Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

S DENGAN
GANGGUAN NUTRISI PADA KASUS ABSES HEPAR
DI RUANG BANGAU/BEDAH RSD KALISAT JEMBER

Disusun oleh:
Kelompok 12

1. Trisetya Mustikawati 1711011019


2. Maulana Arifan 1711011051
3. Liara Ayu Rahmadania 1711011053
4. Nevi Lia Elvi Andhy 1711011070
5. Zunanda Handrie Lukman 1711011088

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu
dilimpahkan kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah Asuhan Keperawatan KDP 1 yang berjudul “Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Tn.S Dengan Gangguan Nutrisi Pada Kasus Abses Hepar” demikian sangat
disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, yang tak lepas dari
kesalahan dan kekurangan.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ns. Cahya Tri Bagus H.,S.Kep.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik


KDP 1, atas segala wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan
bimbingan, masukan dan saran dalam proses perkuliahan.
2. Anik W. S.Kep Ns selaku CI Ruang Bedah RSD Kalisat, atas segala
wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan
saran dalam proses praktik KDP 1.

Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri
penulis sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Jember, 25 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ......................................................................................................
2. Tujuan Khusus .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................

A. Pengertian ..................................................................................................................
B. Etiologi ......................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala .......................................................................................................
D. Patofisiologi ...............................................................................................................
E. Pemerisaan .................................................................................................................
F. Penatalaksanaan .........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................

A. Pengkajian ................................................................................................................
B. Diagnosis Keperawatan .............................................................................................
C. Intervensi Keperawatan .............................................................................................
D. Implemetasi ...............................................................................................................
E. Evaluasi .....................................................................................................................

BAB IV PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abses hati adalah penumpukan jaringan nekrotik dalam suatu rongga patologis
yang dapat bersifat soliter atau multipel pada jaringan hati. Abses hati merupan salah
satu bentuk dari abses viseral. Penyakit ini telah ditemukan sejak zaman Hipokrates,
merupakan penyakit serius yang membutuhkan diagnosis dan tata laksana yang cepat.
Abses hati umumnya dikelompokkan berdasarkan etiologi, yaitu abses hati piogenik dan
abses hati amuba, yang memberikan gambaran klinis hampir sama sehingga diagnosis
etiologi sulit ditegakkan. Selama 40 tahun terakhir, telah banyak perubahan dan
perkembangan dalam menegakkan diagnosis dan pengobatan abses hati. Meskipun
demikian, mortalitas abses hati masih tinggi yaitu berkisar antara 10-40%. Insidens
abses hati jarang, berkisar antara 15-20 kasus per 100.000 populasi. Tiga per empat
kasus abses hati di negara maju adalah abses hati piogenik, sedangkan di negara yang
sedang berkembang lebih banyak ditemukan abses hati amuba.
Abses hati masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara
di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Prevalensi yang tinggi sangat erat hubungannya
dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah, serta gizi yang buruk.
Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di daerah
pekotaan.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus
a. mengetahui definisi abses hepar
b. mengetahui etiologi abses hepar
c. mengetahui tanda dan gejala abses hepar
d. mengetahui patofisiologi abses hepar
e. mengatahui pemeriksaan abses hepar
f. mengatahui penatalasanaan abses hepar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Abses Hepar


Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan
pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan
akut saluran empedu.
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan abses
hati pyogenik (AHP). AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang
sering dijumpai di daerah tropik/ subtropik, termasuk indonesia. Abses hepar
pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess,
bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess.

B. Etiologi
Abses Hati Amebik (AHA) merupakan infeksi hepar oleh Amuba yang
menghasilkan bentuk pus. Dari semua spesies amuba, hanya Entamoeba Hystolitica
yang patogen terhadap manusia. Infeksi dari organisme ini biasanya terjadi setelah
menelan air atau sayuran yang terkontaminasi, selain itu transmisi seksual juga
dapat terjadi. Kista adalah bentuk infektif dari organisme ini yang dapat bertahan
hidup di feses, tanah atau air yang sudah diberi klor. Infeksi amuba ini umumnya
terjadi pada daerah dengan sanitasi yang buruk yang hal ini dapat dilihat pada
negara-negara berkembang dengan suplai air yang terkontaminasi dan higiene
perorangan yang jelek. Daerah endemic penyakit ini terletak pada daerah tropis dan
subtropis dari belahan bumi, khususnya di daerah Afrika, Amerika Latin, Asia
Tenggara dan India (Ilmubedah.info, 2011).
Abses Hepar Piogenik (AHP) umumnya polimikrobial. Sebagian besar kuman
penyebabnya ditemukan dalam saluran cerna, seperti : E.Coli, Klebsiella
pneumoniae, Bacteroides sp, Enterococcus, Anaerobic sreptococcus sp,
Streptococcus “milleri” group Kuman lain yang dapat menyebabkan abses piogenik
yang tidak berasal dari saluran cerna adalah staphylococcus sp dan haemolytic
streptococcus sp. Secara historis abses hepar piogenik lebih banyak menyerang pria
daripada wanita (Ilmubedah.info, 2011).

C. Manifestasi klinik
Gambaran kliniknya berupa sepsis tanpa atau dengan beberapa tanda yang
terbatas. Gejala deman disertai menggigil dan diaphoresis, malaise, anoreksia, mual,
muntah serta penurunan berat badan dapat terjadi. Pasien dapat mengeluh nyeri
tumpul pada abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen.
Hepatomegali, Asites, ikterus, anemia, dan efusi pleura dapat terjadi. Sepsis dan
syok juga dapat terjadi dan menyebabkan kematian (Brunner & Suddarth, 2001).
Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai
adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut
kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan
diletakan di atasnya. Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi
iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun
terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi
penurunan berat badan yang unintentional (Anggunweb, 2010).

D. Patofisiologi
Jika suatu infeksi terjadi dibagian mana pun di sepanjang saluran cerna,
mikroorganisme penyebab infeksi dapat mencapai hati melalui system bilier, system
vena porta, atau system arterial hepatic atau system limfatik. Sebagian besar bakteri
akan dihancurkan dengan segera, tapi sebagian lagi kadang-kadang dapat hidup dan
tumbuh. Toksin bakteri akan menghancurkan sel-sel hati disebelahnya, dan jaringan
nekrotik yang dihasilkan bekerja sebagai dinding pelindung bagi mikroorganisme
tersebut (Brunner & Suddarth, 2001).
Sementara itu, leukosit akan bermigrasi kedaerah yang terinfeksi. Akibat
bermigrasi ini adalah terbentuk rongga abses yang penuh dengan cairan yang berisi
leukosit yang mati dan hidup, sel-sel hati yang mencair serta bakteri. Abses piogenik
tipe ini dapat soliter, multiple dan berukuran kecil. Contoh-contoh penyebab abses
piogenik hati adalah kolangitis dan trauma abdomen (Brunner & Suddarth, 2001).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk abses hepar adalah :
1. Laboratorium.
Pada AHA, Leukositosis ditemukan pada 70% penderita, sedangkan
anemia ditemukan pada 50 % penderita. Tes fungsi hati kurang berperan dalam
penentuan diagnosis. Pada analisa feses hanya 15 – 50 % kasus ditemukan
bentuk Amuba kista atau troposoit.
Pada AHP, ditemukan Leukositosis dengan “shift to the left” terjadi pada
2/3 penderita, anemia dan hipoalbuminemia juga sering ditemukan.
Abnormalitas dari tes fungsi hati terjadi pada hampir semua penderita dan hal ini
merupakan penanda yang cukup sensitif untuk penyakit ini. Kenaikan kadar
alkali fosfatase dan gamma-glutamil transpeptidase terjadi pada 90 % kasus.
Hiperbilirubinemia terjadi jika sumber infeksi berasal dari traktus biliaris. Pada
kasus-kasus abses hepar piogenik sebaiknya dilakukan kultur darah tepi, hal ini
penting untuk diagnostik, penanganan dan prognosis dari penderita.
2. Radiologi.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan dengan sensitivitas 70 – 80
% dibanding CT scan dengan sensitivitas 88 – 95 %. Gambaran abses amuba
seperti homogenitas lesi, gambaran echo parenkim hati yang menurun dan
dinding abses yang tipis.
Pada AHP, USG adalah pemeriksaan pertama yang dilakukan jika
dicurigai adanya “space occupying lession” pada hepar, sensitivitasnya terhadap
abses hepar 80 – 95 %. Lesi hanya dapat terlihat jika mempunyai Ø > 2 cm.
Abses terlihat sebagai massa “hypoechoic” dengan batas yang tidak teratur,
tampak cavitas-cavitas/septum di dalam rongga abses.
MRI cukup sensitif akan tetapi penemuannya tidak spesifik.
Tm99 berguna untuk membedakan abses amuba dan piogenik. Dimana abses
amuba tidak mengandung leukosit sehingga tampak sebagai “cold lessions”
dengan “hot halo” disekelilingnya, sedangkan abses piogenik mengandung
banyak leukosit sehingga tampak sebagai “hot lessions” pada
scanning.Pemeriksaan lain seperti Gallium scanning dan hepatic angiography
dinilai kurang bermanfaat.
3. Serologi
Biasanya sangat sulit untuk membedakan abses amuba dengan piogenik
berdasarkan kriteria klinis, laboratorium dan radiologi. Disini prosedur
pemeriksaan serologi penting untuk memastikan adanya infeksi amuba. Saat ini
tes-tes serologi yang biasa digunakan antara lain Indirect Hemaglutination
(IHA), Gel Diffusion Precipitin (GDP),The Enzim-Linked Immunosorbent
Assay (ELISA), Counterimmun electrophoresis, Indirect Immunofluorescent dan
Complement Fixation. Yang paling sering dan umum digunakan adalah IHA dan
GDP. IHA merupakan tes yang paling sensitif, dengan hasil positif mencapai 90
– 100 % pada penderita dengan abses amuba.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abses hepar sebagai berikut:
1. Obat-obatan
Metronidazole, merupakan derivat nitroimidazole. Dosis yang dianjurkan untuk
kasus abses hati ameba adalah 3 x 750 mg per hari selama 7 – 10 hari. Derivat
nitroimidazole lainnya yang dapat digunakan adalah tinidazole dengan dosis 3 x
800 mg perhari selama 5 hari.
Dehydroemetine (DHE, Merupakan derivat diloxanine furoate. Dosis yang
direkomendasikan untuk mengatasi abses liver sebesar 3 x 500 mg perhari
selama 10 hari.
Chloroquin, Dosis yang dianjurkan adalah 1 g/hari selama 2 hari dan diikuti 500
mg/hari selama 20 hari.
2. Aspirasi
Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara tersebut di atas tidak
berhasil (72 jam atau bila terapi dcngan metronidazol merupakan kontraindikasi
seperti pada kehamilan.
3. Drainase Perkutan
Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru, peritoneum, dan
perikardial.
4. Drainase Bedah
Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak berhasil
mcmbaik dengan cara yang lebih konservatif. Juga diindikasikan untuk
perdarahan yang jarang tcrjadi tetapi mengancam jiwa penderita, disertai atau
tanpa adanya ruptur abses. Penderita dengan septikemia karena abses amuba
yang mengalami infeksi sekunder juga dicalonkan untuk tindakan bedah,
khususnya bila usaha dekompresi perkutan tidak berhasil Laparoskopi juga
dikedepankan untuk kemungkinannya dalam mengevaluasi terjadinya ruptur
abses amuba intraperitoneal.

Anda mungkin juga menyukai