Tugas Individu Forensik
Tugas Individu Forensik
DISUSUN OLEH:
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2015
0
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelusuran aset pada umumnya berkaitan dengan pengembalian kembali aset yang
dimiliki oleh suatu negara/organisasi atau suatu entitas yang diambil oleh pihak lain
dengan cara melawan hukum seperti perbuatan tindak pidana korupsi dan atau tindak
pidana pencucian uang. Aset yang diambil secara melawan hukum tersebut oleh pelaku
disembunyikan sedemikian rupa misalnya dibelikan ke aset tetap seperti bangunan, tanah,
kendaraan, atau disimpan dalam bentuk sertifikat deposito, diinvestasikan dalam surat
berharga saham, obligasi atau cara lain yang dilakukan pelaku untuk dapat mengaburkan
asal usul aset tersebut. Tujuan penelusuran aset adalah untuk mengetahui keberadaan dan
jenis aset yang disembunyikan dari hasil tindak pidana, yang akan digunakan untuk
penggantian kerugian negara. Penelusuran aset dilakukan oleh penegak hukum dan
dan atau tindak pidana pencucian uang. Dalam hal ini auditor porensik dapat
bukti yang kompeten, relevan dan cukup melalui keahlian di bidang akuntansi.
2. Pada saat penyidik melakukan penyidikan atas suatu perkara tindak pidana korupsi
dan atau tindak pidana pencucian uang. Dalam hal ini auditor forensik dengan
dalam merampasnya untuk memulihkan kerugian keuangan negara. Dalam hal ini
auditor forensik dengan keahlian di bidang akuntansi dan auditing yang dimilikinya
1
dapat membantu kejaksaaan (eksekutor) melalui analisis transaksi keuangan, transaksi
aset lainnya yang berkaitan dengan harta kekayaan yang diperoleh terpidana secara
cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti transaksi keuangan dan non keuangan
yang berkaitan dengan aset hasil perbuatan tindak pidana korupsi dan atau tindak pidana
pencucian uang yang disembunyikan oleh pelaku untuk dapat diidentifikasikan, dihitung
untuk pemulihan kerugian akibat perbuatan pelaku tindak pidana korupsi dan atau tindak
bahwa kerugian negara dapat segera dipulihkan. Hal ini sangat tergantung dari keberadaan
masih perlu ada proses hukum seperti pembuktian mengenai hak kepemilikan atas aset
tersebut. Kalau hartanya berada di luar Indonesia, masalahnya menjadi lebih kompleks,
masalah perjanjian timbal balik atau traktat yang ada antar negara yang berkaitan.
Seperti yang diungkapkan Dimitri Vlasis bahwa masyarakat dunia, baik di negara
berkembang maupun negara maju, semakin frustasi dan menderita akibat ketidakadilan
dan kemiskinan yang diakibatkan tindak pidana korupsi. Masyarakat dunia menjadi pasrah
dan sinis ketika menemukan bahwa aset hasil tindak pidana korupsi, termasuk yang
dimiliki oleh para pejabat negara, tidak dapat dikembalikan karena telah ditransfer dan
ditempatkan di luar negeri melalui pencucian uang yang dalam praktik dilakukan dengan
2
Aset hasil tindak pidana korupsi yang diambil oleh para koruptor banyak yang
bank di luar negeri melalui mekanisme pencucian uang sehingga upaya dalam melacak
serta mengembalikan aset tersebut menjadi sulit. Tidak jarang teknik pencucian uang ini
disempurnakan oleh akuntan, pengacara, dan bankir yang disewa oleh koruptor.
Dalam melakukan proses pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi ini, negara-
negara di dunia saling melakukan kerja sama internasional dalam rangka mempermudah
proses pengembalian aset ini. Tetapi dalam pelaksanaanya terdapat kendala-kendala yang
disebabkan antara lain: sistem hukum yang berbeda, sistem perbankan dan finansial yang
ketat dari negara di mana aset berada, praktek dalam menjalankan hukum, dan perlawanan
B. Permasalahan
Aset para koruptor yang didapat dari hasil tindak pidana banyak disembunyikan baik
di bank-bank lokal maupun bank luar negeri dan asset tersebut juga dikoversi menjadi
barang seperti dibelikan rumah, tanah, mobil dan lain-lain. Penelusuran asset dilakukan
karena adanya pelanggaran hukum yang dilakukan pelaku dan telah menyebabkan
kerugian Negara. Kerugian Negara harus dipulihkan atau dengan kata lain, asset-aset
yang didapat pelaku dengan cara melanggar hukum tersebut harus dikembalikan ke
pihak-pihak yang dirugikan dan/atau dikembalikan ke Negara. Oleh karena itu, dalam
makalah ini mengulas bagaimana melakukan audit forensik dan penelusuran asset melalui
II. PEMBAHASAN
3
A. Korupsi dan Ketentuan UNCAC
pemidanaan para koruptor saja, tetapi juga meliputi tindakan yang dapat mengembalikan
pengembalian aset hasil korupsi dapat mengurangi makna penghukuman terhadap para
koruptor. Upaya pengembalian aset negara yang dicuri (stolen asset recovery) melalui
tindak pidana korupsi (tipikor) cenderung tidak mudah untuk dilakukan. Para pelaku
tipikor memiliki akses yang luar biasa luas dan sulit dijangkau dalam menyembunyikan
maupun melakukan pencucian uang (money laundering) hasil tindak pidana korupsinya.
penyembunyian (safe haven) hasil kejahatan tersebut yang melampaui lintas batas
wilayah negara dimana tindak pidana korupsi itu sendiri dilakukan. Dalam menentukan
penyitaan terhadap harta kekayaan dari pelanggaran konvensi. Indonesia sebagai negara
4
1. Adanya tanggung jawab pemerintah untuk mengembangkan kebijakan antikorupsi
yang efektif;
Against Transnational Crime (UNCATC) Tahun 2000 memasukkan tipikor sebagai salah
satu kejahatan lintas batas yang dilakukan oleh organized criminal group. Kesadaran
Corruption (UNCAC) Tahun 2003 yang menyatakan bahwa korupsi tidak lagi
merupakan masalah lokal di suatu negara tetapi juga dapat mempengaruhi perekomian
UNCAC juga memberikan peluang untuk memudahkan pengembalian aset curian yang
dihalangi ketentuan kerahasian\bank, dengan syarat; negara tempat aset itu disimpan
meratifikasi UNCAC. Pasa l 40 UNCAC menyatakan bahwa setiap negara pihak wajib
memastikan terdapatnya mekanisme yang layak dalam sistem hukum nasionalnya untuk
Dalam hal upaya pembekuan, penyitaan dan perampasan asset negara yang dicuri
sesungguhnya hanyalah ketentuan pasif yang tidak dapat memaksa negara-negara safe
diantara negara-negara dunia. Hanya saja hal tersebut tentu menjadi kendala bagi negara-
5
negara berkembang yang tidak memiliki bargaining position yang kuat dalam kancah
politik internasional.
negara besar menjadi penghambat utama dalam mengembalikan aset-aset curian dari
tipikor. Aset kekayaan yang dicuri tersebut sangat membantu pembangunan negara-
asset tersebut bagi negara berkembang, maka perlu diketahui sejauhmana peran dari
konvensi PBB dan program inisiatif seperti StAR itu sendiri bagi pengembalian aset
curian tipikor.
B. Audit Forensik
Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah
forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.
(JFA) “Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum.
Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses
Sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di
muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan
6
audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi
ahli (litigation support) di pengadilan. Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun
kemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya
audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya fraud. Audit tersebut
akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini, audit
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional
adalah pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada
beberapa teknik audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah
kompleks. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara
spesifik untuk menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat
mendeteksi fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu
siapa pelaku fraud. Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip
teknik yang digunakan detektif untuk menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-
teknik yang digunakan antara lain adalah metode kekayaan bersih, penelusuran jejak
uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan, analisa kamera tersembunyi
7
Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis
tumbuh pesat. Untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam waktu yang
relatif cepat, agar dapat diperhitungkan perkiraan potensi dampak yang ditimbulkan
akibat perilaku jahat yang dilakukan oleh kriminal terhadap korbannya, sekaligus
terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan perbuatan tidak
menyenangkan dimaksud.
bersifat mendeteksi fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari
tahu siapa pelaku fraud. Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip
teknik yang digunakan detektif untuk menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-
teknik yang digunakan antara lain adalah metode kekayaan bersih, penelusuran jejak
uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan, analisa kamera
audit forensik yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan
perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa menutup celah-
8
b. Deteksi dan investigasi fraud
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan
ditindak secara hukum yang berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani
sebagainya.
temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk
kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji
tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap hukum atau
peraturan.
9
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK,
BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE
(Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk
audit forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam
deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara
itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti
memberi hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang
terungkap oleh BPK maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang
Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas
pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank swasta nasional. Selain itu juga ada
audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang dilakukan BPK
meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang
C. Penelusuran Aset
Penelusuran Aset (Asset Tracing) adalah suatu teknik yang digunakan oleh
bukti transaksi keuangan dan non keuangan yang berkaitan dengan asset hasil perbuatan
TPK dan atau tindak pidana pencucian uang yang disembunyikan oleh pelaku untuk
10
dapat diidentifikasikan, dihitung jumlahnya, dan selanjutnya agar dapat dilakukan
Sedangkan menurut BPKP dalam Modul Audit Forensik (2007) yang dimaksud
dengan penelusuran aset adalah merupakan suatu teknik yang digunakan oleh seorang
transaksi keuangan dan non keuangan yang berkaitan dengan aset hasil perbuatan tindak
pidana korupsi dan atau tindak pidana pencucian uang yang disembunyikan oleh pelaku
untuk dapat diidentifikasikan, dihitung jumlahnya, dan selanjutnya agar dapat dilakukan
pelaku tindak pidana korupsi dan atau tindak pidana pencucian uang tersebut.
dilakukan oleh auditor forensik dari pihak BPK, BPKP dan KPK beserta pihak-pihak dari
11
perundang-undangan yang sudah ada tersebut, upaya mengambil kembali aset hasil tindak
pidana umumnya hanya dapat dilaksanakan jika pelaku kejahatan oleh pengadilan telah
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana.
Verifikasi, Pemeriksaan Fisik serta Penilaian Aset dalam rangka mendapatkan data aset
Dalam rangka pengembalian kerugian negara kegiatan penelusuran aset ini adalah
salah satu tahap kegiatan yang sangat penting untuk mendapatkan pembuktian ada atau
tidaknya tindak pidana pencucian uang terkait dengan tindak pidana asa
Selain untuk membuktikan ada atau tidaknya tindak pidana pencucian uang, penelusuran
“memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu kooperasi“ dan unsur “merugikan
kerugian negara yang diakibatkan oleh terjadinya tindak pidana asal atau TPPU;
Mendukung pengembangan perkara dan pengungkapan tindak pidana asal dan TPPU
lainnya.
12
1. Penelaahan data awal: adalah kegiatan mempelajari, menelaah informasi yang sudah
tersedia dalam rangka mencari keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya.
a. Permintaan Data Resmi adalah upaya untuk mendapatkan data atau informasi dari
b. Pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara mandiri yaitu upaya
dan/ataupenyitaan dan/atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur
aset berdasarkan nilai jual, harga pasar, nilai jual objek pajak atau kombinasinya.
13
1. Kerugian Negara
tentang kerugian negara/ daerah yaitu dalam Pasal 1 ayat (22) Undang-undang ini
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai. Sedangkan pengertian kerugian negara (BPK RI:1983)
Pasal 2
1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti
14
perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena
tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam
menunjukan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu ada
adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku
tindak pidana korupsi, yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap
korupsi.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
sebagai berikut:.
Pasal 3 Kata “dapat” dalam ketentuan ini diartikan sama dengan penjelasan Pasal 2.
(“dapat”) terjadi.
15
2. Pemulihan Kerugian Negara
proses untuk mengubah aset yang sudah ditemukan lewat penelusuran aset, menjadi
aset untuk diserahkan kepada pihak yang dimenangkan dalam penyelesaian sengketa.
Proses ini bisa terjadi di dalam maupun di luar negeri, antara lain meliputi
Dengan demikian dapat disimpulkan apabila terjadi tindak pidana pencucian uang
ataupun tindak pidana korupsi dalam hal ini yang dirugikan negara, maka pemulihan
lebih efektif untuk memulihkan keuangan negara dalam hal pengembalian aset (asset
baru dalam penanganan tindak pidana, yaitu dengan pendekatan follow the money
(menelusuri aliran uang) untuk mendeteksi TPPU dan tindak pidana lainnya. Dasar
hukum pemulihan kerugian negara dari hasil penelusuran aset antara lain terdapat
Tindak Pidana Korupsi (UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001).
16
Pasal 3
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena tindak
pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
Pasal 4
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
Dalam konsep anti pencucian uang, pelaku dan hasil tindak pidana dapat
diketahui melalui penelusuran aset. Selanjutnya aset hasil tindak pidana tersebut
dirampas untuk negara atau dikembalikan kepada yang berhak. Apabila harta
kekayaan hasil tindak pidana tadi milik negara, maka harta tersebut akan
dikembalikan kepada negara. Penelusuran harta kekayaan hasil tindak pidana pada
umumnya dilakukan oleh lembaga keuangan melalui mekanisme yang diatur dalam
17
khususnya dalam menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa dan melaporkan
transaksi tertentu kepada otoritas sebagai bahan analisis dan untuk selanjutnya
menindaklanjuti data tersebut secara hukum sampai dengan aset tersebut jelas nilainya
dan keberadaannya yang pada akhirnya dapat digunakan untuk penggantian kerugian
undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20
Tahun 2001) yang diuraikan dalam Pasal 17 dan Pasal 18 sebagai berikut:
Pasal 17
Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5
sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana
18
Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut.
Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksirnum dari pidana
pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana
Penelusuran aset adalah prosedur pelacakan aset atau dana untuk mencari asal
usul maupun keberadaannya baik itu yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri
Penelusuran aset biasanya terjadi ketika ada kecurigaan atau tindakan penipuan,
Penyembunyian aset oleh pelaku kejahatan tindak pidana korupsi dan atau tindak
pidana pencucian uang, dapat menggunakan sarana perbankan yang mana uang hasil
tindak pidana tersebut disembunyikan ke bank-bank lokal maupun bank luar negeri dan
bisa juga uang dari hasil tindak pidana tersebut dikonversi dalam bentuk barang, jadi
atau pembelian aset tetap lainnya seperti; mesin-mesin, kendaraan, bangunan, tanah dll.
19
Untuk mengetahui tempat persembunyian tersebut, pihak penegak hukum yang
dibantu oleh auditor forensik akan dapat memperoleh informasi penyembunyian tersebut
report) dan transaksi keuangan tunai (Cash transaction report) yang dikirim Penyedia
Jasa Keuangan kepada PPATK. Laporan ini mencantumkan detail dari jumlah yang
ditransfer, nama bank, dan nomor rekening bank pengirim (kalau transfer bukan
berasal dari setoran tunai) dan penerima. Informasi ini bermanfaat untuk pembekuan
rekening bank dan penelusuran lebih lanjut dari arus dana berikutnya.
2. Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK)
PPATK juga mempunyai jaringan kerjasama dengan lembaga serupa di luar
counterpart-nya maupun pihak interpol. Informasi dari dalam dan luar negeri dapat
undangan tindak pidana pencucian uang, misalnya oleh Tim Pemburu Koruptor.
3. Hasil Penelitian Akademisi dan LSM
Informasi lain adalah dari hasil penelitian dari orang-orang yang
mengkhususkan diri dalam ”perburuan harta haram”,. Biasanya ada beberapa sumber
pelanggaran yang telah terjadi, tetapi lebih suka identitas diri mereka tidak
diungkapkan. Dengan kondisi semacam ini, mereka lebih bebas berbicara tanpa perlu
yang sedang disidangkan di pengadilan baik dalam negeri mapun luar negeri.
Sangketa bisa terjadi antara keluarga maupun antar perusahaan atau organisasi yang
bisa diikuti, mungkin harta yang dipersengketakan diduga berasal dari tindakan
pidana.
5. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
20
Dalam rangka untuk menjalankan perintah undang-undang serta untuk
ke KPK. LHKPN dapat memberikan informasi kepada KPK tentang harta kakayaan
dan KPK akan menelusuri harta kekayaan yang telah dilaporkan dan jika ditemukan
Bursa Efek merupakan sumber informasi mengenai perusahaan yang menjual surat
yang tercatat di negara-negara yang disebut tax haven countries, tidak jelas siapa
Pusat) kemana laporan keuangan perusahaan yang diaudit (baik perusahaan tertutup
merupakan sumber informasi penting (apakah ada mobil mewah atas nama pejabat
negara atau keluarganya).
7. Pembocoran informasi oleh orang dalam.
Alasannya bermacam-macam ,mulai dari kekecewaan atau sakit hati dengan
bekerja sama dengan penegak hukum untuk membongkar suatu kasus. Dalam
mengaku dosa”.
8. Kerjasama International
21
Kerjasama internasional dibidang penegakan hukum telah terbukti sangat
transnasional. Kerjasama Internasional tersebut akan sia-sia jika tidak ada kerjasama
peradilan. Prasyarat perjanjian tsb tidak bersifat mutlak karena tanpa ada perjanjian
dikenal dan diakui oleh masyarakat internasional yang dikenal dengan asas
PBB Anti Korupsi (UN Convention Against Corruption) tahun 2003 telah diratifikasi
menegaskan antara lain, dalam Pasal 1 angka 3, Ketentuan Pasal 2 Asean Treaty on
Mutual Legal Assistance (2004) juga memuat ketentuan tsb sehingga secara a
UN Model (1990) tsb juga dilengkapi dengan Optional Protocol yang antara
penyidikan ransaksi keuangan dari pemilik aset dimaksud, dan melakukan upaya
untuk memperoleh informasi atau bukti untuk “mengamankan” aset tersebut. Selain
hal tersebut, optional protocol juga mewajibkan negara diminta untuk membolehkan
22
putusan pengadilan di negara peminta (requesting state) dapat dilaksanakan di negara
sehingga tidak semua Negara yang dapat di ajak kerja sama dalam pemberantasan
tindak pidana, bahkan ada beberapa Negara yang membantu pelaku tindak pidana
dalam menyembunyikan asset pelaku karena bagi Negara tersebut, asset pelaku dapat
Inonesia dengan Singapura yang tidak memiliki kerjasama extradisi dengan Singapura
Singapura.
9. Lain-lain
a. Mengetahui kebiasaan etnik tertentu akan sangat membantu dalam
jerih payah mereka ke kampung halaman. Hasil korupsi atau kejahatan lain
bentuk tanah-tanah yang serba luas, bangunan yang serba megah dan mewah,
resort yang serba wah. Etnis lain membangun pabrik, bank, universitas, dan
macam-macam proyek mercu suar ditanah leluhur. Ini adalah cara manusia
tanah.
b. Psikologi manusia yang mendadak kaya, atau mendadak kaya dengan jalan
kampung halaman atau negeri leluhur, juga pola hidup pelaku. Semuanya
23
serba wah (besar, mewah, mahal, dengan kecendrungan mengada-ada) properti
di negeri asing yang serba wah dilokasi orang kaya tingkat dunia, kapal pesiar,
merupakan tanda-tanda untuk indikasi fraud. Lebih dari itu, sang pelaku
maju, lembaga-lembaga seperti PPATK kita membuat kaitan antara uang hasil
anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi bagi auditor forensik dalam
terungkap dalam laporan keuangan, justru terungkap dalam iklan kematian dan
24
III. KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Penelusuran aset pada umumnya berkaitan dengan pengembalian kembali aset
yang dimiliki oleh suatu negara/organisasi atau suatu entitas yang diambil oleh pihak
lain dengan cara melawan hukum seperti perbuatan tindak pidana korupsi dan atau
tindak pidana pencucian uang. Tujuan penelusuran aset adalah untuk mengetahui
keberadaan dan jenis aset yang disembunyikan dan/atau yang telah dikonversi menjadi
barang dari hasil tindak pidana, yang akan digunakan untuk penggantian kerugian
negara.
Sumber informasi tentang penyembunyian dan/atau pengkonversian asset yang
dilakukan tersangka didapat dari Penyedia Jasa Keuangan untuk mengetahui informasi
secara detail transaksi keuangan pelaku fraud, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi
Keuangan (PPATK) untuk menelusuri asset sampai dengan ke luar negeri, Hasil
Korupsi (KPK), Kantor Pelayanan Informasi Untuk Publik, Pembocoran Informasi Oleh
25
asset di LN dan melakukan kerjasama untuk menegakkan keadilan dengan cara
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun
2001).
B. SARAN
1. Pemerintah harus mempunyai suatu politic will Negara dalam memerangi korupsi
tindakan korupsi mempunyai hubungan dengan parlemen, atau lembaganya dan yang
terakhir adalah political will dari aparat penegak hukum yang merupakan pelaksana
2. Indonesia sebagai Negara berkembang juga harus mempunyai politic will yang baik
dalam melakukan negosiasi membuat perjanjian ekstradisi dengan Negara lain baik
daftar harta pelaku sampai dengan menangkap pelaku serta mengembalikan tersangka
26
27