PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Sterilisasi
a. Definisi Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan (termasuk virus). Semua material sebagai subjek proses
ini disebut sebagai bahan yang steril. Istilah steril tidak menggambarkan suatu
bahan mutlak steril namun lebih tepatnya hampir tidak terdapat kehidupan karena
steril tidak dapat dipastikan. Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap
suatu perlakuan sterilisasi seperti panas atau sinar UV, mereka tidak akan mati
secara langsung spontan melainkan akan mati secara bertahap. Menurut Hogg
(2005), secara teoretis dampak sterilisasi terhadap jumlah mikroorganisme yang
homogen yaitu akan mematikannya secara eksponensial dengan kecepatan yang
seragam.
b. Teknik sterilisasi
Berikut adalah penjabaran klasifikasi sterilisasi yang umum dipakai di
laboratorium.:
1. Pemanasan
Dampak pemanasan terhadap kematian mikroorganisme sangat tergantung
kepada suhu dan lama waktu sterilisasi. Panas menyebabkan enzim-enzim
berhenti bekerja dan sel dapat kekurangan air. Menurut Barrow dan Feltham
(1993:12-13) endospora bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi
semua bentuk endospora tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap
panas.
a. Dengan api langsung
Pemijaran dapat langsung membunuh mikroorganisme (termasuk
endospora) yang disterilkan dengan cara membakar mikroorganisme
sehingga cara ini adalah cara paling cepat. Namun kekurangannya adalah
sangat terbatasnya cakupan alat yang disterilisasi menggunakan pemijaran
dan ketidakpraktisan dalam mensterilisasi alat berukuran besar. Alat yang
dipakai untuk sterilisasi dengan api yaitu:
1. Bunsen burner, loop incinerator dan pembakar spirtus
Bunsen burner dan pembakar spirtus digunakan untuk sterilisasi alat
inokulasi dengan pembakaran seperti sterilisasi jarum inokulum atau
spreader. Untuk memastikan kesterilannya jarum inokulum dibakar
sampai membara dan spreader dapat dicelupkan alkohol lalu dibakar.
Bunsen burner berbahan bakar gas yang disalurkan melalui pipa
sedangkan pembakar spirtus berbahan bakar spirtus (methanol).
Namun pembakar spirtus lebih mudah ditemukan di banyak
laboratorium karena efisien dan portable.
2. Gas torch
Gas torch atau pembakar api portabel berbahan bakar gas sangat
berguna saat dilakukan pengambilan sampel diluar laboratorium.
Fungsinya adalah untuk mensterilisasi sample point yang dapat berupa
kran, pipa atau yang lainnya sebelum pengambilan sampel dilakukan.
Selain itu dapat digunakan untuk sterilsasi dengan api pada berbagai
alat karena gas torch lebih nyaman digenggam dibandingkan pembakar
bunsen atau pembakar spirtus.
b. Panas kering
Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu
tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi panas
kering yaitu masih bertahannya endospora bakteri. Alat yang dipakai untuk
sterilisasi panas kering yaitu:
1. Oven
Oven adalah suatu wadah yang mampu menjaga suhu pada 160-170°C.
Umumnya alat-alat yang disterilisasi dengan oven adalah alat gelas
seperti cawan atau pipet ukur dan bukan untuk alat plastik atau karet.
Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 170°C selama 1 jam. Waktu
sterilisasi dihitung setelah oven mencapai suhu yang diinginkan. Oven
yang baik memiliki termostat dan termometer atau alat perekam
temperatur, dan juga dilengkapi indikator waktu dan pemprograman
waktu. Setelah disterilisasi peralatan gelas sebaiknya didinginkan pada
oven untuk mencegah keretakan karena penurunan suhu mendadak.
Untuk pengecekan kinerja oven (verifikasi) dapat dilakukan dengan
pengujian kehomogenan temperatur di seluruh sudut oven pada
pemakaian pertama atau setelah adanya perbaikan. Oven dan inkubator
memiliki perbedaan mendasar yaitu oven dilengkapi dengan lubang
pengeluaran uap air dan umumnya tidak memiliki tutup kaca. Oleh
karena itu penggunaan oven sebagai inkubator (walaupun oven dapat
menjaga suhu yang diinginkan) akan mempercepat kehilangan air pada
media. Peletakan alat-alat pada oven sebaiknya memperhatikan
distribusi panas yang dihasilkan elemen. Disarankan untuk
menghindari loading yang terlalu banyak dan penempatan tanpa jeda
sehingga mampu mengurangi penetrasi panas. Semua alat sebaiknya
dibungkus dengan bahan yang tidak mudah meleleh terkena panas
seperti kertas sampul (kraft paper) bukan dengan plastik.
2. Microwave oven
Microwave oven adalah alat yang mampu memanaskan dengan
gelombang mikro pada tekanan atmosfer. Penggunaan alat ini selain
untuk sterilisasi peralatan gelas dapat juga untuk memanaskan bahan
cair atau mencairkan agar. Distribusi gelombang mikro sebaiknya
harus homogen untuk mencegah adanya area overheating. Pemanasan
dengan waktu lebih lama dengan pengaturan power rating yang rendah
atau alat yang dilengkapi pemutar otomatis akan menghasilkan
distribusi panas yang lebih baik. Jangan menggunakan peralatan metal
(termasuk tutup yang terbuat dari besi), jika terdapat bahan ini maka
dilepaskan terlebih dahulu sebelum disterilisasi. Media yang
mengandung bahan tidak tahan panas sebaiknya jangan dipanaskan
menggunakan alat ini kecuali jika telah terverifikasi dan terbukti
dengan baik. Sebaiknya microwave oven tidak untuk sterilisasi media,
sterilisasi media tetap menggunakan autoklaf. Stelah pemanasan
menggunakan alat ini disarankan juga untuk didiamkan selama 5 menit
sebelum dikeluarkan (ISO7128 2007:17-18)
(Prescott et al.
2002:140)
h. Tyndallisasi
Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja.
Karena metode ini untuk mensterilkan medium atau alat yang tidak tahan
dengan suhu tinggi. Dengan suhu 100o C selama 30 menit dalam 3 hari
berturut-turut. Sehingga dapat dihasilkan medium yang steril dan zat-zat
organik yang terkandung di dalamnya tidak mengalami banyak perubahan.
i. Pasteurisasi
Pasteurisasi bukan suatu bentuk sterilisasi, tetapi metode untuk
membinasakan organisme penyebab penyakit. Kita dapat membinasakan
organisme tersebut dengan cara dipanaskan dengan suhu tinggi sekitar 60-
80℃ selama satu jam dan 3 hari berturut-turut.
j. Pembakaran
Metode pembakaran digunakan untuk memusnahkan bangkai, hewan-
hewan penelitian yang terinfeksi, dan bahan terinfeksi lainnya yang perlu
dibuang. Pemusnahan mikroorganisme dengan pembakaran juga dilakukan
secara rutin di laboratorium terhadap jarum pindah, yang dipijarkan di atas
pembakar bunsen. Pembakaran sangat efektif untuk metode sterilisasi.
2.2 Desinfeksi
a. Definisi Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
mikroorganisme patogen. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi. Disinfektan berkerja dengan
membunuh dan mengurangi jumlah mikroorganisme yang hidup pada alat-
alat medis, sedangkan antiseptic digunakan untuk membunuh dan
mengurangi mikroorganisme pada tangan atau bagian tubuh yang lain.
Disinfektan dan antiseptic pada dasarnya hampir sama, yang membedakan
adalah toxsisitasnya, tetapi tidak semua disinfektan dapat dijadikan
antiseptic, karena antiseptic haruslah terbuat dari bahan yang tidak
merusak jaringan hidup.
b. Tujuan desinfeksi
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam
melakukan biakan murni
c. Macam-macam desinfeksi
a. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk
mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid
digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi
permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol
untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa
meninggalkan efek sisa.
b. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi.
Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat
dipakai untuk mendesinfeksi alat- alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril
yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada
instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai
masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M.
tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit,
sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
c. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara
luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak,
misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub
(Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan
sebagai bahan dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan
sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri
Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama
disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi
dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat
menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan
organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
d. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat
dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal
yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh
oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
e. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak
digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak
bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya
Dettol).
2.3 Desinfektan
a. Definisi desinfektan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B
atau M. tuberculosis.s
f. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan
benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama
karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).
g. Formal dehida
Formal dehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas.
Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida.
Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebagai formalin.
h. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen
pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting
yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya
substansi yang manapun yang tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah
digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah
tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan
dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
i. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena
kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
j. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida.
Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar
daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya
cepat ini diperlukan karenabetapropiolakton dalam larutan cair
mengalami hidrolisis cukup cepat asam akrilat, sehingga setelah
beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.