Anda di halaman 1dari 12

1.

Imunisasi
a. KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)

Reaksi lokal  Abses pada Tempat suntikan


 Limfadenitis
 Reaksi lokal lain yang erat misalnya selulitis, BCG-itis
Reaksi SSP  Kelimpuhan akut
 Ensefalopati
 Ensefalitis
 Meningitis
 Kejang
Reaksi lain  Reaksi alergi
 Reaksi anafilaksis
 Syok anafilaksis
 Artralgia
 Demam
 Episode hipotensif
 Osteomielitis
 Menangis menjerit yang terus-menerus
 Sidrom syok toksik

Saat timbul
Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI KIPI

Toksoid (DPT, DT, TT) a. Syok anafilaksis 4 jam

b. Neuritis brakial 2-28 hari

c. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Pertusis whole-cell (DPT, DTP-HB) a. Syok anafilaksis 4 jam


b. Ensefalopati 72 jam

c. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Campak, gondongan, rubela (MMR atau a. Syok anafilaksis 4 jam

salah satu komponen) b. Ensefalopati 5-15 hari

c. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Rubela a. Artritis 7-42 hari

b. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Campak a. Trombositopenia 7-30 hari

b. Klinis campak pada resipien 6 bulan

imunokompromais

c. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Polio hidup (OPV) a. Polio paralisis 30 hari

b. Polio paralisis pada resipien 6 bulan

imunokompromais

c. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Vaksin berisi polio yang diinaktifasi


(IPV) a. Syok anafilaksis 4 jam

b. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat


kecacatan dan kematian

Hepatitis B a. Syok anafilaksis 4 jam

b. Komplikasi akut termasuk tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Haemophilus influenzae tipe b a. Klinis infeksi Hib 7 hari

(unconjugated, PRP) b. Komplikasi akut termasuk

kecacatan dan kematian

b. Jadwal Imunisasi

c. Suhu penyimpanan vaksin


Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu
disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu:
a. Provinsi
1. Vaksin Polio disimpan pada suhu -15OC s/d -25OC pada freeze room
2. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2OC s/d 8OC pada coldroom atau lemari es
b. Kabupaten/kota
1. Vaksi polio disimpan pada suhu -15OC s/d -25 OC pada freezer
2. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2 OC s/d 8 OC pada coldroom
c. Puskesmas
1. Semua Vaksin disimpan pada suhu 2 OC s/d 8 OC pada lemari es
2. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu ruangan,
terlindung dari sinar matahari langsung.

d. Sasaran
1. Bayi (dibawah satu tahun)
2. Wanita usia subur (WUS) ialah wanita berusia 15-39 tahun, termasuk ibu
hamil (Bumil) dan calon pengantin (Catin)
3. Anak usia sekolah Dasar

e. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah,
dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil.
Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
Umur Jenis Imunisasi

18 bulan DPT-HB-Hib

24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Waktu

Sasaran Imunisasi Pelaksanaan

Kelas 1 SD Campak Agustus

DT November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 3 SD Td November

f. Program imunisasi tambahan

a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang
berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan
di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

b. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat
untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan
dilakukan crash program adalah:

1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi.


2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya
campak, atau campak terpadu dengan polio.

c. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)


Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu
negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penyebaran suatu penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN
diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.

d. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah
wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).

e. Catch up Campaign campak


Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak
pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian
imunisasi campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu
hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak usia 6 - 12 tahun yang
tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.
Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up campaign campak di
samping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau
imunisasi ulangan (dosis kedua).

f. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)


Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan
situasi epidemiologis penyakit masing-masing.

2.a. kekebalan alami dan buatan

b. Vaksin hidup dan vaksin mati


Vaksin Hidup (live attenuated)
a. Bakteri : BCG, Tifoid oral,
b. Virus : Cacar, Rubela, Influenza, Rabies, Polio (oral) Sabin, Campak, parotitis
Vaksin Mati (inactivated)
a. Bakteri : Pertusis, Kolera, Tifoid
b. Virus : Influensa, Rabies, Polio (parenteral Salk),
c. Vaksin fraksional : Hepatitis B, Influenza
d. Toksoid : Tetanus, Difteri, Botulinum
e. Polisakarida murni : Pneumokokus, Meningokokus, H. influenza tipe B
Vaksin Rekombinan
Hepatitis B
Tifoid (Ty2la)

3.Sasaran

a. Bayi (imunisasi dasar)

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 bulan Campak

- Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik


Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
- Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai
status imunisasi T2.

b. Batita (imunisasi lanjutan)


Umur Jenis Imunisasi

18 bulan DPT-HB-Hib

24 bulan Campak

c. Anak Sekolah Dasar

Waktu

Sasaran Imunisasi Pelaksanaan

Kelas 1 SD Campak Agustus

DT November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 3 SD Td November

- Batita yang telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-


Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.
- Anak usia sekolah dasar yang telah mendapatkan imunisasi
DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi T4 dan
T5.

d. Wanita Usia Subur

Status Interval Minimal Masa

Imunisasi Pemberian Perlindungan


T1 - -

T2 4 minggu setelah T1 3 tahun

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun

T4 1 tahun setelah T3 10 tahun

T5 1 tahun setelah T4 lebih dari 25 tahun

- Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T


(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan
antenatal.

- Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian


imunisasi TT sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis, dan/atau
kohort.
Apa manfaat pemberian vitamin B?

a. Vitamin B1 (Thiamin)
Thiamin merupakan bagian dari sistem enzim yang terlibat dalam
metabolisme hidrat arang. Vitamin ini diperlukan untuk metabolisme asam
piruvat, yaitu zat yang dihasilkan pada pemecahan glikogen dalam otot untuk
menghasilkan energi.
Kekurangan thiamin dapat menyebabkan polyneuritis, yang disebabkan
terganggunya transmisi syaraf, atau jaringan syaraf menderita kekurangan energi.
Gejala kekurangan thiamin adalah hilangnya nafsu makan, berat badan menurun,
dan terjadi gangguan pencernaan
b. Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin terutama berfungsi sebagai komponen koenzim Flavin Adenin
Dinukleotida (FAD) dan Flavin Mononukeotida (FMN). Kekurangan riboflavin
biasa terjadi secara bersaman dengan kekurangan vitamin larut air lain. Tanda-
tanda kekurangan bisa terjadi sebagai akibat kekurangan zat gizi lain, atau setelah
beberapa waktu kurang makan protein hewani dan sayuran berwarna hijau
c. Niasin (Asam Nikotinat)
Niasin adalah istilah generik untuk asam nikotinat dan turunan alaminya
nikotinamida (niasin amida). Niasin berfungsi sebagai komponen koenzim
Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamida Adenin
Dinukleotida Fosfat (NADP). Kekurangan niasin yang parah setelah beberapa
bulan akan mengakibatkan pellagra dengan gejala spesifik; sakit tenggorokan,
lidah juga mulut, serta terjadi dermatitis yang sangat khas yaitu simetrik terutama
pada bagian badan yang tidak tertutup seperti tangan, lengan, siku, kaki, kulit,
serta leher
d. Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)
Vitamin B6 terdapat di alam dalam tiga bentuk: piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin. Vitamin B6 berperan dalam bentuk PLP (pidoksal fosfat) dan PMP
(piridoksamin fosfat) yang membantu metabolisme asam amino dan asam lemak,
membantu perubahan triptofan menjadi niasin, membantu pertumbuhan dan
membantu pembentukan sel darah merah.
e. Vitamin B12
Vitamin B12 merupakan unsur esensial untuk perkembangan sel-sel
darahmerah yang normal. Vitamin B12 menjadi faktor anti-anemia. Kekurangan
vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam makanan, akan tetapi
sebagian besar sebagai akibat penyakit saluran cerna atau pada gangguan absorpsi
dan transportasi. Karena vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi
bentuk aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena
kekurangan folat. Anemia perniosa terjadi pada atrofillisut- nya lambung yang
menyebabkan berkurangnya sekresi faktor intrinsik
f. Asam Pantotenat
Peranan utama asam pantotenat adalah sebagai koenzim A yang
diperlukan dalam berbagai reaksi metabolisme sel. Sebagai bagian dari asetil Ko-
A, asam pantotenat terlibat dalam berbagai reaksi yang berkaitan dengan
metabolisme karbohidrat dan lipida, termasuk sintesis dan pemecahan asam
lemak.
g. Folat (Asam Folat, Folasin, Pteoril Monoglutamat)
Asam folat, sebagaimana vitamin B12, merupakan unsur esensial bagi
perkembangan sel-sel darah merah. Kekurangan folat terutama menyebabkan
gangguan metabolisme DNA. Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi
inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah,
sel darah putih serta sel epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks rahim

Anda mungkin juga menyukai