Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(GEOG6016)
ACARA 1
Nama : Fatimatuzahroh
NIM : 190722638017
Offering/Tahun : G/2019
JURUSAN GEOGRAFI
2020
I Tujuan
II Dasar Teori
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
menggunakan suatu alat tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek, daerah, atau
fenomenayang dikaji (Lillesand dan Keifer,1990). Penginderaan jauh merupakan aktivitas
untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis obyek atau kenampakan di permukaan
bumi dengan cara menggunakan sensor pada posisi daerah kajian (Avery, 1985). Menurut
Everett dan Simonet (1976), penginderaan jauh merupakan ilmu karena memiliki
karakteristik yang berupa konsepsi dasar dan filosofi, terdapat 4 konsepsi dasar yang
menjadi ciri untuk penginderaan jauh sebagai ilmu yaitu, diskriminasi, resolusi, strategi
jamak, dan peranannya sehubungan dengan pengelolaan. Diskriminasi dalam konsepsi
dasar penginderaan jauh merupakan pembedaan yang dilakukan terhadap obyek melalalui
tiga kegiatan yang mencerminkan kerincian terhadap obyek tersebut, tiga kegiatan yang
dilakukan dalam mencerminkan kerincian pada obyek adalah deteksi (global), identifikasi
(setengah rinci), dan analisis (rinci). Resolusi merupakan salah satu ukuran yang
menggambarkan informasi yang dapat disadap dari data prnginderaan jauh. Terdapat
empat resolusi untuk penginderaan jauh, yaiu, resolusi spasial, resolusi spectral, resolusi
radiometric, dan resolusi temporal. Penginderaanjauh dapat dibedakan dalam enam
kategori srategi jamak, yakni bersifat multitingkat, multi spectral, multi temporal, multi
polarisasi, multi penajaman, dan multi arah, informasi yang diperoleh dengan
multitingkat, multispektral, multitemporal, multipolarisasi, multiarah, dan
multipenajaman pada umumnya lebih banyak informasi yang diperoleh dibandingkan
dengan satu tingkat, satu waktu, satu polarisasi, satu spectrum, satu penajaman, dan satu
arah.
a. Rona atau warna, merupakan tingkat kegelapan atau kecerahan dari suatu obyek yang
terekam pada foto udara.
b. Bentuk, merupakan variable yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek
yang dinyatakan dalam bentuk bulat, persegi panjang, persegi, segitiga, dan lain
sebagainya
c. Ukuran, merupakan atribut obyek yang terdapat dalam foto udara yang berupa jarak,
luas, kemiringan, isi, dan tinggi obyek
d. Tekstur, merupakan frekuensi perubahan warna pada foto udara, atau pengulangan
rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
e. Pola, merupakan ciri yang menandai banyak obyek yang dibuatoleh manusia dan juga
beberapa obyek alamiah.
f. Bayangan, bersifat menyembunyika detail atau obyek yang terdapat pada daerah yang
gelap, beberapa obyek dapat mudah dikenali dengan adanya bayangan pada obyek
tersebut.
g. Situs, merupakan letak obyek terhadap bentang darat atau letak obyek terhadap obyek
lain di sekitarnya.
h. Asosiasi, merupakan keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain.
A. Alat
2. Penggaris
3. Alat tulis
B. Bahan
1. Foto udara
2. Plastik transparan
1V Langkah Kerja
1. Membuat tabel identifikasi yang mengidentifikasi tentang informasi tepi foto udara
yang terdiri dari jam pengambilan, nomor seri, altimeter, panjang fokus kamera, dan
niveau.
2. Mengidentifikasi informasi tepi foto udara yang terdiri dari jam pengambilan, nomor
seri, altimeter, panjang fokus kamera, dan niveau.
B. Mozaik Foto Udara /Pertampalan
1. Menyapkan 4 foto udara dengan nomor seri yang berurutan
2. Melakukan pertampalan foto udara dengan mencari titik tengah dari setiap foto udara
3. Memindahkan titik tengah pada nomor seri pertama ke foto udara yang kedua dengan
cara mencari titik yang sama dengan titik tengah foto udara pertama pada foto udara
yang kedua, dan seterusnya.
4. Mengukur jarak pertampalan antar foto udara.
5. Menghitung persentase pertampalan dengan menggunakan rumus panjang
pertampalan/panjang foto udara x 100%
6. Mengidentifikasi hasil perhitungan termasuk dalam sidelap atau overlap.
C. Identifikasi Penggunaan Lahan
1. Menyiapkan satu foto udara dengan nomor seri tertentu.
2. Melakukan deliniasi terhadap foto udara tersebut dengan menggunakan plastik
transparan dan spidol OHP.
3. Deliniasi dilakukan dengan meletakkan plastik transparan di atas foto udara dan
kemudian melakukan deliniasi dengan spidol OHP.
4. Melakukan layouting peta sesuai dengan kaidah kartografi.
V. Hasil Praktikum
Praktikum penginderaan jauh kali ini akan membahas mengenai analisis dan
interpretasi citra foto udara, foto udara merupakan produk penginderaan jauh yang
pertama kali dibuat dan hingga saat ini masih digunakan. Foto udara merupakan hasil dari
perekaman obyek di permukaan bumi dengan menggunakan sensor yang diletakkan pada
pesawat, balon udara, satelit, atau wahana yang lain. Foto udara dibuat dengan berbagai
macam skala yang antara lain skala 1 : 3000, skala 1 : 5000, skala 1 : 10.000, skala 1 :
25.000. skala 1 : 50.000, dan skala 1 : 100.000. Skala foto udara dipengaruhi oleh
ketinggian dari wahana pembawa sensor dan panjang dari fokus kamera, semakin tinggi
wahana yang membawa sensor maka skala foto udara yang dihsilkan kecil, dan semakin
panjang fokus kamera yang digunakan maka semakin besar skala foto udara yang
dihasilkan. Skala foto udara dapat diketahui dengan cara mengukur jarak di foto dan di
medan antara dua titik yang telah diketahui, dua titik ini disyaratkan untuk dapat
diidentifikasi baik di foto udara maupun di peta. Skala kemudian dihitung sebagai
perbandingan jarak di foto (d) dengan jarak di lapangan (D). Skala foto udara juga dapat
dketahui dengan cara membandingan antara panjang fokus kamera dengan selisih antara
ketinngian wahana dan ketinggian topografi. Dalam foto udara terdapat informasi yang
terdapat dalam tepi foto udara, informasi ini mencakup tentang informasi mengenai foto
udara tersebut. Informasi tepi yang terdapat dalam foto udara tepatnya pada foto udara
kota Banjarbaru dengan nomor seri 169 B antara lain tanda fidusial, nomor seri foto
udara, jam pengambilan, tanggal pemotretatan, kotak niveau, altimeter, panjang fokus
kamera, dan skala. Tanda fidusial foto udara terletak pada masing-masing sudut foto
udara atau titik pada setiap tepi foto udara, sehingga jumlah tanda fidusial berjumlah 4
atau 8. Tanda fidusial yang terletak pada sudut foto pada umumnya berupa garis silang
tipis yang menghadap pada sudut di depannya, dan tanda fidusial yang terletak di tengah
pada tepi foto udara umumnyaa berbentuk lekukan atau tonjolan segitiga kecil yang
alasnya searah dengan tepi dari foto udara. Tanda fidusial pada foto udara digunakan
untuk menentukan titik pusat foto atau titik prisipal atau titik utama pada foto udara, yaitu
titik potong dari dua garis yang ditarik dari tanda fidusial yang berhadapan. Dalam citra
foto udara kota Banjarbaru nomor seri 169 B menggunakan skala 1 : 5000, citra foto
udara ini diambil pada bulan Juni tahun 2007 dengan nomor seri 0169 B, citra foto udara
ini dimbil di kota Banjarbaru dengan jam pemotretan pada pukul 07.48 WIB. Gelembung
niveau pada citra ini tidak tepat berada di tengah sehingga wahana pembawa sensor tidak
benar-benar pada posisi datar dengan panjang fokus kamera adalah 44 mm.
Dalam foto udara terdapat istilah mozaik atau pertampalan foto udara, mozaik
atau pertampalan foto udara adalah gabungan dua atau lebih foto udara yang saling
bertampalan sehinggan membentuk paduan gamabar yang saling berkesinambungan dan
meliputi daerah yang lebih luas (Wolf, 1983). Penggabungan dilakukan dengan
memotong dan menyambungkan bagian foto udara yang overlap atau sidelap.
Pertampalan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan kenampakan atau tampilan
foto udara tunggal yang lebih besar. Pertampalan secara overlap dibuat dengan tujuan
untuk menghindari daerah yang kosong saat pemotretan, hal ini dikarenakan pesawat
melaju dengan kecepatan yang tinggi dan juga akibat dari gangguan atmosfer yang
berupa awan, angina, ataupun keadaan cuaca yang kurang mendukung sehingga obyek
tertutup oleh awan. Selain pertampalan secara overlap juga dilakukan pertampalan secara
sidelap, Sidelap adalah pertampalan foto udara satu dengan foto udarayan lain berada
diatas maupun dibawah area yang direkam. Sidelap terjadi pada jalur terbang yang
berbeda dimana suatu wilayah pada jalur terbang 1 yang telah direkam akan dilakukan
perekaman kembali sebesar 25% dari liputan jalur terbang. Dari pertampalan yang telah
dilakukan pada citra foto udara dengan nomor seri 168 A, 169 B, 170 A, 170 B, dan 171
B, dari pertampalan ini dapat diketahui bahwa jarak pertampalan dari citra foto udara
dengan nomor seri 168 A – 169 B adalah 13,5 cm, jarak citra foto udara dengan nomor
seri 169 B – 170 B adalah 6, 6 cm, jarak citra foto udara dengan nomor seri 170 A -170 B
adalah 12,5 cm, jarak citra foto udara dengan nomor seri 170 B – 171 B adalah 6,4 cm.
Dari jarak pertampalan foto udara yang telah diketahui dapat dihitung persentase dari
tampalan tersebut yaitu dengan menggunakan rumus x/y x 100%, dengan x adalah jarak
tampalan foto udara dan y adalah panjang foto udara. Dari rumus tersebut dapat diketahui
bahwa persentase tampalan pada citra foto udara nomor seri 168 A – 169 B adalah 57%
dan termasuk foto udara normal, citra foto udara nomor seri 169 B – 170 B adalah 28%
dan termasuk foto udara sidelap, citra foto udara nomor seri 170 A – 170 B adalah 53%
dan merupakan foto udara sidelap, dan citra foto udara nomor seri 170 B – 171 B adalah
27% yang termasuk dalam foto udara sidelap.
Berdasarkan delapan unsur interpretasi yang dilakukan pada citra foto udara dapat
diketahui bahwa ccitra foto udara Kota Banjarbaru nomor seri 169 B memiliki obyek-
obyek yang diantaranya, pemukiman, vegetasi, jalan, sawah, lapangan, dan lahan kosong.
Dari unsur-unsur interpretasi seperti rona atau warna dapat diketahui bahwa pemukiman
memiliki rona yang cerah, memiliki bentuk segi empat, memiliki ukuran yang kecil,
memiliki tkstur yang kasar, memiliki pola campuran, tidak memiliki bayangan, memiliki
situs di sepanjang jalan, dan memiliki asosiasi dengan jalan raya. Vegetasi memiliki
rona yang kelabu atau tidak terlalu gelap, memiliki bentuk bulat, memiliki ukuran yang
besar, memiliki tekstur yang kasar, memiliki pola yang tidak teratur, tidak memiliki
bayangan, memiliki situs sawah atau lading, dan berasosiasi dengan sawah atau ladiang.
Jalan memiliki rona yang cerah, memiliki bentuk yang panjang, memiliki ukuran yang
besar, memiliki tekstur yang halus, memiliki pola teratur, tidak memiliki bayangan,
memiliki situs terhadap pemukiman, dan berasosiasi dengan pemukiman. Sawah
memiliki rona tidak terlalu gelap, memiliki bentuk segi empat, memiliki ukuran yang
kecil, memiliki tekstur ysng hslus, memiliki pols yang teratur, tidak memiliki bayangan,
memiliki situs terhadap vegetasi, dan berasosiasi dengan vegetasi. Lapangan memiliki
rona yang cerah, memiliki bentuk persegi panjang, memiliki ukuran yang kecil,
memiliki tekstur yang halus, memiliki pola yang teratur, tidak memiliki bayangan,
memiiliki situs terhadap sekolah, dan berasosiasi dengan sekolah. Lahan kosong
memiliki rona yang cerah, memiliki bentuk segi empat, memiliki ukuran yang kecil,
memiliki tekstur halus, memiliki pola tidak teratur, tidak memiliki bayangan, memiliki
situs terhadap vegetasi dan pemukiman, dan berasosiasi dengan vegetasi dan
pemukiman. Rona atau warna dari suatu obyek didasarkan pada daya serap obyek
tersebut terhadap sinar matahari, obyek yang memiliki daya serap yang tinggi akan
memiliki warna yang lebih gelap dan begitu juga sebaliknya.
VII Kesimpulan
Y 23,5 cm
Perhitungan
13,5
168 A – 169 B = x 100% = 57%
23,5
6,6
169 B – 170 B = x 100% = 28%
23,5
12,5
170 A – 170 B = x 100% = 53%
23,5
6,4
170 B – 171 B = x 100% = 27%
23,5
Tabel Identifikasi Informasi Tepi Foto Udara (Lampiran)