PICO 102 TA Benny
PICO 102 TA Benny
1
(Cook dkk, 1997)
2
dibungkus oleh lapisan enamel dan dentin yang termineralisasi.
Rendahnya penyesuaian pulpa gigi berhubungan dengan
sensitivitas nyeri yang berlebihan pada kondisi inflamasi. Sebagai
tambahan, beberapa mediator inflamasi dan faktor pertumbuhan
mengarah ke pertumbuhan dan perubahan aksi neuropeptida pada
saraf aferen gigi, yang juga dapat menghasilkan peningkatan
sensitivitas nyeri (Sessle, 2011).
3
wanita (Loyd dkk, 2012). Sebagai tambahan, telah disarankan
bahwa mediator inflasi dapat menyebabkan perubahan pada aksi
gen pada ganglion trigerminal, meliputi generasi neuropeptida,
perubahan molekuler intraseluler, dan peningkatan tranlasi kanal
ion seperti kanal TRP, yang menghasilkan peningkatan rangsangan
saraf (Sessle, 2011)
Hipersensitivitas dentin
4
(yaitu, saraf aferen utama gigi). Untuk melakukan peran sensori,
saraf harus mencapai reseptor yang berperan dalam transduksi dari
rangsangan spesifik terhadap impuls elektrik. Penelitian dari
reseptor nosiseptif menunjukkan aksi fungsional dari beberapa
kanal TRP yang sensitif terhadap suhu (termo-) pada saraf ganglion
trigerminal dan, lebih khusunya, pada saraf aferen utama gigi
(Chung dan Oh, 2013).
5
kecenderungan defisiensi dalam mendeteksi suhu yang cukup
dingin (BAutista dkk, 2007; Dhaka dkk, 2007). Secara kontras,
reseptor TRPA1 membantu aksi dari saraf TRPV1 dan telah
ditunjuk sebagai detektor suhu berbahaya (Story dkk, 2003).
Namun, penelitian selanjutnya dari aktivasi TRPA1 melalui suhu
dingin menunjukkan bahwa aktivasi TRPA yang diinduksi oleh
dingin menggunakan mekanisme yang tidak lansung (Caspani dan
Heppenstall, 2009) dan mediator utama dari hipersensitivitas dingin
dalam kondisi patologis, bukan dengan saraf nosisepsi dingin
(Patapoutin dkk, 2009).
Aksi utama dari TRPM8 dan TRPA1 pada saraf aferen utama gigi
telah didokumentasikan dengan baik (Chung dan Oh, 2013).
Peningkatan regulasi dari TRPA1 dalam respon terhadap penelitian
trauma gigi menunjukkan bahwa reseptor dingin mungkin berperan
utama pada nyeri gigi (Haas dkk, 2011). Namun, menariknya
bahwa prevalensi dari aksi TRPM8 dan TRPA1didalma ganglion
trigerminal lebih rendah daripada TRPV1 (Park dkk, 2006),
meskipun kecendurang dari rangsangan dingin menginduksi nyeri
gigi. Selanjutnya, reseptor dingin TRPM8 dan TRPA1 membantu
aksi dari subpopulasi dari saraf aferen gigi positif-TRPV1.
Penelitian ini dapat membantu untuk menjelaskan mengapa sulit
untuk membedakan antara rangsangan panas dan dingin pada gigi;
apa yang tidak diketahui adalah alasan mengapa rangsangan dingin
sering menyebabkan nyeri gigi. Penelitian dari proyeksi utama dari
saraf aferen gigi dapat berhubungan dengan pemahaman tentang
deteksi suhu berbahaya. Namun, kanal suhu -TRP pada posisi
utama untuk mendeteksi suhu dingin dan panas pada gigi (Gambar
2)
Teori Hidrodinamik
Nyeri gigi yang tiba-tiba dan kuat dpat juga ditunjukkan pada
rangsangan suhu yang normal seperti semprotan air, semprotan
udara, atau zat yang manis. Luasnya nyeri gigi tidak dapat
dijelaskan hanya dengan transduksi dari suhu berbahaya melalui
kanal suhu-TRP. Nyeri berdenyut sering dikatakan oleh pasien
pulpitis kronis yang menyatakan bahwa nyeri gigi dapat diinduksi
oleh tekanan hidrostatik pada jaringan pulpa inflamasi yang
dibungkus oleh struktur dentik yang keras (Heyraas dan Berggreen,
1999). Nyeri berdenyut dan hebat diinduksi oleh hembusan udara
menyatakan bahwa nyeri gigi dapat mempengaruhi deteksi dari
6
tekanan mekanis. Oleh karena itu, penelitian invivo tentang serabut
saraf tunggal dari anjing pemburu menunjukkan bahwa 75% dari
saraf pulpa mandibula merespon rangsangan mekanis terhadap
pulpa yang terpapar (Chung dan Oh, 2013)
7
2006), meskipun kemungkinan mekanisme seluler lainnya dapat
mengkompensasi hilangnya fungsi TRPA1 pada tikus transgenik.
Beberapa bukti juga menunjukkan TRPV1 sebagai reseptor untuk
transduksi-mekanis atau hiperosmolaritas, meskipun sisanya masih
kontroversial (Chung dan Oh, 2013). Jika TRPV1 berperan sebagai
detektor dari hipertonisitas dalam saraf aferen gigi, itu dapat
berkontribusi terhadap respon perkembangan nyeri gigi terhadap
kondisi hiperostomotik seperti mengkonsumsi subtansi manis.
Penelitian dari respon saraf aferen utama terhadap tekanan mekanis
dengan reseptor antaogonis yang sesuai dapat menunjukkan potensi
peran fungsional dari TRPV1 atau TRPA menginduksi nyeri gigi
secara mekanis.
8
ambang rendah ditujukan untuk penelitian selanjutnya.
Kemungkinan bahwa TRPV2 dapat berperan penting sebagai
transduser mekanis dalam algoneuron, karena TRPV2 telah
dideteksi secara khusus dalam neuron berukuran sedang-sampai-
besar (Caterina dkk, 1999; Ichikawa dan Sugimoto, 2000), dan
lurus - yang menginduksi aktivasi dari TRPV2 telah dilaporkan
dalam pembuluh darah halus oto (Muraki dkk, 2003). Kanal ion
mekanosensitif ditunjukkan oleh analisis sel tunggal RT-PCR dari
saraf aferen utama gigi, seperti TRPM3, TRPV4, ASIC3, TREK-1,
TREk-2, ENaC-a, dan ENaC-y, dapat juga berperan dalam nyeri
gigi (Hemansyne dkk, 2008; Vandewauw dkk, 2013).
Odontoblas merupakan lapisan sel yang paling luar dari pulpa gigi
dan mengeluarkan matriks kalsium termineralisasi untuk
membentuk dentin. Lokasinya strategis, bersama dengan beberapa
bukti, menyatakan bahwa odontoblas dapat melakukan peran
tambahan sebagai transduser sensori (Gambar 4). Untuk
mengkonfirmasi beberapa peran dari odontoblas, 3 kriteria berikut
ini harus dilakukan: aksi fungsional dari reseptor untuk rangsangan
spesifik, kemampuan untuk mengirim sinyal pengaktivasian
reseptor, dan struktur sinaptik antara odontoblas dan neuron.
9
yang sama bahwa reseptor ini mungkin berkontribusi dalam peran
sensori odontoblas melalui mekano-transduksi (Magloire dkk,
2010; Gibbs dkk, 2011). Sebagai tambahan, aksi mekanosensitif
kanal ion K berpartisipasi dalam persepsi suhu (Noel dkk, 2009),
yang merupakan peran lain dari odontoblas sebagai sel sensori.
10
dengan analisis fungsional dari saraf alami dengan odontoblas,
dapat melepaskan transmisi kimia antara odontoblas dan saraf.
11
perawatan gigi.
12
Analisa Pico
13
khusus dalam saraf nosiseptif. Pemberian QX-314 dengan
spesifik kedalam serabut saraf nosiseptif dicapai bersamaan
dengan aktivasi dari reseptor TRPV1 dengan kapsaisin
(Binshtok dkk, 2007). Kami telah menjelaskan lebih lanjut
bahwa penghentian selektif dari respon nosiseptif dapat dicapai
dalam sistem trigerminal (Kim dkk, 2010) (Gambar 5), dan
injeksi gingiva dengan anestesi nosiseptif yang sama dapat
mengurangi aktivasi saraf yang berhubungan dengan c-fos di
batang otak yang diikuti oleh luka karena ekstraksi gigi
(penelitian peneliti yang tidak diterbitkan). Perkembangan
selanjutnya dari pendekatan ini dapat memberikan kemungkinan
baru untuk mencapai anestesi lokal untuk nyeri selektif dalam
perawatan gigi.
14
dalam mendeteksi stimulus termal dan mekanis, dan kami
mendiskusikan dasar akumulasi yang mendukung sifat
rangsangannya.
15