Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PASAR MODAL SYARIAH

Disusun oleh :
Ana Ratnawati (17108040003)
Moh. Sahrun Nizam E (17108040019)
Devi Widyaningrum (17108040033)
Ema Alda Arfiani (17108040034)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah


Dosen pengampu: Muhfiatun, M.E.I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi
fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi
konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung
unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih
menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam
kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal, sekalipun berlabel
syariah.
Keberadaan pasar modal syariah merupakan fenomena yang
menarik dalam industri pasar modal di tanah air. Seperti pendirian bank
syariah, pasar modal syariah didirikan berdasarkan pada kenyataan bahwa
mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dan diantara juataan muslim
tersebut ada yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) setra mereka
susah menginvestasikannya, dan salah satu penyebabnya adalah mereka
enggan investasi di pasar modal yang ada. Muslim kaya tersebut enggan
berinvestasi di pasar modal konvensional karena pasar modal yang ada
tersebut hanya merupakan tempat manipulasi pasar dan cenderung
dipenuhi transaksi spekulatif.
Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat
dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif
dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Al-Qur’an dengan tegas
melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta yang dimiliki.Untuk
mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka harus diciptakan
suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan orang menanamkan
modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi adalah
menanamkan hartanya di pasar modal. Berdasarkan hal diatas, maka
dalam makalah ini akan membahas tentang pasar modal syariah.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami menyusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian Pasar Modal Syariah?
2. Bagaimana Fungsi Pasar Modal Syariah?
3. Apa saja instrumen Pasar Modal Syariah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, pennulisan
makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu Pasar Modal Syariah
2. Untuk mengetahui fungsi Pasar Modal Syariah
3. Untuk mengetahui apa asaja instrumen Pasar Modal Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal Syariah


Pengertian Pasar Modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No.
8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” (Sholahudin,2014,325)
Dalam perkembangannya, pasar modal dikenal dengan nama Bursa
Efek. Bursa efek menurut Pasal 1 ayat 4 UU No. 8 Tahun 1996 tentang
Pasar Modal adalah pihak yang menyelengggarakandan menyediakan
sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek
pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Sebelum tahun 2007, bursa efek di Indonesia dikenal Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tanggal 30 Oktober 2007,
BEJ dan BES sudah dimerger denagn nama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan deikian, saat ini hanya ada satu pelaksana bursa efek di Indonesia,
yaitu BEI. Bagi pasar modal syariah, listing – nya dilakukan di Jakarta
Islamic Index yang telah diincurkan sejak Juli 2000.
Adapun Pasar Modal Syariah Menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) No. 40/DSN-MUI/X/2003, tentang Pasar Modal dan
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, adalah
“Pasar Modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek dan mekanisme perdagangannya telah memenuhi
prinsip-prinsip syariah.” (Sholahudin,2014,325)
Dapat diartikan bahwa pasar modal syariah adalah pasar modal
yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi surat
berharga di pasar modal dilaksanakan dengan ketentuan syari’at Islam.
(Sutedi, 2011,29)

3
B. Fungsi Pasar Modal Syariah
Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dengan
mewujudkan dua kepentingan, yaitu pihak yang memerlukan dana dan
fungsi keuangan dengan memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk
memperoleh imbalan bagi pemilik dana melalui investasi. Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Dengan demikian
masyarakat dapat mendapatkan dana yang dimiliki sesuai karakteristik dan
keuntungan masing-masing.
Menurut Muhammad Metwally fungsi dari keberadaan pasar modal
syariah adalah sebagai berikut :
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keutungan dan resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditasnya.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dan fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
(M.M.Metwally,1995,177)

C. Instrumen Pasar Modal Syariah


1. Saham Syariah
Menurut Soemitra, saham syariah merupakan surat berharga
yang merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan.
Penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham
syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah
(Soemitra, 2009, 138) Pada sistem mudharabah, pihak yang
menyetorkan dana tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Investor

4
(mudharib) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak lain.
Sementara pada sistem musyarakah, dua atau beberapa pihak bekerja
sama saling menyetorkan modalnya. Bagi hasilnya disesuaikan secara
proporsional dengan dana yang disetorkan. Dalam musyarakah, pihak-
pihak yang terlibat boleh menjadi mitra diam (tidak ikut mengelola) atau
menjadi mitra aktif (ikut mengelola perusahaan). (Nafik HR, 2009, 245)
Kriteria saham-saham yang masuk dalam indeks syariah
berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20 adalah emiten
yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk
perbankan dan asuransi konvensional
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat. (Yuliana, 2010, 83)
Selain kriteria di atas, kriteria emiten dilihat dari resiko
keuangannya yang termasuk dalam investasi islami berdasarkan fatwa
DSN adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mendapatkan dana pemibiyayaan atau sumber
dana dari utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya
b. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%.
Dalam islam, barang haram dengan halal tidak dapat dicampur
adukkan
c. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah
piutang dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
(Yuliana, 2010, 84)
2. Sukuk (Obligasi Syariah)
Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh emiten
(bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa juga pemerintah) yang

5
memerlukan dana untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi dalam
memajukan investasi yang mereka laksanakan. (Manan,2012, 325)
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 32/DSN-
MUI/IX/2002 menjelaskan, yang dimaksud dengan obligasi syariah
adalah sebuah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan oleh emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. (Manan,2012,
332)
menurut Heru Sudarsono, obligasi syariah bukan merupakan
utang berbunga tetap sebagaimana yang terdapat dalam obligasi
konvensional, tetapi lebih merupakan penyertaan dana yang didasarkan
pada prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad utang piutang
melainkan penyertaan. Obligasi sejenis ini lazim dinamakan muqaradhah
bond, dimana muqaradhah merupakan nama lain dari mudharabah.
Dalam bentuknya yang sederhana obligasi diterbitkan oleh sebuah
perusahaan atau emiten sebagai pengelola atau mudharib dan dibeli
oleh investor atau shahib maal. (Sudarsono, 2007, 223)
3. SBSN
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia NO. 69/DSN-MUI/VI/2008
dinyatakan bahwa, yang dimaksud Surat Berharga Syariah Negara atau
Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian kepemilikan asset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. SBSN
diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia, baik dilaksanakan secara
langsung oleh pemerintah atau melalui perusahaan penerbit SBSN,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, serta wajib
dibayar atau dijamin pembayaran imbalan dan nilai nominalnya oleh
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan perjanjian yang
berlaku. (Susamto, 2011,9).

6
Tujuan penerbitan SBSN adalah untuk membiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) termasuk membiayai
pembangunan proyek.
Dengan mengacu pada bagian penjelasan Undang-Undang No.
19 tahun 2008 tentang SBSN, upaya pengembangan instrument
pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah secara umum
mempunyai manfaat yaitu (1) Memperkuat dan meningkatkan peran
system keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di dalam negeri.
(2) Memperluas basis pembayaran anggaran pendapatan dan belanja
negara. (3) Menciptakan benchmark instrument keuangan syariah baik di
pasar keuangan syariah domestic maupun internasional. (4)
Mengembangkan alternative instrument investasi baik bagi investor
dalam negeri maupun luar negeri yang mencari instrument keuangan
berbasis syariah. (5) Mendorong pertumbuhan pasar keuangan syariah
di Indonesia. (Susamto, 2011, 8)
a. Unsur Penerbitan SBSN
1) Pihak yang Terkait Penerbitan
a) Pemerintah
b) Perusahaan Penerbit SBSN
c) Syariah Compliance Endorsement (SCE)
d) Pemegang SBSN (Investor)
2) Objek Penerbitan
a) Barang Milik Negara (BMN)
b) Dana Transaksi SBSN
b. Kesepakatan Perjanjian
Bentuk kesepakatan dalam penerbitan/penjualan SBSN
biasanya dibuat secara tertulis yang kemudian dituangkan dalam
bentuk dokumen. Untuk mewujudkan suatu kesepakatan,
sebelumnya perlu dibuat semacam rumusan hak dan kewajiban yang
akan berlaku bagi pihak-pihak terkait. (Susamto, 2011, 57)

7
4. Reksadana Syariah
Menurut Undang-undang No.8 Tahun 1998 tentang pasar modal,
reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio
efek oleh manajer investasi. Portofoliio merupakan serangkaian
kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh
pemodal baik perorangan maupun lembaga. Seseorang
menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya memilih
satu saham saja alasannya dengan melakukan kombinasi saham,
pemodal bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil
resiko melalui diservikasi. (Widoatmodjo, 2015, 144)

Menurut Fatawa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.20/DSN-


MUI/IX/2000, Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi
menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad
anatara pemodal sebagai pemilik harta (Shahib Al-Mal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun anatara manajer investasi
sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Reksadana
Syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari
perusahaan yang pengelolaannya atau produknya bertentangan dengan
syariat Islam seperti pabrik minuman keras, industri perternakan babi,
jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya, dan bisnis
yang mengandung maksiat lainnya. (Widoatmodjo, 2015, 145)

Secara teori reksadana syariah dan konvensional tidak ada


perbedaan dalam kinerjanya. Baik dalam return yang dihasilkan dan lain-
lain, tetapi secara data berdasarkan krisis ekonomi terdapat perbedaan
antara reksadana syariah dan konvensional. Perbedaan pokok tentang
reksadana syariah dengan konvensional terdapat pada screening proses
sebagai bagian dari poroses alokasi asset. Reksadana syariah hanya
diperbolehkan melakukan penempatan saham – saham dan instrument
lain yang sesuai dengan syariah Islam. Reksadana syariah melakukan

8
cleaning process yang bermaksud membersihkan dari pendapatan yang
tidak halal dan tidak sesuai dengan syariah Islam.
Berikut perbedaan yang mendasar pada reksadana Syariah dan
konvensional :
Perbedaan Konvensional Syariah
Tujuan Return yang tinggi Tidak semata-mata return
Investasi yang tinngi tetapi juga
socially responsible
investment
Operasioanl Tanapa proses screening Ada proses screening
Akad Menekankan kesempatan Selama tidak bertentangan
tanpa ada aturan halal dengan syariah
dan haram
Transaksi Selama transaksinya Tidak boleh ada spekulasi
memberikan keuntungan yang magrib (maysir,
gharar dan riba)
(Widoatmodjo, 2015, 147)

a. Kelebihan reksadana
1) Diversifikasi investasi
2) Pengelolaan yang secara professional,
3) Likuiditas yang tinggi
4) Biaya relatif rendah
5) Transparan
b. Kekurangan reksadana
1) Return reksadana fluktuatif dan tidak dijamin karena apabila
perusahaan bangkrut maka investor tidak akan mendapatkan
apapun dan kehilangan seluruh uangnya.
2) Kurangnya kendali Investor
3) Minimnya peluang untuk menganalisis
4) Dana nganggur, mengistirahatkan uang investor dan tidak
dinvestasikan. (Iman, 2008, 47)

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi ya ng berkaitan dengan
efek yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten,
jenis efek dan mekanisme perdagangannya telah memenuhi prinsip-
prinsip syariah.
Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi
dengan mewujudkan dua kepentingan, yaitu pihak yang memerlukan
dana dan fungsi keuangan dengan memberikan kemungkinan dan
kesempatan untuk memperoleh imbalan bagi pemilik dana melalui
investasi.
Pasar Modal Syariah memiliki beberapa instrumen yang terdiri
dari Saham Syariah, Obligasi Syariah (Sukuk), Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN), dan Reksadana Syariah. Masing-masing
instrumen Pasar Modal Syariah memiliki peran masing-masing dalam
mendukung dan mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia.
B. Saran
Konsep Pasar Modal Syariah masih memiliki beberapa kekurangan
yaitu seperti masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang Pasar
Modal Syariah, dan masih banyak lagi. Dengan disusunnya makalah
“Pasar Modal Syariah“ ini, kami selaku penyusun berharap semoga
konsep Pasar Modal Syariah dapat dimengerti dengan lebih baik lagi.
Disini penuyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang
membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Iman. N, 2008, Panduan Singkat Memulai Investasi Reksadana, Kompas


Gramedia, Jakarta

Manan. Abdul, 2012, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif Peradilan


Agama, Prenadamedia, Jakarta

M.M.Metwally, 1995, Teori dan Model Ekonomi Islam, Bangkit Daya


Insana, Jakarta

Nafik HR. Muhammad, 2009, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Serambi
Ilmu Semesta, Jakarta

Sholahuddin. Muhammad, 2014, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam,


Ombak(anggota IKAPI), Yogyakarta

Soemitra. Andri, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana,


Jakarta

Sudarsono. Heru, 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,


Ekonosia-FH UII, Yogyakarta

Sutedi. Adrian, 2011, Pasar Modal Syariah, Sinar Grafika, Jakarta

S, Burhanuddin. 2011. Hukum Surat Berharga Syariah Negara dan


Pengaturannya. Rajawali Pers. Jakarta.

Widoatmodjo. S, 2015, Pengetahuan Pasar Modal Untuk Konteks


Indonesia, Kompas Gramedia, Jakarta

Yuliana. Indah, 2010, Investasi Produk Keuangan Syariah, UIN Maliki


Press, Malang

Anda mungkin juga menyukai