Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI EKSTRAKSI DINGIN(Maserasi Dan Perkolasi)

Kel: III (Tiga)


MASERASI
a. Pengertian
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa latin, artinya merendam) : adalah sediaan
cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air
(pelarut non polar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertebtu sesuai dengan
aturan dalam buku resmi kefarmasian (FI Ed. IV).
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah maceration berasal dari bahasa latin
macere, yang artinya “merendam”. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah
halus memungkinkan untuk direndam dalam menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel
(Depkes RI, 1986).
Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama
periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Depkes RI, 1995).
b. Prinsip
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam
pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan
masuk ke dalam sel dari tanaman melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan pengadukan / pengocokkan dan penggantian
pelarut setiap hari. Pengocokkan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh
permukaan simplisia yang sudah halus. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan
(Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º - 20º C dalam waktu selama 3 hari sampai
bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989). Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi dengan
75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari
secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
c. Keuntungan
Keuntungan metode maserasi adalah :
- Alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam.
- Biaya operasionalnya relatif rendah.
- Prosesnya relatif hemat penyari.
- Tanpa pemanasan.
- Proses maserasi ini menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena selama proses perendaman
sampel akan terjadi proses pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di
dalam dan di luar selnya sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan senyawa akan terekstraksi sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
dilakukan.
d. Kelemahan
- Proses penyarian tidak sempurna, karena zat aktifnya hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja
- Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
- Penyariannya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga kandungan kimia
yang tersari terbatas).
e. Kerugian Kerugian dari metode maserasi ini adalah :
perlu dilakukannya pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia
sehingga tetap terjaga adanya derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan didalam sel
dengan larutan diluar sel.
g. Metode Ekstraksi Maserasi
Maserasi termasuk metode ekstraksi cara dingin. Metode ini artinya tidak ada proses
pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang
dimaksud akibat proses pemanasan. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada tenperatur ruangan
(kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang
tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI, 2000)
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat pengahalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya
kesetimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan,
telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan
pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin kesetimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih
cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan
bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut.
Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Voigh, 1994)
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis yang mudah mengembang.
Cairan penyari yang Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak dan lilin.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan yang digunakan sederhana
dan mudah diusahakan. Sedangkan digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain.
kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna. Maserasi dapat dilakukan
modifikasi, seperti :
Digesti
 Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40º -
50ºC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisanlapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai
pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan
kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya
kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
Maserasi dengan mesin pengaduk
 Dengan penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi
dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
Remaserasi
 Cairan penyari dibagi dua, seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama,
sesudah diendap, dituangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang
kedua.
Maserasi melingkar
 Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui
serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Keuntungan cara ini :
a. Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
b. Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil kepekatan
setempat.
c. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
Maserasi melingkar bertingkat
 Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas
dengan maserasi melingkar bertingkat. Gambar Alat Maserasi Pelarut yang Digunakan dalam
Metode Maserasi Ekstraksi tergantung pada tekstur dan kandungan bahan dalam tumbuhan.
Senyawa / kandungan dalam tumbuhan memiliki kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut
yang berbeda. Pelarut-pelarut yang biasa digunakan antara lain kloroform, eter, alkohol,
methanol, etanol, dan etilasetat. Ekstraksi iasanya dilakukan secara bertahap dimulai dengan
pelarut yang nonpolar (kloroform atau n-heksana), semipolar (etilasetat atau dietil eter), dan
pelarut polar (methanol atau etanol) (Harbone, 1996).
Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi harus memenuhi dua syarat, yaitu pelarut
tersebut harus merupakan pelarut yang terbaik untuk bahan yang diekstraksi dan pelarut tersebut harus
terpisah dengan cepat setelah pengocokkan. Cairan penyari yang biasa digunakan dalam metode
maserasi dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka
untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal
penyarian (Depkes RI, 1986).
PERKOLASI
a. Pengertian Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare yang
artinya merembes. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi dilakukan dalam wadah silindris atau kerucut
(perkolator), yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan ekstraksi yang dimasukkan secara
kontinu dari atas mengalir lambat melintasi jamu yang umumnya berupa serbuk kasar. Hasil ekstraksi
berupa bahan aktif yang tinggi, ekstraksi yang kaya ekstrak. Dengan demikian keuntungan perkolasi
adalah pemanfaatan jamu secara optimal serta memerlukan waktu yang singkat (Ansel, 1989; Voight,
1994).
Sebagai cairan pengekstraksi, air atau etanol lebih di sukai penggunaannya. Ekstraksi air dari
suatu bagian tumbuhan dapat melarutkan gula, bahan lendir, amina, tannin, vitamin, asam organik,
garam organik serta bahan pengotor lain. Pada sediaan ekstraksi ini (infusa), zat-zat yang tersaring ialah
zat-zat yang bersifat polar saja. Penyaringan dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar kuman dan kapang. Oleh karena itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari
24 jam. Etanol dapat menyari zat yang tidak tersari oleh air yaitu lemak, terpenoid, antrakinon, kumarin,
flavonoid polimetil, resin, klorofil, isoflavon, alkaloid bebas, kurkumin dan fenol lain. Etanol tidak
menyebabkan pembengkakan membran sel, sehingga memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut.
Dalam bentuk sediaan ekstrak etanol, selain dapat disimpan lebih lama, ekstrak juga dapat dipakai
berulang. (Voigt, 1994).
Dalam ekstraksi ini digunakan larutan penyari etanol 70% karena merupakan pelarut semipolar
sehingga dapat menarik saponin dan tannin (Harborne, 1987).
Dengan etanol kadar 70% volume dapat dihasilkan bahan aktif yang optimal, karena bahan
pengotor hanya larut dalam skala kecil (Voight, 1994).
Di dalam melakukan proses perkolasi proses difusi yang berlangsung merupakan fungsi dari
kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konsanta difusi obat pelarut. Karena mudah dilakukan,
perkolasi merupakan prosedur pilihan untuk kebanyakan ekstraksi tanaman, seperti halnya maserasi.
Perkolasi dapat dilakukan baik skala laboratorium maupun skala industri.
b. Prinsip Kerja
- Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori
- Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh
- Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi oleh
daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
c. Cara Kerja Menurut Farmakope indonesia, penyarian dengan metode perkolasi dilakukan sebagai
berikut :
- Membasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari - Dimasukkan kedalam bejana tertutup
sekurang-kurangnya 3 jam
- Kemudian massa dipindahkan sedikit-demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan
-tekan hati-hati
- Setelah itu, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan penyari mulai menetes
dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari.
- Perkolator ditutup dan biarkan selama 24 jam
- Selanjutnya, cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1ml/menit
- Tambahkan cairan penyari berulang-ulang secukupnya, hingga selalu terdapat selapis cairan
penyari diatas simplisia, hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak
meninggalka sisa.
- Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari
50°C hingga konsistensi yang dikehendaki.
d. Keuntungan
- Tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
- Cara perkolasi yang digunakan lebih mudah dan sederhana dilakukan
- Perkolasi merupakan prosedur pilihan untuk kebanyakan ekstraksi tanaman, seperti halnya maserasi.
- Perkolasi dapat dilakukan baik skala laboratorium maupun skala industri.
e. Kerugian
- Kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks
- Pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
- Simplisia harus dibasahi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam percolator
- Massa simplisia dalam perkolator tergantung pada tinggi perkolator.
- Simplisia lebih memadat (kompak) sesudah beberapa kali terjadi proses ekstraksi awal dan hal ini
dapat menghalangi kelancaran aliran pelarut.
- Perolehan kembali pelarut yang tertahan di dalam ampas sering memerlukan proses tambahan dan hal
yang sama berlaku untuk mengeluarkan ampas dan menarik bahan aktif dari ampas.
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter
berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi.
Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak
berwarna. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan
yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi
lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Reperkolasi Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara
perkolasi dapat diganti dengan reperkolasi .
Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan. Pada reperkolasi tidak dilakukan
pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara simplisia dibagi dalam beberapa perkolator, hasil
perkolator I dipisahkan menjadi perkolat I dan sari selanjutnya disebut susulan II, susulan II digunakan
untuk menyari perkolator II. Hasil perkolator ke dua dipisahkan menjadi perkolat II dan sari selanjutnya
disebut susulan II. Pekerjaan tersebut diulang sampai mendapat perkolat yang diinginkan.
Untuk cara reperkolasi dapat dilakukan pada herba timi. Perkolasi Bertingkat Dalam proses
perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari
melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke
bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut akan menghasilkan perkolat yang
pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer. Untuk memperbaiki cara
perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna
sebelum dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia
tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang
hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan
dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang
memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan
pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
1.Jumlah perkolator yang diperlukan
2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
3.Jenis cairan penyari
4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5.Besarnya tetesan dan lain-lain. Perkolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak
berlainan dengan perkolator biasa.
Perkolator ini harus dapat diatur, sehingga:
1.Perkolat dari suatu perkolator dapat dialirkan ke perkolator lainnya
2.Ampas dengan mudah dapat dikeluarkan. Perkolator diatur dalam suatu deretan dan tiap
perkolator berlaku sebagai perkolator pertama.

Anda mungkin juga menyukai