Anda di halaman 1dari 4

Tahap Pertama Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan: Tetapkan Indikator

Pengukuran merupakan konsep sentral dalam peningkatan mutu. Dengan pengukuran


akan tergambarkan apa yang sebenarnya sedang dilakukan sarana pelayanan kesehatan dan
membandingkannya dengan target sesungguhnya atau harapan tertentu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kesempatan untuk adanya peningkatan mutu (Shaw, 2003).

Mengukur mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat primer seperti Puskesmas dan
tingkat lanjut seperti rumah sakit memerlukan indikator mutu yang jelas. Namun menyusun
indikator yang tepat tidaklah mudah. Kita perlu mempelajari pengalaman berbagai institusi
yang telah berhasil menyusun indikator mutu pelayanan kesehatan yang kemudian dapat
digunakan secara efektif mengukur mutu dan meningkatkan mutu.

Salah satu pengalaman tersebut dapat dipelajari dari program Performance Assessment
Tool for Quality Improvement in Hospital (PATH) dengan langkah-langkah sebagai berikut
(WHO, 2006):

1. Menyusun model konseptual: identifikasi dimensi dan sub-dimensi dan bagaimana


hubungan antaranya satu sama lain
2. Melakukan penapisan awal indikator kinerja yang ada dan critical review
3. Menetapkan indikator komplementer untuk mengisi area-area yang belum ditunjang
oleh indikator awal berdasarkan literatur ilmiah
4. Melakukan pemilihan awal indikator berdasarkan expert opinion dan bukti-bukti awal
5. Melakukan penelitian yang ekstensif untuk mendapatkan literatur mengenai angka
prevalensi, bukti pendukung, reliabitas dan validitas, survey pada negara yang
berpartisipasi
6. Melakukan pemilihan akhir berdasarkan pakar, berdasarkan informasi yang didapatkan
pada langkah 5, menggunakan nominal group tehnic (NGT)

Dalam pemilihan tersebut, WHO menggunakan kriteria-kriteria berikut ini (WHO, 2006):

Kriteria untuk indikator

indikator harus menggambarkan aspek-aspek yang bermanfaat bagi penggunanya dan


relevan dengan konteks kesehatan saat ini. Kepentingan tersebut dapat diperjelas dengan
adanya kebijakan nasional ataupun internasional (seperti WHO Health for All Framework).
Indikator klinis harus berfokus pada kejadian yang memiliki angka prevalensi tinggi (high
prevalence rate) dan memiliki beban berat (high burden).
Kriteria untuk alat ukur

1. reliabilitas: Indikator diharapkan memiliki spesifikasi yang detail dan jelas untuk
numerator dan denominatornya. Pengumpulan data yang seragam mudah dipahami dan
mudah untuk diimplementasikan. Reliabilitas meningkat ketika pengukuran yang
dilakukan hanya sesedikit mungkin bergantung pada penilaian subyektif. Ini juga
termasuk konsep konsistensi internal, stabilitas test/test ulang, dan kesepahaman antar
pengukuran.
2. face validity (juga dikenal sebagai akseptabilitas): terdapat kesepakatan di antara
pengguna dan pakar bahwa pengukuran ini berhubungan dengan dimensi (atau
subdimensi) yang akan dijangkau.
3. content validity: model teoritis mendukung bahwa pengukuran ini berhubungan dengan
subdimensi kinerja yang akan dijangkau dan pengukuran ini menjangkau seluruh
domain dan tidak hanya sebagian aspek spesifik saja.
4. contruct validity: bukti empiris menunjukkan bahwa pengukuran ini berhubungan
dengan pengukuran kinerja yang lainnya
5. beban untuk pengumpulan data: ini termasuk juga pertimbangan ketersediaan data,
biaya, ketepatan waktu sehingga didapatkan data yang berkualitas, dan derajat
kemudahan untuk pengumpulan data. Indikator (misalnya kejadian sentinel) tidak harus
dieksklusi hanya karena data yang dibutuhkan tidak akurat atau sering hilang. Justru
adanya pengukuran ini dapat dipergunakan sebagai kesempatan untuk mengidentifikasi
dan menanggapi kebutuhan akan pendidikan dan peningkatan untuk menunjang sistem
informasi yang efektif. Demikian pula untuk indikator yang berdasarkan data yang
dikumpulkan secara manual tidak harus dieksklusi karena malah dapat menjadi sarana
latihan dan belajar bagi staf dan meningkatkan kualitas pengumpulan data.

Puskesmas

Depkes 1991 mendefinisikan puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat
dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
private goods dan pelayanan kesehatan masyarakat public goods
Kegiatan Pokok Puskesmas

Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat


sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Jenis pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya
kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.
Ada 6 upaya kesehatan wajib basic six yang harus dilaksanakan oleh puskesmas, yaitu: upaya
promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya Universitas Sumatera Utara kesehatan
ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular dan upaya pengobatan. Dalam mengukur keberhasilan
puskesmas, dinas kesehatan kabupatenkota secara rutin menetapkan target atau standar
keberhasilan masing-masing program. Standar pelayanan kesehatan adalah suatu alat
organisasi untuk menjabarkan mutu atau kualitas ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik
pasien, penyedia pelayanan kesehatan, penunjang pelayanan kesehatan, ataupun pengelolaan
pelayanan kesehatan dan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan perannya
masing-masing Pohan, 2003.

Indikator Keberhasilan Puskesmas

Standar pelaksanaan ini juga merupakan standar untuk kinerja staf. Standar pelayanan
minimal SPM bidang kesehatan mulai diterapkan tahun 2003 yang disesuaikan dengan
Millenium Development Goals MDG’s. Adapun indikator kinerja dan target standar pelayanan
minimal SPM bidang kesehatan di puskesmas Tahun 2010 untuk kabupatenkota adalah sebagai
berikut: 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah

3. Pelayanan Keluarga Berencana

4. Pelayanan Imunisasi Universitas Sumatera Utara

5. Pelayanan PengobatanPerawatan

6. Pelayanan Kesehatan Jiwa

7. Pemantauan Pertumbuhan Balita


8. Pelayanan Gizi

9. Pelayanan Obsterik dan Neonatal Emergensi Dasar

10. Pelayanan Gawat Darurat

11. Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa


KLB dan Gizi Buruk

12. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio

13. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru

14. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA

15. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS

16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD

17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare

18. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

19. Pelayanan Pengendalian Vektor

20. Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum

21. Penyuluhan Perilaku Sehat

22. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika


dan Zat Adiktif P3 NAPZA Berbasis Masyarakat

23. Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

24. Pelayanan Penggunaan Obat Generik Universitas Sumatera Utara

25. Penyelenggaraan Pembiayan untuk Pelayanan Kesehatan Perorangan

26. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan Masyarakat Rentan Sumber:
Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1457MenkesSKX2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di kabupatenkota.

Anda mungkin juga menyukai