Anda di halaman 1dari 8

Case Based Discussion:

Dispepsia

Teori Pasien

S: S:
DD/ Nyeri Epigastrium : Seorang wanita G3P1A1 berusia 23 tahun
mengaku hamil 38 minggu datang dengan
Dispepsia keluhan lemas dan tidak bertenaga. Lemas
Keadaan yang ditandai oleh salah satu atau lebih dirasakan sejak usia kehamilan sekitar 20
gejala utama area gastroduodenal berikut : nyeri minggu dan hingga kini dirasa semakin
epigastrium, rasa terbakar pada epigastrium, memburuk. Pasien menganggap rasa lemas
rasa penuh setelah makan atau sensasi cepat adalah hal yang wajar saat kehamilan sehingga
kenyang. tidak mencari pengobatan. Meskipun merasa
lemas, pasien masih dapat melakukan aktivitas
Gastritis sehari-hari.
Adanya nyeri atau ketidaknyamanan pada
epigastrium. Gejala lain berupa mual, muntah, Pasien juga mengeluh adanya pusing dan mata
nafsu makan berkurang, sering sendawa dan berkunang-kunang. Pusing khususnya terasa
kembung. Demam dan menggigil juga dapat saat bangun dari posisi berbaring atau duduk,
terjadi tetapi tidak khas. karena pusingnya ini pasien sulit menjaga
keseimbangan dan harus menunggu sebentar
GERD sebelum mulai berdiri dan berjalan.
Dua gejala khas refluks esofagus adalah
heatburn dan regurgitasi. Heatburn adalah rasa Pasien juga mengeluh mual dan muntah, namun
terbakar di daerah ulu hati yang naik hingga sudah terbiasa semenjak kehamilannya.
retrosternal atau dibelakang tulang dada.
Regurgitasi menyebabkan pasien merasakan Pasien mengatakan selalu menjaga asupan
sensasi asam atau pahit di dalam mulut. Gejala nutrisi dengan baik, makan daging dan sayuran
lain juga dapat terjadi nyeri pada epigastrium cukup serta karbohidrat. Sehari-hari pasien lebih
yang mirip dispepsia atau ulkus peptikum, perut sering beristirahat dan hanya melakukan
kembung, mual, cepat kenyang, dan aktivitas minimal. Pasien melahirkan anak
bersendawa. sebelumnya 2 tahun yang lalu melalui operasi
sesar.
Penyakit Jantung Koroner
Rasa tertindih/berat di dada. Nyeri tidak BAB normal tidak ada darah atau lendir,
berhubungan dengan gerakan pernapasan. konsistensi normal, volume normal, warna
Dapat juga berupa gejala rasa tidak nyaman di coklat, namun dirasakan semakin sulit seiring
epigastrium. bertambahnya usia kehamilan.
Ulkus Gaster
Nyeri pada epigastrium, terjadi setelah makan. BAK tidak ada darah, tidak nyeri, warna
Hal ini terjadi karena segera setelah makan bening-kuning.
produksi asam lambung di lambung meningkat
sehingga pasien dengan ulkus gaster akan Pasien menyangkal adanya: demam, mata atau
merasa nyeri. kulit menjadi kuning, pilek, batuk, mimisan,
gusi berdarah, nyeri menelan, sesak nafas, nyeri
Ulkus Duodenum dada, diare, konstipasi, benjolan atau
Nyeri pada epigastrium terjadi setelah 2-3 jam pembengkakan pada bagian tubuh tertentu,
sesudah makan atau saat lapar dan membaik penurunan berat badan, riwayat pingsan,
setelah makan atau minum antasida. Nyeri maupin pendarahan dari jalan lahir.
setelah makan dikarenakan saat makan pilorus
akan berkontraksi untuk mengkonsentrasikan Kebiasaan: merokok (-), alkohol (-)
makanan di lambung dulu, baru kemudian
berelaksasi dan melepaskan isi lambung dan RPD: HT (-), DM (-), tidak ada riwayat kelainan
asam lambung ke duodenum.
darah dan autoimun.
Cholelithiasis
Nyeri mendadak pada perut kanan atas atau RPK: Tidak ada yang menderita kelainan darah
bagian tengah perut, mual, muntah, nafsu dan autoimun, HT (-), DM (+).
makan berkurang, perut kembung, dan BAB
berwarna putih pucat. RL: pasien mendapatkan dukungan dalam
kehamilannya dari keluarga maupun masyarakat
Pankreatitis Akut di sekitarnya.
Nyeri pada perut, mual muntah, nafsu makan
berkurang. Usaha berobat: pasien mengatakan tidak
pernah minum suplemen besi ataupun vitamin A
Irritable Bowel Disease selama kehamilan
Rasa tidak nyaman pada perut, dyspepsia,
heatburn, mual, muntah. Riwayat alergi: (-)

Keganasan Gaster
Nyeri pada ulu hati, perut kembung dan sering
bersendawa, cepat merasa kenyang, mual dan
muntah, nafsu makan berkurang, berat badan
turun, tubuh lemas, BAB berwarna hitam atau
berdarah.
Gastritis O:
 TTV: takikardia, takipnoe Tanda Vital:
 Konjungtiva anemis Kesadaran: CM
 Mukosa mulut anemis GCS: E4M6V5
 Stomatitis angularis Tensi: 130/80 mmHg
 Atrofi papil lidah  lidah licin Nadi: 90x/menit
 Disfagia Respirasi: 22x/Menit
Suhu: 36,5 oC
 Spoon nail
 Splenomegali
BB: 69 kg
 Pica  mennginginkan makanan aneh TB: 156 cm
seperti tepung, es, dan lain-lain BMI: 28,35 kg/m2
Anemia penyakit kronis Kulit: turgor kembali cepat, ptechiae (-),
 Kulit pucat sianosis (-), ikterik (-)
 Conjungtiva pucat (+/+)
 Hipotensi ortostatik Mata: conjungtiva anemis +/+,
 Tachyaritmia sklera ikterik - / -
 Takipnoe
 Hepatosplenomegali Mulut: mukosa pucat, lembab, bibir pecah-
 Gejala penyakit yang mendasarinya pecah, lidah licin, frenulum linguae tidak
ikterik, stomatitis angularis (-)
Anemia hemolitik
 TTV: takikardia Leher: KGB tak teraba membesar, trakea letak
 Conjungtiva anemis sentral, tidak teraba pembesaran tiroid,
 Sklera ikterik
 Splenomegali Thorax:
 Hepatomegali Paru:
 Limfadenopati Inspeksi: pergerakan simetris, retraksi
suprasternal (-)
 Deformitas skeletal
Palpasi: Nyeri tekan -, taktil fremitus kanan =
 Akrosianosis
kiri
 Mialgia Perkusi: sonor
 Urtikaria Auskultasi: VBS +/ + simetris, Rh -/-, Wh -/-
Anemia aplastik Jantung:
 Kulit pucat Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
 Tangan dan kaki yang dingin Palpasi: ictus cordis tidak teraba
 Pucat Perkusi: batas jantung normal
 Pendarahan: Auskultasi: bunyi jantung murni, S1=S2,
o Kulit murmur (–)
o Gusi
o Retina Abdomen:
o Hidung Inspeksi: cembung gravid
o Saluran cerna Auskultasi: bising usus sulit diobservasi, DJJ
o Vagina 144x/menit
 Demam Perkusi: sulit dinilai
 Hepatomegali Palpasi: Hepar dan lien sulit dinilai
 Splenomegali
Status obstetrikus:
Anemia megaloblastik TFU: 33 cm
 Pigmentasi kulit Lingkar perut: 89 cm
 Angular cheilosis His: (-)
 Vitiligo Letak janin: kepala dibawah, punggung di kiri
 Neuropati perifer Taksiran BB: 2500 g
 Pigmentasi kulit
 Angular cheilosis Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik,
clubbing finger (-), spoon nail (-)
 Vitiligo
 Neuropati perifer
Pemeriksaan laboratorium sebelumnya:
 Hb: 7,3
 Ht: 26
 Leukosit: 12,31
 Trombosit: 322
 Eritrosit: 3,8
 MCV: 73
 MCH: 19
 MCHC: 26
 Waktu perdarahan: 1,00 menit
 Waktu pembekuan: 7,00 menit
 Gambaran SADT: anemia hipokrom
mikrositer, suspek adanya anemia
defisiensi Fe
 Ferritin: 4,7

A: G3P1A1 gravida aterm,


BSC
KPSW
Anemia defisiensi Fe
P: P:
Mencari penyebab dispepsia dan mengatasi Non Medikamentosa:
penyebabnya. - Rawat Inap
Makan lebih sering dalam porsi kecil - Infus RL 2500cc/24 jam
Menghindari makanan tinggi lemak, pedas, dan - Terapi O2 2-3 LPM
asam - Obs TTV, input output
Terapi obat penghambat asam lambung, seperti - Sectio Caesar
PPI (omeprazole, lanzoprazole, pantoprazole) - Transfusi PRC  target Hb ≥ 9 mg/dL
Omeprazole 20mg atau 40mg 1x1 - Pemantauan Hb setiap transfusi
Terapi anti emetik, seperti Ondansentron, Medikamentosa:
Domperidon, Metoklopramid. - Sebelum SC: Amoxicillin 1 gr, dilanjutkan IV
3x1 gr 1 hari tersebut
- Ketorolac 4x30mg IV
- Ceftriaxone 1x2g IV
- Cefadroxil 2x1 PO
- As. Mefenamat 3x1 PO
- Fe tab 1x1 PO

Riwayat tranfusi:
1. PRC AB/+ 206 cc  Hb: 8,1 g/dL  ulangi
transfusi
2. PRC AB/+ 269 cc
Dispepsia
DEFINISI

Suatu keadaan yang ditandai oleh salah satu atau lebih gejala berikut:
 Nyeri epigastrium
 Rasa terbakar di epigastrium
 Rasa penuh setelah makan
 Sensasi cepat kenyang
Dibagi menjadi 2 bagian :
 Organik
Kelainan struktural, biokimia, atau sistemik
 Fungsional
Tidak ditemukan adanya penyebab organik

EPIDEMIOLOGI
Studi di Amerika dan Eropa menunjukkan prevalensi dispepsia pada orang dewasa per tahun
berkisar antara 25-40% dengan insidens antara 1-9%. Hanya setengahnya yang berusaha
mencari pertolongan medis, sebagian lagi tidak diobati atau berusaha diobati sendiri dengan
bantuan apoteker.

ETIOLOGI
 Kelainan struktural pada saluran cerna :
Ulkus peptikum, ulkus duodenum, esophagitis refluks, gastritis, penggunaan obat-
obatan seperti teofilin, digitalis dan antibiotik, atau adenokarsinoma gaster dan
esofagus.
 Penyakit hepatobilier :
Kolesistitis kronik, pankreatitis kronik, hepatitis, hepatoma, steatohepatitis, keganasan
 Penyakit sistemik :
DM, hiperkalsemia, keracunan logam berat, penyakit tiroid, gagal ginjal
 Non-organic atau fungsional
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Pemeriksaan lab
 Endoskopi
Identifikasi kelainan strukturan mukosa (gastritis, ulkus, keganasan) , biopsy jaringan
untuk pemeriksaan ganas/ jinak H. pylori
 USG
Bila anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah kepada gangguan tractus biliaris atau
pancreas
 Pencitraan dengan barium meal --> melihat kelainan struktur mukosa atau adanya
massa terutama bila endoskopi tidak dapat masuk akibat penyempitan.
 Urease breath test (UBT): Dapat digunakan untuk deteksi H.pylori dengan sensitivitas
dan spesifisitas cukup tinggi hingga mencapai 95%.

PENATALAKSANAAN
Menurut American Gastroenterological Asscociation dan American College of
Gastroenterology, pasien usia <55 tahun dan tanpa tanda bahaya diterapi dengan test and treat
untuk H. pylori bila diketahui prevalensi infeksi H. pylori >10%, atau terapi empiris dengan
PPI bila prevalensi infeksi H. pylori <10%.
Terapi empiris dengan agen antisekretorik asam lambung bila prevalensi infeksi H.
pylori rendah, pasien tanda bahaya dan hasil tes H. pylori negatif. Terapi PPI dosis standar
sekali sekali sehari selama 4-8 minggu. Bila belum terjadi perbaikan dalam 2-4 minggu, dosis
ditambah atau diganti dengan obat golongan lain. Seperti prokinetik atau antidepresan.

Anda mungkin juga menyukai