Makalah Akuntansi Sektor Publik 5
Makalah Akuntansi Sektor Publik 5
Kelompok 9 :
1. Saniya Safira (041811333055)
2. Dewi Aistrias Laras S (041811333065)
3. Cida Kholifah Dwi P (041811333068)
4. Kartika Jelita Putri (041811333072)
5. Nur Fitri Melati (041811333089)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Perencanaan Dan Anggaran Organisasi Sektor Publik”. Makalah ini dibuat guna sebagai tugas
kelompok pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Demikian pula penulis mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki diri dan penyempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi makalah ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Seberapapun sederhananya makalah ini, penulis harap dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan paling
tidak melalui dua mekanisme, yaitu pertama, melalui mekanisme pasar (market mechanism),
dan kedua melalui mekanisme birokrasi (bureaucratic mecahnism). Dengan sejumlah kondisi
yang disayaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai mekanisme yang dapat mendorong
pemakaian sumber daya yang efisien. Namun, kegagalan pasar (market failures) terjadi juga
dalam mengalokasikan sejumlah barang dan jasa. Penyebabnya adalah karena adanya ‘public
goods’ beserta ekternalitasnya. Jenis barang dan jasa inilah, beserta sejumlah mixed goods
yangdidistribusikanmelaluimekanismebirokrasi.
Berbagai sistem penganggaran tersebut antara lain ‘Traditional Budgeting’ atau dikenal
pula dengan ‘Line-Item Budgeting’, kemudian ‘Performance Budgeting’, ‘Planning
Programming Budgeting System’, muncul ;Zero Based Budgeting’, lalu ‘Medium Term
Budgeting Framework (MTBF). Dalam perkembangannya, berbagai variasi mulai muncul dari
‘performance budgeting’ seperti ;mission-driven budgeting’ dan ‘enterpeneurial budgeting’.
Perkembangan sistem anggaran terjadi selaras dengan usaha-usaha pengalokasian sumber daya
yang semakin membaik dalam mengakomodasi berbagai prinsip penganggaran.
RUMUSAN MASALAH
Anggaran sector public adalah alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan social
dalam menjamin kesinambungan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran
sector public memuat berbagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Pembentukan anggaran
sector publik kerap kali melibatkan unsur politik dan sejenisnya.
Anggaran sector public adalah anggaran yang dibuat untuk membantu menentukan tingkat
kebutuhan masyarakat seperti air, listrik, kualitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Penganggaran sector public adalah proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter yang memuat aspek perencanaan, pengendalian
an akuntabilitas public.
Anggaran public berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran
public merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu
organisasi yang meliputi informasi pendapatan, belanja, dan aktifitas. Anggaran berisi estmasi
mengenai apa yang akan dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang
akan datang.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran public merupakan suatu rencana financial
yang menyatakan.
Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sector public. Terdapat
beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran sector public, baik skala nasional
maupun local. Anggaran sector public dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendiidikan dan sebagainya agar
terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang
diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerntah mewakili kepentingan rakyat uang yang dimiliki
pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkan rencana pemerintah untuk
membelanjakan uang rakyat tersebut. Anggaran merupakan arahan di masa yang akan datang.
Anggaran sector public penting bagi peperintahan Karena anggaran merupakan arahan
pembangunan social ekonomi, membangun kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
orang banyak. Anggaran banyak diperlukan Karena adanya kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang tak terbatas dan teus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
Anggaran diperlukan Karena adanya masalah keterbatasan sumber daya dan pilihan. Dapat
juga dipergunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap
rakyat. Dalam hal ini anggaran public merupakan instrument pelaksanaan kuntabilitas public
oleh lembaga public yang ada.
Anggaran merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan orgsnisasi. Anggaran dibuat
untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemeintah, beberapa biaya yang
dibutuhkan dan beberapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
Memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan
yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada public. Tanpa anggaran, pemerintah
tidak dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran. Anggaran sector public dapat digunakan
untuk mengendalikan (membetasi kekuasaan) eksekutif. Selain itu anggaran digunakan untuk
memberi informasi dan meyainkan legislative bahwa pemerintah bekerja secara efektif dan
efisien tanpa adanya korupsi.
Memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sector public merupakan dokumen politik
sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana public
untuk keentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan tetapi lebih
merupakan alat politik. Oleh Karena itu pembuatan anggaran public membutuhkan
kemampuan berpolitik. Manajer public harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam
melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinan atau paling
tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran public
merupakan koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran public disusun untuk
mendeteksi terjadinya inkonsistensi unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.
6. Anggaraan sebagai Alat Penilaian Kinerja
Wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislative).
Kinerja para eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan beberapa yang berhasil ia
capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif
untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Alat untuk memotifasi manajer da staffnyabagar bekerja secara ekonomis, efisien dan efektif
dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Target anggaran hendaknya
jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendahb
sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
Anggaran public tidak boleh diabaikan oleh cabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat,
LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai orgnisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam
peanggaran public. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi
anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang
teroganisasi akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. Jika tidak ada
suara mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dngan jalan lain seperti dengan tindakan
massa, melakukan boikot, vvandalism dan sebagainya.
ANGGARAN TRADISIONAL
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism, yaitu
hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada
sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan
besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap
konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan
pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan
anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang
sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program,
atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item
tersebut sudah tidak relevan dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah
nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian
lainnya.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas
dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-item budget tidak
memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada
dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan
lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena sifatnya yang demikian, penggunaan
anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk dilakukan penilaian kinerja secara akurat,
karena satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan adalah semata-mata pada ketaatan
dalam menggunakan dana yang diusulkan.
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah
diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan
sumberdaya, atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana
telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan
sulit dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping,
kesenjangan, dan persaingan antar departemen.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu
pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-
praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya
budget padding atau budgetary slack.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi
anggaran dan ’manipulasi anggaran.’
9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik
yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan
hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi
pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut
telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sektor publik tersebut adalah
pendekatan New Public Management.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi
pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management
tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah tuntutan
untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model pemerintahan
yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam pandangannya yang
dikenal dengan konsep “reinventing government”. Perspektif baru pemerintah menurut
Osborne dan Gaebler tersebut adalah:
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New
Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan
tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik
anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS).
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik
umum sebagai berikut:
1. komprehensif/komparatif
2. terintegrasi dan lintas departemen
3. proses pengambilan keputusan yang rasional
4. berjangka panjang
5. spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input.
8. adanya pengawasan kinerja.
ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan
publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme
penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional
dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut
anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik penganggaran analitis.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu,
anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada
pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak
pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur
tangan, pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros
(overspending). Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat
diawasi dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan dan
audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah dipaksa bertindak
berdasarkan cost minded dan harus efisien. Selain didorong untuk menggunakan dana secara
ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh
karena itu, agar dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolok
ukur sebagai standar kinerja.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan
sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai
dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai
dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indikator kinerja yang
digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada sistem anggara tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero
Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-base). Penyusunan anggaran yang bersifat incremental
mendasarkan besarnya anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu
dengan menyesuaikannya dengan tingkat inflasi atau jumlah penduduk. ZBB tidak
berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan
anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah proses anggaran
dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan dibutuhkan
dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari struktur anggaran atau
mungkin juga muncul item baru.
Keunggulan ZBB
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secara lebih efisien.
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan
biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong
organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta
tingkat pengeluaran.
Kelemahan ZBB
1. Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk
karena pembuatan paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan yang melelahkan
dan membosankan, sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki
keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf
memiliki kemampuan untuk mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam
perankingan muncul pertimbangan subyektif atau mungkin terdapat tekanan politik
sehingga tidak obyektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus
masuk dalam anggaran.
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya
berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur
organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik.
Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya,
sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaaan tersebut
pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif keputusan yang memberikan manfaat paling
besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. PPBS memberikan rerangka
untuk membuat pilihan tersebut.
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
3. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari
masing-masing program.
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui program-program. Kuncinya adalah bahwa program-program yang
disusun harus terkait dengan tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh bagian organisasi.
Pemerintah harus dapat mengidentifikasi struktur program dan melakukan analisis program.
Struktur program merupakan rerangka untuk mengidentifikasi keterkaitan antara sumber daya
yang dimiliki dengan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi,
struktur program merupakan semacam kerangka bangunan dari desain sistem PPBS. Analisis
program terkait dengan kegiatan menganalisis biaya dan manfaat dari masing-masing
program sehingga dapat dilakukan pilihan. Untuk mendukung hal tersebut PPBS
membutuhkan sistem informasi yang canggih agar dapat memonitor kemajuan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Sistem pelaporan anggaran PPBS harus mampu melaporkan
hasil (manfaat) program bukan sekedar jumlah pengeluaran yang telah dilakukan.
Karakteristik PPBS:
Kelebihan PPBS
Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya sistem
pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan
teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia
yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan statistik
terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statististik hanya tepat
untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat progam
atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan dalam melakukan alokasi
biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
1. Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif
terlebih dulu sebelumeksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah
menyalahi prinsipanggaran yang bersifat komprehensif.c.
3. Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun
dalam dana umum (general fund)
4. Nondicretionary Apropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis,efisien, dan efektif.
5. Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multi-tahunan
6. Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan inefisiensi anggaran
sertadapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
7. Jelasanggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan
8. Diketahui publik anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
aspek penganggaran
aspek akuntansi
aspek pengendalian
aspek auditing.
Aspek penganggaran mengantisipasi pendapat dan belanja, aspek akuntansi terkait denga
proses mencatat, mengolah dan melaporkan segala aktivitas peneriman dan pengeluaran atas
dana pada saat anggaran dilaksanakan. Aspek akuntansi lebih bersifat pencatat masa lalu
maka aspek penganggaran lebih bersifat perencanaan masa yang akan datang. Karena aspek
penganggaran dianggap sebagai isu sentral, maka para manajer public perlu mengetahui
prinsip-prinsip pokok yang ada dalam siklus anggaran.
Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) mengidentifikasikan tiga pertimbangan
mengapa pemerintah perlu terlibat dalam bisnis pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,
terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Dalam persoalan
estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah terdapatnya faktor “uncertainty” (tingkat
ketidakpastian)yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan public harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran.
Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang
melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut
tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai “ political skill”
salesmanship´dan ‘coalition building’ yang memadai. Integritas dan kesiapan mentalyang
tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.
KESIMPULAN
Penganggaran sektor publik merupakan proses yang sangat vital bagi organisasisektor
publik. Anggaran publik penting sebab anggaran membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal pemerintah untuk
mempengaruhi keadaan ekonomi melalui kebijakan pengeluaran dan perpajakan. Dengan
anggaran, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya yang langka untuk menggerakan
pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Dan yang penting lagi, anggaran merupakan sarana untuk menunjukan
akuntanbilitas pemerintah terhadap publik. Anggaran publik terdiri dari anggaran operasional
dan anggaran modal. Anggaran operasional adalah pengeluaran yang dilakukan secara rutin
dan tidak menambah kekayaan serta manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran.
Sedangkan anggaran modal (aset) manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan menambah
kekayaan. Anggaran modal adalah pengeluaran yang dilakukan secara rutin dan tidak
menambah kekayaan serta manfaat hanya untuk satu tahun anggaran. Sedangkan anggaran
modal (asset) manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan menambah kekayaan.
Terdapat dua pendekatan dalam penyusunan angaran sektor publik, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan New Public Management. Pendekatan NPM dimaksudkan untuk
mengatasi kelemahan dari sistem tradisional. Anggaran dengan pendekatan NPM terdiri dari
beberapa jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB, dan PPBS. Anggaran dengan pendekatan NPM
sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Perubahan dari sistem anggaran tradisional menuju sistem anggaran dengan pendekatan NPM
merupakan bagian penting dari reformasi anggaran. Reformasi anggaran sektor publik
dilakukan untuk menjadikan anggaran lebih berorientasi pada kepentingan publik dan
menekankan value for money. Beberapa jenis anggatan dengan pendekatan NPM, seperti
ZBB, PPBS, dan Anggaran Kinerja perlu dikaji lebih mendalam sebelum diaplikasikan,
karena pada masing-masing jenis anggaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan.
Penerapan sistem anggaran juga perlu mempertimbangkan aspek sosial, kultural, dan
kesiapan teknologi yang dimiliki oleh pemerintah.