :
a. Bank Indonesia
b. Pemerintah (Departemen Keuangan
c. Otoritas Jasa Keuangan (RUU-nya dalam proses pembahasan)
d. Lembaga Penjamin Simpanan
BANK INDONESIA
Bank Indonesia memiliki satu tujuan yang disebut dengan tujuan tunggal yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah dan nilai
tukar yang wajar merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan. Reorientasi sasaran Bank Indonesia tersebut
merupakan bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk
keluar dari krisis ekonomi yang saat ini sedang dihadapi Indonesia.
Sedangkan fungsi Bank Indonesia adalah sebagai lender of the last resort
dimana Bank Indonesia membantu mengatasi mismatch yang disebabkan oleh risiko
kredit atau risiko pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, risiko manajemen dan
risiko pasar. Bank Indonesia diberikan wewenang dan tanggung jawab yang luas
dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan kliring dan jasa transfer dana serta
penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank.
Menurut UU no 23 tahun 1999, Bank Indonesia menjadi lembaga independen
dimana Bank Indonesia bebas dalam mengambil dan melaksanakan kebijakan tanpa
pengaruh dan intervensi dari pemerintah atau pihak lain. Bank Indonesia dituntut
untuk transparan dan memenuhi prinsip akuntanbilitas publik dalam menetapkan
kebijakannya serta terbuka bagi pengawasan oleh masyarakat.
Bank Indonesia mempunyai 3 tugas utama :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Wewenang Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran moneter dan
melakukan pengendalian moneter yaitu sebagai berikut :
1. Melaksanakan kebijakan nilai tukar bersasarkan sistem nilai tukar yang ditetapkan
2. Mengelola cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban luar negeri
3. Memelihara keseimbangan neraca pembayaran
4. Meneriman pinjaman luar negeri.
Perubahan penting dalam UU no 23 tahun 1999 adalah larangan pemberian
kredit kepada pemerintah. Dengan adanya perubahan juga, Bank Indonesia tidak dapat
lagi memberikan kredit likuiditas dalam rangka kredit program. Dan semua itu
dialihkan kepada BUMN. Tugas dan wewenang BUMN yang ditunjuk pemerintah
antara lain :
1. Melakukan pembayaran kewajiban kepada Bank Indonesia
2. Melakukan penyaluran dan administrasi kredit program
3. Mencari sumber-sumber pendanaan untuk kelanjutan pelaksanaan kredit program
1. mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham,
termasuk hal dan wewenang RUPS
2. menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank gagal yang diselamatkan
3. meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri dan mengubah setiap kontrak yang
mengikat bank gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan
bank.
4. Menjual dan mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau kewajiban
bank tanpa persetujuan debitur.
a. Giro
b. Deposito
c. Sertifikat deposito
d. Tabungan atau/dan yang dipersamakan dengan itu
a. Nilai simpanan yang dijamin setiap nasabah pada suatu bank maksimal
Rp.100.000.000
b. Nilai simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau lebih
kriteria sebagai berikut :
- Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar
- Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun
- Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90%
dari jumlah nasabah penyimpanan seluruh kantor bank.
DEPARTEMEN KEUANGAN
Departemen Keuangan hanya melakukan pengaturan dan pengawasan di
bidang Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Unit organisasi yang secara
langsung dalam menangani sektor keuangan dan perbankan adalah Direktorat
Jenderal Lembaga Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal (Babepam).
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan mempunyai fungsi pengaturan dan
pengawasan terhadap LKBB. Sedangkan Bapepam mempunyai fungsi pembinaan,
pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal guna mewujudkan pasar modal
yang teratur, wajar, dan efesien untuk melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.
Kepemilikan, yaitu :
- Bank Konvensional
- Bank Syariah
BANK PERSERO
Bank persero atau sering juga disebut bank pemerintah, adalah bank umum
yang secara mayoritas sahamnya dimiliki pemerintah. Karena terjadinya krisis
ekonomi, awal dekade 2000an, bank persero diperkecil yang awalnya 7 bank menjadi
4 bank. Bank persero antara lain : Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BRI.
BANK ASING
Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar Indonesia yang
saat ini hanya diperkanankan beroperasi di Jakarta dan membuka kantor cabang
pembantu di beberapa ibukota provinsi selain Jakarta, yaitu Semarang, Surabaya,
Bandung, Denpasar, Ujung Pandang, Medan, dan Batam. Bank asing yang membuka
cabangnya di Indonesia harus mempunyai aset 200 terbesar di dunia dan memilik
rating minimal A dari lembaga peringkat (rating agency) internasional. Contoh bank
asing yang beroperasi di Indonesia adalah : Citibank, American Express Bank, Bank
of Tokyo, Standart Chartered Bank, Hongkong and Shanghai Bank Corporation, Bank
of America, dll.
Bank Campuran
Kepemilikan bank campuran dapat dilakukan oleh warga Negara Indonesia
dan atau badan usaha hukum Indonesia dengan warga Negara asing dan atau badan
hukum asing secara kemitraan.
Kegiatan uaha bank campuran pada prinsipnya tidak berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh bank umum swasta nasional, bank umum persero, atau bank
pemerintah. Dari sudut kegiatan penghimpunan dana (funding), sumber dana bank
campuran terutama berasal dari simpanan berjangka, dan giro. Kegiatan usaha bank
campuran umumnya memberikan pelayanan wholesale atau corporate banking. Bank
campuran yang beroperasi di Indonesia sampai akhir 2004 berjumlah 24 bank antara
lain;
BPR
Adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. BPR diperkenankan
menerima simpanan dalam bentuk giro dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
1. Perusahaan daerah
2. Koperasi
3. Perseroan terbatas
4. Bentuk Lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
Klasifikasi BPR;
1. BPR Baru
2. Bank Pasar
3. Bank Desa
4. BKPD
5. Lumbung Desa
Kegiatan Usaha BPR;
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
4. Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito atau tabungan pada bank
lain
1. Lembaga pembiayaan
2. Perusahaan perasuransian
3. Perusahaan efek
4. Reksadana
5. Perusahaan modal ventura
6. Pegadaian
Lembaga Pembiayaan
Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan yang masuk dalam bidang usaha
lembaga pembiayaan disebut perusahaan. Bidang usaha lembaga pembiayaan, pada
awalnya, sebagaimana diatur dalam Keppres No. 61 tahun 1998 adalah sebagai
berikut;
Perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebut
multifinance company.
PERUSAHAAN PERASURANSIAN
Di atur dengan undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian.
Jenis usaha perasuransian yang di atur dalam undang-undang nomor 2 tahun 1992
dapat digolongkan sebagai berikut;
1. Usaha asuransi yang terdiri atas; asuransi kerugian (non life insurance),
asuransi jiwa dan reasuransi
2. Usaha penunjang asuransi yang terdiri atas; pialang asuransi, pialang
reasuransi, penilai kerugian, konsultan aktuaria, dan agen asuransi.
DANA PENSIUN
Adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan
manfaat pension. Dana pensiun diatur dalam undang-undang nomor 11 tahun 1992.
Pembentukan dana pensiun didasarkan pada asas;
Dana pensiun pemberi kerja adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan
yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program
pensiun manfaat pasti dan program pensiun iuran pasti bagi kepentingan
karyawannya.
PERUSAHAAN EFEK
Adalah perusahaan yang dapat melakukan kegiatan penjaminan emisi, perantara
pedagang efek, dan manajer investasi. Dalam melaksanakan fungsi penjaminan emisi
perusahaan efek bertindak sebagai penjamin emisi. Untuk jasa yang diberikan
tersebut, perusahaan efek mendapatkan under writing fee yang dihitung dari nilai
emisi. Ada tiga metode penjaminan yang dilakukan oleh perusahaan efek;
Reksa Dana
Reksa dana disebut juga investment fund atau mutual funds adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa Dana menurut
ketentuan dapat didirikan dalam bentuk hukum perseroan atau kontrak investasi
kolektif.
Reksa Dana melakukan kegiatannya berdasar kontrak yang dibuat oleh manajer
investasi dan bank custodian.
Perusahaan Penjamin
Merupakan kegiatan usaha yang relative baru dalam lingkup lembaga keuangan bukan
bank.
Bidang usaha penjamin adalah melakukan kegiatan dalam bentuk pemberian jasa
penjaminan untuk menanggung pembayaran kewajiban keuangan terjamin, apabila
terjamin tidak dapat memenuhi kewajiban perikatannya kepada penerima jaminan
yang timbul dari transaksi kredit, sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan
konsumen, pembiayaan dengan pola bagi hasil, dan pembelian barang secara
angsuran.
Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi penjaminan;
1. Terjamin, adalah pihak yang memperoleh penjaminan dari perusahaan
penjaminan
2. Penerima jaminan, adalah pihak yang berhak menerima pembayaran dari
perusahaan penjaminan, apabila terjamin tidak dapat memenuhi kewajiban
perikatannya.
3. Perusahaan penjamin, adalah badan usaha yang bergerak dibidang keuangan
yang kegiatan usaha pokoknya melakukan usaha penjaminan.