Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme ada
yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan ada yang tersusun atas beberapa
sel (multiseluler). Walapun mikroorganisme uniseluler tersusun atas satu sel
namun mikroorganisme tersebut menunjukan semua karakteristik makluk
hidup, yaitu bermetabolisme, berdiferensiasi, melakukan komunikasi,
melakukan pergerakan dan berevolusi.

Keberadaan mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan penyakit yang


dibawanya. Banyak mikroorganisme yang berperan membawa penyakit, baik
yang bersifat ringan maupun yang bersifat berat atau sulit untuk disembuhkan.
Untuk mencegah penularan penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme
yang dapat berupa virus ataupun bakteri dapat digunakan cara-cara
pensterilan.

Menurut Garzon Schaffer, bahwa “mencuci tangan harus dilakukan sebelum


memegang jarum, setelah mengunakan kamar mandi, memegang benda-benda
yang terkontaminasi.”1 Merupakan suatu cara untuk mencegah penularan
penyakit yang dibawa virus atau bakteri mikroorganisme. Mencuci tangan
dengan prosedur yang baik dapat mencegah penularan penyakit antar
pasien, atau pasien dengan terapis akupunktur. Selain itu juga harus
digunakan disinfektan yg dapat mencegah penularan atau
menghambat perkembangbiakan virus atau bakteri yang dapat menularkan
penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah proses sterilisasi yang dilakukan di laboratorium kimia ?
2. Bagaimanakah proses desinfeksi yang dilakukan di laboratorium kimia?
3. Bagaimanakah proses dekontaminasi yang dilakukan di laboratorium kimia ?
4. Apa sajakah contoh dari proses sterilisasi, desinfeksi serta dekontaminasi yang
dilakukan di laboratorium kimia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses sterilisasi yang dilakukan di laboratorium
kimia ?
2. Untuk mengetahui proses desinfeksi yang dilakukan di laboratorium kimia?
3. Untuk mengetahui proses dekontaminasi yang dilakukan di laboratorium kimia ?
4. Untuk mengetahui contoh dari proses sterilisasi, desinfeksi serta dekontaminasi
yang dilakukan di laboratorium kimia ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sterilisasi
a. Definisi Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan (termasuk virus). Semua material sebagai subjek proses
ini disebut sebagai bahan yang steril. Istilah steril tidak menggambarkan suatu
bahan mutlak steril namun lebih tepatnya hampir tidak terdapat kehidupan karena
steril tidak dapat dipastikan. Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap
suatu perlakuan sterilisasi seperti panas atau sinar UV, mereka tidak akan mati
secara langsung spontan melainkan akan mati secara bertahap. Menurut Hogg
(2005), secara teoretis dampak sterilisasi terhadap jumlah mikroorganisme yang
homogen yaitu akan mematikannya secara eksponensial dengan kecepatan yang
seragam.

Menurut Talaro dan Talaro (2002:321) pembagian jenis mikroorganisme


berdasarkan ketahanannya terhadap proses steril adalah sebagai berikut:
1. Resistensi tertinggi, contohnya: endospora bakteri.
2. Resistensi sedang,contohnya: cyst protozoa, spora seksual fungi (zygospora),
beberapa virus (virus tanpa kapsul lebih resisten dari pada virus berkapsul,
virus paling resisten adalah hepatitis B dan poliovirus), beberapa sel vegetatif
baketri (sel paling resisten adalah Mycobacterium tuberculosis,
Staphylococcus aureus, dan spesies Pseudomonas).
3. Resistensi rendah,contohnya: sebagian besar sel vegetatif bakteri, hifa atau
spora fungi umum, virus, yeast dan tropozoit.

b. Teknik sterilisasi
Berikut adalah penjabaran klasifikasi sterilisasi yang umum dipakai di
laboratorium.:
1. Pemanasan
Dampak pemanasan terhadap kematian mikroorganisme sangat tergantung
kepada suhu dan lama waktu sterilisasi. Panas menyebabkan enzim-enzim
berhenti bekerja dan sel dapat kekurangan air. Menurut Barrow dan Feltham
(1993:12-13) endospora bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi
semua bentuk endospora tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap
panas.
a. Dengan api langsung
Pemijaran dapat langsung membunuh mikroorganisme (termasuk
endospora) yang disterilkan dengan cara membakar mikroorganisme
sehingga cara ini adalah cara paling cepat. Namun kekurangannya adalah
sangat terbatasnya cakupan alat yang disterilisasi menggunakan pemijaran
dan ketidakpraktisan dalam mensterilisasi alat berukuran besar. Alat yang
dipakai untuk sterilisasi dengan api yaitu:
1. Bunsen burner, loop incinerator dan pembakar spirtus
Bunsen burner dan pembakar spirtus digunakan untuk sterilisasi alat
inokulasi dengan pembakaran seperti sterilisasi jarum inokulum atau
spreader. Untuk memastikan kesterilannya jarum inokulum dibakar
sampai membara dan spreader dapat dicelupkan alkohol lalu dibakar.
Bunsen burner berbahan bakar gas yang disalurkan melalui pipa
sedangkan pembakar spirtus berbahan bakar spirtus (methanol).
Namun pembakar spirtus lebih mudah ditemukan di banyak
laboratorium karena efisien dan portable.
2. Gas torch
Gas torch atau pembakar api portabel berbahan bakar gas sangat
berguna saat dilakukan pengambilan sampel diluar laboratorium.
Fungsinya adalah untuk mensterilisasi sample point yang dapat berupa
kran, pipa atau yang lainnya sebelum pengambilan sampel dilakukan.
Selain itu dapat digunakan untuk sterilsasi dengan api pada berbagai
alat karena gas torch lebih nyaman digenggam dibandingkan pembakar
bunsen atau pembakar spirtus.
b. Panas kering
Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu
tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi panas
kering yaitu masih bertahannya endospora bakteri. Alat yang dipakai untuk
sterilisasi panas kering yaitu:
1. Oven
Oven adalah suatu wadah yang mampu menjaga suhu pada 160-170°C.
Umumnya alat-alat yang disterilisasi dengan oven adalah alat gelas
seperti cawan atau pipet ukur dan bukan untuk alat plastik atau karet.
Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 170°C selama 1 jam. Waktu
sterilisasi dihitung setelah oven mencapai suhu yang diinginkan. Oven
yang baik memiliki termostat dan termometer atau alat perekam
temperatur, dan juga dilengkapi indikator waktu dan pemprograman
waktu. Setelah disterilisasi peralatan gelas sebaiknya didinginkan pada
oven untuk mencegah keretakan karena penurunan suhu mendadak.
Untuk pengecekan kinerja oven (verifikasi) dapat dilakukan dengan
pengujian kehomogenan temperatur di seluruh sudut oven pada
pemakaian pertama atau setelah adanya perbaikan. Oven dan inkubator
memiliki perbedaan mendasar yaitu oven dilengkapi dengan lubang
pengeluaran uap air dan umumnya tidak memiliki tutup kaca. Oleh
karena itu penggunaan oven sebagai inkubator (walaupun oven dapat
menjaga suhu yang diinginkan) akan mempercepat kehilangan air pada
media. Peletakan alat-alat pada oven sebaiknya memperhatikan
distribusi panas yang dihasilkan elemen. Disarankan untuk
menghindari loading yang terlalu banyak dan penempatan tanpa jeda
sehingga mampu mengurangi penetrasi panas. Semua alat sebaiknya
dibungkus dengan bahan yang tidak mudah meleleh terkena panas
seperti kertas sampul (kraft paper) bukan dengan plastik.

2. Microwave oven
Microwave oven adalah alat yang mampu memanaskan dengan
gelombang mikro pada tekanan atmosfer. Penggunaan alat ini selain
untuk sterilisasi peralatan gelas dapat juga untuk memanaskan bahan
cair atau mencairkan agar. Distribusi gelombang mikro sebaiknya
harus homogen untuk mencegah adanya area overheating. Pemanasan
dengan waktu lebih lama dengan pengaturan power rating yang rendah
atau alat yang dilengkapi pemutar otomatis akan menghasilkan
distribusi panas yang lebih baik. Jangan menggunakan peralatan metal
(termasuk tutup yang terbuat dari besi), jika terdapat bahan ini maka
dilepaskan terlebih dahulu sebelum disterilisasi. Media yang
mengandung bahan tidak tahan panas sebaiknya jangan dipanaskan
menggunakan alat ini kecuali jika telah terverifikasi dan terbukti
dengan baik. Sebaiknya microwave oven tidak untuk sterilisasi media,
sterilisasi media tetap menggunakan autoklaf. Stelah pemanasan
menggunakan alat ini disarankan juga untuk didiamkan selama 5 menit
sebelum dikeluarkan (ISO7128 2007:17-18)

c. Uap air panas


Cara uap air panas membunuh mikroorganisme adalah bukan dengan
mengeringkannya tetapi dengan menonaktifkan enzim-enzimnya sehingga
metabolisme berhenti bekerja. alat-alat yang menggunakan cara ini untuk
sterilisasi antara lain:
1. Steamers dan boiling water baths
Steamers dan boiling water baths adalah semua alat yang terdiri dari
suatu wadah untuk menampung air yang memiliki elemen pemanas
dan bertutup (closefitting lid). Uap air yang dihasilkan alat ini berada
pada tekanan atmosfer. Boiling waterbath mampu memanaskan air
sampai atau hamper mendekati titik didih dengan atau tanpa
menghasilkan uap air. Penggunaan umum alat ini adalah untuk
mencairkan media agar atau membuat media tidak tahan panas dan
tekanan. Hal yang perlu dipastikan saat pengoperasiannya adalah
penjagaan batas air minimal sesuai manual sehingga menutupi elemen
pemanas (ISO7128 2007:16). Menurut ISO 11133-1 (2009:8)
pencairan kembali media agar steril dapat dilakukan pada waterbath
suhu 47-50 °C. Media di angkat segera setelah semuanya mencair dan
digunakan tidak melebihi waktu simpan 4 jam. Steaming
(tyndallization) yang dikembangkan oleh John Tyndall adalah istilah
untuk cara sterilisasi dengan uap air panas yang dapat mencapai suhu
100°C pada wadah tanpa tekanan. Sterilisasi menggunakan uap air
panas dapat dilakukan sekali atau tiga kali (tahap) dengan hari yang
berlainan dengan memanaskannya pada 80 °C selama satu jam
(Barrow dan Feltham 1993:14). Sedangkan menurut Hogg (2005:341)
tindalisasi dilakukan pada suhu 90-100 °C selama 30 menit secara
bertahap 3 kali. Selama jeda tahapan media diinkubasi pada 37°C
semalam. Pemanasan tiga tahap dimaksudkan untuk memberi
kesempatan endospora untuk berkecambah sehingga akan mati pada
tahap pemanasan selanjutnya.

Berikut merupakan tabel perkiraan ketahanan mikroorganisme


terhadap sterilisasi dengan uap air panas:

Organisme Sel vegetatif Spora

Ragi 5 menit pada 50-60 oC 5 menit pada 70-80 oC

Kapang 30 menit pada 62 oC 3 menit pada 80 Oc

Bakteri (mesofilik) 10 menit pada 60-70 oC 2 - >800 menit pada 100 oC

Virus 30 menit pada 60 oC 0,5-12 menit pada 121 oC

(Prescott et al.
2002:140)

d. Uap air panas bertekanan


Uap air panas bertekanan lebih efisien dan penetratif dalam membunuh
mikroorganisme. Tekanan yang paling efisien yaitu 103 kpa (15 psi)
selama 15 menit yang dapat dilakukan oleh autoklaf.
1. Autoklaf (Autoclave)
Menurut Morello et al. (2003:81) tekanan yang digunakan untuk
sterilisasi pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan suhu
121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan
benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch).
Lama sterilisasi yang dilakukan adalah 15 menit pada suhu 121oC.
Dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut maka segala bentuk
mikroorganisme dapat dimatikan. Autoklaf menggunakan uap air
murni (lebih ringan dan lebih panas dari udara) untuk sterilisasi
sehingga udara yang terdapat dalam wadah harus dikeluarkan.
Cara menggunakan Autoklaf:
1. Isi air dalam autoklaf kurang lebih 2 cm dibawah keranjang atau 3-
5 liter air.
2. Pastikan alat yang akan disterilkan dapat terkena uap dalam
autoklaf.
3. Tutup rapat autoklaf dan atur lama waktunya, sekitar 20 menit dan
tekanan 1 atm.
4. Pastikan tabung exhaust terbuka sedangkan tabung drainnya
tertutup.
5. Setelah uapnya keluar atau terdengar bunyi mendesis, segera tutup
tabung exhaustnya.
6. Saat alarm berbunyi yang menandakan bahwa sterilisasi telah
selesai, jangan langsung membuka tutup autoklaf, tetapi tunggu
hingga jarum tekanan menunjukkan angka 0.
7. Hal yang sering keliru adalah dengan menutup semua katup rapat-
rapat sebelum udara dalam wadah digantikan oleh uap air.Adanya
udara dalam wadah saat sterilisasi dapat mengakibatkan kurang
efisiennya sterilisasi. Autoklaf hanya dapat mencapai suhu
maksimal pada kondisi uap air murni. Grafik berikut
menggambarkan penurunan suhu jika terdapat campuran udara
pada wadah autoklaf saat sterilisasi. (Hardy, S.P. 2002 Human
Microbiology, Taylor and Francis dalam Hogg, 2005:341)

e. Sterilisasi dengan penyaringan


1. Sinar ultra violet (UV)
Sinar UV dapat membunuh mikroba patogen, spora, virus, jamur, serta
ragi. Sinar UV dapat bekerja efektif jika langsung disinari pada bahan
yang akan disterilkan.
2. Dengan sinar gamma
Digunakan isotop radioaktif, misalnya Co (kobalt 60). Keuntungan
yang akan di sterilkan adalah dapat disterilkan oleh wadah/kemasan.
3. Dengan sinar X dan sinar katoda
Sinar X dan elektron – elektronnya dengan intensitas tinggi
mempunyai sifat mematikan bakteri.

f. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia


Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan
keringdan dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan
atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan, yaitu:
1. Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas
2. Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin,
AgNO3 dan merkuroklorid. Sterilisasi dengan cara kimia antara lain
dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan ditentukan
oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan yang
digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya:
a. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
b. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa
fenol lain
c. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon
yodium dan etil alkohol 70%.

g. Sterilisasi dengan filtrasi


Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan.
Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya
adalah untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi
obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam
perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis
filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis
kuman. Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.

h. Tyndallisasi
Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja.
Karena metode ini untuk mensterilkan medium atau alat yang tidak tahan
dengan suhu tinggi. Dengan suhu 100o C selama 30 menit dalam 3 hari
berturut-turut. Sehingga dapat dihasilkan medium yang steril dan zat-zat
organik yang terkandung di dalamnya tidak mengalami banyak perubahan.

i. Pasteurisasi
Pasteurisasi bukan suatu bentuk sterilisasi, tetapi metode untuk
membinasakan organisme penyebab penyakit. Kita dapat membinasakan
organisme tersebut dengan cara dipanaskan dengan suhu tinggi sekitar 60-
80℃ selama satu jam dan 3 hari berturut-turut.

j. Pembakaran
Metode pembakaran digunakan untuk memusnahkan bangkai, hewan-
hewan penelitian yang terinfeksi, dan bahan terinfeksi lainnya yang perlu
dibuang. Pemusnahan mikroorganisme dengan pembakaran juga dilakukan
secara rutin di laboratorium terhadap jarum pindah, yang dipijarkan di atas
pembakar bunsen. Pembakaran sangat efektif untuk metode sterilisasi.

k. Sterilisasi panas lembab


Uap di bawah tekanan adalah agen sterilisasi yang paling efisien dan cara
utama yang digunakan untuk mensterilkan pembalut peralatan, media dan
barang-barang terkontaminasi untuk pembedahan. Suhu sterilisasi
bergantung kepada tekanan uap. Biasanya suhu uap adalah 121oC, pada
tekanan 15 pon setiap inchi persegi ( 1,05 Kg/cm2 ), selama 20 menit,
atmosfer harus bebas udara dan hanya mengandung uap. Kondisi demikian
ini dipenuhi dalam autoklaf. Penggunaan autoklaf yang tidak benar
biasanya disebabkan oleh satu dari dua kesalahan.yaitu : kelalaian untuk
mengeluarkan semua udara sebelum menutup katup buangan dan
membebani autoklaf secara berlebihan atau pengemasan yang tidak benar.

2.2 Desinfeksi
a. Definisi Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
mikroorganisme patogen. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi. Disinfektan berkerja dengan
membunuh dan mengurangi jumlah mikroorganisme yang hidup pada alat-
alat medis, sedangkan antiseptic digunakan untuk membunuh dan
mengurangi mikroorganisme pada tangan atau bagian tubuh yang lain.
Disinfektan dan antiseptic pada dasarnya hampir sama, yang membedakan
adalah toxsisitasnya, tetapi tidak semua disinfektan dapat dijadikan
antiseptic, karena antiseptic haruslah terbuat dari bahan yang tidak
merusak jaringan hidup.

Sebelum dilakukan desinfektan, penting untuk membersihkan alat-alat


tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat
menghambat proses disinfeksi. Disinfektan dibedakan menurut
kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza
dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.

b. Tujuan desinfeksi
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam
melakukan biakan murni

c. Macam-macam desinfeksi
a. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk
mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid
digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi
permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol
untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa
meninggalkan efek sisa.
b. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi.
Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat
dipakai untuk mendesinfeksi alat- alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril
yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada
instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai
masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M.
tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit,
sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
c. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara
luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak,
misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub
(Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan
sebagai bahan dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan
sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri
Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama
disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi
dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat
menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan
organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
d. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat
dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal
yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh
oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
e. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak
digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak
bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya
Dettol).

2.3 Desinfektan
a. Definisi desinfektan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B
atau M. tuberculosis.s

b. Cara mendesinfeksi dengan menggunakan desinfektan


Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
a. Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru
setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap
kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.

b. Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan


dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu
60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan
perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.

c. Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan


perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif.
Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif,
Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan
menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang. Untuk mendesinfeksi
permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila
permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

c. Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain


a. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah
yangkecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal
ini mudahsekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari
logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari
logam dan lagipula mahalharganya. Meskipun demikian, orang masih
biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya
untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau
mertiolat.
b. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai
daya bakteriostatis.Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram
positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau
dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan
zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu
mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet
gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah
hijau malakhit dan hijau cemerlang.
c. Klor dan senyawa Klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor
dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak
dipakai alat-alat makan dan minum.
d. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau
kreolin lebih baikkhasiatnya daripada fenol. Lisol adalah desinfektan yang
berupa campuran sabun dengan kresol, lisol lebih banyak digunakan
daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk
fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
e. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol
tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol
efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh
adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan)
pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan
sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi
tidak dapat ditolerir.

f. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan
benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama
karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).
g. Formal dehida
Formal dehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas.
Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida.
Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebagai formalin.
h. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen
pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting
yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya
substansi yang manapun yang tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah
digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah
tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan
dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
i. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena
kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
j. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida.
Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar
daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya
cepat ini diperlukan karenabetapropiolakton dalam larutan cair
mengalami hidrolisis cukup cepat asam akrilat, sehingga setelah
beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.

k. Senyawa Amonium Kuaterner


Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya
mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen.

Anda mungkin juga menyukai