Di susun oleh :
P1337420116062
2019
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Abses paraanal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan
dengan pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari
abses cukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan
saluran fistulous.
2. Etiologi
Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan Escherichia coli adalah penyebab paling
hal 1). Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum (Eddy Gunawan, 2010,
hal 1)
3. Patofisiologi
Abses paraanal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah
sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar di daerah
tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab adalah Escherichia coli
dan spesies Enterococcus. Kuman atau bakteri yang berkembang biak di kelenjar
yang tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga
membentuk nanah. Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan
terasa bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal.Pada beberapa orang
dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus, HIV/AIDS, dan
penggunaan steroid (obat anti radang) dalam jangka waktu lama, ataupun dalam
kemoterapi akibat kanker biasanya abses akan lebih mudah terjadi (Selatan, 2008,
hal 1)
4. Pathways
5. Manifestasi kliniks
Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali
mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak
superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri
memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter.
Dengan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau
duduk. Abses yang terletak lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan
nyeri abdomen bawah, serta deman. Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan
fistula (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 468). Abses dibawah kulit bisa membengkak,
merah, lembut dan sangat nyeri. Abses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja
tidak menyebabkan gejala, namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut
rectum)
c. Demam
d. Benjolan atau bintil , bengkak merah, tender ditepi anus
e. Nyeri berkaitan dengan buang air besar
f. Menyakitkan karena pengerasan jaringan
g. Bengkak merah , lembut dan sangat nyeri.
6. Komplikasi
Jika tidak diobati, fistula anus hampir pasti akan membentuk, menghubungkan
rektum untuk kulit. Hal ini memerlukan operasi lebih intensif. Selanjutnya, setiap
abses diobati dapat (dan kemungkinan besar akan) terus berkembang, akhirnya
menjadi infeksi sistemik yang serius. Hal yang paling ditakutkan pada abses perianal
adalah terjadinya fistel perianal. Fistel perianal adalah saluran abnormal antara
lubang anus/rektum dengan lubang bekas abses yang bermuara pada kulit. sekitar
anus. Muara pada kulit sekitar anus tampak sebagai luka bekas bisul yang tidak
7. Penatalaksanaan
Terapi Paliatif terdiri dari rendam duduk dan analgesic. Namun tindakan bedah
segera untuk menginsisi dan mendrainase abses adalah tindakan pilihan. Apabila
terdapat infeksi lebih dalam dengan kemungkinan fistula, saluran fistula harus
diangkat ketika abses diinsisi dan didrain. Atau prosedur kedua dilakukan . luka
dapat diberi tampon dengan kasa dan dibiarkan sembuhdengan granulasi (Brunner &
Sudart, 2007).
Antibiotik memiliki nilai terbatas kecuali pada penderita yang mengalami demam,
kencing manis atau infeksi di bagian tubuh lainnya. Biasanya, pengobatan terdiri
dari suntikan dengan bius lokal, membuka abses dan mengeluarkan nanahnya.
dokter membuka dan mengeringkan abses. Setelah semua nanah dibuang, bisa
luka pertama sulit untuk diidentifikasi atau dalam kasus kambuhan atau untuk
b. CT scan
CT scan lebih membantu dalam pengaturan terhadap penyakit infeksi perirectal
dibanding dalam pengaturan terhadap fistula yang kecil karena lebih baik dengan
salurannya.
c. Pembedahan dilakukan untuk mengeringkan abses
d. Mandi sitz hangat (duduk dalam bak air hangat) dapat membantu meringankan
pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien dirawat. Apakah penyebab
dan pencetus timbulnya penyakit, bagian tubuh yang mana yang sakit, kebiasaan
saat sakit kemana minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau menggunakan
fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah ada kebiasaan merokok, minum
penyakit lain yang pernah di derita oleh pasien yang menyebabkan pasien dirawat.
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau
serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah tersebut,
gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan
cuping hidung, tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen. Pada penderita yang bed rest dengan posisi miring maka,
kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu warna,
a) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan produksi
komponen kulit
ii. Lesi sekunder adalah lesi yang muncul setelah adanya lesi primer.
daerah edema.
3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas atau suhu
lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak cocok, intake cairan yang
inadekuat.
4) Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah ada
5. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri pada daerah perianal berhubungan dengan adanya luka pada perianal.
2) Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan pembedahan
b. Intra operasi
bedah.
c. Post operasi:
1) Nyeri akut area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi.
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan risiko prosedur invasive, luka yang
mungkin terkontaminasi
3) Resiko jatuh berhubungan dengan pengaruh obat anestasi
6. Intervensi
a. Pre operasi
1) Nyeri berhubungan dengan adanya luka pada perianal
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil:
Klien menunjukkan toleransi terhadap nyeri, klien mengungkapkan nyeri
berkurang.
Intervensi:
Kaji frekuensi dan intensitas nyeri dengan skala 1 –10.
Rasional: perubahan karakteristik nyeri mengidikasikan adanya
perhatian
Rasional: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan
koping.
Bersihkan area rectal dengan sabun yang lembut dan air sesudah BAB dan
dinding intestinal.
Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.
Rasional: Analgetik membantu mengurangi nyeri.
2) Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan pembedahan
Tujuan: kecemasan berkurang
Kriteria hasil: ekspresi wajah klien tenang, mengungkapkan kesadarannya
akan perasaan cemasnya.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya.
Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar dari komunikasi
therapeutik.
Perhatikan perubahan perilaku klien, kegelisahan, tak ada kontak
seperti, diazepam.
Rasional: sedativa/anti anxietas membantu mengurangi kecemasan dan
membantu istirahat.
b. Intra operasi
1) Risiko perdarahan berhubungan dengan cedera vaskuler akibat insisi
bedah.
Monitor TTV
nyeri.
Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang, ajarkan tehnik
mungkin terkontaminasi.
Tujuan: tidak terjadi infeksi, luka sembuh tanpa komplikasi.
Intervensi:
Kaji area luka operasi, observasi luka, karakteristik drainage, adanya
inflamasi.
Rasional: penambahan infeksi dapat mengambat proses penyembuhan.
Monitor tanda - tanda vital, temperatur, respirasi, nadi.
Rasional: peningkatan temperatur, pernapasan, nadi merupakan indikasi
Coman ML. Colon and Rectal surgery ed. Philadelpia, pa. Lippin cott Raven :
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses - proses penyakit.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
-fistel.html http://www.medistra.com/index.php)