Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TENTANG

KONSEP DASAR TEORI CA SERVIKS

DISUSUN OLEH :

NAMA : MANSYE LATUMAHINA

NPM : 1420117887

KELAS : A2 ( SIANG

PRODI : KEPERAWATAN
SEMESTER : V ( LIMA )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KONSEP DASAR TEORI CA SERVIKS” dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun
materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

Kairatu, 16 Januari 2020

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………3

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………….4
I.1 Latar belakang ……………………………………………………...4
I.2 Tujuan penulisan …………………………………………………...5

I.3 Rumusan masalah …………………………………………………..5

BAB II : PEMBAHASAN………..…………………………………………6
2.1. Definisi …………………………………………………..............6

2.2. Klasifikasi………………………………………………………….7

2.3. Etiologi ………………………………………………………….…8

2.4. Patofisiologi ………………………………………………………..9

2.5. Manisfestasi Klinik……………………………………..................11

2.6 Pemeriksaan Penunjang…………………..…………………………12

2.7. Penetalaksanaan…………………………………………………….14

BAB III : PENUTUP


3.1.Kesimpulan …………………………………………………………..19

3.2. Saran ………………………………………………………./………..19


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Kanker Serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi bagi wanita.
Kanker Serviks sering juga disebut dengan kanker mulut rahim. Kanker Serviks merupakan penyakit kanker kedua
terbanyak yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC),
85% dari kasus kanker di dunia, yang berjumlah sekitar 493.000 dengan 273.000 kematian, terjadi di Negara-negara
berkembang. Di Indonesia pengidap Ca Cervixadalah terbanyak diantara pengidap kanker lainnya, bahkan di seluruh
dunia adalah nomer kedua setelah Cina (FK UGM, 2010). Berdasarkan penelitian di Jakarta, Semarang, Jogjakarta, dan
Surabayaternyata kanker leher rahim juga menduduki urutan dengan proporsi 25 – 45 % penderita melebihi kanker
payudara yang baru mencapai 10 – 20 %. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI adalah 100 per 100.000
penduduk. UntukJakarta sebanyak 7.000 penderita dan kira-kira seperlimanya adalah penderita kanker leher rahim
(Tara, 2001). Begitu pula data penderitakanker serviks yangdirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUP HAM) Medan didapat rata-rata 120 orang penderita kanker serviks yang dirawat perbulan (Laporan Ruangan
Rindu B 1 Obgin, 2012).
Kanker serviks adalah tumor ganas yangtumbuh di daerah leher rahim (serviks). Kanker serviks merupakan
keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Setiap satu jam perempuan Indonesia meninggal dunia karena
kanker dalam tiga dasa warsa terakhir. Tingginya angka kematian itu akibat terlambatnyapenanganan, sekitar 70%
datang dengan kondisi stadium lanjut. Kanker serviks merupakan kanker tersering pada wanita dan merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor 3 di seluruh dunia penyebab kematian nomor 1 di negara berkembang. Laporan
WHO menunjukan kasus kanker serviks semakin meningkat di seluruh dunia, dimana diperkirakan 10 juta kasus baru
pertahun dan akan meningkat akan menjadi 15 juta kasus pada tahun 2020. Sampai saat ini, insiden kanker serviks
dalam hal morbiditas dan mortalitas belum menunjukan hasil penurunan yang signifikan. Bukti kuat pendukung kanker
serviks disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV), dengan risiko tertinggi Human Papiloma Virus (HPV)
subtipe genital meningkatkan risiko beragam penularan (Suhartono, 2007). Data setiap tahun sekitar 500.000
perempuan di Indonesia didiagnosis terinfeksi kanker serviks. Dari jumlah itu, sekitar 270.000 penderita meninggal
dunia. Di Indonesia, kanker serviks telah menjadi pembunuh nomor satu dari keseluruhan kanker. Kanker serviks
merupakan penyakit kanker paling umum 2kedua yang biasa diderita perempuan berusia 20–25 tahun.Di Indonesia,
kanker serviks merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% -nya ditemukan dalamkondisi stadium lanjut (≥ stadium
IIB). Hal ini karena masih rentannya pelaksanaan skrining, yaitu ≤ 5%. Padahal, pelaksanaan skrining yang ideal
adalah 80%. Coba kita bandingkan dengan populasi penduduk indonesia tahun 2008 yang berjumlah 230 juta jiwa.
Angka 5% adalah angka yang sangat kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta
wanita pada usia 15–64 tahun dan 10 juta wanita pada usia 10–14 tahun. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika
jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40–45 wanita perhari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks
mencapai 20–25 wanita perhari (Samadi, 2011).

1.2.RUMUSAN MASALAH
A. Apa Definisi ca.Serviks ?
B. Apa Etiologi ca.Serviks ?
C. Bagaimana patofisiologi ca.serviks ?
D. Bagaimana tanda dan gejala ca.serviks ?
E. Bagaimana Komplikasi ca.serviks ?
F. Bagaimana pemeriksaan ca.serviks ?
G. Bagaimana Penatalaksanaan ca.serviks ?
H. Bagaimana asuhan keperawatan ca.serviks ?
1.3.TUJUAN
A. Mengetahui definisi ca.serviks
B. Mengetahui etiologi ca.serviks
C. Mengetahui patofisiologi ca.serviks
D. Mengetahui tanda dan gejala ca.serviks
E. Mengetahui Komplikasi ca.serviks
F. Mengetahui pemeriksaan ca.serviks
G. Mengetahui Penatalaksanaan ca.serviks
H. Mengetahui asuhan keperawatan ca.serviks
1.4. MANFAAT
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervik ini bisa bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan juga
bermanfaat bagi pembaca secara luas sebagai pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker servik yaitu keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim)
yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2009).
Karsinoma serviks uteri (Ca serviks) adalah tumor ganas pada leher rahim, merupakan karsinoma ginekologi yang
terbanyak diderita.Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (Lynda, 2010)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahimatau serviks yang terdapat pada bagian
terendah dari rahim yang menempelpada puncak vagina.( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar junction (SCJ) serviks
(Price, Sylvia. 2010)
Kanker servik merupakan kanker pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga. Epidemiologi menunjukkan
bahwa kanker ini merupakan penyakit menular seksual (Suharto 2009).
2.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari Temuan TNM FIGO Bedah – patologis

- Tahapan Kategori
1. TX : tumor primer tidak dapat dinilai
2. T0 : ada bukti tumor primer
3. Tis : Karsinoma in situ ( karsinoma preinvasive )
4. Karsinoma T1 I : serviks terbatas pada serviks ( perluasan mengabaikan untuk korpus )
5. T1a IA : Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop ; invasi stroma dengan kedalaman maksimum
5.0 mm diukur dari dasar epitel dan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang ; Keterlibatan ruang vaskuler , vena
atau limfatik , tidak mempengaruhi klasifikasi
6. T1a1 IA1 : Diukur invasi stroma ≤ 3,0 mm secara mendalam dan ≤ 7,0 mm di spread horisontal
7. T1a2 IA2 :Diukur invasi stroma > 3,0 mm dan ≤ 5.0 mm dengan penyebaran horisontal ≤ 7,0 mm
8. T1b IB : klinis terlihat lesi terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik lebih besar dari T1a / IA2
9. T1b1 IB1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
10. T1b2 IB2 :klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
11. T2 II : serviks karsinoma Menginvasi luar rahim tetapi tidak untuk dinding panggul atau menurunkan ketiga
vagina
12. T2a IIA : tanpa invasi parametrium
13. T2a1 IIA1 : lesi klinis terlihat ≤ 4.0 cm dalam dimensi terbesar
14. T2a2 IIA2 : klinis terlihat lesi > 4.0 cm dalam dimensi terbesar
15. T2b IIB : Tumor dengan invasi parametrium
16. T3 III : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau melibatkan sepertiga bagian bawah vagina dan / atau
menyebabkan hidronefrosis atau nonfungsional ginjal
17. T3a IIIA : Tumor melibatkan sepertiga bagian bawah vagina , tidak ada ekstensi untuk dinding panggul
18. T3b IIIB : Tumor meluas ke dinding panggul dan / atau menyebabkan hidronefrosis atau nonfungsional ginjal
19. T4 IV : Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan / atau melampaui panggul yang benar (
edema bulosa tidak cukup untuk mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
20. T4a IVA :Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum ( edema bulosa tidak cukup untuk
mengklasifikasikan tumor sebagai T4 )
21. T4b IVB : Tumor melampaui panggul benar

2.3. ETILOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol,
antara lain:

a. Umur
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat
kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
b. Jumlah kehamilan dan partus
`Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar
kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar
terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi HPV (Human papiloma virus)yang beresiko tinggi menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan
melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan
tahun, sampai tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi virus HPV
yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada sekitar
70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat
tinggi (high-grade intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi. (yatim,faisal,2010)

2.4. PATOFISIOLOGI

Cerviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan endoserviks kanalisis serviks yang
dibuat sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ ini berada diluar OUE, sedang pada wanita
berumur >35 th, SCJ berada didalam kanalis servikalis pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-
tanda dan keluhan ada pemeriksaan dengan speculum, tampak parsio yang erosive (metaplasia skuamosa) yang fisiologik
atau patologik. Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
a) Eksofitik, mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis.
b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk
menjadi ulkus yang luas.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks epitel kolumnar akan digantikan oleh
epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan
terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK,
yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru
dengan epitel kolumnar. (Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK (Sel skuamosa karsinoma) ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel
yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen
yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting.
Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan
pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif
tetapi membrana basalis masih utuh.(Rahmawan, 2009).
Kanker insitu pada servik adalah keadaan dimana sel neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia.
Displasia merupakan neoplasia servik intraephitelia (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat
II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker servik pendarahan merupakan satu-satunya gejala yang
nyata, tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang kan tahap awal tidak. (pince, sylvia A, 2010).
Usia, Jumlah kehamilah partus jumlah
perkawinan, infeksi HPV

Mitosis sel eksoservik


& endoserviks

Hipertermi
Metaplasia skuamosa

Demam
Perubahan struktur sel
& fungsi sel-sel normal
termoregulasi

Aktivasi regenerasi pelepasan med.kimiawi


sel meningkat
( prostaglandin )

Sel - sel merangsang hipotalamus


ganas/karsinoma

Invasi Patogen
Kanker Serviks

Dilakukan non Menembus sel epitel Dapat menekan Vaskularisasi


pembedahan, kemoterapi jaringan sekitar jaringan

Struma serviks
Mual Muntah Iskemia jaringan Peradangan
endo & ekso

Meluas ke
Penurunan berat badan Nekrosis jaringan
jaringan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Pembuluh limfa & Menekan ujung Keputihan, bau
vena saraf simpatik busuk , gatal

Dinding pembuluh Respon nyeri Kurangnya


terdesak pengetahuan tentang
gejala dan penyakit
Nyeri kronik
Perdarahan
spontan Defisiensi
Pengetahuan

Kekurangan Volume Cairan Timbul rasa khawatir

Cemas Ansietas
sumber :

1. Sylvia A. Prince, 2007.

2. Rahmawan, 2009
2.5.MANIFSTASI KLINIS
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosisjaringan.
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma insitu dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-
gejala yang spesifik bahkan sering tidak dijumpai gejala. Awalnya, keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti
krem tidak gatal,kemudian menjadi merah muda lalu kecoklatan dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium oleh
seisi rumah penderita. Bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Aziz M.F.,Saifuddin A.B., 2010).
b. Ada perdarahan tidak normal.
Awal stadium invasif, keluhan yang timbul adalah perdarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang
makin lama makin banyak atau perdarahan terjadi di antara 2 masa haid.Perdarahan terjadi akibat terbukanya
pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau busuk,bila perdarahan berlanjut lama dan semakin sering
akan menyebabkan penderita menjadi sangat anemis dan dan dapat terjadi shock, dijumpai pada penderita kanker
serviks stadium lanjut (Aziz M.F. dan Saifuddin A.B.2010).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah berhubungan ( 75% - 80% ).
Keluhan ini sering dijumpai pada awal stadium invasif, biasanya timbul perdarahan setelah berhubungan. Hal ini
terjadi akibat trauma pada permukaan serviks yang telah mengalami lesi (Rasjidi Imam, 2010).
d. Nyeri dibagian daerah panggul
Rasa nyeri ini dirasakan di bawah perut bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri
bersifat progresif sering dimulai dengan “Low Back Pain” di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah,
gangguan miksi dan berat badan semakin lama semakin menurun khususnya pada penderita stadium lanjut.bila kanker
sudah berada pada stadium 3, maka akan mengalami pembengkakan dibagian tubuh seperti, betis, paha, tangan dan
sebagiannya ( RamaDiananda, 2009 )

2.6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara
deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu
suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel
usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta
memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel
dilakukan dengan mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge,
sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang
abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai
stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung
permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada
permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga
tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana,
permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks
yang tidak normal.
d. Serviksografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh
tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika
tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika
servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3%. Servikografi dapat dikembangkan sebagai
skrining kolposkopi. Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing
83% dan 98% sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian
servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak
ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat membantu dalam deteksi kanker
serviks.
e. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk
meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak
daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan
negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan
gineskopi dengan pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai berikut: Sensitivitas 95,8%;
spesifisitas 99,7%; predictive positive value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu 4,7% dan
akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk
mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.
f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun
kanker. Salah satu PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA
(Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml,
sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta
dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah
dan urine.
g. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker
serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung
dalam sel-sel tubuh.( Dr RamaDiananda, 2009 )
2.7.PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis
terbagi menjadi tiga cara yaitu: histerektomi, radiasi dan kemoterapi.
Di bawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan basis pada partio, untuk tujuan
diagnostik/terapeutik).
b. Stadium IA: simple histerektomi (histerektomi total).
c. Stadium IB dan IIA: histerektomi dan chemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif
BAB IV

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal

pada leher rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya

kanker serviks antara lain sebagai berikut:

- Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.

- Berganti-ganti pasangan seksual.

- Defisiensi zat gizi

- Sering melahirkan.

- Trauma

- Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun

Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:

Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.

Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.

Pendarahan sesudah mati haid (menopause).

Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur

darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil. Akan tetapi kanker serviks juga

dapat dicegah dan diobati. Upaya pencegahan pada kanker serviks antara lain sebagai

berikut:

- Kanker serviks dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan kewanitaan


- Penggunaan kondom saat berhubungan seks

- Menghindari merokok

- Menghindari pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu

- Pemberian vaksin (antigen)

- Pemeriksaan PAP SMEAR adalah cara untuk mendeteksi dini kanker

serviks.

Upaya pengobatan pada kanker serviks antara lain sebagai berikut:

- Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.

- Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya

uterus beserta leher rahimnya.

- Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang

dapat dilakukan secara internal maupun eksternal

1.2. SARAN

Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya

keluhan.

Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.

Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu

pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya

hampir 100%.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius

Price, Sylvia. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC

Adiyono W, Amarwati S, Nurkukuh, Suhartono 2007. Hubungan hasil pap Smear


Dengan hasil pemeriksaan kolposkopi pada skrining lesi serviks, Jakarta

Samadi, 2011, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,Jakarta

Aziz Alimul H. 2010, pengantar kebutuhan dasar manusia, Jakarta

Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai