Makalah Biostat Kel.6
Makalah Biostat Kel.6
Mengukur mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat primer seperti Puskesmas dan
tingkat lanjut seperti rumah sakit memerlukan indikator mutu yang jelas. Namun menyusun
indikator yang tepat tidaklah mudah. Kita perlu mempelajari pengalaman berbagai institusi
yang telah berhasil menyusun indikator mutu pelayanan kesehatan yang kemudian dapat
digunakan secara efektif mengukur mutu dan meningkatkan mutu.
Salah satu pengalaman tersebut dapat dipelajari dari program Performance Assessment
Tool for Quality Improvement in Hospital (PATH) dengan langkah-langkah sebagai berikut
(WHO, 2006):
Dalam pemilihan tersebut, WHO menggunakan kriteria-kriteria berikut ini (WHO, 2006):
1. reliabilitas: Indikator diharapkan memiliki spesifikasi yang detail dan jelas untuk
numerator dan denominatornya. Pengumpulan data yang seragam mudah dipahami dan
mudah untuk diimplementasikan. Reliabilitas meningkat ketika pengukuran yang
dilakukan hanya sesedikit mungkin bergantung pada penilaian subyektif. Ini juga
termasuk konsep konsistensi internal, stabilitas test/test ulang, dan kesepahaman antar
pengukuran.
2. face validity (juga dikenal sebagai akseptabilitas): terdapat kesepakatan di antara
pengguna dan pakar bahwa pengukuran ini berhubungan dengan dimensi (atau
subdimensi) yang akan dijangkau.
3. content validity: model teoritis mendukung bahwa pengukuran ini berhubungan dengan
subdimensi kinerja yang akan dijangkau dan pengukuran ini menjangkau seluruh
domain dan tidak hanya sebagian aspek spesifik saja.
4. contruct validity: bukti empiris menunjukkan bahwa pengukuran ini berhubungan
dengan pengukuran kinerja yang lainnya
5. beban untuk pengumpulan data: ini termasuk juga pertimbangan ketersediaan data,
biaya, ketepatan waktu sehingga didapatkan data yang berkualitas, dan derajat
kemudahan untuk pengumpulan data. Indikator (misalnya kejadian sentinel) tidak harus
dieksklusi hanya karena data yang dibutuhkan tidak akurat atau sering hilang. Justru
adanya pengukuran ini dapat dipergunakan sebagai kesempatan untuk mengidentifikasi
dan menanggapi kebutuhan akan pendidikan dan peningkatan untuk menunjang sistem
informasi yang efektif. Demikian pula untuk indikator yang berdasarkan data yang
dikumpulkan secara manual tidak harus dieksklusi karena malah dapat menjadi sarana
latihan dan belajar bagi staf dan meningkatkan kualitas pengumpulan data.
Puskesmas
Depkes 1991 mendefinisikan puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat
dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
private goods dan pelayanan kesehatan masyarakat public goods
Kegiatan Pokok Puskesmas
Standar pelaksanaan ini juga merupakan standar untuk kinerja staf. Standar pelayanan
minimal SPM bidang kesehatan mulai diterapkan tahun 2003 yang disesuaikan dengan
Millenium Development Goals MDG’s. Adapun indikator kinerja dan target standar pelayanan
minimal SPM bidang kesehatan di puskesmas Tahun 2010 untuk kabupatenkota adalah sebagai
berikut: 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
5. Pelayanan PengobatanPerawatan
26. Penyelenggaraan Pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan Masyarakat Rentan Sumber:
Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1457MenkesSKX2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di kabupatenkota.