Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK

PADA PASIEN …… …… DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI RUANG MELATI
RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

TAHUN 2020

Oleh

Maya Mustika sari

NIM 172303101005

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gagal ginjal kronik disebut juga sebagai chronic kidney disease (CKD)
,perbedaan kata kronik disini dibandingkan dengan akut adalah kronologis waktu dan
tingkat fisiologis filtrasi (Prabowo, 2014), Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai
penyakit seperti glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik ,
obstruksi saluran kemih, pielonefritis, nefrotoksin, dan penyakit sistemik seperti diabetes
mellitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta amyloidosis.
(Black & Hawks,2005 dalam Bayhakki, 2013). Gagal ginjal kronik terjadi setelah
sejumlah keadaan yang menghancurkan masa nefron ginjal, mula-mula terjadi beberapa
serangan ginjal terutama menyerang glumerolus (glumeronefritis) , yang menyerang
tubulus ginjal (pylonefritis atau penyakit penyakit ginjal polikistik) dan yang menganggu
perfusi fungsi darah pada parenkim ginjal (nefroskelosis) . Gagal ginjal kronik
diakibatkan oleh atau berasal dari fungi renal yang menurun akibatnya produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya disekresikan ke dalam urine) tertahan didalam
darah, menyebabkan terjadinya uremia dan mempengaruhi sistem tubuh (Aspiani, 2015).
Uremia merupakan akibat dari ketidak mampuan tubuh untuk menjaga metabolisme dan
keseimbangan cairan serta elektrolit yang dikarenakan adanya gangguan pada fungsi
ginjal yang bersifat progresif dan irreversible (Wiliyanarti, 2019)
Karakteristik umum dari penderita gagal ginjal kronik yaitu letih, penurunan
haluaran urine, peningkatan edema, ketidak seimbangan elektrolit dan kelebihan cairan.
Azotemia berat, asidosis, gangguan pemekatan urine, anemia berat, dan gangguan
elektrolit seperti hypernatremia, hyperkalemia, hiperfosfatemia Hasil dari pemeriksaan
fisik dari gagal ginjal kronik yaitu penurunan haluaran urine, turgor kulit buruk, nyeri
abdomen saat dipalpasi dan edema perifer (Williams & Wilkins, 2012 dalam Faruq, 2017)

Anemia akan berat lagi apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi tetapi apabila
ginjal sudah mencapai stadium akhir , anemia akan relative menetap. Anemia merupakan
kendala yang cukup besar bagi upaya untuk mempertahankan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik (Lewis, 2017 dalam Agustina dkk, 2019) Anemia terjadi pada 80-90% pasien
gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisis. Anemia pada gagal ginjal kronik
terutama disebabkan oleh defisiensi hormon eritropoietin. Defisiensi besi merupakan
penyebab anemia kedua terbanyak pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis. Anemia defisiensi besi pada pasien gagal ginjal kronik terutama disebabkan
oleh asupan nutrisi yang kurang, gangguan absorbsi, perdarahan kronik, inflamasi atau
infeksi, serta peningkatan kebutuhan besi selama koreksi anemia dengan terapi
Eritropoietin Stimulating Agent (ESA) (Felix Suyatno dkk, 2016). Anemia yang terjadi
pada gagal ginjal kronik karena penurunan suplai oksigen ke seluruh tubuh akan semakin
menurun, sehingga dapat menurunkan pengiriman oksigen mengakibatkan perfusi jaringan
perifer dan terjadi kelemahan fisik menganggu sejumlah aktivitas fisiologi, sehingga
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (Kiswari, 2014). kelemahan yang
menyebabkan penderita tidak dapat beraktivitas secara normal, yang diakibatkan oleh
menumpuknya sampah metabolic hingga anemia yang dapat menyebabkan penurunan
fungsi fisik yang kemampuan aktivitas sehari-hari hingga muncul masalah keperawatan
intoleransi aktivitas (sodikin, 2015) .

Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit gagal ginjal kronik
sudah menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahunnya. menunjukkan bahwa
penyakit gagal ginjal kronik tersebut menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai
penyebab angka kematian di dunia, persentase penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia
masih lumayan tinggi. Yaitu sebesar 3,8 persen pada tahun 2018, dengan kenaikan
sebesar 1,8 persen dari tahun 2013 (Riskesdas, 2018).
Prevalensi ginjal kronik pada tahun 2017 sebesar 10% populasi dunia pada
penyakit ginjal kronik menempati urutan ke 18 dari daftar urutan penyakit penyebab
kematian di dunia lebih dari 2 juta orang diseluruh dunia yang sangat ini menerima
pengobatan dengan dialisis dan transplantasi ginjal (National kidney foundation, 2015
dalam Sholika,M, 2019). Prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur prevalensi
tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi peningkatan
pada usia 35 tahun ke atas (kemenkes, 2017)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Jember
kampus Lumajang tahun 2018 ( Wahyuni Meidayanti) di RSUD dr.Haryoto Lumajang
didapatkan pasien gagal ginjal kronik yang di rawat di ruang melati selama bulan Januari
sampai April pada tahun 2018 sebanyak 102 pasien.

Intoleransi aktivitas pada gagal ginjal kronik terjadi akibat anemia yang dapat
terjadi karena saat ginjal mengalami kerusakan ,produksi eritropientin akan berkurang ,
(sanjaya dkk, 2016) . anemia pada gagal ginjal kronik muncul ketika klirens kreatinin
turun kira kira 40ml/mnt/1,73m2 dari permukaan tubuh. Laju filtrasi glomerulus akan
menurun dengan progresif seiring dengan rusaknya nefron. Eritropoetin merupakan
hormone yang dapat merangsang sumsung tulang untuk memproduksi sel darah merah
sehingga jika produksi eritropoetin menurun maka akan terjadi penurunan pembentukan
sel darah merah dalam darah yang secara langsung mengakibatkan kadar hemoglobin
dalam darah semakin rendah dampak yang ditimbulkan yaitu suplai oksigen dalam darah
akan menurun maka terjadilah anemia yang disertai kelemahan dan keletihan , anemia
yang yang terjadi pada gagal ginjal kronik biasanya jenis normokrom normositer dan non
regenerative (Kiswari, 2014) intoleransi pada penderita gagal ginjal kronik dapat
menyebabkan penurunan fungsi fisik dan kemampuan aktivitas sehari hari , seperti
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar hingga muncul masalah lainnya yaitu deficit
perawatan diri hingga gangguan fungsi peran (Judith, M. 2012). Dampak intoleransi
aktivitas tersebut dapat dicegah dengan diberikannya intervensi keperawatan yaitu terapi
aktivitas hingga menejemen energy untuk melatih kemampuan aktivitas pasien , serta
diperlukan pemberian health education pada klien tentang latihan aktivitas bertahap
(Kozier, 2010)

Berdasarkan uraian diatas , untuk mengurangi masalah keperawatan intoleransi


aktivitas pada gagal ginjal kronik penulis tertarik dengan melakukan studi kasus dengan
judul “ Asuhan Keperawatan pada Klien Gagal Ginjal Kronik dengan Masalah
Keperawatan Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2020”

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas di Rumah
Sakit Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2020
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada Klien


Gagal Ginjal Kronik dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas di Ruang Melati
Rumah Sakit Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2020.
1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Penulis


Dari penulisan ini, penulis dapat mengaplikasikan teori dan
metodoligi penelitian dalam pembuatan karya tulis ilmiah serta
memperdalam pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Masalah Keperawatan
Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit Dr. Haryoto Lumajang
Tahun 2020
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan
tentang penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas di Rumah Sakit
Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2020.
1.4.3 Bagi Pasien

Penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan


pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Masalah Keperawatan Intoleransi
Aktivitas pada pasien .

Anda mungkin juga menyukai