Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI USAHA KECIL & ETAP

“AKUNTANSI PESANTREN”

Disusun oleh :
Irma Mulia (170420025)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
IRMA MULIA (170420025)

REVIEW AKUNTANSI PESANTREN


1. Kenapa lahirnya uu no 18 tahun 2019, dan dampaknya terhapap
pesantren
UU Nomor 18 tahun 2019 tentang pesantren lahir memberikan
landasan hokum bagi rekognisi terhadap peran pesantren dalam
membentuk, mendirikan, membangun dan menjaga Negara kesatuan,
tradisi, nilai norma, varians, pendidikan, serta mencerdaskan dan juga
sebagai metodelogi penjamin mutu. UU No 18 th 2019 menjadi landasan
untuk kemajuan setiap bangsa Indonesia dalam meningkatkan mutu jaminan
bagi setiap tingkat lulusan pendidikan, meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia, dan kemudahan akses bagi lulusan, serta
landasan hukum bagi pemerintah untuk memberi fasilitas dalam
perkembangan pesantren. Dengan hadirnya UU tentang pesantren dapat
membuat penyelenggaraan pendidikan pendididikan pesantren dapat diakui
sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan nasional.

2. Mengapa PSAK 45 yang digunakan sebelumnya sebagai dasar pelaporan


keuangan nirlaba sudah diganti dengan SAK ETAP
DSAK IAI mengatur tentang penyajian laporan keuangan entitas
berorientasi nonlaba. DSAK IAI melihat pernyataan yang mengatur
penyajian laporan keuangan yang berbeda dalam kelompok standar (tier)
yang sama dapat menimbulkan ketidakjelasan tentang batasan ruang
lingkup antara PSAK 1 dan PSAK 45. Ruang lingkup PSAK 45 berlaku
untuk entitas berorientasi nonlaba, sedangkan ruang lingkup PSAK 1
dipahami seolah-olah hanya berlaku untuk entitas bisnis berorientasi laba.
Secara, entitas nonlaba diindonesia semakin berkembang dan PSAK 45 juga
tdak direview, maka dari itu perubahan terjadi. Beberapa perubahan yang
dapat di identifikasi adalah Perubahan istilah terjemahan atas kata “Not-for-
Profit” sebelumnya dalam PSAK 45 diterjemahkan sebagai “Nirlaba”
namun kemudian dirubah oleh DSAK IAI dalam SAK ETAP menjadi
NonLaba dengan dasar bahwa sesungguhnya aktivitias utamanya tidak
berorientasi mencari laba namun bukan berarti tidak menghasilkan laba
(nirlaba).
3. Apa perbedaan antara SAK ETAP dengan ISAK 35 penyajian laporan
keuangan entitas berorientasi nonlaba
ISAK 35 hanya mengatur mengenai penyajian laporan keuangan,
sehingga ketentuan akuntansi lain yang dilakukan oleh entitas nonlaba
tersebut mengacu kepada SAK atau SAKETAP masing-masing yang
relevan. DSAK IAI belum mempertimbangkan untuk membuat kerangka
konseptual tersendiri serta membuat pengaturan khusus bagi entitas
berorientasi nonlaba. Perbedaan antara transaksi nirlaba dan nonlaba belum
relevan, pada asset neto entitas berorientasi nonlaba memperoleh sumber
daya dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat lainnya yang sebanding dengan jumlah sumber daya
yang diberikan.

4. Hubungan akuntasi pesantren dengan PSAK Syariah


Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah diakui
nasional, sehingga pondok pesantren kini diharapkan mampu melakukan
pengelolaan keuangan yang baik sesuai dengan standar keuangan yang
berlaku. Pada PSAK No 100 paragraf 08 menyebutkan bahwa PSAK
Syariah digunakan dalam laporan keuangan entitas syariah maupun entitas
konvensional baik sektor public maupun sektor swasta. Entitas syariah
sebagai entitas pelapor adalah entitas yang laporan keuangannya digunakan
oleh pengguna yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai
sumber utama informasi keuangan entitas syariah.
Secara substantive pondok pesantren merupakan entitas syariah
sehingga harus mengacu pada PSAK Syariah, hal ini sesuai dengan konsep
dan prinsip pervasive dalam SAK ETAP yaitu tujuan laporan keuangan
adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi atas pertanggungjawaban
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada pesantren sesuai
dengan prinsip prinsip syariah. Penyajian laporan sumber dan penggunaan
dana zakat, serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan menjadi
sangat relevan bagi pengguna informasi laporan keuangan pesantren dalam
mengukur kinerja pengelolaan sumberdaya sesuai dengan prinsip prinsip
syariah. Secara umum Pedoman Akuntansi Pesantren merupakan langkah
yang sangat baik untuk membenahi akuntabilitas dan tata kelola pesantren
di Indonesia, sehingga langkah selanjutnya adalah bagaimana implementasi
pedoman tersebut sehingga nanti akan dapat dilakukan review atas pedoman
tersebut jika ada hal-hal yang kurang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
pengelolaan pesantren di Indonesia.
REFERENSI
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/Buku%20Pedoman%20Akuntansi
%20Pesantren%20(28%20Mei%202018).pdf

https://kaprtambunan.com/2019/02/22/pelaporan-keuangan-yayasan-atau-entitas-
nonlaba-setelah-isak-35-berlaku/

http://etw-accountant.com/arah-baru-standar-akuntansi-entitas-nonlaba-rencana-
pencabutan-psak-45-dan-penerbitan-draf-eksposur-isak-35/

https://docplayer.info/69332692-Discussion-paper-revisi-psak-untuk-entitas-
nirlaba.html

Anda mungkin juga menyukai