Anda di halaman 1dari 7

KARSINOMA NASOFARING 3) Gejala intrakranial

− Sefalgia hebat → mengenai duramater


• Paling banyak ditemukan di bidang THT − Diplopia dan strabismus → N VI
• Biasanya sudah terlambat/ stadium lanjut − Neuralgia trigeminal dgn gejala nyeri kepala hebat
• Laki2 > Perempuan pada muka, sekitar mata, hidung, rahang atas dan
• Umur rata2 = 30 – 50 tahun bawah serta lidah → N V
− Ptosis dan oftalmoplegia → N III dan N IV
Faktor yg mempengaruhi − Regurgitasi makanan-minuman ke kavum nasi,
1. Rasial → Mongoloid rinolalia aperta dan suara parau → N IX dan N X
2. Bahan karsinogenik → asap rokok − Deviasi lidah / gangguan menelan → N XII
3. Virus Epstein Barr
4. Iritasi menahun → Nasofaringitis kronik disertai 4) Tumor Colli
rangsangan oleh asap/ alkohol Pembesaran kelenjar leher
5. Hormonal → estrogen − di bawah ujung planum mastoid
− Di belakang angulus mandibula
Pembagian Karsinoma Nasofaring Menurut Histopatologi − Medial dari ujung bagian atas M
1. Karsinoma epidermoid yg berdiferensiasi baik dgn jenis Sternokleidomastoid
berkeratin dan non keratin − Bisa unilateral dan bilateral
2. Karsinoma epidermoid non diferensiasi (karsinoma
anaplastik) jenis transisional, limfoepitelioma dan Proses terjadinya gejala di luar gejala setempat
karsinoma adenosistik a. Gejala karena tumbuh dan menyebarnya tumor bersifat
ekspansif :
Pembagian Karsinoma Nasofaring Menurut Bentuk dan • ke depan mengisi nasofaring dan menutup koanae
Cara Tumbuh → Obstruksi nasi
1. Ulseratif
• Ke bawah, tumor mendesak palatum mole sehingga
2. Eksofitik (tumbuh keluar seperti polip) terjadi bombans palatum mole
3. Endofitik (tumbuh di bawah mukosa, agak sedikit lebih b. Bersifat infiltratif :
tinggi dari jaringan sekitar) → creeping tumor • Ke atas melalui foramen ovale masuk ke
endokranium, mengenai duramater, N VI, NV, N III
Lokasi Karsinoma Nasofaring dan N IV
 Fosa Rosenmulleri • Pada kasus lanjut tumor akan merusak N IX, N X, N
 Sekitar Tuba Eustachius XI, N XII
 Dinding belakang Nasofaring • Ke samping tumor masuk spatium parafaring,
 Atap Nasofaring
merusak N IX, X → paresis palatum mole, faring dan
laring → gejala regurgitasi makanan
GEJALA
c. Bersifat metastasis
1. Gejala hidung → gejala setempat
• Secara limfogen → Tumor Colli
2. Gejala telinga → gejala setempat
• Secara hematogen (jarang) → metastasis jauh ke
3. Gejala intrakranial (saraf dan mata)
hati, paru-paru, ginjal, limpa, tulang dsb
4. Tumor colli
d. Berdasarkan gejala-gejalanya, perlu dikenali :
• Gejala dini, dijumpai saat tumor masih tumbuh
1) Gejala hidung
dalam batas-batas nasofaring (gejala hidung dan
− Pilek dari satu/ kedua lubang hidung terus-menerus
gejala telinga)
− Lendir dapat bercampur darah/ nanah berbau
• Gejala lanjut, didapat saat tumor telah tumbuh
− Epistaksis dapat sedikit/ banyak dan berulang, dapat
melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis
juga berupa riak campur darah
ataupun infiltratif
− Obstruksi nasi unilateral/ bilateral terjadi jika tumor
tumbuh secara eksofitik
Sebagai pedoman, ingat karsinoma nasofaring jika
dijumpai TRIAS :
2) Gejala telinga
a. Tumor colli, gejala telinga, gejala hidung
− Kurang Pendengaran
b. Tumor colli, gejala intrakranial, gejala hidung atau
− Tinitus
telinga
− Otitis Media Purulenta
c. Gejala intrakranial, gejala hidung, gejala telinga
DIAGNOSIS
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior
3. Biopsi dan pemeriksaan patologi
4. Foto rontgen kepala dan CT-scan untuk melihat
metastasis ke intrakranial

TERAPI
1. Radiasi
2. Sitostatika

PROGNOSIS
• Pada stadium dini baik, penderita dapat hidup lebih dari
5 tahun
• Pada stadium lanjut, penderita hidup kurang dari 3
tahun
TUMOR HIDUNG DAN SINUS PARANASAL Tumor sinus maksila yg meluas ke medial
• Hidung tersumbat
Insidensi • Rinore kronik satu sisi
• Tumor jinak pada hidung & SPN sering ditemukan • Epistaksis
• Tumor ganasnya jarang, 9,3-25,3% • Dapat terlihat di kavum nasi
• Keganasan pada sinus maksila (65-80%), sinus ethmoid
dan rongga hidung (24%), sinus sfenoid dan frontal Tumor sinus maksila yg meluas ke atas melalui dasar
(<1%) orbita
• Keganasan pd hidung & SPN lebih sering ditemukan • Diplopia
pada laki-laki daripada wanita = 2 : 1 • Pendorongan bola mata
• Kadang menonjol keluar di dasar orbita
Etiologi • Dapat teraba di belakang palpebra bawah
• Belum diketahui secara pasti
• Dari bbrp kepustakaan, berhubungan dgn debu nikel, Tumor sinus maksila yg meluas ke anterior
debu kayu (pd industri mebel atau penggergajian kayu), • Pembesaran pipi satu sisi → wajah asimetris
atau pekerja pembuat sepatu. • Kadang terjadi infiltrasi ke kulit → timbul ulserasi
• Banyak jg dilaporkan adanya sinusitis kronik yg berubah • Jika mengenai n. infraorbitalis → parestesia kulit pipi
menjadi keganasan.
Perluasan tumor sinus maksila lain dapat mengenai saraf-
Gejala Klinik saraf
• Tergantung dari asal tumor primernya serta arah dan • Tuli saraf
luasnya penyebaran tumor. • Paresis fasial unilateral
• Tumor jinak/ ganas pd stadium dini gejalanya mirip dgn • Hemiplegia
rinitis atau sinusitis kronik → penderita datang pd • Nyeri kepala hebat
stadium lanjut, sdh tjd penyebaran tumor dan sukar • Pada stadium lanjut, timbul rasa baal pada gigi dan gusi
ditentukan asal tumor primernya. rahang atas karena n alveolaris superior terkena.
• Rasa baal dapat meluaske seluruh pipi, bibir dan hidung,
Tumor dalam Rongga Hidung jika mengenai cabang N maksilaris.
• Gejala hidung tersumbat dan epistaksis • Jika n. pterigoideus terkena akan timbul trismus
• Jika tumor besar → pendesakan tulang hidung →
bentuk hidung berubah Perluasan tumor sinus maksila ke belakang, ke fosa
• Tumor dpt meluas melalui dukktus nasolakrimal → pterigomaksila
saluran tsb buntu. • Sering tidak menimbulkan gejala sampai jangka waktu
• Jika meluas ke sinus ethmoida/ lamina kribriformis → lama
nyeri kepala di daerah frontal • Hanya tampak pada pemerksaan foto rontgen atau CT-
• Jika meluas ke orbita → ptosis & diplopia scan
• Jika meluas ke nasofaring → tuli konduksi → saluran
tuba Eustachius buntu Pemeriksaan Penunjang
1. Foto posisi Waters → sinus maksila
Tumor dalam sinus maksila 2. Foto posisi Caldwell → sinus etmoid dan orbita
• Jarang memberikan gejala sampai terjadi perluasan ke 3. Foto posisi lateral → sinus sfenoid, dinding anterior &
organ lain posterior sinus frontal serta maksila.
• Sering ditemukan secara tdak sengaja pada foto 4. Foto posisi submento-verteks → sinus sfenoid dan sinus
rontgen. ethmoid posterior
5. Tomogram → lebih superior (baik) → luasnya perluasan
Tumor dari dasar antrum dan meluas ke bawah tumor & adanya destruksi tulang
• Nyeri gigi molar 6. CT-scan, lebih superior (baik) → perluasan ke jaringan
• Gigi goyah lunak dan ke intrakranial
• Gangguan oklusi 7. MRI → tidak invasif dan tidak ada efek samping
• Gigi palsu menjadi tidak sesuai Diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi
• Bekas cabut gigi yg tidak mau menutup
• Pembengkakan atau ulserasi pada palatum/ prosesus
alveolaris/ sulkus gingivobukal sering terjadi
Diagnosis Banding
• Sinusitis paranasal dan komplikasinya
• Tumor jinak hidung dan sinus paranasal

Terapi
Prinsipnya : operasi & radiasi
1. Jenis operasinya : rinotomi lateral, maksilektomi parsial,
maksilektomi total & eksenterasi bilbi. Pasca operasi
maksilektomi → prostesis, harus disiapkan oleh dokter
gigi sebelum operasi dan langsung dipasangkan pada
waktu operasi, jika tidak, akan terjadi konstraksi
jaringan yg akan sulit diperbaiki. Pasca eksenterasi bulbi
→ prostesis bola mata.
2. Terapi radiasi dilakukan pasca operasi atau sebagai
paliatif
TUMOR TONSIL • Pd stadium lanjut, tdp metastasis tumor ke kelenjar linfe
 Menurut kepustakaan Barat, jumlah penderita tumor leher, atau metastasis jauh ke paru, mediastinum,
tonsil laki dewasa & wanita = 4 : 1 tulang dan hepar
 Di Indonesia, jumlah penderita laki & perempuan • Diagnosis pasti ditentukan dgn biopsi
hampir sama à mgk krn banyak wanita memiliki • Penentuan stadium perlu dilakukan guna menentukan
kebiasaan makan sirih terapi yg sesuai
 Usia paling banyak : 50 – 70 tahun
Penentuan Stadium: Uicc (1987)
Etiologi Stadium :
• Etiologi pasti belum diketahui – Stadium I : T1 N0 M0
• Beberapa faktor predisposisi : – Stadium II : T2 N0 M0
– Merokok – Stadium III : T3 N0 M0
– Meminum alkohol T1 atau T2 atau T3 N1 M0
– Memakan sirih – Stadium IV : T4 N0 atau N1 M0
– Adanya iritasi lokal Tiap T N2 atau N3 M0
– Suka minum panas Tiap T tiap N M1
– Infeksi
– Higiene mulut kurang baik Sistem TNM
– Adanya defisiensi nutrisi atau zat besi • T : Tumor
• T1 : Tumor dg diameter terbesar < 2 cm
Histopatologi • T2 : Tumor dg diameter terbsr 2-4 cm
• Tumor ganas tonsil pd umumnya berasal dari struktur • T3 : Tumor dg diameter terbsr > 4 cm
epitel dan limfoid. • T4 : Tumor dg perluasan ke tulang, otot,
• Biasanya tdp karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi Kulit, sinus, leher
baik
• Kadang jg tdp karsinoma anaplastik yg berdiferensiasi Sistem TNM
jelek • N : Kelenjar limfe regional
• N0 : kelenjar limfe tak teraba
Diagnosis • N1 : Kelenjar limfe homolateral membesar dan mobil
• Gejala klinis pd stadium permulaan tidak khas • N2 : Kelenjar limfe kontralateral atau bilateral
• Keluhan tergantung pd besarnya tumor & ada tidaknya membesar dan mobil
ulserasi • N3 : kelenjar limfe membesar dan melekat
• Gejala yg timbul awal :
– Gangguan menelan Sistem TNM
– Rasa tak enak/ sakit/ menusuk (pricking sensation) • M : Metastasis jauh
ketika menelan makanan • M0 : Tak ada metastasis jauh
– Kadang ditemukan darah pada saliva • M1 : ada metastasis jauh
– Rasa nyeri yg menjalar ke telinga (referred pain)
• Ada 2 macam karsinoma sel skuamosa yaitu tipe Terapi
eksofilik dan tipe ulseratif • Scr umum didasarkan atas stadium tumor
• Tipe eksofilik cenderung utk menyebar scr superfisial; • Pd stadium I dan II → operasi ekstirpasi tumor dan
tipe ulseratif cenderung mengadakan infiltrasi dalam. diteruskan dg radiasi
• Pd pemeriksaan faring & tonsil pertumbuhan tumor dpt • Pd stadium III dan IV → yg msh dpt dioperasi, dilakukan
dilihat dg mudah operasi yg diikuti dg kemoterapi dan radiasi. Jika jenis
• Tumor biasanya hanya satu tonsil, sdgkan utk melihat tumor tidak radiosensitif, diberikan kemoterapi
perluasan ke pangkal lidah dan arkus anterior-posterior • Operasi yg dilakukan berupa reseksi tumor dan jika
perlu digunakan kaca laring perlu dpt dikombinasi dg deseksi leher radikal
• Jika tumbuh scr eksofilik, akan memenuhi orofaring →
sesak nafas à trakeostomi
• Utk melihat ada tdknya fiksasi palatum atau tidak,
dilakukan palpasi dg jari telunjuk
• Pemeriksaan rinoskopi posterior diperlukan utk
mendeteksi ada tdknya ekstensi ke nasofaring atau ke
permukaan atas palatum mole
ABSES PERITONSIL Diagnosis Banding
 Radang di jaringan ikat longgar peritonsil yg Infiltrat Peritonsiler Abses Peritonsiler
mengakibatkan pembentukan nanah di jaringan Waktu 1 – 3 hari 4 – 5 hari sesudah
peritonsil tonsilitis akut
 Nanah terletak di antara kapsul tonsil dan fosa tonsil Trismus Biasanya kurang/ Ada trismus
 Umumnya terjadi pd dewasa, jarang pd anak tidak ada
 Unilateral pd umumnya
Diagnosis banding
Patologi • Untuk memastikan, dilakukan pungsi percobaan di
• Radang umumnya berasal dari tonsil tempat yg paling bombans (umumnya kutub atas tonsil)
• Merupakan komplikasi tonsilitis akut • Jika sulit ditemukan, pungsi dilakukan pd pertemuan 2
• Bakteri penyebab menembus kapsul masuk ke dalam garis, yaitu vertikal melalui arkus anterior & horisontal
fosa supratonsil → infiltrat peritonsil melalui basis uvula dg arah ke belakang
• Jika proses berlanjut → supurasi → abses peritonsiler • Jika tdp nanah → diagnosis abses; jika tidak → diagnosis
• Edema dapat menjalar ke jaringan sekitar yaitu ke sbg infiltrat
palatum mole, uvula dan radiks lingua
• Abses terbentuk kira-kira sesudah 4 hari Terapi
• Pada pemeriksaan tampak tonsil seolah-olah terdorong • Jika abses, perlu dilakukan insisi tanpa anestesi, sesudah
keluar dari tempatnya (dislokasi) pus keluar, nyeri akan berkurang
• Tampak penggembungan (bombans) terutama di daerah • Setiap hari lubang insisi dilebarkan
supratonsil • Selain itu perlu diberikan obat simtomatis : analgetik
• Uvula terdorong ke sisi yg sehat (kontralateral) dan antipiretik
• Edema kutub bawah tonsil dpt menjalar ke radiks lingua • Antibiotik diberikan manfaatnya untuk mempercepat
dan epiglotis → edema perifokal penyembuhan
• Jika infiltrat, antibiotik perlu diberikan
Diagnosis • Selain itu, perlu diberikan kalung es, dan pemberian
• Timbul keluhan nyeri spontan pd sisi yg sakit (lebih makanan encer
hebat dibanding tonsilitis akut), nyeri menelan, nyeri • Pengobatan simtomatik : analgetik dan antipiretik
telinga di sisi yg sakit (referred pain) 1 – 11/2 bulan sesudah peradangan peritonsil sembuh,
• Ludah tertumpuk di dalam mulut akibat nyeri telan yg perlu dilakukan TE (Tonsilektomi) agar tidak residif
hebat (ptialismus), dan suara berubah spt mengulum
makanan panas dlm mulut (plummy voice) Komplikasi
• Pada pemeriksaan, terlihat adanya edema hebat di • Lebih berbahaya dibandingkan tonsilitis akut karena
daerah palatum mole → jika minum, minuman keluar daerah peritonsil berhubungan dg spatium leher dalam
melalui hidung, disebabkan saat proses menelan • Jika pus turun ke bawah tjd perilaringitis, peritrakeitis
palatum mole tidak dapat bergerak dan mediastinitis. Jika pus masuk spatium parafaring →
• Edema palatum mole jg menimbulkan suara bindeng abses parafaring (terletak di antara dinding faring, m
(rinolalia aperta) konstriktor superior dan fasia servikalis profunda)
• Mulut sukar dibuka (0,5 – 1 cm) → trismus, • Edema sekitar laring →obstruksi rima glotis
penyebabnya edema yg menjalar ke lateral, ke daerah • Jika abses pecah spontan, pus masuk ke jalan nafas
peritonsil → spasme m. pterigoideus interna → gerak (aspirasi)
mandibula terganggu • Komplikasi lain adalah trombus vena leher
• Kepala miring ke arah yg sakit (tortikolis), tjd krn spasme (tromboflebitis dari v jugularis interna) dan sepsis
m. sternokledomastoid
• Angulus mandibula pd sisi yg sakit bengkak
• Lidah kotor disertai foetor ex ore
• Edema dan hiperemi pd tonsil, palatum mole, uvula dan
radiks lingua
• Dislokasi tonsil
• Uvula terdorong ke sisi yg sehat
• Kelenjar leher membesar disertai nyeri takan
ABSES RETROFARING DAN PARAFARING ABSES PARAFARING
Spatium Parafaring dpt mengalami infeksi scr :
ABSES RETROFARING – Langsung , akibat tusukan jarum waktu TE dg anestesi
• Banyak didapat pd bayi dan anak dg usia sp 5 th lokal
• Pd dewasa jarang terjadi – Limfogen dan hematogen, proses supurasi dari kelenjar
• Dalam spatium retrofaring terdpt banyak kelenjar limfe limfe servikal bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,
& dijumpai sp usia 2 th, sesdh 2 th jumlah menurun; usia sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal →
5 th tidak ada lg sumber infeksi
• Daerah retrofaring menerima aliran limfe dari tonsil
palatina, tonsil lingual, adenoid, kavum nasi, sinus Gejala Utama
paranasal, tuba Eustachius dan kavum timpani • Trismus
• Kuman penyebab terbanyak adalah streptokokus • Pembengkakan sekitar angulus mandibula
• Pd umumnya terjadi akibat ISPA, misalkan morbili, • Demam tinggi
skarlatina, influenza, faringitis akut atau akibat trauma, • Pembengkakan dinding lateral faring ke medial
misalkan tertusuk duri ikan & tulang yg tajam
• Penyebab lain adalah akibat tindakan dokter, misalkan Komplikasi
esofagoskopi atau operasi adenoidektomi • Peradangan dpt meluas scr hematogen, limfogen atau
• Lokalisasi abses dapat pd epifaring, mesofaring atau pd perkomtinuitatum ke daerah sekitar. Penjalaran
hipofaring mengakibatkan peradangan intrakranial, sedangkan ke
bawah melalui sepanjang carotid sheath A. Karotis ke
Diagnosis mediastium
• Keluhan : panas badan, tidak mau makan krn nyeri • Abses ini dpt menyebabkan kerusakan dinding
telan, hidung buntu jika lokalisasinya di nasofaring; pembuluh darah
Nafas berbunyi jika di mesofaring & hipofaring krn tidak • Jika pembuluh darah besar yg terkena, misalkan A
dpt menelan ludah karotis, akan mengalami nekrosis, dpt tjd ruptur →
• Pemeriksaan dilakukan dg kepala anak hiperekstensi, perdarahan yg hebat
terutama jika lokasinya di mesofaring / hipofaring; • Jika pembuluh darah kecil yg terkena → periflebitis atau
pembengkakan kelenjar leher biasanya unilateral; endofeblitis → tromboflebitis dan septisemia
kepala sulit digerakkan krn otot leher kaku; terlihat
benjolan pd dinding belakang faring; jika pembengkakan Terapi
hebat uvula terdorong ke muka atas faring • Perlu diberikan antibiotik dlm dosis tinggi yg sensiitif utk
• Diagnosis pasti diperlukan pungsi percobaan kuman aerob dan anaerob
• Evakuasi abses hrs segera dilakukan dg cara :
Diagnosis Banding – Insisi dari luar pd daerah yg menonjol & jelas
• Aneurisma fluktuasinya di daerah angulus mandibula. Dg klem
• Malformasi korpus vertebra arteri, insisi dilanjutkan ke dalam sp permukaan
medial m. pterigoid interna, utk mencapai spatium
Terapi yg berisi nanah (hati-hati agar carotod sheath tidak
• Sama dgn abses peritonsi cedera); jika nanah di dalam carotid sheath, insisi ke
• Pd saat insisi, anak dibaringkan dgn kepala lebih rendah vertikal dari pertengahan insisi horisontal ( di depan
spy nanah tidak masuk laring m sternokleidomastoid) Insisi spt ini disebut Insisi
cara Hosher
Komplikasi – Insisi intra oral, dg memakai klem arteri yg
• Abses pecah spontan → aspirasi nanah → edema laring dipergunakan utk operasi tonsil, ditusukkan ke arah
→ jika nanah masuk ke perilaring terus ke bawah → m konstriktor faring superior shg masuk ke spatium
mediastinitis parafaring
• Trombosis V Jugularis
• Perdarahan oleh karena erosi A Karotis interna
• Sepsis
• Meningitis

Anda mungkin juga menyukai